-Mendadak kakek itu mengempit pula kedua anak dara itu
dan dibawa lari ke arah pohon yang ditunjuk tadi. Dia lari
lurus ke depan tanpa perduli rintangan apapun, kalau
terhalang oleh sungai kecil, sekali lompat saja sungai itu lantas
dilintasinya. Biasanya Liok Bu-siang sangat kagum terhadap
Ginkang ayah-ibunya jika mengikuti latihan mereka, tapi kini
kecepatan berlari si kakek dengan mengempit dua anak dara
ternyata jauh terlebih hebat daripada ayah-ibu Bu-siang.
Hanya sekejap saja mereka sudah sampai di bawah kedua
pohon besar tadi. Kakek aneh itu melepaskan Thia Eng
berdua, lalu berlari ke depan kuburan tertampak dua kuburan
berjajar, setiap kuburan terdapat sebuah batu nisan dengan
pahatan huruf-huruf yang diberi cat kuning yang kelihatan
masih baru. Rumput di atas kuburan juga masih jarangjarang,
suatu tanda kedua kuburan itu memang belum lama
didirikan.
Air mata si kakek berlinang-linang sambil memandangi
kedua batu nisan kuburan, jelas terbaca tulisan di atas batubatu
nisan itu menyebut kuburan Liok Tian-goan dan isterinya:
Ho Wan-kun.
Kakek itu berdiri terpaku di depan kuburan itu sampai
sekian lamanya, mendadak pandangannya serasa kabur,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kedua batu nisan seperti berubah menjadi dua sosok
bayangan manusia, yang satu adalah gadis jelita yang sedang
tersenyum manis dan yang lain adalah pemuda tampan
romantis.
Dengan mata mendelik si kakek mendadak membentak:
"Bagus, celana wanita ini kukembalikan padamu !" -
Berbareng ia melangkah "maju, sebelah tangannya
menghantam dada pemuda itu.
"Plak", bubuk batu bertaburan pukulannya itu mengenai
batu nisan, sedangkan bayangan pemuda telah lenyap,
"Mau lari ke mana ?" bentak pula si kakek, tangan Iain
lantas menghantam sekalian, "plak-plak", batu nisan itu
sampai rompal sebagian, betapa hebat tenaga pukulan si
kakek sungguh luar biasa.
Semakin memukul semakin mengamuk, tenaga
pukulannya juga semakin hebat, sampai pukulan ke sembilan,
kedua tangannya menghamtam sekaligus, "blang", batu nisan
itu patah menjadi dua.
Sambil terbahak-bahak ia berteriak: "Nah, kau sudah
mampus sekarang, untuk apa lagi aku memakai celana
perempuan?" - Habis itu ia lantas merobek-robek celana
wanita bersulam kupu-kupu yang dipakainya sendiri itu hingga
hancur, lalu dilemparkan ke atas kuburan, maka tertampaklah
celana pendek dari kain belacu yang dipakainya di bagian
dalam.
Selagi tertawa terbahak-bahak, mendadak suara
tertawanya berhenti, setelah tertegun sejenak, segera ia
berteriak pula: "Aku harus melihat mukamu, aku harus melihat
mukamu !" - Ketika kedua tangannya menjojoh, serentak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kesepuluh jarinya menancap ke dalam kuburan Ho Wan-kun,
waktu ia tarik kembali tangannya, dua gumpal tanah ikut
tergali keluar.
Begitulah kedua tangan si kakek terus bekerja dengan
cepat laksana cangkul saja, tanah bergumpal-gumpal tergali
olehnya sehingga sebentar lagi peti mati, pasti akan kelihatan.
Thia Eng dan Bu-siang menjadi ketakutan, tanpa terasa
mereka terus putar tubuh dan lari bersama, Karena asyik
menggali kuburan, kakek aneh itu tidak memperhatikan
kaburnya kedua anak dara itu.
Setelah berlari-lari dan membelok ke sana ke sini beberapa
kali dan tidak nampak dikejar si kakek barulah kedua anak
dara itu merasa lega. Mereka tidak kenal jalanan di situ,
terpaksa bertanya kepada orang kampung, karena itulah
sampai hari sudah gelap baru mereka tiba kembali di rumah.
"Wah, celaka, celaka !" Ayah, ibu, lekas kemari ada orang
menggali kuburan nenek !" begitulah Bu-siang berteriak sambil
berlari menerobos ke dalam rumah, setiba di ruangan tamu,
dilihatnya sang ayah sedang bicara dengan tiga orang tamu
yang tidak dikenalnya.
Ayah Bu-siang bernama Liok Lip-ting, baik Lwekang
maupun Gwakang sudah mencapai tingkatan yang cukup
sempurna, hanya sejak kecil kedua orang tua mengawasinya
dengan sangat ketat dan melarangnya berkecimpung di dunia
Kangouw, maka namanya sama sekali tidak terkenal di dunia
persilatan walaupun ilmu silatnya tergolong kelas: tinggi
Pada hari itu dia sedang duduk iseng di ruang tamu dan
mengenangkan ayah-bunda yang sudah wafat, tiba-tiba
terdengar suara ringkik kuda di luar, tiga penunggang kuda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berhenti di halaman luar dan seorang diantaranya lantas
berseru: "Wanpwe mohon bertemu dengan Liok-locianpwe!"
Di daerah Kanglam pada umumnya orang jarang naik kuda
karena jalanan sempit dan banyak sungai dan kali yang
bersimpang siur, maka hati Liok Lip-ting tergerak ketika
mendengar suara ringkik kuda tadi, demi mendengar suara
seruan, cepat ia memapak keluar, Dilihatnya tiga lelaki baju
hijau dengan penuh debu sudah berdiri di luar pintu.
Melihat Liok Lip-ting, ketiga orang itu lantas memberi
hormat dan berkata: "Kami datang dari jauh dan mohon
bertemu dengan Liok-locianpwe."
Mata Liok Lip-ting menjadi merah, jawabnya: "Sungguh
menyesal, ayah sudah wafat tiga bulan yang lalu, Mohon
tanya nama tuan-tuan yang terhormat."
Sejak berhadapan tadi sikap ketiga orang sudah kelihatan
gelisah dan kuatir, demi mendengar jawaban Liok Lip-ting, air
muka mereka menjadi pucat seperti mayat dan saling
pandang. dengan melenggong,
Lalu Liok Lip-ting bertanya pula: "Tuan-tuan ingin bertemu
dengan ayah, entah ada keperluan apakah ?"
Ketiga orang itu tetap tidak menjawab, seorang
diantaranya menghela napas dan menggumam: "Sudahlah,
biarlah kita terima nasib saja !"
Mereka lantas memberi hormat pula kepada Liok Lip-ting,
lalu hendak mencemplak kuda ma-sing-masing. Tapi seorang
diantaranya tiba-tiba berkata: "Liok-locianpwe ternyata sudah
wafat, biarlah kita memberi hormat ke depan layonnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liok Lip-ting menyatakan terima kasih dan anggap tidak
perlu maksud orang itu, tapi ketiga orang itu memohon pula
dengan sangat dan terpaksa Liok Lip-ting menyilakan mereka
masuk
Lebih dulu ketiga orang itu mengebut debu di atas tubuh
agar bersih, lalu ikut Liok Lip-ting ke ruangan belakang untuk
memberi hormat di depan abu layon Liok Tian-goan dan
isterinya, Ho Wan-kun. Seperti lazimnya, Liok Lip-ting berlutut
di samping meja sembahyang itu untuk membalas hormat.
Selesai menjalankan penghormatan, waktu ketiga orang
itu berbangkit, tak tertahankan lagi mereka menangis dengan
sedih, Karena tangisan mereka ini, Liok Lip-ting menjadi
berduka juga, iapun menangis keras-keras,
Yang bertubuh gemuk pendek di antara ketiga orang itu
berkata kepada kawannya yang mengucurkan air mata itu:
"Cu-hiante, marilah kita mohon diri kepada tuan rumah !"
Orang she Cu itu mengusap air matanya, ia memberi
hormat kepada Liok Lip-ting dan lantas mohon diri.
Melihat gerak-gerik ketiga orang itu tangkas dan gesit,
jelas memiliki ilmu silat yang lumayan, entah mengapa datang
terburu-buru dan berangkat pula tergesa-gesa, tapi Liok Lipting
tidak enak untuk bertanya, terpaksa ia mengantar
keberangkatan mereka.
Setiba di luar, ketiga orang itu memberi salam perpisahan
pula, lalu mencemplak ke atas kuda masing-masing. Ketika
orang she Cu itu naik ke atas kudanya lengan baju agak
tergulung sedikit sehingga tertampak sebagian lengannya
berwarna merah hangus.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liok Lip-ting terkejut, dilihatnya kedua orang dibagian
depan sudah melarikan kudanya, tanpa pikir ia terus melayang
ke sana dan menghadang di depan kuda.
Tentu saja kedua ekor kuda itu berjingkrak kaget dan
meringkik Syukur kedua orang itu mahir menguasai kudanya
sehingga tidak sampai terperosot jatuh,
"Apakah Cu-heng ini terkena Jik-lian-sin-ciang ?" tanya
Liok Lip-ting.
Mendengar disebutnya "Jik-lian-sin-ciang" (pukulan sakti
ular belang berbisa), pula terlihat gerakan Liok Lip-ting yang
hebat. serentak ketiga orang itu melompat turun dari kudanya
dan menyembah, kata mereka: "Mata kami benar-benar lamur
sehingga tidak kenal kesaktian Liok-tayhiap, mohon Lioktayhiap
sudi menolong jiwa kami."
"Ah, jangan sungkan," jawab Liok Lip-ting sambil
membangunkan ketiga orang itu. "Silahkan masuk ke dalam
untuk bicara pula."
Begitulah maka Liok Lip-ting lantas menyilakan ketiga
tamunya masuk ke rumah pula dan baru saja berduduk, belum
sempat bertanya lebih lanjut, pada saat itulah Liok Bu-siang
berlari-lari masuk sambil berteriak-teriak
ia tidak jelas apa yang diledakkan anak perempuannya,
tapi ia lantas membentaknya: "Anak perempuan tidak tahu
aturan, hayo ribut apa ? Lekas masuk sana !"
Tapi Bu-siang lantas berteriak pula: "Ayah, orang itu
sedang menggali kuburan nenek !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Baru sekarang Liok Lip-ting terkejut, serentak ia melonjak
bangun dan membentak: "Apa katamu ? Ngaco-belo !"
"Memang betul, paman," pada saat itu pula Thia Eng juga
sudah masuk
Liok Lip-ting tahu anak perempuan sendiri sangat nakal
dan jahil, tapi Thia Eng tidak pernah berdusta, maka ia lantas
tanya lebih jelas apa yang telah terjadi
Dengan terputus-putus dan tak teratur Liok Bu-siang
menceritakan apa yang dilihat dan dialaminya tadi
Tidak kepalang terkejut dan gusar Liok Lip-ting, segera ia
samber golok yang tergantung di dinding, ia minta maaf
kepada ketiga tamunya, lalu berlari menuju makam ayahbundanya.
Ketiga tetamunya juga lantas menyusulnya ke
sana,
Setiba di depan makam, tak terperikan pedih hati Liok Lipting,
hampir saja ia jatuh kelengar, Ternyata makam ayahibunya
sudah dibongkar orang, bahkan kedua rangka peti mati
juga sudah terbuka. jenazah di "dalam peti mati sudah lenyap,
benda-benda yang biasanya disertakan di dalam peti juga
berserakan tak keruan.
sedapatnya Liok Lip-ting menenangkan diri, dilihatnya
tutup peti mati sama meninggalkan bekas lima kuku jari yang
dalam, jelas bangsat pencuri mayat itu telah mencongkel
tutup peti mati secara paksa dengan tenaga jarinya yang
hebat Padahal kedua peti mati itu terbuat dari kayu yang
keras, diberi pantek dan dipaku pula sehingga sangat kuat,
tapi orang itu mampu membongkarnya dengan bertangan
kosong, maka betapa hebat ilmu silat orang itu sungguh sukar
diperkirakan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
-oooo000oooo-
2. JIK - LIAN - SIN - CIANG
Tidak keruan rasa hati Liok Lip-ting, ya sedih ya gusar, ya
kejut ya sangsi, tapi ia tidak mendengarkan cerita Bu-siang
secara jelas sehingga tidak diketahui bangsat pencuri mayat
ini ada permusuhan kesumat apa dengan ayah-bundanya
sehingga sesudah kedua orang tua itu sudah meninggal masih
dirasakan perlu merusak kuburannya serta memusnahkan
mayatnya.
Sejenak dia terlongong di depan kuburan, segera pula ia
mengejar, tapi hanya beberapa langkah, ia ragu-ragu, ia
memeriksa tapak kaki disekitar kuburan, namun jejak yang
dicarinya tak diketemukan, ia bertambah heran, pikirnya:
"Seorang diri dia membawa jenazah ayah bunda-ku,
betapapun tinggi Ginkangnya pasti juga meninggalkan tapak
kaki ?"
Biasanya dia cukup cermat, namun mengalami kejadian
yang tak terduga ini, pikirannya menjadi kacau, tidak sempat
lagi ia memeriksa dengan teliti, segera ia lari mengejar
mengikuti jalan raya. Ketiga tamu tadi kuatir akan
keselamatannya, merekapun mengintil dengan kencang.
Begitu Liok Lip-ting kembangkan Ginkang, larinya secepat
kuda membedal, mana bisa ketiga orang itu menyusulnya ?
sekejap saja sudah kehilangan bayangannya, Liok Lip-ting
berlari memutar beberapa kali, cuaca pun sudah gelap,
terpaksa dia kembali ke kuburan pula, dilihatnya ketiga tamu
itu berdiri menunggu di pinggir kuburan, Liok Lip-ting berlutut
di depan kuburan, ia memeluk peti mati ibunya dan menangis
tergerung-gerung.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setelah orang puas menangis, barulah ketiga laki-laki itu
maju membujuk: "Liok-ya, harap tenangkan hati dan
berpikirlah dengan jernih. Mungkin kami bisa memberi sedikit
keterangan latar belakang kejadian ini."
Melotot kedua mata Liok Lip-ting, teriaknya: "Siapa
bangsat keparat itu ? Dimana dia ? Lekas katakan !"
Kata salah seorang itu: "Cukup panjang cerita ini, tidak
perlu Liok-ya gugup, marilah pulang dulu nanti kita rundingkan
persoalan ini."
Liok Lip-ting anggap omongan orang memang benar,
katanya: "Aku terlalu gugup sampai berlaku kurang hormat."
"Ah, kenapa Liok-ya berkata demikian," sahut ketiga tamu
itu.
Maka mereka kembali ke rumah Liok Lip-ting. Setelah
menghaturkan teh kepada tamu-tamunya, tak sempat tanya
nama para tamunya, Liok Lip-ting: lantas masuk ke dalam
hendak memberitahukan isterinya, tak tahunya sang isteri
sudah mendapat laporan Bu-siang dan keluar mengejar
bangsat itu dan belum kembali. Bertambah pula kekuatiran
Liok Lip-ting, terpaksa ia kembali ke ruang tamu dan bicara
dengan ketiga tamunya,
Ketiga tamunya lantas memperkenalkan diri, kiranya
mereka adalah para Piausu An-wan Piaukiok dari Ki-lam di
Soatang, seorang she Liong, she So dan she Cu.
Mendengar mereka hanya kawanan Piausu, seketika
berubah dingin sikap Liok Lip-ting, hatinya kurang senang,
katanya: "Selamanya aku tidak pernah berhubungan dengan
Piausu, hari ini kalian kemari, entah ada keperluan apa ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketiga orang itu saling pandang lalu serentak berlutut,
serunya: "Harap Liok-ya suka tolong jiwa kami!"
Liok Lip-ting sudah dapat meraba beberapa bagian,
katanya tawar: "Berdirilah kalian, Entah cara bagaimana Cu-ya
sampai terkena Jit-lian-sin-ciang ?"
Liong-piausu dan So-piausu berkata berbareng: "Kami
berduapun terkena juga." Sembari berdiri mereka menyingkap
lengan baju, tampak ke-empat lengan mereka sama berwarna
merah darah dan mengerikan.
Liok Lip-ting terkejut katanya ragu-ragu: "Tiga irang
semua kena ? Siapa yang menyerang kalian ? Dari mana pula
kalian mendapat tahu ayahku bisa menolong ?" -
"Tujuh hari yang lalu, kami bertiga membara se-partai
barang kawalan menuju ke Hokkianwat Yangciu, di jalan hawa
sangat panas, kami berteduh di sebuah gardu minum di
pinggir jalan, kami bersyukur sepanjang jalan ini tidak terjadi
pa-apa, agaknya barang kawalan akan tiba di tempat tujuan
dengan selamat," demikian tutur Liong-piausu.
"Pada saat itulah dari jalan raya sana berlari mendatangi
seekor keledai berbulu loreng dengan langkah cepat,
penunggangnya adalah seorang Tokoh setengah umur
berjubah kuning. ia turun dari keledai dan masuk ke dalam
gardu pula, Cu-hiante memang masih muda dan suka iseng
lagi, melihat orang berparas elok, ia cengar-cengir dan main
mata kepadanya.
Tokoh itupun balas tersenyum manis padanya, Cu-hiante
kira orang ada maksud, segera ia menghampiri dan meraba
pakaian orang, katanya tertawa: "Seorang diri menempuh
perjalanan, apa tidak takut diculik perampok dan dijadikan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
isteri muda ?" - Tokoh itu tertawa, ujarnya: "Aku tidak takut
perampok, hanya takut pada Piausu." - sembari bicara iapun
menepuk ringan dipundaknya, Mendadak Cu-hiante seperti
kesetrom, seluruh badan bergetar hebat, gigi berkerutukan.
"Sudah tentu aku dan So-hiante sangat kaget. Lekas aku
memburu maju memayang Cu-hiante, sementara So-hiante
segera menjambret si Tokoh dan bentaknya: "Kau gunakan
ilmu sihir apa ? Tokoh itu hanya tersenyum saja, ia menepuk
pula sekali di pundak kami berdua, seketika seluruh badan
terasa panas seperti di-panggang, panasnya sukar tertahan,
namun sekejap lain terasa seperti jatuh ke dalam sumur es,
tak tertahan seluruh badan menggigil kedinginan.
"Para kerabat Piaukiok yang lain mana berani maju ? si
Tokoh tertawa, ujarnya: "Kepandaian begini saja berani
mengibarkan bendera Piaukiok, huh, bikin malu saja, sungguh
besar nyali kalian, Kalau tidak kupandang muka kalian yang
tebal, pastilah ku persen beberapa kali tamparan lagi", Kupikir
sekali tepuk saja tidak tertahan, apalagi ditambah beberapa
kali pukulan lagi, tentulah jiwa kami melayang.
Tokoh itu tertawa pula: "Kalian mau tunduk tidak
kepadaku ? Masih berani main gila dijalan raya ?" -Lekas aku
menyahut: "Kami menyerah ! Tidak berani lagi!" - si Tokoh
mengetuk sekali belakang leherku dengan gagang kebutnya,
seketika rasa dingin dalam badanku hilang, namun badan
masih terasa kaku dan gatal, sudah tentu jauh lebih mending
dari pada semula, Lekas aku menjura:
"Kami punya mata tapi lamur sehingga berbuat salah
kepada Sian-koh. Harap Sian-koh tidak pikirkan kesalahan
kami ini dan sukalah memberi ampun kepada kedua
saudaraku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tokoh itu tersenyum: "Dulu guruku hanya mengajarkan
cara memukul orang, tidak pernah mendidik aku cara
menolong orang, Tadi kalian sudah merasakan sekali tepukan
ku, kalau badan kalian kuat, rasanya dapat bertahan sepuluh
malam, Kalau hawa merah sudah merembes sampai ke dada,
tibalah saatnya kalian pulang ke neraka." - lalu ia tertawa
cekikikan, dengan kebutnya ia bersihkan kotoran di jubahnya
terus keluar dan cemplak keledainya tinggal pergi.
Sudah tentu kejutku bukan kepalang, tanpa hiraukan
pamor segala, lekas aku memburu maju dan berlutut di
depannya serta berteriak memohon: "Harap Sian-koh
bermurah hati, sudilah memberi ampun dan menolong jiwa
kami!"
Mendengar sampai di sini Liok Lip-ting mengerut kening,
Liong-piausu tahu perbuatannya terlalu rendah dan hina,
segera ia menambahkan: "Xiok-ya, kami datang untuk mohon
pertolonganmu, maka apa yang terjadi waktu itu harus kami
ceritakan, sedikitpun kami tidak merahasiakannya kepadamu."
"O, ya, teruskan ceritamu." ujar Liok Lip-ting.
Tutur Liong-piausu lebih lanjut: "Tokoh itu hanya
tersenyum saja, sesaat kemudian baru berkata: "Baiklah, akan
kuberi petunjuk kepadamu. Dia sudi menolong tidak terserah
pada keberuntunganmu sendiri, Nah, lekas kalian pergi ke
Ling: ok-tin di Oh-ciu, mintalah pertolongan kepada Liok Tiangoan,
Liok-lo-enghiong. Dalam dunia ini hanya dia saja
seorang yang dapat mengobati luka-luka ini. Katakan pula
kepadanya, dalam waktu dekat akupun akan menemui dia."
Tersentak hati Liok Lip-ting, teriaknya kaget:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Memangnya orang yang mencuri jenazah ayah bundaku
itu ada sangkut paut dengan persoalan ini ? ini wah sulit!"
"Begitulah Cayhe berpikir," kata Liong-piausu "Setelah
mendengar kata-katanya aku masih ingin memohon padanya,
tapi dia lantas menukas: "Perjalanan ke Oh-ciu cukup jauh,
memangnya kalian hendak membuang-buang waktu," - Tanpa
kelihatan dia angkat kakinya, entah bagaimana tahu-tahu
badannya sudah melayang ke punggung keledainya. Cepat
sekali keledai itu mencongklang pergi, dikejar pun tidak
keburu lagi Aku melongo sekian lamanya, kulihat So dan Cuhiante
masih gemetar, terpaksa ku payang mereka naik ke
atas kereta,
"Begitu tiba di kota segera ku panggil tabib terpandai,
namun para tabib itu mana dapat mengobati ? Waktu kami
buka baju, di atas pundak kami masing-masing ada tapak
tangan merah darah yang menyolok sekali Sampai besok
paginya, rasa, dingin kedua saudaraku baru hilang dan tidak
gemetar lagi, namun warna merah tapak tangan itu semakin
membesar, kuingat pesan si Tokoh, kalau hawa merah ini
sampai merembes sampai ke dada dan ujung jari, jiwa kami
bertiga akan tak tertolong lagi, maka kami tidak perdulikan
lagi barang kawalan itu, selama beberapa hari ini siang-malam
kami memburu kemari, siapa tahu Liok-loenghiong ternyata
sudah wafat Memang Cayhe terlalu gegabah, kami hanya
ingat kata-kata si Tokoh, tak tahunya Liok-ya telah mendapat
ajaran warisan leluhur, engkaulah yang menjadi harapan
sebagai tuan penolong jiwa kami."
Dasar banyak pengalaman dan pandai bicara lagi, belum
Liok Lip-ting memberi jawaban, dia sudah sebut orang sebagai
tuan penolong jiwa mereka, maksudnya supaya orang tidak
enak menolak"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liok Lip-ting tersenyum ewa, katanya: "Sejak kecil aku
mendapat didikan keluarga, tapi tidak berani berkelana di
Kangouw, jika kalian tidak kenal namaku yang rendah, inipun
tidak perlu dibuat heran." Lahirnya dia bersikap merendah,
sebetulnya amat tinggi hati, pelahan ia angkat kepala
mendadak ia melonjak dan berteriak kaget:
"Apa itu ?" - di bawah sinar pelita jelas sekali kelihatan di
atas dinding tembok putih itu berderet sembilan tapak tangan
darah.
Mereka berempat terlongong mengawasi ke sembilan
tapak tangan merah itu, seperti orang tersihir dan linglung,
sesaat lamanya tak mampu bicara, Para Piausu dari An-wan
Piaukiok tidak tahu asal-usul tapak tangan darah itu, namun
melihat Liok Lip-ting begitu terkejut, serta merta mereka
merasa ke sembilan tapak tangan itu pasti berlatar belakang,
Ke sembilan tapak tangan itu berjajar tinggi di atas tembok
dekat atap rumah, dua yang paling atas berjajar, demikian
terus menurun ke bawah masing-masing berjajar dua, paling
bawah berjarak rada jauh dan berjumlah tiga, Ketiga tapak
terbawah inipun tingginya kira-kira tiga meter lebih, kalau
tidak naik tangga, tidak mungkin bisa menjajarkan cap-cap
tangan itu sedemikian rapi.
"lblis itu, untuk apa iblis itu mencari aku ?" demikian
gumam Liok Lip-ting.
Dasar orang kasar, Cu-piauthau itu segera bertanya: "Liokya,
apa maksud ke sembilan tapak tangan darah ini ?"
Hati sedang gundah, menguatirkan keselamatan istrinya
lagi, maka Liok Lip-ting tidak hiraukan pertanyaannya, ia
keluar rumah dan melihat isterinya, Liok-toanio, sedang
mendatangi sambil menggandeng Thia Eng dan Liok-Bu-siang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
begitu berhadapan dengan sang suami, nyonya itu hanya
menggeleng kepala saja.
Supaya sang istri tidak kuatir, Liok Lip-ting tidak
menyinggung tapak tangan darah di atas dinding itu, segera ia
iringi orang masuk ke dalam kamar di belakang, lalu ia
tuturkan ketiga Piau-thau yang terkena pukulan Ji-lian-sinciang
dan minta diobati
"Lip-ting," ujar Liok-toanio, "malam ini jangan kita tidur di
rumah, bagaimana pendapatmu ?"
"Kenapa ?" Liok Lip-ting menegas,
Liok-toanio suruh Thia Ing dan Liok Bu-siang keluar,
setelah tutup pintu ia berkata lirih: "Kejadian hari ini amat
ganjil, ayam dan anjing dalam rumah kita ini sudah tiada
satupun yang hidup."
"Apa ?" teriak Liok Lip-ting kaget.
"Tiga ekor anjing penjaga pintu, empat ekor kucing, tujuh
ekor babi puluhan itik dan dua puluhan ayam, semuanya
sudah mati"
Belum lagi habis istrinya menutur, Liok Lip-ting sudah
berlari keluar langsung ke belakang, Kim-seng, jongos tuanya
menyapa: "Siauya !" -saking sedih hampir saja ia
mengucurkan air mata.
Tampak oleh Liok Lip-ting anjing, kucing, ayam dan itik
terkapar di atas tanah, semua sudah mati kaku tak bergerak
lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pelahan Liok Lip-ting berjongkok di depan anjing
kesayangannya, didapatinya batok kepala binatang sudah
hancur, terang bukan terkena pukulan atau hantaman benda
keras, seolah-olah seperti dipukul dengan suatu benda keeiJ
yang lemas, namun tidak mungkin hal itu terjadi ? Sedikit merenung,
tiba-tiba Liok Lip-ting teringat penuturan Liongpiauthau,
si Tokok itu memegang sebuah kebutan, terang
binatang itu mati dibawah pukulan kebutnya, Tapi kebutan itu
terbuat dari barang lemas, cuma sekali kebut orang dapat
membunuh anjing" dan babi, malah batok kepalanya hancur
luluh, kekuatan lwekang orang itu sangat tinggi dan
mengejutkan.
"Ayam anjing tidak ketinggalan ayam anjing tidak
ketinggalan !" tanpa terasa mulutnya menggumam pikirnya:
"Sejak kecil aku tidak pernah berkecimpung di Kangouw,
mana mungkin aku ikat permusuhan ? Orang ini menyerang
secara keji, tentu tujuannya hendak mencari perhitungan
dengan ayah bunda."
"Segera ia masuk ke kamar tamu, katanya kepada ketiga
Piauthau: "Bukan aku tidak suka menahan kalian, soalnya
keluarga kami bakal tertimpa bencana, harap kalian suka
segera pergi, saja supaya tidak terembet."
Ketiga Piausu ini tadinya mengira orang sudah, sudi
memberi pertolongan kini mendengar tuan rumah mengusir
mereka secara halus, mereka menjadi gugup dan bingung
pula, kata mereka serempak sambil berdiri: "Liok-ya... Liokya...
engkau...." gelisah dan cemas membuat mereka tidak
kuasa meneruskan kata-katanya.
Liok Lip-ting mengerut kening, tiba-tiba ia masuk ke kamar
dan mengeluarkan dua puluh tujuh batang jarum emas, setiap
batangnya panjang sembilan inci tanpa suruh orang membuka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pakaian, langsung ia tusukkan kedua puluh tujuh jarum itu ke
badan ketiga Piausu, setiap orang sembilan batang, Gerakgeriknya
amat cekatan, setiap tusukan jarum langsung
menancap di Hiat-to penting dalam badan, Belum lagi ketiga
Piausu tahu apa yang terjadi tahu-tahu kedua puluh tujuh
batang jarum itu sudah menancap di atas badan mereka
Kejadiannya memang aneh, meski jarum-jarum itu menusuk
masuk tujuh-delapan inci ke dalam badan mereka, tapi karena
semua Hiat-to itu sudah mati rasa, maka sedikitpun tidak
terasakan sakit
"Lekaslah kalian cari tempat yang sepi dan sembunyi atau
menetaplah di rumah petani, tiga hari lagi boleh kemari Kalau
jiwaku masih hidup, nanti aku memberi pengobatan lebih
lanjut."
Ketiga Piauthau itu amat kaget tanyanya: "Liok-ya bakal
menghadapi bencana apa ?"
Liok Lip-ting tidak sabar untuk bicara lagi sahutnya:
"Kalian terkena Jik-sin-ciang, sebetulnya racun bakal
menyerang dalam sepuluh hari dan kalian akan meninggal kini
aku sudah menusuk dengan jarum emas, kadar racun akan
tertahan sementara, hawa merah itu tidak akan menjalar Tiga
hari lagi biar kuberi pertolongan lebih lanjut dan pasti tidak
akan terlambat."
"Kalau tiga hari lagi Liok-ya mengalami se suatu, lalu
bagaimana ?" tanya Cu-piau-thau.
Mata Liok Lip-ting mendelik jengeknya: "Kecuali aku tiada
orang Iain yang mampu mengobati luka-luka Jik-lian-sin-ciang.
Kalau aku mati biarlah kalian mengiringi aku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liong dan So masih berkukuh hendak mohon pengobatan
selekasnya, tapi Liok Lip-ting sudah berkata pula: "Kalian
masih tunggu apa lagi Orang yang mencari perkara kepadaku
bukan lain adalah Tokoh itu, sebentar dia akan tiba di sini.
Seketika ciut nyali ketiga piausu itu dan mereka berani
tanya lagi, cepat mereka pamit dan mohon diri.
Liok Lip-ting tidak antar tamu-tamunya, ia duduk di kursi
sambil mengawasi ke sembilan tapak tangan di atas dinding
itu.
Entah berapa lama ia terlongong mengawasi tapak-tapak
tangan itu, tiba-tiba dilihatnya A Kin jongos berlari masuk
tergesa-gesa dan melapor "Siauya, di luar ada datang seorang
tamu."
"Katakan aku tidak dirumah," ujar Liok Lip-ting.
"Siauya, Toanio nyonya itu mengatakan tidak mencari kau,
dia sedang menempuh perjalanan dan mohon menginap
semalam saja di sini," kata si A Kin.
"Apa ? jadi dia perempuan ?" teriak Lip-ting kaget.
"Benar, Toanio itu malah membawa dua anak, mungil dan
elok sekali "
Mendengar tamu perempuan membawa anak, barulah Liok
Lip-ting merasa lega, tanyanya menegas: "Dia bukan Tokoh ?"
"Bukan," sahut A Kin menggeleng, "Pakaian-nya bersih,
kelihatannya nyonya dari keluarga baik-baik."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baik, bawalah masuk ke kamar tamu, siapkan makanan
dan sediakan ala kadarnya," A Kin mengiakan sambil
mengundurkan diri.
Liok Lip-ting berdiri, baru saja ia hendak ke dalam,
ternyata Liok-toanio sudah berada di luar ruangan katanya
segera sambil mengerut alis: Lip-ting, kedua bocah itu harus
kita sembunyi-kan
Kedua bocah itupun masuk hitungan," kata Liok Lip-ting
sambil menuding tapak tangan di atas dinding, "Iblis itu sudah
memberikan tanda darah ini, sampai ke ujung langitpun kau
tidak akan lolos dari kekejamannya."
Dengan termangu Liok-toanio mengamati ke sembilan
tapak tangan darah di dinding itu, tapak-tapak tangan itu
seolah-olah semakin besar, semakin merah dan seakan-akan
menubruk ke arahnya, tanpa terasa ia menjerit kaget dan
memegangi sandaran kursi, katanya: "Kenapa ada sembilan
tapak tangan, keluarga kita kan hanya tujuh orang." Sehabis
berkata kaki tangan sudah terasa lemas tak bertenaga,
dengan terlongong ia awasi suaminya, hampir saja ia
mengucurkan air mata,
Lekas Liok Lip-ting memegang lengannya, dan berkata:
"Isteriku, bencana sudah di depan mata, takut pun tiada
gunanya. Dua tapak teratas ditujukan kepada ayah-ibu, dua di
bawahnya terang untuk kita berdua. Dua lagi di baris ketiga
ditujukan kepada Bu-siang dan Thia Eng, tiga yang lain adalah
A Kin dan dua pelayan lain, Hehehe, inilah yang dinamakan
banjir darah dalam keluarga, ayam, anjing tidak ketinggalan."
Bergidik Liok-toanio dibuatnya mendengar kata-kata
suaminya, "Ayah dan ibu ?" ia menegas tak mengerti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Akupun tidak tahu ada permusuhan apa antara gembong
iblis ini dengan ayah dan ibu. Ayah bunda lama wafat, dia
suruh orang membongkar kuburan dan mengeluarkan jenazah
mereka, mungkin setiap orang harus menerima sekali pukulan
baru dianggap selesai membalas sakit hati."
"Kau kira orang gila itu adalah utusannya ?
"Sudah tentu."
Baru mereka bicara dilihatnya A Kin berlari masuk dengan
bersungut-sungut, katanya: "Siauya, pintu besar kita entah
kenapa tidak bisa dibuka, seperti terpantek dari luar".
Berubah air muka Liok Lip-ting berdua, lekas mereka
memburu keluar, tertampak daun pintu yang bercat hitam itu
masih tertutup rapat Ke-dua tangan Liok Lip-ting terukir
menangkap gelang tembaga pintu dan ditariknya ke belakang,
terdengarlah suara berkereyot, daun pintu hanya bergoyang
sedikit, namun tidak dapat dibukanya, Liok-hujin memberi
isyarat, segera ia melompat ke atas tembok, di luar sunyi
senyap tidak kelihatan bayangan manusia. Sambil
melintangkan pedang ia lompat turun keluar pintu, seketika
alisnya berdiri, makinya: "Terlalu menghina orang !"
Ternyata daun pintu itu sudah terpantek oleh dua batang
besi panjang yang di paku di atas daun pintu, Di atas batang
besi itu tergantung secarik kain yang berlepotan darah,
kelihatannya amat mengerikan.
Waktu itu Liok Lip-ting pun sudah menyusul keluar,
melihat palang besi dan kain belacu (tanda duka cita), ia tahu
musuh semakin mendesak dalam dua jam mendatang, pasti
gembong iblis itu akan menurunkan tangan jahatnya. ia
tertegun sebentar, rasa gusarnya mulai menipis, katanya:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Niocu (isteriku), kalau seluruh keluarga Liok kita hari ini harus
mati bersama, biarlah kita mati tanpa merendahkan pamor
ayah bunda."
Liok-toanio manggut-manggut, saking haru suaranya
tertelan dalam tenggorokannya,
Mereka melompati tembok kembali ke dalam rumah
langsung menuju ke belakang, tiba-tiba terdengar sesuatu
suara di atas tembok sebelah timur, kiranya di atas sana ada
orang, Liok-Lip-ting memburu ke depan menghadang di depan
isterinya, waktu ia angkat kepala, dilihatnya di atas tembok
sedang duduk seorang anak laki-laki, rambut kepalanya
dikuncir dua menegang, bocah itu sedang memetik kembang
di atas pohon, Lalu terdengar orang berteriak di sebelah
bawah: "Awas lho, jangan sampai terjatuh !" kiranya Thia Eng,
Liok Bu-siang dan seorang anak laki-laki lain sedang
menunggu di kaki tembok sana, Liok Lip-ting berpikir: "Kedua
bocah ini minta menginap di rumah-ku, kenapa begini nakal ?"
Anak laki-laki di atas tembok itu sedang memetik
sekuntum bunga, Liok Bu-siang segera berteriak: "Nah,
berikan padaku, berikan kepadaku !"
Anak laki-laki itu tertawa, ia melempar bunga itu ke arah
Thia Eng, lekas Thia Eng ulur tangan menangkapnya, lalu
diangsurkan kepada sang Piau-moay, Tapi Liok Bu-siang naik
pitam, ia meraih kembang itu terus dibanting dan diinjak-injak.
Melihat ke empat bocah ini bermain dengan riang gembira,
sedikitpun tidak tahu bencana besar yang bakal menimpa
mereka sekeluarga, Liok Lip-ting suami istri menghela napas,
mereka masuk ke dalam kamar.
"Piaumoay, kenapa kau marah ?" bujuk Thia Eng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liok Bu-siang merengut, katanya: "Aku tidak sudi, aku
sendiri bisa memetik !" - sekali kaki kanannya menutul tanah,
badannya melejit ke atas serta meraih akar rotan yang
merambat di atas tembok, sekali meminjam tenaga, seketika
badannya melambung ke atas pula beberapa kaki lalu
melayang ke arah sebatang dahan pohon,
Anak laki-laki di atas tembok itu bersorak gembira,
teriaknya: "Lekas kemari!"
Kedua tangan Liok Bu-siang menarik dahan pohon, di
tengah udara ia jumpalitan dua kali, badannya mendadak
melambung ke tengah udara, terus menubruk ke atas
tembok."
Dinilai dari Ginkangnya, apa yang Bu-siang lakukan
sekarang boleh dikata sangat berbahaya namun hatinya
sedang panas dan dongkol kepada si anak laki-laki yang
melempar bunga kepada Piau-cinya tadi, memang sifat
pembawaan anak perempuan ini suka menangnya sendiri,
maka tanpa hiraukan keselamatan dirinya ia telah main lompat
di tengah udara.
Anak laki-laki itu menjadi kaget, teriaknya
memperingatkan: "Awas ! Hati-hati! - segera ia ulur tangan
hendak menangkap tangan Bu-siang.
Kalau dia tidak mengulurkan tangan, Liok Bu-siang
sebetulnya bisa mencapai pagar tembok tapi ketika melihat
anak laki-laki itu hendak menarik dirinya, segera ia
menghardik: "Minggir" - badanpun menyingkir ke samping
hendak menghindari tarikan tangan orang, Kepandaian
jumpalitan ditengah udara adalah ilmu Ginkang tingkat tinggi,
walau dia pernah melihat ayah bundanya memainkannya, dia
sendiri belum pernah mempelajarinya, dengan sedikit berkisar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu, jari-jari-nya sudah tidak dapat meraih tembok, ditengah
teriakan kagetnya, badannya langsung jatuh ke bawah,
Melihat Bu-siang jatuh, anak laki-laki yang berada di kaki
tembok segera memburu maju dan ulur tangan memeluk
badannya. Tapi tembok itu setinggi beberapa tombak, meski
badan Bu-siang kecil, tenaga luncuran setinggi ,itu jelas amat
berat, meski anak laki-laki itu berhasil memeluk pinggangnya,
tak tertahan keduanya terbanting jatuh dengan keras.
Terdengarlah suara "krak", tulang kaki kiri Liok Bu-siang
"patah, demikian pula jidat anak laki-laki itu kebentur batu
runcing, darah mengucur keluar,
Thia Eng dan anak laki-laki di atas tembok itu memburu
maju untuk menolong. Anak laki-laki itu merangkak bangun
sambil mendekap jidatnya yang bocor, sementara Liok Busiang
jatuh semaput. Sambil memeluk Piaumoaynya Thia Eng
segera berteriak: "lh-tio, Ah-i (paman, bibi), lekas datang !"
Mendengar teriakannya, Liok-toanio segera memburu
keluar, tiba-tiba terasa di atas kepalanya angin kencang
menyamber, sesuatu benda berat menindih kepalanya Sebat
sekali Liok-toanio berkelit ke samping, dilihatnya yang
dilempar ke arahnya itu ternyata mayat seseorang. Tak
sempat membawa goloknya segera ia melompat ke wuwungan
rumah, belum lagi ia berdiri tegak, dua sosok mayat tahu-tahu
dilempar pula memapak mukanya, ketika Liok-toanio
membungkukkan tubuh, tahu-tahu kedua lututnya menjadi
lemas dan tidak kuasa berdiri tegak, kontan ia terjungkal jatuh
ke pelataran.
Kebetulan Liok Lip-ting sedang memburu keluar, melihat
Liok-toanio terjungkal jatuh dari atas, segera ia melompat ke
depan dengan ilmu Ginkang yang dia yakinkan selama
berpuluh tahun, meski jaraknya masih tiga tombak jauhnya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
namun sekali lompat badannya melesat seperti anak panah,
telapak tangannya sempat menyanggah punggung istrinya,
Karena tenaga sanggahan ini badan Liok-toanio terlempar
naik, diwaktu meluncur turun pula, Liok Lip-ting dengan ringan
dapat menurunkan badan istrinya di atas tanah.
Tak sempat menanyai keadaan istrinya, sekilas dilihatnya
tidak apa-apa, segera ia melompat ke atas rumah, matanya
menjelajah sekelilingnya, tertampak bulan sabit tergantung
tinggi di cakrawala, angin menghembus sepoi-sepoi, namun
tidak kelihatan bayangan seorangpun Liok Lip-ting segera
kembangkan Ginkang, dalam sekejap saja ia sudah meronda
keadaan rumahnya satu keliling, namun tidak menemukan
apa-apa, segera ia melompat turun ke bawah pelataran dan
masuk ke dalam rumah.
Di situ terlihat seorang nyonya pertengahan umur sedang
membopong Liok Bu-siang dan anak laki-laki tadi masuk ke
ruang tengah, tanpa menghiraukan kucuran darah anak lakilaki
itu, si nyonya berusaha menyambung dulu tulang kaki Liok
Bu-siang yang patah.
Liok Lip-ting semula mengira puterinya sudah dicelakai
orang, kini melihat hanya tulang kaki yang patah, hatinya rada
lega, tanyanya kepada istrinya: "Kau tidak apa-apa bukan ?"
Liok-toanio menggeleng kepala, ia sobek lengan baju
untuk membalut jidat anak laki-laki itu yang terluka, ingin dia
memeriksa luka kaki puterinya, tak terduga baru saja
melangkah, kaki sendiri terasa linu lemas, tanpa kuasa ia jatuh
terduduk.
Nyonya pertengahan umur itu menutuk Hiat-to Pek-hayhiat
dan Hwi-tiong-hiat dikedua paha Liok Bu-siang untuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menghilangkan rasa sakit, lalu kedua tangan menekan pada
kedua sisi tulang yang patah untuk menyambungnya.
Melihat gerak-gerik orang yang cekatan, ilmu tutuknya
terang tingkat tinggi, makin curigalah Liok Lip-ting, serunya:
"Siapakah Toanio ini ? Ada petunjuk apa berkunjung ke sini ?"
Nyonya itu tumplek seluruh perhatian untuk menyambung
tulang kaki Liok Bu-siang yang patah, sedikitpun tidak
menghiraukan pertanyaannya, Diam-diam Liok Lip-ting
perhatikan tangan kiri orang yang memegangi kaki puterinya,
sementara tangan kanan diangkat dan berputar setengah
lingkaran terus menutuk turun pelan-pelan, itulah gerakan Ityang-
ci yang menurut cerita ayahnya merupakan kepandaian
khas musuh besarnya, maka tanpa ragu-ragu lagi, kedua
telapak tangan Liok Lip-ting terus menghantam ke punggung
orang.
Mendengar deru angin dari belakang, tangan kanan
nyonya itu tetap menutuk Pek-hay-hiat Liok Bu-siang, telapak
tangan lain menepuk balik ke belakang menangkis pukulan
Liok Lip-ting. Kontan Liok Lip-ting merasakan tenaga dahsyat
mendorong ke arah dirinya, seketika dada terasa sesak, tanpa
kuasa ia tergentak mundur dua langkah.
Karena menggunakan telapak tangan kiri sehingga si
nyonya tidak dapat memegangi sebelah kaki Liok Bu-siang,
maka telunjuk jarinya yang menutuk turun itu ikut tergetar
miring, tulang kaki Liok Bu-siang yang patah itu kembali lepas,
sekali menjerit seketika anak dara itu jatuh pingsan lagi.
Pada saat itulah dari atas genteng terdengar suara tertawa
seorang, serunya: "Aku hanya membunuh sembilan jiwa
keluarga Liok, orang luar harap segera keluar!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu Liok Lip-ting angkat kepala, dilihatnya di atap
genteng berdiri seorang Tokoh, di bawah cahaya bulan yang
remang-remang, jelas kelihatan parasnya yang elok, berusia
delapan atau sembilan belas, kulitnya putih halus, sikapnya
garang, di punggungnya terselip sepasang pedang.
Liok tip-ting segera berseru lantang: "Aku inilah Liqk Ljpting,
apa Toyu datang dari Jik-lian-to ?"
Si Tokoh mendengus: "Baik sekali kalau sudah tahu, lekas
kau bunuh isteri dan puteri serta semua pembantumu, lalu
kau bunuh diri pula supaya aku tidak perlu turun tangan !" -
sikapnya congkak, kata-kata-nya pedas, sedikitpun tidak
pandang sebelah mata pada tuan rumah,
Meski Liok Lip-ting tidak pernah angkat nama di kalangan
Kangouw, betapapun dia keturunan seorang pendekar besar,
mana mandah dihina di hadapan orang luar, segera ia
memburu keluar dan melompat ke atas seraya membentak:
"Biar kau kenal dulu kelihayanku !"
Sikap si Tokoh acuh tak acuh, disaat kedua kaki Liok Lipting
hampir menginjak genteng, badan masih terapung di
udara, mendadak kedua pedangnya bergerak laksana
bianglala, tahu-tahu sinar pedang lawan itu sudah mengurung
seluruh badannya, serangan kedua pedang ini amat lihay dan
hebat sekali, meski ilmu silat Liok Lip-ting amat tinggi,
betapapun dia kurang pengalaman menghadapi musuh
tangguh, tahu-tahu hawa pedang musuh yang dingin itu
sudah menyamber lehernya, dalam keadaan begitu jelas dia
tidak akan mampu menangkis atau menyelamatkan diri,
terpaksa ia pejamkan mata menunggu ajak
"Trang," tiba-tiba seseorang telah menangkiskan pedang
yang menyerang lehernya itu, waktu Lip-ting membuka mata,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dilihatnya nyonya setengah umur tadi sedang menempur si
Tokoh dengan bergaman sebatang pedang panjang,
Nyonya itu berpakaian warna abu-abu, sementara Tokoh
muda itu mengenakan jubah kuning, tertampak bayangan
abu-abu dan kuning saling berputar menari di bawah cahaya
bulan diselingi samberan sinar kemilau yang berhawa ,dingin,
sedemikian sengit pertempuran itu, namun tidak terdengar
suara benturan kedua senjata masing-masing.
Betapapun Liok Lip-ting keturunan keluarga persilatan,
meski gerak-gerik kedua orang yang bertempur itu amat
cepat, setiap jurus dan tipu serangan kedua pihak dapat
diikutinya dengan jelas, Tertampak Tokoh itu menyerang dan
menjaga diri dengan rapat, ganti-berganti ia mainkan ilmu
pedangnya yang hebat, sebaliknya si Nyonya melayaninya
dengan tenang dan mantap, setiap kesempatan pasti tidak
disia-siakan untuk melancarkan serangan yang mematikan.
Sekonyong-konyong terdengar "tring", dua pedang
beradu, pedang di tangan kiri si Tokoh mencelat terbang ke
udara, Sebat sekali ia melompat mundur keluar dari arena
pertempuran, mukanya yang putih halus bersemu merah,
matanya mendelik gusar, bentaknya: "Aku mendapat perintah
guru untuk membunuh habis keluarga Liok, apa sangkut
pautnya dengan kau ?"
Nyonya itu menjengek dingin: "Kalau gurumu berani dan
punya kepandaian, seharusnya dia mencari Liok Tian-goan
sendiri, kini dia sudah mati, tapi gurumu tidak tahu malu
mencari perkara kepada keturunannya ?"
Si Tokoh kebutkan lengan bajunya, tiga batang jarum
menyamber, dua batang menyamber si nyonya, jarum ketiga
ternyata menyerang Liok Lip-ting yang berdiri di pekarangan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangan mendadak dan cepat lagi, lekas si nyonya ayunkan
pedangnya menangkis, terdengar Liok Lip-ting menggerung
gusar, dua jarinya dapat menjepit batang jarum yang
menyerang tenggorokannya itu.
Si Tokoh tersenyum dingin, dengan tangkas ia jumpalitan
terus keluar, tiba-tiba terdengar suitan panjang di kejauhan
sana, dalam sekejap saja dia sudah berlari puluhan tombak
jauhnya.
Melihat Ginkang orang begitu hebat, nyonya itupun rada
tercengang, lekas ia melompat turun kembali ke dalam
ruangan, melihat Liok Lip-ting sedang pegangi sebatang
jarum, segera ia berseru: "Lekas buang !"
Sekarang Liok Lip-ting tidak curiga lagi kepada orang,
lekas ia lemparkan jarum itu ke tanah, Cepat nyonya itu
mengeluarkan seutas tali kain dari dalam bajunya terus
mengikat pergelangan tangan Lip-ting dengan kencang,
Baru sekarang Liok Lip-ting dibuat kaget, serunya: "Jarum
itu berbisa ?"
"Ya, racun yang tiada bandingannya." sahut nyonya itu,
lalu ia keluarkan sebutir pil dan suruh Lip-ting menelannya.
Liok Lip-ting rasakan kedua jarinya sudah mati rasa, tak
lama kemudian melepuh sebesar tebak Lekas si nyonya
bekerja pula mengirisnya dengan ujung pedang, darah hitam
segera mengalir keluar dan berbau busuk,
Sungguh kejut Liok Lip-ting bukan kepalang, batinnya:
"Jariku tidak lecet atau terluka, hanya tersentuh sedikit saja,
racun sudah bekerja sedemikian lihay, kalau jariku kena
tertusuk sedikit saja, jiwaku tentu sudah melayang ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Baru sekarang nyonya itu sempat memayang Liok-toanio,
lalu ia memeriksa luka-lukanya. Ternyata Hui-tiong-hiat di
bagian lututnya masing-masing terkena sambitan sebatang
jarum, Tapi jarum-jarum ini adalah jarum emas milik Liok Lipting
yang biasanya untuk menolong orang,
Meski bencana belum berlalu, namun sementara
keluarganya masih dalam keadaan selamat, hati Liok Lip-ting
rada bersyukur, waktu ia berpaling melihat ketiga mayat tadi,
berkobar pula amarahnya disamping bergetar hatinya.
Ternyata ketiga mayat itu bukan lain adalah Liong, So dan Cupiauthau
dari An-wan Piaukiok, Waktu ia periksa luka mereka
bertiga, dilihatnya jarum-jarum yang dia gunakan kini sudah
berpindah tempat, semula tusukan jarumnya untuk
menghilangkan rasa sakit, kini jarum-jarum itu menusuk pada
Hiat-to yang mematikan.
Cukup sebatang saja sudah amat men-derita, apa lagi
tertusuk sembilan batang ? Cuma tusukan jarum pada badan
Liong-piauthau rada meleset, maka jiwanya belum melayang,
sorot matanya memancarkan rasa belas kasihan, seolah-olah
mohon pertolongan pada Liok Lip-ting.
Liok Lip-ting tidak tega, namun melihat luka-luka-nya,
meski ada obat dewapun tidak akan bisa menolong jiwanya,
katanya sambil menghela napas: "Liong-piauthau,
berangkatlah dengan tenang."
Liong-piauthau menarik napas panjang, ia angkat badan
bagian atas, katanya tersendat:
"Liok... Liok-ya, aku tiada harapan lagi, kau lekas kau lari.
iblis itu berkata, dikolong langit ini hanya Liok Tian-goan yang
boleh mengobati aku, putera tunggalnya pun tidak boleh...
kau lekas lari, sebentar dia akan tiba !" - beberapa patah kata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terakhir diucapkan dengan suara lirih hampir tidak terdengar,
kejap lain iapun sudah menutup mata dan berhenti bernapas.
Nyonya itu mendengus gusar: "Hm, iblis keparat! iblis
keparat!"
Liok Lip-ting menjura serta bertanya: "Aku punya mata
tapi tak bisa melihat, mohon tanya siapa she dan nama Toanio
?-"
"Suamiku she Bu," sahut nyonya itu. "Kiranya tepat
dugaanku, Melihat kepandaian It-yang-ci Toanio, sudah lantas
kuduga pastilah anak murid It-teng Taysu dari Tayli di Hunlam,
Silahkan masuk ke dalam menikmati secangkir teh."
Maka mereka lantas masuk ke dalam rumah. Liok Lip-ting
membopong Bu-siang tertampak mukanya pucat, namun
sedapatnya menahan sakit, tidak menangis dan tidak
mengeluh, timbul rasa kasih sayang Lip-ting tak terhingga
kepada puteri tunggalnya ini.
Bu Sam-nio, nyonya tadi berkata: "Begitu murid iblis itu
pergi, gembong iblis itu segera akan datang sendiri Liok-ya,
bukan aku pandang rendah dirimu, kalau cuma tenaga kalian
berdua suami isteri, meski ditambah aku seorang juga bukan
tandingan iblis ganas itu. Kukira laripun tak berguna, terpaksa
kita pasrah nasib, biarlah kita tunggu kedatangannya di sini
saja."
Liok-toanio bertanya: "Sebetulnya orang macam apa
gembong iblis itu ? Ada dendam permusuhan apa pula dengan
keluarga kita ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bu Sam-nio melirik kepada Liok Lip-ting, katanya
kemudian: "Memangnya Liok-ya tidak menjelaskan kepadamu
?"
"Katanya persoalan menyangkut mertuaku yang sudah
meninggal itu, sebagai putera yang berbakti, tidak enak
membicarakan persoalan ayah bundanya, dia sendiripun tidak
begitu jelas akan seluk-beluk persoalan ini," tutur Liok-toanio.
"Disitulah soalnya", ujar Bu Sam-nio menghela napas, "Aku
orang luar, tiada halangan kuterangkan Mertuamu Liok Tiangoan,
Liok-loenghiong diwaktu mudanya adalah pemuda
ganteng, dia disebut pemuda romantis nomor satu di kalangan
Bu-lim. Gembong iblis Jik-lian-sian-cu Li Bok-chiu itu..."
Mendengar nama Li Bok-chiu disebut, Liok Lip-ting
seketika merinding seperti dipagut ular berbisa, Bu Sam-nio
melihat perubahan air muka orang, katanya lebih lanjut:
"Sekarang kaum persilatan bila menyinggung nama Jik-liansian-
ci, pasti gemetar ketakutan, tapi puluhan tahun yang lalu
dia adalah gadis rupawan yang halus budi dan lemah lembut.
Mungkin memang sudah takdir, begitu bertemu dengan
mertuamu, hatinya lantas jatuh cinta, Belakangan setelah
mengalami berbagai rintangan, perubahan dan pertikaian
mertuamu akhirnya menikah dengan Ho Wan-kun, mertua
perempuan sekarang, Bicara soal mertua perempuanmu, mau
tidak mau aku harus menyinggung suamiku juga. Soal ini
cukup memalukan bila dituturkan, tapi keadaan hari ini sudah
amat mendesak, terpaksa aku tidak perlu! simpan rahasia
lagi."
Sejak kecil Liok Lip-ting sudah mendengar penuturan ayah
bundanya bahwa selama hidup mereka mempunyai dua
musuh besar yang paling tangguh, seorang adalah Jik-lianTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
sian-cu, seorang lain adalah Bu Sam-thong, salah seorang
murid kesayangan It-teng Taysu dari negeri Tayli di Hunlam,
Semula It-teng Taysu adalah raja negeri Tayli, tapi ia
meninggalkan " takhta dan cukur rambut menjadi Hwesio, lalu
menerima empat murid, satu diantaranya ialah Bu Sam-thong
!
Sewaktu mudanya Bu Sam Thong menjabat pangkat yang
tinggi di negeri Tayli, Cuma bagaimana Liok Tian-goan suami
isteri sampai mengikat permusuhan dengan dia tidak pernah
dituturkan kepada puteranya. Maka waktu melihat Bu Sam-nio
menggunakan It-yang-ci menyambung tulang kaki puterinya
yang patah tadi, sudah tentu Liok Lip-ting kaget dan curiga,
tak nyana Bu Sam-nio malah bantu menghalau murid Jik Lian
sian-cu dan menolong jiwanya, hal ini sungguh di luar
dugaannya.
Bu Sam-nio mengelus pundak anak laki-laki yang terluka
jidatnya itu, matanya mendelong mengawasi api lilin:
"Suamiku dan mertuamu sejak kecil bertentangan, hubungan
mereka sangat intim, meski sifat-sifat mereka tidak cocok,
namun suamiku amat mencintainya. Siapa tahu akhirnya dia
menikah dng mertuamu, saking gusar suamiku lantas minggat
jauh ke Tayli, menjabat panglima pemimpin tentara, menjadi
anak buah Toan-hongya, Pernah suamiku bertemu dengan
mertuamu terjadilah perang tanding yang seru, suamiku
memang berangasan dan terlalu mengumbar nafsu karena
patah hati, akhirnya dia bukan tandingan mertuamu, sejak itu
tindak tanduknya agak sin-ting, baik sahabat karibnya atau
aku sendiri tak dapat menyadarkan dia, Dulu dia pernah
berjanji dengan mertuamu bahwa lima belas tahun kemudian
bertanding lagi, siapa tahu kedatangannya kali ini, kedua
mertuamu ternyata sudah meninggal."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liok Lip-ting amat gusar, serunya sambil menggablok
meja: "Kalau dia punya kepandaian, kenapa tidak datang
sejak dulu, kini setelah tahu ayahku sudah almarhum baru
meluruk datang dan menculik jenazahnya, terhitung perbuatan
orang gagah macam apa ?"
"Omelan Liok-ya memang benar," ujar Bu Sam-nio.
"Suamiku sudah kehilangan kesadaran-nya, tingkah laku dan
tutur katanya sudah tidak genah lagi, Hari ini aku membawa
kedua anakku ini kemari, bukan lain adalah hendak mencegah
perbuatannya yang tidak keruan, dalam dunia sekarang ini,
mungkin hanya aku seorang saja yang rada ditakutinya."
Sampai di sini segera ia berkata kepada kedua puteranya: "
Lekas menyembah kepada Liok-ya dan Liok-toanio." Kedua
anak laki-laki itu segera berlutut dan menyembah, Liok-toanio
. lekas membimbingnya bangun serta menanyakan nama
mereka. Yang jidatnya terluka bernama Bu Tun-ji, usianya dua
belas tahun, adiknya bernama Bu Siu-bun, satu tahun lebih
muda.
"Sungguh tak nyana suamiku tidak kunjung tiba, malah
Jik-lian-sian-pu keburu membuat perkara di rumahmu... ai,"
demikian kata Bu Sam-nio lebih lanjut, "Dua pihak sama-sama
tidak dapat melupakan cinta masa lalu, cuma yang satu lelaki
dan yang lain perempuan."
Baru dia bicara sampai di sini, mendadak di-atas rumah
ada orang berteriak: "Anak Ji, anak Bun, ayo keluar !" suara
ini datangnya tiba-tiba, sedikitpun tidak terdengar suara
langkah di atas genteng, mendadak suaranya kumandang
ditengah malam buta, keruan Liok Lip-ting suami istri sangat
kaget, mereka tahu Bu Sam-thong telah tiba, Thia Eng dan
Liok Bu-siang pun kenal suara si orang gila yang mereka temui
siang tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tertampak sesosok bayangan berkelebat, Bu Sam-thong
melompat turun, seorang satu tangan, ia angkat kedua
puteranya terus lari secepat angin, sebentar saja ia sudah tiba
di hutan pohon Liu, tiba-tiba ia turunkan Bu Siu-bun, dengan
hanya membawa Bu Tun-ji bayangannya lantas lenyap dalam
sekejap mata, putera kecilnya dia tinggal demikian saja
didalam hutan itu.
Bu Siu-bun berteriak-teriak: "Ayah ! Ayah !".
Tapi Bu Sam-thong sudah menghilang, terdengar suaranya
berkumandang dari kejauhan: "Kau tunggu di situ, sebentar
aku kembali menjemput kau."
Bu Siu-bun tahu tindak tanduk ayahnya rada sinting, maka
ia tidak heran, Tapi seorang diri berada dalam hutan yang
gelap, hatinya rada takut, namun teringat sebentar sang ayah
akan kembali, maka dengan termenung ia duduk saja dibawah
pohon.
Duduk punya duduk, teringat olehnya akan kata-kata
ibunya bahwa ada musuh lihay entah yang mana hendak
menuntut balas, belum tentu sang ibu bisa menandingi lawan,
Meski usianya masih kecil, namun Siu-bun sudah tahu
berkuatir akan keselamatan ibunya, Setelah menunggu sekian
lamanya dan sang ayah tidak kunjung datang, akhirnya dia
menggumam sendiri: "Biar aku pulang mencari ibu saja !" -
lalu ia menggeremet dan meraba-raba menuju ke arah
datangnya tadi,
Bocah kecil berada dalam hutan seorang diri, apalagi
malam pekat, mana bisa menentukan arah dan tujuan ?
Semakin jalan ia menuju ke arah hutan belukar yang makin
dalam, Akhirnya ia tiba di sebuah lekukan gunung, di bawah
adalah selokan setinggi tujuh delapan tombak, selayang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pandang sekelilingnya hitam melulu. Saking gugup dan
ketakutan Bu Siu-bun lantas berteriak: "Ayah, ayah ! Ibu, ibu
!" - Terdengar gema suaranya berkumandang dilembah
pegunungan
Disaat hatinya cemas dan gundah itulah tiba-tiba
hidungnya mengendus bau amis yang memualkan disusul
hembusan angin keras, ditengah kegelapan tampak dua titik
sinar seperti pelita minyak sedang bergerak ke arahnya.
Bu Siu-bun heran, mendadak didengarnya suara gerangan
yang keras, kedua titik terang seperti sinar pelita itu memburu
cepat ke arahnya, Sungguh kagetnya bukan main, teriaknya:
"Harimau !" - tanpa banyak pikir segera ia melompat ke atas
menangkap dahan pohon terus merayap naik dengan
mengerahkan segenap tenaganya, terasa pantatnya seolaholah
kena terpukul oleh sesuatu, segera kaki tangan bekerja
sekuat tenaga merambat ke puncak pohon.
Didengarnya binatang buas itu menggerung-gerung serta
berputar-putar mengitari pohon, Melihat binatang itu tidak
bisa naik ke atas pohon barulah hati Siu-bun sedikit lega, tibatiba
terasa pantatnya pedas dan perih, waktu ia merabanya,
ternyata celananya sudah robek tercakar kaki harimau tadi,
Dasar bocah nakal, segera teringat olehnya akan , cerita
ibunya bahwa harimau tidak bisa naik pohon, maka sambil
menuding ke bawah ia lantas memaki kalang kabut: "Harimau
keparat, harimau brengsek, harimau busuk !"
Mendengar suara manusia, harimau itu menggerung
semakin keras.
Begitulah satu sama lain bertahan di atas dan berputar di
bawah pohon, meski Bu Siu-bun sangat kantuk dan letih,
mana dia berani tidur ? sebentar lagi hari akan terang tanah,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
maka pandangan mulai jelas keadaan sekelilingnya, Semula
dia tidak berani langsung mengawasi harimau di bawahnya,
akhirnya ia membesarkan nyali menunduk ke bawah, saking
kejutnya hampir saja ia terjungkal jatuh dari atas pohon,
Ternyata harimau loreng di bawah itu kira-kira sebesar anak
sapi,: duduk menengadah sambil menyeringai buas, matanya
menatap dengan penuh nafsu, mulut melelehkan liur kental.
Memang harimau itu sedang kelaparan, menunggu
semalam suntuk tanpa - dapat mencaplok mangsa di depan
mata, rasa laparnya makin mengobarkan kebuasannya,
mendadak ia menggerung sekeras-kerasnya terus menerjang
ke atas. Lompatan ini setombak lebih tingginya, cakar
depannya berhasil mencapai batang pohon sehingga sesaat
lamanya badannya tergantung ditengah udara.
Harimau ini cukup besar dan rada gemuk, berat badannya
tidak kurang dua ratus kati, sudah tentu batang pohon itu
tidak kuat menahan berat badannya, "peletak", sekali membal
dahan pohon itu patah dan jatuh ke bawah, Bu. Siu-bun ikut
terpental dan terjungkal ke bawah, Sejak kecil ia dididik ilmu
silat oleh ayah bundanya, waktu meluncur ke bawah dia bisa
kendalikan badan dan menggelinding ke samping, sedikitpun
tidak terluka, begitu merangkak bangun segera ia lari sipat
kuping. Tanpa hiraukan rasa sakitnya, harimau itu segera
mengejar dengan kencang.
Walau Bu Siu-bun sudah punya dasar latihan Ginkang,
namun usianya masih kecil, kaki pendek lagi, maka
langkahnya tidak bisa cepat dan jauh, mana bisa menandingi
kecepatan lari seekor harimau, terpaksa ia lari berputar-putar
mengitari pohon,
Ia bermain petak dengan pengejarnya, Kalau lari lurus
harimau itu memang cepat dan gesit, tapi untuk putar-putar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan main menyelinap kian kemari gerak geriknya menjadi
lamban, maka gerungan-nya semakin keras, ia menubruk
membabi buta, debu pasir dan dedaunan sama beterbangan
Melihat harimau itu tidak bisa berbuat apa-apa terhadap
dirinya, Bu Siu-bun menjadi senang, sambil memaki kalang
kabut ia berlari pula berputar mengelilingi pohon dan batu.
Saking senang sehingga kurang ber-hati-hati dan menginjak
sebutir batu bundar, kontan ia tergelincir dan jatuh, Tanpa
ayal harimau itu lantas menubruk ke arahnya.
Bu Siu-bun berteriak: "Ibu, ibu l" Sekonyong-konyong
dilihatnya dua gulung bayangan hitam meluncur dari tengah
angkasa menubruk ke arah dirinya, tahu-tahu harimau itu
terangkat naik ke tengah udara, menyusul badan sendiripun
ikut terapung ke angkasa,
Kaget dan takut pula Bu Siu-bun, waktu ia membuka
mata, pohon di bawah tertampak menjadi kecil, dirinya sedang
terbang diawang-awang waktu ia menengadah ternyata seekor
burung besar mencengkeram baju punggungnya sedang
terbang dengan pentang sayap yang lebar.
Semula hatinya amat takut, tak lama kemudian, ia merasa
burung raksasa itu tidak bermaksud jahat. Tiba-tiba
didengarnya gerungan keras di sebelah belakang, ia berpaling,
tertampak harimau besar itu dicengkeram oleh seekor burung
raksasa lainnya dan dibawa terbang juga, kakinya mencakmencak
sambil menggerung keras, cakar burung raksasa itu
mencengkeram kuduk dan pangkal ekornya hingga tergantung
ditengah udara.
Sekali kembangkan kedua sayap, burung raksasa di
belakang itu terbang lebih tinggi memasuki awan, tiba-tiba
cengkeraman kedua cakarnya dilepaskan, kontan harimau itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
meluncur jatuh ke bawah dari ketinggian ratusan tombak dan
akhirnya terbanting hancur lebur.
Melihat adegan yang mengerikan ini, seketika Bu Siu-bun
berteriak kaget, teringat olehnya: "Kalau burung besar inipun
melepaskan diriku, mustahil aku tidak akan hancur lebur ?" -
karena takut cepat ia memeluk ujung kaki burung besar itu.
Sekonyong-konyong terdengar lengking suitan panjang di
bawah, suaranya nyaring dan merdu, terang suitan dari mulut
perempuan, Kedua ekor burung besar itu pelahan terbang
turun, lalu meletakkan Bu Siu-bun di atas tanah, Gesit sekali
Siu-bun melompat bangun, tertampak sekelilingnya pohon Liu
melulu, bumi seperti ditabur bunga yang mekar beraneka
warnanya, suatu tempat yang indah dan permai, Dari balik
pohon sana berlenggang keluar seorang anak perempuan,
sekilas ia melirik kepada Bu Siu-bun, lalu ia tepuk-tepuk kedua
paha burung besar tadi, katanya: "Tiau-ji elok, Tiau-ji bagus !"
Bu Siu-bun membatin: "Kiranya kedua burung ini bernama
"Tiau-ji" (rajawali), dilihatnya kedua burung itu berdiri gagah
dan angker, jauh lebih besar dan tinggi daripada anak
perempuan itu.
Bu Siu-bun tidak paham berterima kasih segala, katanya
sambil mendekat anak perempuan itu: "Apakah kedua ekor
Tiau-ji ini peliharaanmu ?"
Anak perempuan itu mencibirkan bibir, sikapnya
memandang hina, jengeknya: "Aku tidak kenal kau, tidak sudi
bermain dengan kau !"
Bu Siu-bun tidak perduli akan sikap kasar orang, ia ulur
tangan mengelus kaki burung besar itu. Anak perempuan itu
mendadak bersiul ringan, sayap burung besar itu segera
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terpentang dan menyapu dengan ringan, kontan Bu Siu-bun
tersabet jumpalitan dan terguling di tanah, lalu kedua ekor
burung itu segera terbang rendah menubruk ke arah mayat
harimau tadi dan mulai berpesta pora.
Cepat Bu Siu-bun melompat bangun dan mengawasi
kedua rajawali itu, hatinya amat ketarik, katanya: "Sepasang
burung ini amat bagus, mau dengar perintahmu, kalau pulang
biar akupun minta ayah menangkapnya sepasang untukku !"
Anak perempuan itu mendengus: "Hm, memangnya
ayahmu mampu menangkapnya ?"
Berulang-ulang menghadapi sikap yang kurang simpatik,
barulah Bu Siu-bun sekarang sempat mengamati anak
perempuan di hadapannya ini, tertampak orang mengenakan
pakaian yang amat mewah, lehernya mengenakan kalung
mutiara sebesar kelengkeng, kulit mukanya halus putih seperti
air susu, biji matanya jeli, mulutnya kecil mungil
sepasang biji mata anak perempuan itupun sedang
mengawasi seluruh badan Bu Siu-bun, tanyanya: "Siapa
namamu ? Kenapa keluar bermain seorang diri, tidak takut
digigit harimau ?"
"Aku bernama Bu Siu-bun, sedang menunggu ayahku, Dan
siapa namamu ?"
Anak perempuan itu mencibirkan bibir, katanya: "Aku tidak
bermain dengan anak liar !" -. lalu ia putar badan tinggal
pergi.
Bu Siu-bun tertegun, "Aku bukan anak liar !" teriaknya
sambil mengintil,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat anak perempuan itu berusia dua-tiga tahun lebih
muda, badan rendah kaki pendek, ia pikir untuk mengejar
tentu tidak sukar, siapa tahu baru saja ia kembangkan
Ginkang, bagai anak panah terlepas dari busurnya anak
perempuan itu sudah lari tujuh-delapan tombak jauhnya,
sehingga dirinya ketinggalan jauh di belakang,
Lari beberapa langkah pula mendadak anak perempuan itu
berhenti katanya sambil berpaling: ""Hm, kau mampu
mengejarku ?"
Sambil berlari Bu Siu-bun menyahut: "Tentu bisa !"
jilid 2
3. TOKOH JUBAH PUTIH YANG CANTIK
Anak perempuan itu putar badan terus lari kencang pula,
tiba-tiba ia menyelinap ke depan dan sembunyi di belakang
pohon, Tak lama kemudian Bu Siu-bun sudah menyusul tiba,
sesudah dekat, tiba-tiba kaki kiri anak dara itu diulur keluar
menjegal kaki orang.
Bu Siu-bun tidak berjaga-jaga, kontan badannya doyong
ke depan, cepat ia gunakan cara mengendalikan
keseimbangan badan tapi tahu-tahu kaki kanan anak
perempuan itu mendepak sekali lagi pada pantatnya, tanpa
ampun Bu Siu-bun jatuh terjungkal hidungnya menerjang
sepotong batu runcing, darah segera membasahi pakaiannya.
Melihat darah bercucuran, anak perempuan itu menjadi
gugup juga, tiba-tiba didengarnya orang membentak di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
belakangnya: "Hu-ji, kau nakal lagi dan menganiaya orang ya
?"
Anak perempuan itu tidak berpaling, sahutnya: "Siapa
bilang ? Dia jatuh sendiri, perduli amat dengan aku ? jangan
kau sembarangan lapor kepada ayah lho!"
Bu Siu-bun meraba hidung, sebetulnya tidak sakit, namun
melihat kedua tangan berlepotan darah, hatinya gugup juga.
Mendengar anak perempuan itu bicara dengan orang, segera
ia angkat kepala, dilihatnya seorang kakek pincang dan
bertongkat rambut sudah jarang-jarang dan jenggot pun
sudah ubanan, badannya kurus kerempeng, namun
semangatnya masih menyala-nyala.
Terdengar orang tua itu mendengus: "Jangan kau sangka
mataku buta tidak bisa melihat, apa yang terjadi dapat
kudengar dengan jelas, Kau budak kecil ini sekarang sudah
begini nakal, kelak kalau sudah besar pasti lebih nakal lagi ?"
Anak perempuan itu maju menghampiri serta menarik
lengan si kakek, katanya memohon dan merengek:
"Kongkong, jangan kau katakan kepada ayah ya ? Hidungnya
keluar darah, lekas kau mengobatinya !"
Kakek pincang itu maju setapak, sekali raih ia tangkap
lengan Bu-siau-bun, lalu memijat beberapa kali di Bun-hianghiat
di pinggir hidungnva, hanya sekali urut dan usap, darah
kontan berhenti mengalir Terasa oleh Bu Siu-bun jari-jari
tangan orang seperti jepitan besi mencengkeram lengannya,
hatinya menjadi takut, ia meronta, tapi sedikitpun tak
bergeming.
Pelahan tangannya ditarik lalu diputar, ia lancarkan Siaukim-
na-jiu-hiat yang diajarkan ibunya, telapak tangannya ikut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berputar setengah lingkaran, terus melintir dari dalam untuk
melepaskan pegangan si kakek, Kakek itu tidak menduga dan
berjaga-jaga, sungguh tak nyana bocah sekecil ini ternyata
membekal ilmu silat selincah itu, karena gerakan ronta
membalik itu, pegangannya terlepas, sambil bersuara heran
tangannya menyamber pula menangkap tangan orang, Bu Siubun
kerahkan sepenuh tenaganya berusaha membebaskan
diri, namun pegangan orang tak bergeming lagi
"Adik kecil jangan takut," kata kakek itu, "Aku tidak
melukai kau, kau she apa?"
"Aku she Bu," jawab Siu-bun.
Kakek itu menengadah seperti mengingat sesuatu, lalu
katanya menegas: "She Bu ? Ayahmu murid It-teng Taysu
bukan ?"
Bu Siu-bun berjingkrak girang, "Ya, kau kenal Hong-ya
kami ? Kau pernah melihatnya tidak ? Aku sendiri tidak pernah
melihatnya,"
"Dimana ayah bundamu ? Kenapa seorang diri kau
kelayapan di sini ?" kata si kakek sambil lepaskan tangannya.
Bu Siu-bun mewek-mewek ingin menangis teringat pada
kejadian semalam dan terkenang kepada ayah ibunya.
Anak perempuan itu lantas mengolok-olok: "Cis, tidak tahu
malu, sudah besar suka menangisi."
Bu Siu-bun tegak kepala dan berkata: "Hm, siapa bilang
aku menangis." - lalu ia ceritakan bahwa ibunya sedang
menunggu kedatangan musuh di Liok-keh-cheng. Ayah entah
pergi kemana membawa kakaknya, lalu dirinya kepergok
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
harimau buas itu. Karena gugup dan pikiran tidak tenang,
ceritanya putar balik tak teratur, namun kakek itu dapat
memahami sebagian besar ceritanya itu, tanyanya: "Tahukah
kau siapa musuh yang di tunggu ayah bundamu ?"
"Seperti bernama Jik-lian-coa apa, pakai Chiu apa lagi,"
tutur Siu-bun.
Kakek itu menengadah pula, mulutnya menggumam: "Jiklian-
coa apa ?" mendadak ia ketuk tongkat besinya di atas
tanah, teriaknya keras: "Pastilah Jik-lian-sian-cu Li Bok-chiu
adanya !"
"Betul, betul!" Bu Siu-bun bersorak gembira, "Memang Jiklian-
sian-cu"
Karena tebakan si kakek yang tepat itu, maka ia
kegirangan, namun si kakek ternyata sangat tegang, katanya:
"Kalian berdua boleh bermain di sini, setapakpun jangan
meninggalkan tempat ini, biar kutengok kesana !"
"Kongkong, aku ikut kau !" rengek anak perempuan tadi.
Kakek itu menjadi gugup: "Ai, ai, tidak boleh ! iblis
perempuan itu sangat jahat, aku sendiri bukan tandingannya.
Soalnya tahu teman baik sedang menghadapi bahaya,
terpaksa aku harus menyusul kesana, Kalian harus menurut
kataku. Habis berkata segera ia berlalu dengan langkah
terincang-incut.
Meski pincang, tapi dengan bantuan tongkat besi segera ia
kembangkan Ginkang, larinya amat cepat, tidak kalah dari
pada tokoh-tokoh silat kelas tinggi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala itu hari sudah terang, para petani sudah bekerja di
sawah, dengan riang gembira sedang menuai padi sambil
berdendang, Kakek itu berlari bagai terbang tanpa hiraukan
suasana gembira kaum tani yang bekerja keras itu. sekejap
saja dia sudah tiba di depan Liok-keh-cheng. Kedua matanya
memang buta, namun daya pendengarannya amat tajam,
jaraknya masih kira-kira satu li, namun dari kejauhan ia sudah
mendengar suara bentrokan senjata keras, suara orang
sedang bertempur dengan sengit.
Ia tidak kenal keluarga Bu atau keluarga Liok dan tiada
hubungan, iapun tahu ilmu silat sendiri jauh bukan tandingan
Jik-lian-sian-cu, kedatangan dirinya ini mungkin hanya
mengantar jiwa belaka, namun selama hidupnya selalu bantu
kaum lemah demi kebenaran dan keadilan, selamanya ia tidak
hiraukan keselamatan diri sendiri, Maka langkah kakinya
dipercepat waktu tiba di depan perkampungan didengarnya di
atas genteng ada empat orang sedang bertempur dengan
seru. Sebelah kanan satu orang melawan tiga orang, tapi
agaknya ketiga orang itu terdesak di bawah angin malah.
Ternyata setelah Bu Sam-thong membawa pergi Tun-ji
dan Siu-bun, Liok Lip-ting - suami isteri semakin cemas dan
heran, mereka tidak tahu apa maksud orang gila itu.
sebaliknya Bu Sam-nio menjadi senang, katanya tertawa:
"Selamanya suamiku bertindak angin-anginan, kali ini ternyata
bisa tahu kasih sayang dan dapat melihat bahaya."
Liok-toanio mohon keterangan, tapi Bu Sam-nio hanya
tersenyum saja, katanya: "Nanti sebentar kau akan tahu
sendiri."
Waktu itu sudah larut malam, Liok Bu-siang sudah tertidur
dalam pangkuan ayahnya, Thia Engpun sudah kantuk dan
tidak kuasa membuka matanya lagi. Liok-toanio berdiri hendak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membawa kedua anak itu masuk kamar, lekas Bu Sam-nio
berseru mencegah: "Tunggulah lagi sebentar".
Benar juga tak lama kemudian, terdengar suara di atas
genteng: "Lemparkan ke atas !"
Itulah suara Bu Sam-thong. Pergi datangnya ternyata tidak
berbekas, Liok Lip-ting suami istri sebelumnya tidak tahu sama
sekali.
Segera Bu Sam-nio bopong Thia Eng keluar terus
dilemparkan ke atas, Bu Sam-thong ulur tangan meraihnya.
Baru saja Liok Lip-ting berdua kaget dan ingin tanya, Bu Samnio
sudah lemparkan Liok Bu-siang ke atas pula, Keruan Liok
Lip-ting kuatir, serunya: "Apa yang kau lakukan ?" - segera ia
melompat ke atas genteng, namun sekelilingnya sunyi sepi,
bayangan Bu Sam-thong dan kedua anak perempuan itu
sudah tidak kelihatan Baru saja Liok Lip-ting hendak
mengejar, dari bawah Bu Sam-nio keburu berteriak: "Liok-ya
tidak perlu kejar, dia bermaksud baik,"
Liok Lip-ting ragu-ragu, segera ia turun ke pelataran
tanyanya kuatir: "Maksud baik apa ?"
Liok-toanio sudah maklum lebih dulu, katanya: "Bu-samya
kuatir iblis perempuan itu turun tangan keji kepada anak-anak,
maka sebelumnya hendak disembunyikan di tempat yang
rahasia!"
Baru sekarang Liok Lip-ting sadar, berkali-kali ia
mengiakan, namun teringat Bu Sam-thong juga mencuri
jenazah ayah bundanya, hatinya berkuatir pula.
Bu Sam-nio tertawa, ujarnya: "Biasanya suamiku tidak
suka anak perempuan, entah kenapa kali ini dia mau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melindungi kedua puterimu, benar-benar di luar dugaanku,
Waktu dia membawa pergi anak Ji dan anak Bun tadi,
beberapa kali ia melirik kepada putri-putrimu, sikapnya amat
prihatin, betul juga dia kembali membawa mereka. Ai, semoga
sejak kini wataknya berubah, tidak linglung lagi." - Lalu ia
menghela napas, katanya lebih lanjut: "Silahkan kalian pergi
istirahat, iblis itu amat membanggakan kepandaian sendiri,
selamanya tidak mau menyergap musuh diwaktu malam,
sebelum terang tanah pasti dia tidak akan datang."
Semula Liok Lip-ting suami isteri memang menguatirkan
keselamatan puteri dan keponakannya, kini setelah kekuatiran
itu tidak membebani benak mereka, rasa takutpun hilang,
timbul keberanian mereka untuk menghadapi musuh. Mereka
sudah membekal senjata masing-masing, semua duduk
bersimpuh di ruang besar itu, bertiga dengan Bu Sam-nio
mulai semadi menghimpun tenaga.
Sang waktu berjalan cepat, tidak lama fajar pun
menyingsing, biasanya waktu seperti itu, suasana diramaikan
oleh kokok ayam dan gonggongan anjing, namun sekarang
keadaan sepi nyenyak
Di tengah kesunyian pagi itulah tiba-tiba terdengar suara
"blang" yang menggetarkan hati, entah diterjang apa pintu
besar itu tiba-tiba terbuka dan semplak pecah, Pintu besar itu
sudah dipantek dengan dua batang besi, menurut kebiasaan A
Kin, si jongos, setiap malam juga palang pula pintu itu dengan
batang kayu. Kini palang besi dan kayu luar dalam itu sama
putus, tahu-tahu seorang Tokoh pertengahan umur
mengenakan jubah putih mulus melangkah masuk, dia bukan
lain adalah Jik-lian-sian-cu Li Bok-chiu.
Saat itu A Kin sedang menyapu di pelataran, segera ia
membentak: "Siapa itu ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat Liok Lip-ting berteriak: "A Kin, lekas menyingkir !"
Tapi sudah terlambat, sekali kebut di tangan Li Bok-chiu
terayun, seperti pula kematian anjing, babi dan lain, tanpa
bersuara kepala A Kin terpukul remuk dan melayanglah
jiwanya tanpa bersuara.
Liok Lip-ting segera menjinjing golok menerjang keluar
terus membacok, Li Bok-chiu miringkan badan berkelit terus
melesat lewat disamping-nya, sekali kebutnya bergerak pula,
dua pelayan perempuan seketika tersabet mati, lalu tanyanya
dengan tertawa: "Dimana kedua bocah itu ?"
Melihat musuh bertindak begitu ganas, meski sadar bukan
tandingan lawan, namun Liok Lip-ting berdua tetap merangsak
dengan sengit dengan senjata masing-masing. Li Bok-chiu
sudah angkat kebut hendak memukul, tiba-tiba dilihatnya Bu
Sam-nio berdiri disamping, ia tersenyum manis, katanya: "O,
masih ada orang luar di sini, terpaksa aku bunuh kalian di luar
rumah saja," -. suaranya merdu, gerak geriknya genit, tak
terlihat bagaimana dia bergerak, tahu-tahu badannya
mengapung ke atas genteng, segera mengejar juga ke atas,
Belum lagi mereka berdiri tegak, kebut Li Bok-chiu sudah
menyapu datang sehingga senjata" mereka terpental balik,
Agaknya ia sengaja hendak permainkan ketiga lawannya,
dalam puluhan jurus itu ia tidak pernah melancarkan serangan
mematikan, ia cuma desak ketiga lawannya berputar-putar
seperti kucing mempermainkan tikus layaknya, Keruan Liok
Lip-ting bertiga mandi keringat dan gusar pula dibuatnya.
"Mau bunuh lekas bunuh saja!" damperat Liok Lip-ting.
Tiba-tiba Li Bok-chiu bersiul nyaring panjang ia melayang
turun ke tanah langsung menubruk ke arah seorang kakek
pincang bertongkat be yang berdiri di pinggir kali, Dimana
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kebut Li Bo chiu bergerak, tahu-tahu kebutnya membelit ke
leher si kakek pincang dan buta itu.
jurus serangan ini dilancarkan disaat kakinya belum
menyentuh tanah, namun kebutnya bagai ular hidup tahutahu
sudah menyerang tempat mematikan dibadan lawan,
Walau kakek tua itu buta, namun kupingnya dengan jelas
mendengar serangan musuh yang lihay ini, lekas tongkatnya
terangkat dan mendadak menutul ke depan, ia balas menjojoh
pergelangan tangan kanan musuh,
Tongkat besi merupakan senjata berat, umumnya piranti
untuk menyapu, menggebuk, mengemplang atau menggencet,
namun kakek tua ini justru menjojoh dengan gaya seperti
pedang menusuk, tongkat seberat itu ternyata dapat ia
mainkan dengan ringan dan lincah seperti pedang.
Lekas Li Bok-chiu sedikit gentakan kebutnya, ujung kebut
memutar balik untuk membelit ujung tongkat terus ditarik dan
disendal sambil membentak: "Lepas tangan !"
jurus ini merupakan ilmu pinjam tenaga lawan untuk
memukul lawan, ujung kebutnya meminjam tenaga jojohan
tongkat tadi serta ditarik dan disendal, seketika si kakek
merasakan seluruh lengannya bergetar hebat, hampir saja ia
tidak kuasa pegang tongkatnya, dalam keadaan yang gawat
itu, lekas ia melompat miring mengikuti tarikan orang, dengan
begitu barulah ia berhasil punahkan daya tarikan kebutan
lawan, diam-diam ia terkejut: "Gembong iblis ini ternyata tidak
bernama kosong."
Li Bok-chiu tadi sudah menyerukan "lepas tangan," namun
ia tidak berhasil merebut tongkat besi lawan, hal ini betulTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
betul di luar dugaannya, pikirnya: "Siapa kakek pincang yang
punya kepandaian selihay ini ?"
Sekilas dilihatnya biji mata orang memutih, kiranya
seorang buta, barulah ia sadar dan teringat teriaknya: "Kau ini
Tin-ok ?"
Kakek pincang buta ini memang tertua Kang-lam-chit-koay
(tujuh manusia aneh dari Kanglam) Hwi-thian-pian-kok (si
kelelawar) Kwa Tin-ok adanya, seperti diketahui sejak Hoasan-
lun-kiam pertandingan ilmu pedang di Hoa-san dulu. Kwe
Ceng dan Ui Yong menikah setelah mendapat restu Ui Yok-su,
lalu mereka mengasingkan diri di pulau Tho-hoa-to.
Sifat Ui Yok-su memang lain dari pada yang lain, suka
menyepi tidak suka keramaian, setelah beberapa bulan
berkumpul bersama puteri dan menantunya, lama kelamaan ia
menjadi bosan dan tidak kerasan tinggal dirumah, secara
diam-diam ia meninggalkan Tho-hoa-to, ia hanya
meninggalkan sepucuk surat, katanya ia hendak mencari
tempat lain yang sepi dan nyaman.
Ui Yong kenal watak ayahnya, meski hati merasa berat,
namun apa boleh buat dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Semula ia mengira dalam beberapa bulan Ui Yok-su pasti akan
pulang atau paling tidak mengirim kabar, tak tahunya seka!i
berpisah tahunan sudah lewat, namun Ui Yong tidak pernah
mendapat kabar berita sang ayah, Karena kangen pada
ayahnya, Ui Yong ajak suami-nya, Kwe Cerig keluar untuk
mencarinya, selama beberapa bulan mereka berkelana di
Kangouw, terpaksa mereka pulang ke Tho-hoa-to, sebab
waktu itu Ui Yong ternyata sedang hamil.
Perangai Ui Yong biasanya jahil dan suka aneh-aneh,
hampir tidak suka ketentraman sekejap pun, karena hamil
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segala sesuatunya dirasakan serba repot dan kurang leluasa,
hatinya menjadi kesal dan risau, dalam keadaan itu ia menjadi
uring-uringan, ia anggap biang keladi yang membikin susah
padanya itu ialah Kwe Ceng, Bagi perempuan yang sedang
hamil memang sering bersifat kasar dan suka marah, walau Ui
Yong amat mencintai Kwe Ceng, ada kalanya ia sengaja
mencari kesalahan orang dan mengajak bertengkar Dasar Kwe
Ceng berwatak polos dan lugu, jika sang istri sedang marah
tanpa alasan, paling-paling ia hanya tertawa-tawa saja tanpa
menghiraukan-nya.
Tanpa terasa sepuluh bulan telah berselang, akhirnya Ui
Yong melahirkan seorang anak perempuan dan diberi nama
Kwe Hu.,, Waktu hamil hatinya kurang senang, setelah
melahirkan ia amat kasih sayang kepada puterinya, selalu
dimanjakan Belum lagi genap satu tahun puterinya ini sudah
teramat nakal. Ada kalanya Kwe Ceng merasa anaknya
keterlaluan lalu dia memarahinya, namun Ui Yong segera
membela dan melindunginya, lama kelamaan sang puteri
semakin menjadi nakal Waktu Kwe Hu berusia tiga tahun, Ui
Yong mulai mengajarkan ilmu silat padanya, Karena itu,
celakalah binatang piaraan di Tho-hoa-to, kalau bukan
bulunya digunduli, tentu ekornya dicabuti Tho-hoa-to yang
biasanya aman tenteram dan damai itu, lama kelamaan
menjadi tempat jagal binatang.
Hari berganti bulan dan beberapa tahun telah berselang
pula, Suatu hari mereka kedatangan seorang tamu, dia bukan
lain adalah guru Kwe Ceng, Kwa Tin-oh adanya. Setelah
menetap beberapa tahun dikampung halamannya di Kanglam,
dulu di sana ada Cu Jong, Han Po-ki, Lam Hi-jin, Thio Ahseng,
Coan Kim-hoat dan Han Siau-eng, mereka bertujuh
biasa malang melintang ke mana saja, sekarang tinggal Kwa
Tin-ok seorang, usia semakin lanjut lagi, lama kelamaan ia
merasa kesepian Hari itu ia teringat akan muridnya suami istri,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera ia jual segala harta miliknya buat ongkos menuju ke
Tho-hoa-to.
Kedatangan sang guru sudah tentu membuat Kwe Ceng
dan Ui Yong sangat senang, maka mereka tahan beliau
menetap saja di pulau itu, betapapun mereka tidak
mengijinkan Tin-ok meninggalkan mereka lagi, Kwa Tin-ok
menganggur tak punya pekerjaan, maka ia menjadi teman
bermain Kwe Hu yang paling setia, satu tua satu anak,
ternyata mereka dapat bergaul rukun dan menjadi sahabat
kental.
Hari itu Ui Yong merasa kangen kepada sang ayah, maka
esoknya ia meninggalkan pulau bersama Kwe Ceng untuk
mencari ayahnya, sebelum berangkat ia berpesan kepada Kwa
Tin-ok untuk tinggal dirumah saja menemani puterinya, Siapa
tahu usia Kwe Hu meski kecil, namun dia sudah mewarisi
watak pemberani dan tidak takut tingginya langit dan tebalnya
bumi setelah ayah bundanya pergi, segera ia merengekrengek
kepada Kwa Tin-ok agar mengajaknya keluar untuk
mencari kakeknya juga, Ui Yok-su.
Keruan Kwa Tin-ok kaget, ia goyang tangan dan berteriak:
"Tidak boleh jadi ? Tidak boleh jadi ?"
Kalau ada ayah bundanya Kwe Hu sih tidak berani
mengumbar adat, setelah ayah, ibunya pergi, tiada yang perlu
dia takuti lagi Segera ia lari ke pinggir, laut lalu terjun ke
dalam air, teriaknya: "Baiklah Kwa-kongkong, biar aku
berenang saja kesana sendiri!".
Kwa Tik-ok tidak bisa berenang, mendengar deburan
ombak yang besar itu, ia menjadi gugup sendiri, kuatir Kwe
Hu ketimpa malang, lekas ia berteriak: "Kembali, lekas
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kembali, dari sini ke daratan sana ratusan li jauhnya, mana
bisa kau berenang ke sana ?"
"Aku tidak perduli, kalau kau mati tenggelam, kaulah
penyebabnya!" seru Kwe Hu.
Saking gugup Kwa Tin-ok sampai garuk-garuk kepala tak
berdaya, terpaksa teriaknya pula: "Lekas kau naik sini, marilah
berunding dulu."
"Kalau kau berjanji mau bawa aku pergi mencari
Gwakong, baru aku mau naik ke atas."
Kwa Tin-ok kewalahan, terpaksa ia berkata: "Baiklah, ku
lulusi permintaanmu."
Kwe Hu menirukan cara-cara orang dewasa, serunya:
"Seorang Kuncu (laki-laki sejati) hanya sepatah kata !"
Tanpa terasa Kwa Tin-ok segera menyambung: "Kuda lari
sekali pecut !"
Sebagai seorang kawakan Kangouw yang pernah malang
melintang puluhan tahun, sekali Kwa Tin-ok sudah keluarkan
janjinya, selama hiduppun tidak akan menyesal Dulu dia
pernah bertaruh dengan Khu Ju-ki, hingga selama delapan
belas tahun ia menyekap diri di padang pasir yang berhawa
panas dingin itu, tidak lain juga cuma untuk memenuhi janji
kedua kalimat yang diucapkannya itu.
Begitulah Kwe Hu lantas naik ke daratan, sebaliknya Kwa
Tin-ok menghela napas berulang kali, terpaksa mereka
berkemas dan menunggang kedua ekor rajawali terbang ke
barat menuju ke daratan besar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
-oooo000oooo-
4. PEMUDA PENGGEMBALA ULAR.
Hari itu mereka tiba di kabupaten Ouwciu, Kwa Tin-ok
mengajak Kwe Hu bermalam di rumah seorang petani,
maklum sudah tua, gampang capai sehingga tidurnya teramat
nyenyak, di luar tahunya pagi-pagi benar Kwe Hu sudah
membawa kedua ekor rajawali itu keluyuran di luar. Memang
kebetulan juga, secara tidak terduga ia berhasil menolong Bu
Siu-bun dari terkaman harimau buas.
Begitulah setelah beberapa gebrakan melawan Li Bok-chiu,
Kwa Tin-ok tahu bahwa dirinya bu kan tandingan orang,
segera ia kembangkan ilmu permainan tongkat, Hok-mo-tianghoat,
dengan rapat ia mempertahankan diri
Diam-diam Li Bok-chiu memuji dalam hati: "Tua bangka ini
dikenal sebagai pentolan Kang-lam chit-koay, kiranya tidak
bernama kosong, matanya buta kakinya pincang, sudah tua
dan tenaga lemah lagi, namun masih kuat melawan puluhan
jurus seranganku."
Didengarnya Liok Lip-ting dan isterinya berkaok-kaok
sedang memburu datang bersama Bu Sam-nio, diam-diam ia
berkeputusan: "Kabarnya tua bangka ini adalah guru Kwe
Ceng, Kwe-tayhiap, jangan aku sampai melukainya, kalau
sampai Kwe Ceng suami isteri mencari perkara padaku, tentu
akan serba menyulitkan, biarlah hari ini aku memberi
kelonggaran kepadanya."
Segera kebutnya bergerak, ujung kebut mendadak tegak
kaku, seperti ujung sebuah tombak terus didorong menusuk
ke dada Kwa Tin-ok. Meski kebut itu terdiri dan benda-benda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lemas, namun dengan Lwekangnya yang hebat, daya tusukan
ini sungguh luar biasa.
Lekas Kwa Tin-ok ketukan tongkat besinya ke tanah,
badannya lantas tertolak mundur ke belakang beberapa
langkah, Li Bok-chiu maju se-tapak, agaknya seperti hendak
mengejar dan menyerang, siapa tahu sekonyong-konyong
badannya mendorong ke belakang, pinggangnya lemas
gemulai seolah-olah tidak bertulang, tahu-tahu pundaknya
hanya terpaut satu dua kaki di depan Bu Sam-nio.
Keruan Bu Sam-nio kaget, lekas ia lancarkan ilmu It-yangci,
ia menutuk ke jidat orang, Sayang ilmunya ini belum
mencapai tingkat tinggi, gerak geriknya kurang cekatan dan
cepat, begitu pinggang li Bok-chiu meliuk, seolah-olah
setangkai bunga teratai yang tertiup angin, tahu-tahu ia sudah
menggeliat ke samping, malah "plak", tahu-tahu perut Lioktoanio
terkena sekali gablokannya.
Jik-lian-sin-ciang Li Bok-chiu sudah termasyhur dan
menggetarkan setiap jago persilatan, kontan Liok-toanio roboh
terguling, Liok Lip-ting tidak lagi menghiraukan keselamatan
jiwa sendiri, golok segera ia timpukan ke arah Li Bok-chiu,
berbareng ia pentang kedua tangannya menubruk maju
hendak memeluk pinggang orang untuk mengadu jiwa,
sebagai perawan suci bersih, karena patah hati perangai Li
Bok-chiu berubah sadis dan tidak kenal kasihan lagi, terutama
ia amat membenci hubungan asmara muda mudi, kini melihat
Liok Lip-ting hendak memeluk badannya, terlihat raut
mukanya lapat-lapat rada mirip ayahnya diwaktu muda dulu,
rasa bencinya semakin berkobar, setelah ia pukul jatuh golok
orang dengan kebutnya, sekali ayun pula, "sret", telak sekali
kebutnya memukul batok kepala Liok Lip-ting. Kasihan Liok
Lip-ting yang membekal ilmu silat warisan keluarga yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tinggi, selama hidup tidak pernah menanam permusuhan
dengan orang lain, tak nyana hari ini dia terjungkal habishabisan.
Beruntun ia melukai Liok Lip-ting suami istri, kejadian
berlangsung dalam waktu yang amat pendek Kwa Tin-ok dan
Bu- Sam-nio berusaha meno-long, namun terlambat.
Li Bok-chin, serunya: "Dimana" kedua bocah perempuan
itu ?"
Tanpa menanti jawaban, bayangan berkelebat langsung ia
melesat masuk ke dalarn perkampungan dalam sekejap saja ia
sudah periksa setiap pelosok rumah, namun tidak kelihatan
bayangan Thia Eng dan Liok Bu-siang. Dari tungku di dapur ia
mengambil api terus menyulutnya di-gudang kayu bakar, tak
lama kemudian dia sudah berlari keluar pula, katanya dengan
tersenyum: "Dengan Tho-hoa-to dan It-teng Taysu aku tidak
bermusuhan kalian silahkan pergi saja !"
Kwa Tin-ok dan Bu Sam-nio terhitung golongan pendekar,
mereka menyaksikan orang meng-ganas panta dapat berbuat
banyak, keruan gusar mereka bukan kepalang, sebatang
tongkat dan sebilah pedang serempak menubruk maju pula, Li
Bok-chiu bergerak lincah seperti kupu-kupu menari, ia
miringkan badan menghindari sambaran tongkat besi,
sementara kebutnya terayun membelit pedang Bu Sam-nio,
tenaga dalam tersalur melalui ujung kebutnya, sekali tarik dan
dorong pula, terdengar "pletak !", pedang itu putus menjadi
dua potong, ujung pedang melesat ke arah Bu Sam-nio,
sementara gagang pedang menyamber ke muka Kwa Tin-ok.
Bahwa pedangnya terkebut lawan Bu Sam-nio sudah amat
kaget, di luar dugaan orang dapat mematahkan pedangnya
dengan kebut yang lemas saja untuk menyerang dirinya pula,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kutungan pedang itu melesat cepat, lekas ia menunduk kepala
untuk berkelit, terasa kepala menjadi dingin dan silir, ujung
pedang menyamber lewat memotong sebagian gelungan
rambutnya.
Dilain pihak, mendengar samberan angin keras, ujung
tongkat Kwa Tin-ok sapukan ke depan untuk menyampuk
gagang pedang itu ke samping, didengarnya Bu Sam-nio
menjerit kaget. dan ketakutan, lekas ia putar tongkatnya
hingga menderu kencang dan merangsak maju, sebetulnya
tangan kirinya sudah menggenggam senjata rahasia, tapi ia
tahu Ping-pok-ciau milik Jik-lian-sian-cu amat ganas dan keji,
mata sendiri tidak bisa melihat, jangan-jangan malah
memancing orang mengeluarkan jarumnya yang berbisa itu,
sudah tentu dirinya tidak akan mampu melawan, oleh karena
itu meski situasi sangat gawat, ia tidak berani sembarangan
menimpukkan senjata rahasianya.
Sejak mula Li Bok-chiu selalu memberi kelonggaran
kepadanya, pikirnya: "Kalau tidak ku unjuk kelihaianku yang
sejati, tua bangka ini tentu tidak tahu aku sengaja mengalah
kepadanya." Ujung kebutnya segera membelit ujung tongkat
orang, Kontan (Kwa Tin-ok merasa segulung tenaga hebat
membetot tongkatnya, lekas ia, kerahkan tenaga untuk
menarik balik, siapa tahu baru saja tenaganya tersalur ke
ujung tongkat, mendadak" kekuatan betotan kebut musuh
sirna tanpa bekas, seketika ia merasakan kaki tangan menjadi
lemas seolah-olah kosong melompong tak kuasa mengerahkan
tenaga lagi.
Sedikit menggerakkan tangan kirinya Li Bok-chiu sendal
tongkat orang ke samping, telapak tangannya hanya satu dua
dim saja di depan dada Kwa Tin-ok, katanya tertawa: "Kwaloyacu,
Jik-lian-sin-ciang sudah mengusap di depan dadamu
lho!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dada Kwa Tin-ok terbuka lebar dan tidak mampu
menangkis atau membela diri, tapi ia lantas memaki dengan
gusar: "Perempuan keparat, tepukkan saja ke dadaku, kenapa
cerewet ?"
Melihat gelagat yang jelek ini Bu Sam-nio kaget dan
memburu hendak menolong. Tangkas sekali Li Bok-chiu sudah
melejit ke udara, disaat badannya masih terapung di udara,
telapak tangannya sempat mengusap sekali dimuka Bu Sam-
.nio. Katanya tertawa: "Kau berani mengggebah muridku,
nyalimu cukup besar juga!" - Habis berkata ia tertawa
cekikikan, sekali lompat badannya melayang jauh dan sekejap
saja sudah tidak kelihatan lagi,
Terasa oleh Bu Sam-nio jari orang yang meraba mukanya
itu sedemikian halus dan licin, kulit mukanya terasa dingin
nyaman, dilihatnya bayangan orang berkelebat ke dalam
hutan dan menghilang, Hanya beberapa jurus saja ia
melabraknya, namun gebrakan yang berlangsung tadi boleh
dikata berbahaya sekali, ia kerahkan seluruh kekuatannya,
akhirnya toh roboh dan tak mampu bergerak Kwa Tin-ok
tadipun merasakan dadanya seperti ditindih batu besar ribuan
kati, napas sesak terasa mual, segera ia menarik napas dalamdalam
beberapa kali, barulah pernapasannya dapat lancar
kembali.
Dengan susah payah Bu Sam-nio merangkak bangun,
didengarnya suara gemuruh dan angin menderu, hawa terasa
sangat panas, ternyata Liok-keh-ceng sudah tertelan jago
merah yang membara, Dengan Kwa Tin-ok mereka
mengangkat tubuh Liok Lip-ting suami isteri, tampak kedua
orang sudah kempas kempis, terang tinggal menunggu ajal
saja, pikirnya: "Kalau memindahkan mereka, tentu ajalnya
akan tiba lebih cepat, namun tak mungkin Kubiarkan mereka
di sini, bagaimana baiknya ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Disaat serba susah itulah tiba-tiba dari jauh di dengarnya
seseorang berteriak: "Niocu, apa kau selamat ?" - itulah suara
Bu Sam-thong.
Girang dan dongkol pula Bu Sam-nio, pikirnya kau si gila
ini entah berbuat apa saja dan sampai sekarang baru datang,
Dilihatnya pakaian sang suami sudah robek dan penuh
tambalan," sedang berlari cepat mendatangi sambil berkaokkaok
selamanya Bu Sam-nio belum pernah menghadapi sikap
suaminya yang begitu mesra terhadap dirinya, hatinya
menjadi senang, sahutnya lantang: "Aku di sini!"
Cepat sekali Bu Sam-thong meluncur tiba, tanpa berhenti
ia raih badan Liok Lip-ting berdua terus dibawa pergi sambil
berteriak: "Lekas ikut aku !"
Kwa Tin-ok belum saling memperkenalkan diri, namun ia
yakin orang adalah sekaum dari golongan pendekar, maka
segera ia ikut jejak orang, sekaligus mereka lari sejauh
beberapa li, Bu Sam-thong menjinjing dua orang, Kwa Tin-ok
pincang berjalan dengan menggunakan tongkat, namun Bu
Sam-nio malah ketinggalan paling jauh.
Bu Sam-thong menyusup ke timur dan berputar ke barat,
akhirnya ia bawa kedua orang memasuki sebuah gua di
sebuah lekukan gunung, Begitu masuk ke dalam gua itu, Bu
Sam-nio melihat Tun-ji dan Siu-bun, kedua puteranya itu
selamat tak kurang suatu apapun, ia merasa lega, Dilihat-nya
kedua puteranya sedang bermain, batu di tanah bersama Liok
Bu-siang dan Thia Eng.
Di ujung sana berdiri seorang gadis cilik lain yang
berpakaian mewah, Usianya lebih kecil dari Liok dan Thia,
namun sikap dan tindak tanduknya kelihatan sombong, ia
tidak sudi bermain dengan mereka berempat, Dia bukan lain
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
adalah puteri kesayangan Kwe Ceng dan Ui Yong, Kwe Hu
adanya.
Melihat Kwa Tin-ok ikut datang segera Kwe Hu berteriak:
"Kwa-kongkong, kedua burung itu entah pergi kemana, tidak
kelihatan bayangannya, ku panggil berulang kali juga tidak
mau kembali!"
Sementara itu Thin Eng dan Liok Bu-siang lantas memeluk
badan Liok-toanio dan Liok Lip-ting serta menangis sambil
menjerit-jerit. Mendengar jerit tangis kedua anak perempuan
ini, seketika Kwa Tin-ok teringat akan kata-kata Li Bok-chiu,
serunya kuatir: "Wah, celaka ! Kita memancing setan masuk
pintu, sebentar iblis laknat itu pasti menyusul kemari!"
"Bagaimana bisa ?" tanya Bu Sam-nio bingung.
"Gembong iblis itu hendak mencabut nyawa kedua "bocah
dari keluarga Liok ini, tapi dia tidak tahu dimana mereka
berada."
Seketika Bu Sam-nio sadar, ujarnya: "Ya, benar,, dia
sengaja tidak melukai kami, tapi mengintil di belakang kita
secara diam-diam."
Bu Sam-thong menjadi gusar, teriaknya: Se-tan keparat itu
berani mengganas, sebentar biar aku yang menempurnya."
Batok kepala Liok Lip-ting sudah remuk, namun ada satu
hal yang belum dia selesaikan maka ia bertahan sampai
sekarang, dengan suara lemah katanya kepada Thia Eng: "Ahing,
ambillah sapu... sapu.... sapu tangan di dalam bajuku."
Thia Eng menyeka air mata, lalu merogoh keluar sehelai
sapu tangan sutera dari baju sang paman. Sapu tangan ini
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terbuat dari sutera putih, tiap ujungnya tersulam bunga
merah, Bentuk dan warna bunga itu amat aneh dan lain dari
bunga biasanya, kelihatan indah menyolok tapi menyeramkan
pula, selintas pandang membuat berdiri bulu kuduk orang.
Kata Liok Lip-ting: "Ah-Eng, ikatlah sapu tangan ini di
lehermu, jangan kau copot lagi, tahu tidak ?"
Thia Eng tidak tahu maksudnya, namun pamannya
berpesan wanti-wanti, maka ia mengangguk serta mengiakan,
Saking kesakitan Liok-toanio sudah jatuh pingsan berulang
kali, mendengar suara suaminya, segera ia membuka mata,
katanya: "Kenapa tidak kau berikan kepada anak Siang ?
Berikan kepada Siang-ji!"
"Tidak!" sahut Liok Lip-ting tegas, "Mana boleh aku
mengingkari pesan ayah bundanya ?"
"Kau... kau sungguh kejam, puterimu sendiri tidak kau
hiraukan lagi keselamatannya ?" mata Liok-toanio memutih,
suarapun serak dan jatuh semaput lagi.
Liok Bu-siang tidak tahu soal apa yang dipertengkarkan
ayah bundanya, sambil menangis ia berteriak: "lbu Ayah !"
"Niocu!" ujar Liok Lip-ting dengan suara lembut: "Kau
amat sayang kepada Siang-ji, biarlah dia ikut berangkat
bersama kita ?"
Sapu tangan sutera putih bersulam bunga merah itu
adalah pemberian Li Bok-chiu kepada Liok Tian-goan dimasa
mudanya sebagai tanda mengikat janji, Menjelang ajal, Liok
Tian-goan tahu dosa-dosa mereka suami isteri bertumpuk dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
banyak musuh, anak cucunya kelak pasti terlibat banyak
urusan, maka ia wariskan sapu tangan itu kepada puteranya.
Dengan wanti-wanti ia berpesan, bila Bu Sam-thong
meluruk datang menuntut balas, kalau bisa menghindari
adalah baik, kalau tidak bolehlah dilawan sekuat tenaga dan
rasanya jiwa tidak akan melayang cuma-cuma. Tapi kalau Li
Bok-chiu yang datang, orang ini amat keji dan ganas pula,
ilmu silatnya juga tinggi, satu-satu-nya jalan untuk
menyelamatkan diri ialah mengalungkan sapu tangan sutera
putih itu di leher. ingat akan asmara dimasa mudanya,
mungkin si iblis itu tidak tega turun tangan,
Tapi Liok Lip-ting sendiri tinggi hati, meski menjelang ajal,
namun ia sendiri tidak mau unjuk sapu tangan itu.
Thia Eng adalah puteri saudara perempuan Liok Lip-ting
yang dititipkan padanya, Biasanya ia bersikap keras kepada
keponakan ini, sering ia memarahinya dan mendidiknya
dengan keras, tapi urusan sudah berlarut sedemikian jauh,
malah dia berikan sapu tangan penyelamat itu kepada Thia
Eng.
Betapapun Liok-toanio berjiwa lebih sempit, kasih
sayangnya kepada puteri sendiri lebih besar, melihat sang
suami tidak perdulikan keselamatan jiwa puteri sendiri, saking
dongkol dan gusar, kontan ia jatuh semaput lagi.
Karena soal sapu tangan sampai bibi dan pamannya
bertengkar segera Thia Eng angsurkan sapu tangan itu kepada
Piaumoay-nya, katanya: "Bibi bilang untuk kau, nah, terimalah
!"
Tapi Liok " Lip-ting segera membentak: "Siang-ji, jangan
kau terima !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bu Sam-nio tahu dalam hal ini pasti ada latar belakang
yang dirahasiakan segera ia tampil bicara: "Bagaimana kalau
sapu tangan ini disobek menjadi dua potong ? Satu orang
separoh, boleh tidak ?"
Liok Lip-ting hendak bicara, namun keadaannya sudah
sangat payah, mana bisa mengeluarkan suara pula, terpaksa
ia hanya mengangguk saja,
Bu Sam-nio segera minta sapu tangan itu "bret" ia sobek
menjadi dua dan dibagikan kepada Liok Bu-siang dan Thia
Eng.
Bu Sam-thong berdiri di mulut gua, mendengar jerit tangis
di sebelah "dalam, tak tahu apa yang terjadi, segera ia
berpaling, entah mengapa dilihatnya separuh muka isterinya
berwarna hitam separuh yang lain putih halus seperti salju,
keruan ia kaget dan kuatir, katanya sambil menuding muka
sang isteri: "Ke... kenapa begini ?"
"Kenapa ?" tanya Bu Sam-nio sambil meraba mukanya,
terasa kulit mukanya seperti kaku dan mati rasa, mencelos
hatinya, seketika teringat akan rabaan tangan li Bok-chiu pada
mukanya tadi, apa tangan halus dan lembut itu menggunakan
racun dalam rabaannya tadi ?
Baru saja Bu Sam-thong hendak bertanya pula, mendadak
didengarnya seorang tertawa di luar gua, katanya: "Kedua
bocah perempuan itu di sini bukan ? Perduli mati atau hidup,
lekas lempar keluar!" suaranya nyaring seperti kelintingan.
Bu Sam-thong segera melompat keluar gua, dilihatnya Li
Bok-chiu sedang berdiri di luar gua, seketika hatinya tergetar:
"Puluhan tahun tidak bertemu, kenapa dia masih sedemikian
cantik ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi dilihatnya kebut di tangan Li Bok-chiu bergoyang
gontai, sikapnya adem-ayem, pandangan matanya tajam,
kedua pipinya bersemu merah, bagi orang yang tidak kenal
iblis yang suka mengganas ini, orang pasti mengira orang
adalah putri hartawan yang sengaja menjadi Tokoh (pendeta
wanita agama Tao).
Melihat kebut baru Bu San-thong ingat dirinya tidak
membekal senjata, kalau balik mengambil ia kuatir orang akan
menerjang masuk dan melukai Thia Eng atau Liok Bu-siang,
sekilas dilihatnya di pinggir gua tumbuh sebatang pohon,
segera ia rangkul dengan kedua tangan serta menghardik
keras: "Naik !" Waktu ia kerahkan tenaga, pohon itu seketika
kena dicabut sampai akar-akarnya,
Li Bok-chiu tersenyum genit: "Amat besar tenagamu !"
Bu Sam-thong segera melintangkan batang pohon itu,
katanya: "Nona Li, puluhan tahun tidak bertemu, kau baik-baik
saja ?"
Dahulu ia biasa panggil orang nona Li, kini meski orang
sudah masuk agama menjadi pendeta To, namun ia tidak
mengubah panggilannya, selama dua puluhan tahun terakhir
ini Li Bok-chiu tidak pernah mendengar orang memanggil
dirinya dengan sebutan "nona Li", seketika tergerak hati-nya,
terbayang olehnya akan kehidupan manis mesra masa
mudanya dahulu, namun kilas lain ia pun berpikir: sebetulnya
aku dapat hidup rukun sampai hari tua bersama pujaan
hatiku, siapa tahu dalam dunia ini muncul seorang yang
bernama Ho Wan-kun yang membuat aku malu dan
kehilangan, pamor, aku hidup menderita sampai hari tua. Se
gera rasa manis mesra yang menggejolak tadi se ketika
tersapu bersih, perasaan berubah menjadi benci dan dendam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seperti Li Bok-chiu Bu Sam-thong juga seorang yang patah
hati dalam gelanggang asmara boleh dikatakan mereka
mengalami pendeta dan siksaan batin yang sama. Sepuluhan
tahun yang lalu Bu Sam-thong pernah melihat seorang diri Li
Bok-chiu membunuh puluhan Piausu dari Ho-si Piaukiok secara
kejam dan tak berperi-kemanusiaan, kalau dibayangkan
sampai sekarang masih terasa seram, Para Piausu itu
sebetulnya tiada salah dan tiada dosa kepadanya, merekapun
tiada sangkut paut dengan Ho Wan-kun soalnya hanya karena
merekapun she Ho, di kala kepedihan hati tak terlampiaskan,
ia luruk ke Ho-si Piau kiok serta membunuh habis semua
penghuninya, Kini dilihat pula oleh Bu Sam-thong raut muka
perempuan ini sebentar mengunjuk kelembutan hatinya,
namun saat lain berubah bengis dan menyeringai dingin,
diam-diam ia sangat menguatirkan keselamatan kedua anak
perempuan Liok dan Thia itu.
Berkata Li Bok-chiu: "Di atas dinding sudah kuberikan
tanda sembilan telapak tangan, aku tidak akan berhenti
sebelum membinasakan sembilan orang, Nah, Bu-samko,
silahkan kau menyingkir !"
"orang-orang yang kau musuhi sudah sama mati, putera
dan bininya pun sudah kau lukai, cucu perempuannya yang
masih kecil itu, harap kau ampuni saja !" kata Bu Sam-thong.
Li Bok-chiu menggeleng sambil tersenyum, katanya: "Busamko,
silahkan kau minggir."
Bu Sam-thong pegang batang pohon itu lebih kencang,
teriaknya: "Nona Li, kau memang terlalu kejam, Ho Wan-kun."
Seketika berubah air muka Li Bok-chiu mendengar nama
itu, katanya: "Aku sudah bersumpah barang siapa di
hadapanku menyinggung nama orang itu, maka kalau bukan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
aku yang mati pasti dia yang mampus, Nah, Bu-samko, kau
sendiri yang salah, jangan kau menyalahkan aku." Kebut-nya
segera mengebas ke atas kepala Bu Sam-thong.
Jangan pandang kecutnya itu kecil pendek, namun
kebasannya ini cepat dan keras sekali, rambut kepala Bu Samthong
yang awut-awutan itu seketika seperti diterpa angin
ribut
Li Bok-chiu tahu orang adalah murid kesayangan It-teng
Taysu, meski tindak tanduknya ling-lung, namun ilmu silatnya
mempunyai keistimewaannya sendiri, maka sekali turun
tangan segera ia lancarkan serangan maut yang mematikan
Cepat Bu Sam-thong angkat batang pohon itu dan
mendadak terulur maju terus menyapu dengan keras.
Melihat sapuan keras dan lihay ini, badan Li Bok-chiu
berkelebat melayang mengikuti deru angin, sebelum daya
kekuatan sapuan pohon itu melanda tiba, ia sudah melompat
ke depan terus menyerang ke muka lawan.
Hebat memang kepandaian Bu Sam-thong, tidaklah sia-sia
Toan-hongya menggemblengnya selama puluhan tahun,
melihat orang merangsak maju, tangan kanan segera
terangkat, jari tengahnya terjulur menutuk jidat orang.
It-yang-ci yang dia lancarkan ini tidak bisa dibandingi
dengan permainan isterinya tadi, kelihatannya gerak
tangannya tidak begitu cepat dan hebat, namun serba rumit
dijajagi atau diraba perubahannya, aneh dan ajaib.
Tapi badan Li Bok-chiu mendadak mencelat mundur
beberapa tombak jauhnya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat orang bergerak segesit kera selincah kupu
menyelusuri kembang, datang pergi seenteng asap, dalam
sekejap saja merangsak maju dan mundur beberapa kali,
mau-tidak-mau Bu Sam-thong sangat kagum dan tergetar.
Segera ia kerahkan tenaga mengabitkan dahan pohon itu
dengan hebatnya, serentak ia desak lawan mundur puluhan
tombak jauhnya, tapi sedikit ada peluang, Li Bok-chiu segera
menyelinap maju secepat kilat, untung It-yang-ci amat lihay,
kalau tidak tentu sejak tadi dia sudah terkapar roboh.".
Meski demikian, betapapun bobot dahan pohon itu terlalu
berat, diputar sedemikian kencangnya, lama-kelamaan ia
merasa letih dan kehabisan tenaga, sebaliknya Li Bok-chiu
bergerak semakin gesit dan mendesak semakin dekat
Mendadak bayangan putih berkelebat, tahu-tahu Li Bokchiu
melompat ke pucuk pohon sembari mengayun kebutnya
menyerang ke bawah dari tengah udara.
Bu Sam-thong terkejut, lekas ia putar balik batang pohon
terus dihantamkan ke tanah, sambil tertawa Li Bok-chiu berlari
maju melalui dahan pohon. segera Bu San-thong memapak
dengan tutukan jarinya. Tapi sekali menggeliat gemulai, badan
lawan tahu-tahu sudah menyurut mundur ke pucuk pohon
pula.
Begitulah beruntun puluhan jurus, bagaimanapun Bu Samthong
kerahkan tenaga menggentak pohon atau
menyapukannya dengan hebat menghantam batang pohon
yang lain untuk menjatuhkan orang, namun Li Bok-chiu seperti
lengket dengan dahan pohon di tangannya itu, malah setiap
kali kalau gerakan dahan pohon lamban ia lantas menyerang
maju dengan serangan ganas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lama kelamaan Bu Sam-thong merasa payah juga, meski
badan orang tidak terlalu besar dan berat, paling tidak
menambah beban di atas dahan pohon besar itu, dengan
berdiri di . pucuk pohon, dahan pohon itu tidak akan mampu
mengenai dia, sebaliknya orang lebih leluasa menyerang
dirinya, terang dirinya dalam posisi yang terdesak
Insaf akan kedudukan yang berbahaya ini, bila dirinya
sedikit ayal atau lena, jiwa sendiri tidak menjadi soal, tapi
semua penghuni gua baik tua dan muda bakal menjadi
mangsa keganasannya pula.
Segera ia ayun batang pohon itu lebih kencang, ia
berusaha menjatuhkan orang dari dahan pohon di tangannya,
Tepat pada saat itulah, tiba-tiba dari belakang didengarnya
seruan nyaring disusul dua bayangan abu-abu menubruk
turun dari atas
Karena pahanya tersambit jarum berbisa, Bu Sam-thong
rebah tengkurap tak mampu bangun Jagi, sementara Li Bokchiu
sedang sibuk dikerubuti dua ekor rajawali dan seekor
burung merah kecil berparuh panjang.
Waktu Bu Sam-thong angkat kepala, dilihatnya dua ekor
rajawali menukik turun bagai meteor jatuh menyerang ke arah
Li Bok-chiu dari kanan kiri, Melihat luncuran kedua burung
raksasa yang pesat dan dahsyat ini, cepat Li Bok-chiu
menjungkir ke bawah dengan kaki kiri tetap menggantol
dahan pohon, Karena tidak berhasil mengenai musuh, kedua
rajawali itu terbang ke udara pula.
Baru saja Bu San-thong keheranan, tiba-tiba didengarnya
suara anak perempuan di belakangnya: "Tiau-ji, ayo turun
gigit perempuan jahat itu !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kedua ekor burung rajawali itu amat cerdik dan tahu katakata
orang, seekor dari kiri ke kanan, yang lain dari kanan ke
kiri, empat cakar besinya serentak mencengkeram ke bawah
pohon.
Pernah Li Bok-chiu dengar bahwa Kwe Ceng dan Ui Yong
dari Tho-hoa-to ada memelihara sepasang burung rajawali
sakti, menghadapi serangan kedua burung sakti ini, terhadap
rajawali itu sendiri ia tidak takut, namun ia jeri bila Kwe Ceng
suami isteri berada tidak jauh dari situ, hal itu tentu akan
membawa kesulitan dan menggagalkan urusannya, dengan
gerakan gemulai segera ia berkelit beberapa kali, tiba-tiba ia
ayun kebut-nya, "plok", ia berhasil menyabet sayap kiri
rajawali jantan, saking kesakitan rajawali itu berpekik dan
beberapa tangkai bulunya rontok berhamburan di udara.
Melihat burung rajawalinya cidera, Kwe Hu berteriak pula:
"Tiau-ji jangan takut, gigit perempuan galak itu."
Sekilas Li Bok-chiu melirik, dilihatnya anak perempuan itu
berkulit halus bagai salju, cantik melek dan menawan hati,
tergeraklah hatinya: "Sejak lama kudengar bahwa Kwe-hujin
adalah perempuan tercantik nomor satu angkatan muda,
memangnya anak perempuan ini adalah puterinya ?" - Karena
menggunakan pikiran, gerak gerik kaki tangannya menjadi
sedikit lamban,
Walaupun mendapat bantuan sepasang rajawali namun Bu
Sam-thong masih tidak kuasa merobohkan lawannya, keruan
hatinya semakin gelisah, Sekonyong-konyong pohon itu ia
lempar ke tengah udara bersama orangnya.
Agaknya Li Bok-chiu tidak menduga akan perbuatannya
ini, tanpa kuasa badannya ikut terlempar beberapa tombak
tingginya di udara.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seperti diketahui tenaga sakti Bu Sam-thong memang
amat mengejutkan, dulu waktu Kwe Ceng dan Ui Yang hendak
minta bertemu dengan It Teng Taysu, di tepi jurang dia
mengangkat sepotong batu besar yang diatasnya rebah pula
seekor sapi jantan yang besar, ia kuat bertahan hampir
setengah jam lebih,
Kepandaian silat Li Bok-chiu memang tinggi namun karena
dilempar sekuat itu, ia tidak kuasa menyingkirkan diri lagi.
Melihat dia melambung ke udara,, kedua rajawali itu
segera menukik turun pula seraya menutuk
Kalau di atas tanah datar kedua rajawali ini tidak dapat
mengapakan dirinya, sekarang Li Bok-chiu terapung di tengah
udara dan tiada tempat untuk pengerahan tenaga, mana kuat
melawan terjangan kedua rajawali yang hebat ini!
Dalam gugupnya kebut terayun untuk melindungi
mukanya, berbareng lengan baju mengebas, sekaligus ia
timpuk tiga batang jarum Peng-pok-gin-ciam. Dua batang
menerjang kedua rajawali sebatang ke arah dada Bu Samthong.
Tiga batang senjata rahasia dia timpukan ke tiga arah
sasaran yang berlainan dengan tepat, sungguh lihay sekali.
Kedua rajawali itu rupanya tahu kelihaian jarum musuh,
cepat pentang sayap melambung tinggi pula ke tengah udara,
tapi jarum perak itu menyamber teramat cepat, "sret, sret"
jarum menyerempet lewat sela-sela cakar kaki dan
mengelupas sedikit sisik kulitnya,
Ketika Bu Sam-thong tiba-tiba melihat sinar perak
berkelebat lekas ia jatuhkan diri, namun jarum perak itu masih
mengenai juga paha kiri-nya, sebat sekali ia hendak berdiri
pula, siapa tahu kaki kirinya itu, ternyata tidak mau menurut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perintah lagi, lututnya tertekuk dan berlutut dengan tangan
menyanggah tanah, ia. kerahkan tenaga murni, baru saja
hendak merangkak bangun pula, rasa kaku dengan cepat
sudah menjalar sekejap saja kedua kakinya sudah pati rasa,
kontak ia jatuh tengkurap, kedua tangan masih bertahan dan
meronta hendak berdiri, namun akhirnya ia rebah tak
bergerak lagi.
"Tiau-ji, Tiau-ji!" teriak Kwe Hu keras, "Lekas kemari!"
Kedua ekor rajawali itu ternyata terbang entah kemana
dan tidak mau mendengar teriakannya lagi,
"Adik cilik", tegur Li Bok-chiu tersenyum, "apa kau she
Kwe ?"
Melihat orang bicara manis budi, Kwe Hu pun tertawa,
sahutnya: "Ya, aku she Kwe. Kau she apa ?"
"Mari sini, ku ajak kau bermain," perlahan Li Bok-chiu
menghampiri hendak menggandeng tangannya.
Dengan mengetuk tongkatnya lekas Kwa Tin-ok
menerjang keluar dari gua dan menghadang di depan Kwe Hu,
teriaknya: "Hu-ji, lekas masuk !"
"Memangnya kau takut aku bakal menelannya bulat ?" ujar
Li Bok-chiu tertawa cekikikan Kaki kirinya sedikit mencungkit
tongkat besi orang berbareng tangan kiri meraih menangkap
ujung tongkat.
Kwa Tin-ok lekas menyendal serta menariknya, namun ia
tidak berhasil melepaskan cekalan orang, teriaknya: "Hu-ji
lekas lari."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Hu malah bersungut dan berkata "Bibi ini hendak
bermain dengan aku." Tidak lari ia malah hendak menarik
tangan Li Bok-chiu.
Kwa Tin-ok kaget, selagi kehabisan akal, tiba-tiba
terdengar suara pekik kedua rajawali yang telah terbang balik.
"Tiau-ji, lekas ke sini!" Kwe Hu berseru.
Tiba-tiba samar merah berkelebat, seekor burung kecil
warna merah yang berparuh panjang mendadak menubruk
langsung ke arah kepala Li Bok-chiu dari sela-sela kedua
burung rajawali.
Keruan Li Bok-chiu terkejut lekas kebutnya menyamber
namun burung merah itu melayang pergi datang dengan
cepat, tiba-tiba badannya mundur tiga kaki ditengah udara
meluputkan diri dari kebutan itu. . Tapi secepat itu pula ia
sudah menerjang maju pula, gerak geriknya tidak kalah dari
pada tokoh kosen dunia persilatan.
Kaget dan senang pula Li Bok-chiu, katanya sambil
tertawa: "Burung kecil ini menyenangkan juga!"
Tiba-tiba didengarnya suara desiran aneh yang
kumandang dari belakang gunung, entah dari mana
berbondong-bondong merayap keluar ular hijau yang tak
terhitung banyaknya, Seorang anak laki-laki berbaju hijau
sedang mendatangi sambil berdendang dengan bertepuk
tangan, Ular-ular itu mengiringi nyanyiannya, sebaris dari
sebaris amat teratur merubung ke arah Li Bok-chiu.
Anak laki-laki berusia 14 - 15 tahun itu lalu duduk di tanah
untuk menonton burung merah tadi menempur sengit Li Bokchiu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Burung merah kecil itu amat gesit dan tangkas, maju
mundur bagai kilat, sabetan kebut Li Bok-chiu meski sangat
kencang, namun lawan kecil ini selalu dapat lolos.
Dilihatnya anak laki-laki itu bermuka cakap, bibir merah
gigi putih, tampan dan menyenangkan serta merta timbul rasa
kasih sayangnya, melihat orang menggusur ular menghadang
di depannya, diam-diam ia berpikir: "Kabarnya di Pek-tho-san
daerah Se-ek benua barat ada seorang Bu-lim Cianpwe tokoh
persilatan tua bernama Auwyang Hong yang pandai
menguasai ular untuk menyerang musuh, mungkin pemuda ini
punya hubungan erat dengan dia ?"
Semula ia berniat melancarkan serangan ganas untuk
membinasakan burung merah itu, berpikir sampai di situ, ia
jadi ragu-ragu dan batalkan niatnya semula.
Harus diketahui Li Bok-chiu adalah seorang yang licik dan
banyak tipu dayanya, sebelum bertindak ia selalu
memikirkannya lebih dulu secara seksama, kalau dirinya tidak
terdesak kalah, dia tidak akan segera menurunkan tangan
jahatnya. pikirnya:
"Kenapa hari ini begini kebetulan ? It Teng Taysu, Pektho-
san dan Tho-hoa-to masing-masing ada orang kumpul di
sini, memangnya sebelum ini mereka sudah berjanji untuk
bersatu menghadapi aku ? Biarlah kucari tahu dulu keadaan
yang sebenarnya."
Sambil mengebaskan kebutnya, Li Bok-chiu bertanya:
"Adik cilik, siapa namamu ? Apa kau datang dari Pek-tho-san
?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat orang bicara dengan lemah-lembut, pemuda itu
berdiri sahutnya dengan, tertawa: "Aku she Nyo, Pek-tho-san
apa yang kau maksudkan ?"
Melihat orang tidak bersiap, sekonyong-konyong burung
merah tadi menyergap pula serta mematuk dengan paruhnya
yang runcing panjang.
Sebat sekali Li Bok-chiu ulur tangan kiri terus meraih,
gerak-gerik burung merah kecil itu amat cepat dan tangkas,
namun gerak tangan Li Bok-chiu lebih cepat lagi, tahu-tahu
burung merah itu tergenggam oleh tangannya. Keruan
pemuda itu kaget, teriaknya: "Hai, jangan kau melukai dia !"
"Baik, nih, kukembalikan padamu !" sahut Li Bok-chiu
sambil membuka telapak tangannya,
Begitu mendapat kebebasan burung merah itu segera
pentang sayap hendak terbang, tapi baru saya sayapnya
terbentang, Li Bok-chiu kerahkan lwekang melalui telapak
tangannya, sehingga burung merah itu seakan-akan
melengket pada tangannya, biarpun beberapa kali burung
kecil itu menggelepai-gelepai sayapnya tetap tidak mampu
terbang lolos dari telapak tangannya.
Maklumlah Jik-lian-sin-ciang Li Bok-chiu sudah mencapai
puncaknya, tenaga yang dikerahkan pada telapak tangannya
bisa dia gunakan sesuka hatinya, dalam sekejap saja ia bisa
mengubah kekuatan pukulan telapak tangan beberapa kali,
sekali serang pukulannya bisa menimbulkan gelombang
kekuatan yang menderu hebat, tenaga dipusatkan di tengahtengah
telapak tangan, sementara jarinya bisa mengendon
sehingga orang yang terkena pukulannya tidak mampu
mengerahkan tenaga untuk melawan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bagi jago yang berilmu silat tinggi, kalau badannya
terkena pukulan, secara reflek akan mengerahkan tenaga
untuk melawan, baik menangkis atau untuk mematahkan Tapi
ilmu pukulan Li Bok-chiu ini lain dari pada yang lain, sekali
pukul didalamnya mengandung bermacam kekuatan yang
dahsyat, oleh karena itu ia amat tenar dan ditakuti karena
ilmu pukulan Jik-lian-sin-ciang, siapa yang tidak akan kuncup
nyalinya bila mendengar atau melihat ilmu pukulannya ini.
Begitulah burung merah tadi masih terus kerupukan di
tengah telapak tangan Li Bok-chiu dan tidak mampu terbang
meloloskan diri.
Bu Sam-nio dan lain-lain juga terkurung oleh barisan ular
yang banyak itu, merekapun kaget dan heran pula, Melihat
burung merah itu tidak mampu lepas dari telapak tangan
orang, mereka pun kuatir akan keselamatannya, tapi takut digigit
ular-ular berbisa itu, setapak pun mereka tidak berani
bergerak.
Melihat suaminya terkapar di tanah tanpa bergerak, entah
mati atau masih hidup, betapapun mereka sudah menjadi
suami isteri sekian puluh tahun lamanya, Bu Sam-nio amat
prihatin akan keadaan suaminya, segera ia berseru
memanggil: "Samko, bagaimana kau ?"
Bu Sam-thorig mengerang, punggungnya terangkat
beberapa kali, namun tetap tidak mampu menegakkan badan.
Kwe Hu, tampak celingukan kian kemari dan tidak melihat
bayangan kedua burungnya, segera ia berteriak: "Tiau-ji,
Tiau-ji, lekas kembali!"
Setelah menunggu cukup, lama tidak melihat apa-apa,
maka Li Bok-chiu sudah bertekad: "Seumpama Kwe Ceng
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
suami isteri dan Auwyang Hong berada di sekitar sini, jika aku
segera turun tangan masakah mereka sempat berbuat apaapa
kepadaku ?" - Maka dengan tersenyum kecil ia melangkah
ke depan.
"Eh, jangan bergerak !" teriak anak muda tadi. "Awas
digigit ular!" - Tapi dilihatnya di mana kaki Li Bok-chiu
beranjak ke depan, kawanan ular itu entah kenapa sama
menyurut mundur seperti amat takut kepadanya, saling desak
dan menyingkir ke pinggir.
Tiba-tiba Li Bok-chiu melompat lewat di samping si
pemuda terus menerjang ke dalam gua.
Bu Sam-nio ayun pedangnya seraya membentak: "Keluar
!"
Tangan kiri Li Bok-chiu masih pegang burung kecil dan
tangan kanan menyongsong tajam pedang terus menepuk.
Keruan Bu Sam-nio heran, "Memangnya tanganmu terbuat
dari baja ?"
Siapa tahu jari-jari orang ternyata bergerak selincah ular
hidup, tahu-tahu sudah mencomot batang pedang terus
digentak ke depan, ujung pedang malah membal balik
memotong ke jidat Bu Sam-nio sendiri, perubahan ini terjadi
dalam waktu yang amat cepat, "sret", belum sempat ia
berkelit pedangnya sendiri sudah membacok jidatnya.
"Maaf !" ujar Li Bok-chiu tertawa, burung ditangan kirinya
segera dilepaskan, kedua tangannya segera menjinjing Thia
Eng dan Liok Bu-siang, kaki sedikit menutul badannya segera
mencelat keluar gua, dalam kesibukannya itu ia sempat pula
menendang tongkat besi Kwa Tin-ok yang menyerampang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
datang dan menimpuk sebatang Ping-pok-ciam di kuncir Kwe
Hu.
Mendengar jeritan kedua anak dara Thia dan Liok, tahu
keadaan sangat gawat, si pemuda segera bangun dan
menubruk maju memeluk Li Bok-chiu sambil teriaknya: "Hai,
hai, lekas lepaskan !"
Tangan Li Bok-chiu masing-masing menjinjing satu orang,
sedikitnya ia tidak menduga si pemuda bakal memeluk
pinggangnya, tahu-tahu ia merasa bawah ketiak sudah dijepit
sepasang tangan kecil seketika hatinya terkesiap, entah
bagaimana seketika seluruh badan menjadi lemas lunglai.
Supaya Thia dan Liok kedua anak perempuan itu tidak
tergigit ular, ia kerahkan tenaga di telapak tangan terus
melemparkan mereka beberapa tombak jauhnya, cepat sekali
tangannya membalik mencengkeram punggung si pemuda.
Usia Li Bok-chiu sudah mencapai lima puluhan tahun,
namun dia masih seorang perawan yang suci, semasa
mudanya bergaul dan main asmara dengan Liok Tian-goan,
namun " masing-masing memegang teguh adat istiadat, maka
selama hidupnya belum pernah ia bersentuhan tubuh dengan
laki-laki manapun jua.
Banyak laki-laki kalangan Kangouw yang terpikat akan
kecantikannya, tapi sekali orang mengunjuk nafsu jahat atau
tingkah laku yang tidak sopan, maka jiwa orang itu pasti
melayang di bawah Jik-lian-sin-ciangnya.
Walau pemuda ini baru berusia belasan, betapapun dari
badannya sudah mengeluarkan bau kelakian yang
merangsang dan memabukkan, sekonyong-konyong Li BokTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
chiu menghadapi keadaan ini, seketika ia terkesima dan luluh
hatinya.
Begitu mencengkeram punggung si pemuda sebetulnya ia
sudah kerahkan tenaga hendak menghancurkan isi perut
orang untuk mencabut nyawanya, siapa tahu tenaga ternyata
tak kuasa dikerahkan, hal seperti ini selama hidup belum
pernah dia alami, keruan tak terkatakan rasa kejut dan
herannya.
Pada saat itulah burung merah itu tahu-tahu menubruk
pula mematuk matanya sebelah kiri sedikitpun Li Bok-chiu
tidak menduga, tahu-tahu sebelah matanya seperti ditusuk
sesuatu benda dan sakitnya luar biasa, biji matanya sudah
dipatuk buta oleh burung merah itu. Keruan murkanya tidak
kepalang, "plok", ia ayun tangannya secepat kilat, pukulan ini
dilandasi kekuatan Lwekangnya selama hidup ini, burung kecil
itu seketika terpental jatuh dengan leher putus sayap kutung,
Cepat sekali tangan kanannya mengangkat si pemuda serta
memakinya: "Keparat cilik, kau ingin mampus ya !"
Segera ia putar badan pemuda itu dengan kaki di atas dan
kepala di bawah, segera pula ia hendak benturkan kepala
orang pada batu gunung agar mampus,
Meski dalam bahaya, namun si pemuda sedikitpun tidak
gugup atau takut, malah katanya sambil tertawa: "Kokoh
(bibi), jangan kau puntir kakiku hingga kesakitan !"
Suaranya sedemikian lembut dan aleman, sorot matanya
halus mesra dan membuat orang yang menghadapinya luluh
hatinya dan kuncup amarahnya, apapun yang diminta rasanya
sulit untuk menolaknya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekilas Li Bok-chiu melenggong, belum lagi hatinya ambil
keputusan, didengarnya pekik sepasang rajawali di angkasa,
kedua rajawali itu sedang terbang mendatangi dari kejauhan,
tahu-tahu menukik serta menyerangnya pula.
Mata kirinya sudah buta, rasa gusar dan penasaran ini
belum sempat terlampias, segera ia kebutkan lengan baju
kirinya, dua batang Ping-pok-ciam memapak kedua rajawali
itu.
Senjata rahasianya ini amat ganas dan berbisa lagi, kedua
rajawali ini tadi sudah merasakan kelihayannya, lekas mereka
pentang sayap melambung pula ke atas, namun jarum-jarum
perak itu menyamber dengan kecepatan luar biasa, meski
kedua rajawali terbang amat cepat, luncuran kedua batang
jarum perak itu terlebih cepat lagi, saking kaget dan ketakutan
kedua rajawali sampai bersuit nyaring, tampaknya jiwa
mereka bakal tak tertolong lagi, kedua rajawali yang gagah
perkasa ini bakal melayang oleh jarum berbisa itu.
Mendadak terdengar suara mendering keras, sesuatu
benda meluncur amat kencang dari kejauhan memecah
angkasa, Sungguh cepat sekali kedatangan benda kecil ini,
baru saja kuping mendengar dering luncurannya, dalam
sekejap saja sudah melayang tiba dan tahu-tahu membentur
jatuh kedua batang jarum berbisa itu.
Datangnya senjata rahasia ini sungguh sangat
mengejutkan meski li Bok-chiu seorang kejam, tak urung
iapun terperanjat Segera ia melompat ke depan sambil
melemparkan si pemuda untuk menjemput benda itu, kiranya
hanya sebutir batu kerikil biasa, Pikirnya: "Orang yang
menimpukkan batu kerikil ini ilmu silatnya pasti tinggi luar
biasa, mataku sudah cidera, biarlah aku menghindarinya saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Serta merta ia bergerak menuruti jalan pikirannya, telapak
tangannya segera menepuk ke punggung Thia Eng, tujuannya
hendak membinasakan Thia Eng dan Liok Bu-siang sesuai
tanda peringatan sembilan tapak tangan berdarah yang
ditinggalkan di dinding rumah Liok Lip-ting itu.
Akan tetapi pada waktu telapak tangannya hampir
menyentuh punggung Thia Eng, sekilas mata kanan yang
masih jeli itu tiba-tiba melihat leher anak dara itu terikat
selembar saputangan bersulam bunga merah indah yang dia
kenal adalah buah tangan sendiri dahulu yang diberikan pada
kekasihnya sebagai tanda mata.
Karena ini, seketika ia merandek, tenaga gablokannya tadi
dengan cepat ia tarik kembali segala cumbu-rayu dimasa silam
sekilas terbayang kembali olehnya. Melihat saputangan
sulaman ini iapun lantas tahu maksud kemauan Liok Tiangoan,
pikirnya dalam hati: "Walaupun ia telah menikah
dengan perempuan hina she Ho itu, namun dalam hatinya
nyata ia tidak pernah melupakan diriku terbukti sapu tangan
ini masih dia simpan baik-baik, karena itu ia mohon agar aku
mengampuni keturunannya, lantas aku harus mengampuni
atau tidak ?"
Demikianlah sesaat ia menjadi ragu-ragu, tidak bisa ambil
keputusan Sejenak pula ia putuskan akan bunuh dulu Liok Busiang
saja.
Maka kebutnya segera ia angkat hendak menyabet gadis
cilik itu, namun di bawah cahaya matahari yang terang, lagilagi
tertampak olehnya pada leher gadis ini berkabung
selembar saputangan bersulam yang sama.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Eh !" Li Bok-chiu bersuara heran, pikirnya pula: "Mana
mungkin ada dua saputangan yang sama ? Satu diantaranya
pasti palsu."
Oleh karena itu, kebutnya yang menghantam tadi ia ubah
menjadi membelit dan dengan tepat leher Liok Bu-siang kena
dililit oleh ekor kebut, anak dara ini terus dia seret ke
dekatnya.
Tetapi pada saat itu juga, suara mendesing tadi kembali
menggema, sebutir batu lagi-lagi menyamber dari belakang
mengarah punggungnya, lekas Li Bok-chiu baliki kebutnya
untuk menyampuk batu yang cepat sekali datangnya ini,
tangkisannya sangat jitu, dengan tepat batu itu kena
disamplok pergi namun demikian, Li Bok-chiu merasakan juga
genggaman tangannya sakit pedas.
Batu sekecil itu ternyata membawa tenaga begitu kuat,
maka betapa hebat ilmu silat penyambit batu itu dapat
dibayangkan keruan Li Bok-chiu tak berani tinggal lebih lama
lagi, ia samber Liok Bu-siang terus dikempit, ia keluarkan Ginkang
atau ilmu entengkan tubuh yang tinggi, secepat terbang
dalam sekejap saja ia sudah menghilang kabur.
Nampak Piamoay atau adik misannya digondol orang,
tentu saja Thia Eng menjadi ribut "Piaumoay-Piaumoay !"
demikian, ia berteriak-teriak sambil menyusul dari belakang
dengan kencang.
Akan tetapi dengan kecepatan berlari Li Bok-chiu, mana
bisa Thia Eng menyusulnya ? Namun sejak kecil gadis ini
sudah punya kemauan keras, dengan kertak gigi ia masih
terus mengudak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di daerah Kanglam banyak terdapat sungai, tak lama Thia
Eng mengudak, ia telah terhalang oleh sebuah sungai kecil
hingga tak berdaya buat maju lagi, Tetapi dara ini tidak putus
asa, sambil jalan menyusut gili-gili sungai, mulutnya masih
memanggil terus.
Sekonyong-konyong pada sebuah jembatan kecil di
sebelah kiri sana ada berkelebatnya bayangan putik tiba-tiba
satu orang mendatangi dari seberang Thia Eng tercengang
karena tahu-tahu Li Bok-chiu sudah berdiri di hadapannya,
cuma Liok Bu-siang sudah tak kelihatan di bawah
kempitannya.
Dalam hati Thia Eng sangat ketakutan, tetapi ia lantas
ingat lagi pada Liok Bu-siang, maka dengan tabahkan hati ia
tanya: "Dimanakah adik-misanku ?"
Sekilas Li Bok-chiu melihat raut muka Thia Eng memper
sekali dengan mendiang Ho Wan-kun yang menjadi lawan
asmaranya, maka rasa bencinya seketika timbul dan panas
hatinya membakar, tanpa pikir lagi ia angkat kebutnya terus,
menyabet ke kepala si nona.
Dengan ilmu silat seperti Liok Lip-teng yang begitu tinggi
saja tidak mampu menangkis tipu serangan Li Bok-chiu yang
lihay ini, apalagi hanya gadis sekecil Thia Eng ? Maka
tampaknya dengan segera senjata kebut itu akan bikin kepala
berikut dada anak dara itu hancur lebur.
Di luar dugaan, baru saja Li Bok-chiu ayun kebutnya,
mendadak terasa olehnya tarikannya menjadi kencang, ujung
kebutnya seakan-akan kena dibetot oleh sesuatu dan tak
mampu diayunkan ke depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak kepalang kejutnya, ia hendak menoleh buat melihat,
tapi tahu-tahu tubuhnya terapung ke atas terus melompat
beberapa tombak ke bela-kang, habis ini baru turun kembali.
Sungguh bukan buatan kejut Li Bok-chiu oleh kejadian ini,
lekas ia putar tubuh, namun ia menjadi melongo karena di
belakangnya kosong melompong tanpa sesuatu yang dia
dapatkan.
Li Bok-chiu sudah biasa menghadapi lawan tangguh, tahu
gelagat kurang menguntungkan dirinya, ia putar kebutnya
hingga berwujut satu lingkaran secepat roda angin, dengan
demikian, dalam jarak lima kaki musuh sukar mempedayainya,
setelah ini baru dia berani memutar tubuh lagi.
Maka tertampaklah olehnya di samping si dara cilik Thia
Eng kini sudah berdiri seorang aneh berjubah hijau,
perawakannya tinggi kurus, air, mukanya kaku tanpa
menunjuk sesuatu perasaan, seperti manusia tapi lebih
memper mayat pula hingga membikin orang yang melihatnya
akan timbul semacam rasa jemu dan muak.
Li Bok-chiu tidak kenal orang aneh ini, ia pikir ilmu silat
orang jauh di atas dirinya, tetapi ia justru tidak ingat dalam
kalangan Bu-lim ada tokoh siapakah yang begini lihay dan
bermuka seperti dia ini, Selagi ia hendak menegur, tiba-tiba ia
dengar orang itu sudah buka suara!
"Orang ini terlalu kejam, nak, hayo, kau pukul dia!"
demikian orang itu berkata pada Thia Eng.
Sudah tentu Thia Eng tidak berani menghantam Li Bokchiu
seperti apa yang diajarkan itu.
"Aku tak berani," ia menjawab dengan mengkeret.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kenapa takut ? Hantam saja dia," kata orang itu lagi.
Akan tetapi Thia Eng masih tetap tak berani Akhirnya
orang itu jadi tak sabar, mendadak ia pegang tengkuk Thia
Eng terus dilemparkan ke tubuh Li Bok-chiu.
Kini Li Bok-chiu tak berani hantam anak dara ini dengan
kebutnya lagi, ia ulur tangan kirinya buat menyambut
datangnya tubuh kecil itu, tetapi baru saja tangannya hampir
menyentuh pinggang Thia Eng, sekonyong-konyong terdengar
suara mendesir, sikutnya terasa linu pegal hingga seketika
tangannya tak kuat diangkat
Keruan dengan tepat kepala Thia Eng lantas menumbuk
pada dadanya, bahkan berbareng pula gadis itu menambahi
dengan sekali tamparan keras hingga mengeluarkan suara
"plak" pada "pipinya.
Seumur hidup Li Bok-chiu belum pernah dihina sedemikian
ini, tentu saja ia gusar, secepat kilat kebutnya memutar terus
menyabet kepala gadis cilik itu, Akan tetapi kembali terdengar
sambaran angin, tangkai kebutnya kena dibentur sesuatu
benda kecil hingga hampir terlepas dari cekalannya.
Kiranya orang aneh tadi telah gunakan pula sebutir batu
kecil dan disentilkan dengan jari dan tepat mengenai gagang
kebutnya, sementara itu Thia Eng ingat Li Bok-chiu telah
membunuh A Kin dan pelayan perempuan dirumahnya, pula
nasib paman dan bibinya sampai kini, belum diketahui, tibatiba
rasa takutnya tadi berubah menjadi dendam dan murka,
tanpa ayal lagi susul menyusul ia kerjakan kedua tangannya
yang kecil dengan cepat, beruntun-runtun ia persen pipi Li
Bok-chiu dengan empat kali tempelengan pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Percuma Li Bok-chiu selama ini malang-melintang di
seluruh jagat, tetapi kini telah digenjot anak dara ini sesuka
hati tanpa bisa membalas sedikitpun
Li Bok-chiu pandai berpikir dan juga pintar. menyimpan
perasaan hatinya, ia mengerti keadaan" tidak menguntungkan
dirinya, maka iapun tidak mau tinggal lebih lama, tiba-tiba ia
ketawa ngikik, lalu ia putar tubuh hendak kabur, Baru
beberapa langkah, sekonyong-konyong ia kebaskan lengan
bajunya ke belakang beberapa kali, berbareng itu terlihatnya
sinar perak yang kemilauan, belasan jarum "Peng-pek-gintjiam"
telah menyamber pada orang aneh berjubah hijau tadi.
Cara Li Bok-chiu melepaskan Am-gi atau senjata gelapnya
ini, tidak memutar tubuh dulu, juga tanpa menoleh, akan
tetapi setiap jarumnya dengan tepat mengarah tempat yang
berbahaya di atas tubuh orang aneh itu.
Orang itu sama sekali tidak menduga akan serangan ini, ia
tidak menyangka senjata rahasia Li Bok-chiu bisa begini keji
dan begini lihay, terpaksa ia enjot kakinya, secepat kilat ia
melompat mundur.
Datangnya jarum perak luar biasa cepatnya, namun cara
melompat mundurnya ternyata terlebih cepat lagi, pula sekali
lompat ia telah mundur sejauh beberapa tombak, dengan
mengeluarkan suara gemerisik, jarum-jarum perak tadi jatuh
semua di depan orang itu.
Li Bok-chiu sendiri sudah mengetahui bahwa serangannya
ini tidak bakal berhasil dengan menghamburkan belasan jarum
ini tujuannya hanya buat desak orang menyingkir saja, karena
itu, ketika ia dengar suara lompatan orang di belakang,
kembali ia kebaskan lengan bajunya lagi, dua jarum perak
yang lain menyusul dia arahkan ulu hati Thia Eng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sudah dipastikan Li Bok-chiu bahwa kedua jarumnya ini
tidak nanti meleset dari sasarannya, tetapi karena takut orang
aneh berjubah hijau itu menubruk maju dan menghajar
padanya, maka tanpa menoleh lagi buat melihat hasil
serangannya itu, segera ia "tancap gas" terus lari pergi
dengan cepat, hanya sekejap saja ia sudah menyeberangi
jembatan dan menghilang di antara hutan yang lebat.
Sementara itu karena serangan mendadak tadi, orang
berbaju hijau itu berseru kaget, ketika ia maju dan
membangunkan Thia Eng, ia lihat dua jarum perak yang rada
panjang telah menancap di dada anak dara itu, tanpa terasa
air muka orang aneh ini berubah. Setelah termangu-mangu
sejenak, segera ia pondong Thia Eng terus lari cepat menuju
ke arah barat.
Kembali pada Kwa Tin-ok dan lain-lain. Mereka menjadi
jeri oleh ketangkasan Li. Bok-chiu yang pergi-datang cepat
luar biasa itu, Hanya si anak muda tadi ternyata bernyali
sangat besar.
"Biar aku pergi menolong kedua Moaymoay !" demikian
serunya, Sambil berkata ia" terus mengejar pergi mengikuti
arahnya Li Bok-chiu tadi
Anak muda ini sama sekali tidak kenal jalanan, sesudah
belok sini dan putar sana beberapa kali, akhirnya ia kesasar,
terpaksa ia harus berhenti untuk tanya orang di pinggir jalan.
Meski begitu, sesudah jalan terus secara ngawur, tiba-tiba
ia dengar dari jauh ada suara teriakan Thia Eng yang
memanggil-manggil: "Piaumoay, Piaumoay !"
Kedengarannya suara itu berada tidak jauh, tanpa ayal lagi
segera ia percepat langkahnya mengudak ke depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sungguhpun anak muda ini baru sekali ini bertemu dengan
Thia Eng dan Liok Bu-siang, akan tetapi dalam hati mudanya
tanpa terasa sudah timbul perasaan suka pada mereka, sudah
terang ia tahu lihaynya Li Bok-chiu, namun ia tetap menguber
terus tanpa memikirkan risikonya sendiri.
Setelah berlari-lari tak lama menurut arah datangnya suara
tadi ia taksir seharusnya sudah sampai di tempat suara Thia.
Eng, akan tetapi aneh, meski ia menengok sana-sini,
bayangan kedua anak dara itu sama sekali tidak tertampak.
Ketika tanpa sengaja ia berpaling, tiba-tiba ia lihat di atas
tanah berserakan belasan buah jarum perak yang
mengeluarkan sinar mengkilap, tiap-tiap jarum itu panjangnya
kira-kira setengah dim, pada batang jarumnya lapat-lapat
kelihatan terukir kembangan sangat bagus dan menarik.
Karena itu ia jemput sebuah jarum itu dan digenggam
pada tangan kirinya. Tetapi mendadak ia dapatkan sesuatu
yang aneh, ia lihat pada samping jarum-jarum perak yang
berserakan itu ada seekor kelabang besar yang telah mati
dengan perut terbalik ia jadi lebih ketarik oleh kejadian ini,
tatkala ia menunduk dan periksa lebih teliti, ia lihat pula di
atas tanah itu terdapat banyak sekali sebangsa semut, tawon,
belalang dan jangkrik, semuanya sudah mati
Tentu saja anak muda ini merasa heran., waktu ia
menyingkap semak-semak rumput bagian lain, sama saja
keadaannya, di sekitar tempat yang terdapat jarum perak itu
banyak kutu-kutu dan serangga-serangga yang mati,
Tetapi setelah dia menjauh beberapa tindak di sana
serangga-serangga kedapatan masih hidup segar, sebaliknya.
ketika ia gunakan jarum yang dia pegang itu untuk menyentuh
serangga-serangga itu, luar biasa cepatnya, hanya sejenak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saja segera binatang-binatang kecil itu mati kaku, Beberapa
kali ia coba dengan beberapa jenis binatang kecil, keadaan
serupa saja.
Akhirnya anak muda ini menjadi girang, ia pikir dengan
jarum perak ini untuk alat perangkap nyamuk dan lalat,
hasilnya tentu akan sangat memuaskan.
Di luar dugaan, sesaat kemudian, mendadak ia merasa
tangan kiri sendiri telah kaku kejang, gerak-geriknya tidak
leluasa.
Dasar anak muda ini memang punya kecerdasan otak
yang luar biasa, sekonyong-konyong ia terkejut dan sadar:
"He, jarum perak ini beracun yang luar biasa jahatnya, sangat
berbahaya bila aku memegangnya !"
Karena itu cepat ia buang semua jarum itu, segera ia lihat
telapak tangan sendiri sudah berubah menjadi hitam semua,
lebih-lebih tangan sebelah kiri, begitu hitam hingga seperti
kena tinta, .
Saking takutnya hampir-hampir saja ia menangis,
tangannya digosok-gosokkan pada pahanya dengan kuat,
namun perlahan-lahan ia merasa tangannya mulai kaku
kesemutan dan menaik ke bagian lengan, bahkan tangan kiri
sudah pegal sampai di siku.
Sejak kecil anak muda ini sudah biasa berkawan dengan
ular berbisa, ia tahu bahayanya orang terkena racun, karena
itu akhirnya ia menangis sedih.
"Nah, sudah tahu lihaynya bukan, nak ?" tiba-tiba di
belakangnya ada suara teguran orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Suara orang ini nyaring, tetapi pecah dan sangat menusuk
telinga, datangnya mendadak hingga seakan-akan timbul dari
bawah tanah saja. Maka dengan cepat si anak muda balik ke
belakang.
Tetapi segera ia kaget hingga ternganga, karena apa yang
dia lihat ialah seorang yang berdiri di belakangnya, tetapi cara
"berdiri" orang.
ini aneh sekali bin ajaib, bukannya dia berdiri dengan
kakinya, tetapi dengan kepalanya, jadi kepala yang
menyanggah tubuhnya, sedang kedua kakinya rapat tegak ke
atas.
Dalam kagetnya anak muda itu melompat mundur
beberapa tindak.
"Kau... kau ini siapa ?" serunya kemudian dengan tak
lancar.
Tetapi aneh, entah cara bagaimana gerakanmu tahu-tahu
orang itu telah enjot tubuhnya maju tiga kaki dan dengan
tepat turun di depan si anak muda.
"Aku... aku ini siapa ? - Ha, jika aku tahu siapa aku ini
tentu akan baik sekali," demikian sahutnya.
Keruan anak muda itu semakin ketakutan oleh kelakuan
orang, tanpa pikir lagi segera ia angkat kaki dan lari kesetanan
cepatnya, namun ia dengar di belakangnya selalu diikuti
dengan suara "tok-tok-tok" yang keras, ketika ia menoleh,
tanpa terasa arwah hampir terbang dari raganya si-king
kagetnya. Kiranya orangku dh. menggunakan kepala sebagai
kaki, dengan menjungkir tubuhnya melompat-lompat dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kecepatan yang tiada bandingannya, jarak jauhnya selalu tidak
lebih dari be berapa kaki saja di belakangnya.
Tentu saja ia berlari semakin kencang dan mati-matian.
Akan tetapi tiba-tiba ia dengar menderunya angin, tahu-tahu
orang aneh itu sudah melompat lewat di atas kepalanya dan
turun di hadapan-nya.
"Mak !" dalam takutnya anak muda itu sampai berteriak
memanggil ibu.
Segera ia putar tubuh hendak lari ke jurusan lain, tetapi
percuma saja, tidak perduli kemana ia berlari, orang aneh itu
selalu dengan kecepatan luar biasa tahu-tahu sudah melompat
lewat dan turun! di depannya. Percuma saja ia mempunyai
sepasang kaki, sebab ternyata tidak bisa lebih cepat dari pada
orang yang berlari pakai kepala.
Kemudian ia mendapat akal, ia sengaja berputar dan
berganti-ganti beberapa arah, ia tunggu orang aneh itu makin
dekat, lalu mendadak ia ulur tangan hendak mendorong
orang, Tak terduga, lengannya ternyata sudah kaku dan tidak,
mau turut perintah lagi, keringatnya gemerobyos," ia menjadi
bingung dan kehabisan akal, akhirnya ia merasakan kedua
kakinya menjadi lemas dan jatuh terduduk.
"Semakin kau lari kian kemari, racun di tubuhmu semakin
cepat pula kerjanya," demikian ia dengar orang aneh itu
berkata.
Seperti orang yang dapat rejeki dan mendadak menjadi
pintar sendiri, segera anak muda itu bertekuk lutut ke
hadapan orang sambil berseru: "Mohon Lo-kongkong (kakek)
menolong jiwaku !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di luar dugaan, orang aneh itu hanya geleng-geleng
kepala.
"Susah ditolong, susah ditolong !" demikian ia menjawab.
Karena ia gunakan kepala untuk menahan tubuhnya, maka
sekali menggeleng kepala, otomatis tubuhnya ikut
menggeleng juga hingga bergoncang.
"Kepandaianmu begini tinggi, kau pasti bisa menolong
aku," kata anak muda itu pula.
Rupanya kata-kata umpakan ini membikin orang aneh itu
menjadi senang sekali Karena itu, ia tersenyum.
"Darimana kau tahu kepandaianku tinggi ?" ia tanya,
Mendengar lagu suara orang sudah berubah menjadi halus
dan tampaknya umpakannya membawa hasil segera anak
muda itu mengikuti arah angin, lekas ia tambahi pula pujianpujiannya.
"Ya, mengapa tidak tahu! Dengan jungkir-balik begini saja
bisa berlari secepat ini, di kolong langit terang tiada orang
kedua lagi yang bisa melebihi kau."
Kata umpakan terakhir ini sebenarnya terlalu berlebihan
dan diucapkan semaunya saja, siapa duga kata-kata "di
kolong langit ini tiada orang kedua lagi yang melebihi kau"
dengan tepat justru kena betul. di lubuk hati orang aneh itu,
Maka terdengarlah suara ketawanya yang terbahak-bahak.
"Baliki tubuhmu, biar aku pandang kau," demikian ia
berteriak kemudian.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Anak muda itu pikir: "Betul juga, aku berdiri tegak dan
orang ini berjungkir-balik, memang benar tidak bisa terang
melihatnya, dia tidak mau berdiri cara biasa, tiada jalan lain
kecuali aku yang harus ikut menjungkir."
Tanpa berkata lagi ia lantas menjungkir tubuhnya, ia
sanggah tubuhnya dengan kepala, tangan kanannya yang
masih punya daya- rasa ia gunakan pula buat menahan.
Sementara sesudah orang aneh itu mengamat-amati dia
beberapa lama, wajahnya tampak mengunjuk ragu dan
sedang pikir-pikir.
Kini setelah anak muda itu ikut menjungkir, maka iapun
bisa melihat jelas muka orang, ia lihat orang aneh ini
berhidung besar, matanya mendelong dalam, mukanya penuh
bulu, berbeda sekali dengan manusia-sia biasa, ia dengar pula
orang itu kemat-kemit menggumam sendiri, ia tidak paham
bahasa aneh apa yang diucapkan itu karena sukar didengar.
"Kongkong yang baik, tolonglah diriku," demikian ia
memohon pula,
Dipihak lain, demi melihat anak muda ini bermuka cakap,
cara bicaranya pun membawa semacam daya tarik yang sukar
ditolak orang, hati orang aneh itu menjadi girang,
"Baik, tidak susah buat tolong kau, tetapi kau harus terima
suatu permintaanku." sahutnya kemudian.
"Apa yang kau katakan pasti akan ku turut," kata si anak
muda, "Permintaan apakah yang harus ku penuhi, katakanlah,
Kongkong!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Haha, justru aku ingin kau terima permintaanku itu,"
sahut orang aneh itu dengan tertawa lebar. "Ialah segala apa
yang kukatakan, kau harus menurut."
Mendengar syarat ini, mau-tak-mau anak muda ini
berpikir, ia menjadi ragu-ragu. "Harus menurut semua apa
yang dikatakannya ? Kalau dia suruh aku menjadi anjing dan
makan kotoran, apa harus aku turuti juga ?"
Dalam pada itu demi nampak anak ini ragu-ragu, orang
aneh itu menjadi gusar.
"Baiklah, biar kau mati saja !" teriaknya segera, Habis ini
sekali lehernya mengkeret dan menonjol lagi, tiba-tiba
tubuhnya telah mencelat pergi sejauh beberapa kaki.
Karena kuatir ditinggal pergi orang, untuk mengubernya
dan memohon pertolongannya tidak mungkin ia menirukan
cara jalan dengan berjungkir maka dengan cepat anak muda
itu berjumpalitan dan berdiri kembali, segera pula ia angkat
kaki memburu.
"Kongkong, Kongkong!" ia berteriak-teriak, "baiklah, aku
berjanji apa saja yang kau-katakan, pasti akan ku turut
semua."
Mendengar syaratnya diterima, mendadak orang aneh itu
berhenti dan putar balik, "Baik, "tetapi kau harus bersumpah
dahulu," katanya.
Tatkala itu si anak muda merasa kaku pegal di tangannya
telah menanjak sampai di pundaknya, ia insyaf apabila sampai
rasa kaku itu merembes sampai di dada, maka jiwanya pasti
akan melayang, maka terpaksa ia menurut dan sumpah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah, aku bersumpah, jika Kongkong menolong jiwaku
dan membersihkan semua racun di tubuhku, pasti aku akan
menurut semua "kata-kata mu. Apabila aku membantah,
biarlah racun jahat itu balik kembali pada tubuhku."
Pembawaan anak muda ini memang licin, maka sewaktu ia
mengucapkan sumpahnya, dalam hati ia berpikir: "Asal
selanjutnya aku tidak menyentuh jarum perak itu lagi, cara
bagaimana racun itu bisa balik kembali di tubuhku ? Entah
orang aneh ini mau terima tidak sumpahku ini ?"
Ketika ia lirik orang, ternyata muka orang aneh itu
mengunjuk rasa senang, suatu tanda merasa puas atas
sumpahnya tadi Kemudian nampak ia manggut-manggut,
habis ini mendadak ia berjumpalitan bangun, lengan anak
muda itu dia pegang dan dengan kuat ia pijat-pijat dan diuruturut
beberapa kali.
"Bagus, bagus, kau adalah anak baik", demikian ia
berkata.
Karena dipijat dan diurut itu, segera si anak muda merasa
lengannya menjadi berkurang rasa pegal kakunya:
"Kongkong, pijatlah beberapa kali lagi!" pintanya pula.
Tiba-tiba orang aneh itu mengkerut kening demi
mendengar panggilannya ini.
"Jangan kau panggil aku Kongkong (kakek), tetapi harus
panggil ayah !" demikian ia membetulkan.
"Tidak, ayahku sudah mati, aku tak punya ayah," sahut si
anak muda.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jawaban ini membikin orang aneh itu menjadi gusar:
"Kurang ajar, baru pertama kali aku berkata kau sudah
membantah, guna apa lagi mempunyai anak semacam kau ini
?" bentaknya segera.
"O, kiranya dia hendak terima aku sebagai anak," pikir
anak muda itu.
Oleh karena sejak kecil ia tak punya bapak, maka ia
sangat iri apabila melihat anak lain mendapat kasih sayang
ayah, ia menjadi pingin mempunyai ayah pula, tapi melihat
kelakuan orang aneh yang berlainan dengan orang biasa ini
dan seperti orang gila, maka kini berbalik ia tidak sudi
mengaku ayah padanya.
"Kau tak mau panggil aku sebagai ayah ?" bentak orang
aneh itu lagi "Baiklah ! hm, orang lain hendak panggil ayah
padaku, belum tentu aku mau terima."
Namun anak muda itu masih tetap tidak mau memanggil,
bahkan mulutnya menjengkit tanda mencemoohkan, iapun
tidak gubris kata-kata orang lagi, hanya dalam, hati ia sedang
berpikir cara bagaimana supaya dapat mengakali orang agar
mau menyembuhkan racun di badannya.
Siapakah kakek aneh itu ? Siapa pula anak muda yang pandai
menguasai ular ini ?
Bagaimana nasib Liok Bu-siang ? Dapatkah orang aneh baju
hitam dapat menolong jiwa Thia Eng ?
- Bacalah jilid ke - 3 -
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 3
Dalam pada itu terdengar orang aneh itu komat-kamit
entah apa yang dikatakan, berbareng bertindak pergi pula
dengan cepat
Keruan si anak muda menjadi gugup,
""Ayah, ayah!" terpaksa ia berseru memanggil "Hendak
kemana, ayah ?"
Mendengar panggilan itu, orang aneh itu tertawa ngakak
senang: "Hahaha, anakku sayang, marilah kuajarkan kau cara
melenyapkan hawa racun di dalam tubuhmu."
Dengan cepat anak muda itu mendekati.
""Racun yang kena dirimu itu adalah racun jarum Pengpek-
gin-ciam milik Li Bok-chiu, di jagat ini melulu dua orang
saja yang mampu menyembuhkannya," "demikian kata si
orang aneh pula, ""Yang seorang ialah Hwesio tua, tetapi
untuk menolong kau ia harus mengorbankan jerih-payah
latihannya selama beberapa tahun, Dan seorang lagi ialah
ayahmu ini." "
Lalu ia ajarkan kunci ilmu penyembuhannya dengan lisan,
anak muda itu disuruh menurut ajarannya itu untuk mengatur
napas, Cara ini adalah cara bernapas yang terbalik dan harus
dilakukan terbalik pula orangnya, yakni dengan berjungkir
kepala di bawah dan kaki di atas, supaya hawa dan darah
berjalan bertentangan arahnya, dengan demikian hawa racun
itu lantas terdesak kembali dan keluar dari tempat masuk
semula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi karena baru belajar dan mulai berlatih, setiap hari
hanya sedikit saja racun itu bisa didesak keluar, sedikitnya
harus lebih sebulan baru bisa dikuras semua hawa berbisa itu.
Setelah orang aneh itu ajarkan cara-cara melakukannya, si
anak muda ternyata sangat pintar, sekali tunjuk saja ia sudah
paham, begitu dengar sudah teringat baik-baik. Oleh karena
itu ia lantas kerjakan menurut cara yang diajarkan itu. Betul
juga rasa kaku pegal tadi lambat laun mulai berkurang ia atur
jalan napasnya sejenak pula, akhirnya dari ujung jari kedua
tangannya mengucurkan beberapa tetes air hitam.
"Nah, cukuplah sudah, hari ini tidak perlu berlatih lagi,
biarlah besok kuajarkan cara baru padamu, "ujar orang aneh
itu dengan girang demi nampak menetesnya air hitam,
"Marilah, sekarang kita pergi !"
"Pergi ke mana ?" tanya anak itu dengan bingung.
"Kau adalah anakku, kemana saja sang ayah pergi,
dengan sendirinya kau ikut ke sana," sahut si orang aneh.
Sebelum anak itu menjawab, saat itu juga tiba-tiba
terdengar beberapa kali suara mencicitnya burung, menyusul
tertampak sepasang burung rajawali melayang lewat di
angkasa dan disusul pula dengan suara seruan orang yang
nyaring-keras yang sayup-sayup berkumandang dari jauh.
Seketika air muka orang aneh itu berubah demi mendadak
mendengar suara tadi.
"Tidak, aku tidak mau bertemu dengan dia, tak mau
bertemu dia !" sekonyong-konyong ia berteriak, berbareng itu
iapun melangkah pergi dengan cepat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Langkahnya begitu cepat hingga dalam beberapa tindak
saja orang aneh itu sudah menghilang dibalik lereng gunung
sana,
Keruan si anak muda tadi yang kelabakan "Ayah, ayah!" ia
berteriak-teriak sambil menguber.
Akan tetapi baru saja ia melewati satu pohon Yang-liu
besar, tiba-tiba ia dengar samberan angin dari belakang,
begitu keras angin itu hingga kulit kepalanya terasa sakit,
menyusul ini pandangannya menjadi gelap seakan-akan
tertutup selapis awan tebal. Kiranya kedua burung rajawali
tadi telah melayang dari belakang dan turun didepaknya.
Pada saat yang sama itu dari belakang pohon muncul
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kedua rajawali itu
menghinggap di pundak kedua orang itu sambil bercuat-cuit
seperti sedang melaporkan sesuatu.
Laki-laki itu bermata besar dan beralis tebal, dadanya
lebar dan punggungnya tegak, umurnya antara 3435 tahun, di
atas bibirnya terpelihara kumis tebal, wajahnya sedikitpun
tidak menunjukkan perasaannya. Sedang yang wanita usianya
30 tahunan, meski sudah setengah umur, tetapi diantara
mata-alisnya masih jelas kelihatan sifat aleman yang menarik
dan seperti masih polos,
dengan tangannya ia sedang mengelus sayap burung
rajawali dengan rasa sayang,
""Menurut pendapatmu, anak ini mirip siapa?" tiba-tiba
wanita itu berkata pada lelaki disampingnya sesudah
mengamat-amati si anak beberapa kali.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi lelaki itu ternyata tidak menjawab, sebaliknya
ia berkata ke jurusan lain; "Kenapa Tiao-ji (si rajawali) bisa
berada di sini ? jangan-jangan di atas pulau telah terjadi
sesuatu ?"
Kiranya kedua orang ini ialah Kwe Ceng dan Ui Yong
suami-isteri, mereka telah keluar pulau buat mencari Ui Yoksu,
tetapi meski sudah mereka jelajahi antero kota-kota di
daerah Kanglam, belum juga mereka ketemukan jejak ayah
dan ayah mertua mereka itu.
Ui Yong kenal watak ayahnya yang suka pada keindahan
alam daerah Kanglam, apabila orang tua ini sampai mencari
tempat tirakat lain, maka bisa dipastikan tidak akan melintasi
utara sungai Tiangkang dan tentu pula tidak lebih selatan dari
Sian-he-nia.
Kebetulan hari itu mereka berdua sampai di kota kecil
Ling-oh dari kabupaten Oh-tjiu-hu, di sini tiba-tiba mereka
melihat ada mengepulnya asap dan berkobarnya api yang
meninggi ke langit Mereka dengar pula orang udik pada
berteriak. ""He. Liok-keh-ceng kebakaran!"
Mendengar nama pedesaan yang disebut itu, hali Kwe
Ceng tertarik, ia ingat bahwa di daerah Ling-oh ini terdapat
seorang Liok Tian-goan, Liok-loeng-hiong, walaupun selama
ini belum pernah bertemu, tapi sudah lama ia kagumi nama
orang
yang tersohor Ketika ia menanyakan, betul juga apa yang
dikatakan orang udik tadi adalah rumah kediaman Liok Tiangoan.
Mereka berdua buru-buru menuju ke tempat kebakaran,
setiba di sana, perumahan-perumahan yang terbakar itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sudah menjadi puing, hanya di antara sisa-sisa gundukan api
terdapat beberapa mayat yang sudah hangus dengan bau
yang sangit busuk.
"Engkoh Ceng, kukira dalam kejadian ini terdapat sesuatu
yang aneh?" demikian kata Ui Yong pada sang suami.
"Kenapa ?" tanya Kwe Ceng.
"Ya, ingat saja itu Liok Tian-goan adalah seorang Enghiong
yang namanya gilang-gemilang. kabarnya sang isteri Ho Wankun
juga seorang pendekar wanita pada jaman ini, kalau
hanya kebakaran biasa saja, mustahil tiada seorangpun
keluarganya tak bisa menyelamatkan diri? Aku menduga tentu
musuhnya yang tangguh telah datang menuntut balas
padanya!" demikian pendapat Ui Yong.
Kwe Ceng pikir betul juga pendapat isteri nya ini, ia adalah
golongan manusia yang berbudi luhur dan suka menolong,
meski kini usiamu sudah menanjak, pengalamannya pun
banyak bertambah, namun hatinya yang bajik dan mulia itu
sedikitpun tidak berkurang daripada waktu mudanya.
Oleh karenanya segera ia menyatakan akur. ""Betul
pendapatmu marilah kita periksa, coba lihat siapakah
musuhnya, kenapa turun tangan secara begini keji ?"
Dan setelah mereka berdua mengitar sekali perkampungan
yang terbakar itu, sedikitpun tiada tanda-tanda mencurigakan
yang mereka dapat, Tetapi mata Ui Yong yang jeli tiba-tiba
tertarik pada sesuatu, sekonyong-konyong ia berteriak sambil
menuding pada dinding rumah yang tinggal separuh itu.
"Lihat, apakah itu ?" serunya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Ceng memandang ke arah yang ditunjuk,
tertampaklah di atas dinding itu terdapat bekas lima cap
tangan, karena habis tergarang asap, maka cap tangan itu
kelihatan bertambah seram.
Seperti diketahui, cap tangan yang berada di dinding itu
semuanya ada sembilan buah, tetapi karena dinding
temboknya sudah ambruk separoh, maka yang masih
ketinggalan hanya lima buah.
Kwe Ceng kaget ketika mengenali tanda telapak tangan
itu.
"Jik-lian Sian-cu !" tanpa terasa ia menyebut nama orang.
"Ya, betul dia," ujar Ui Yong, "Sudah lama kita dengar
bahwa Jik-lian Sian-cu Li Bok-Chiu dari Hunlam memiliki ilmu
silat yang maha hebat, caranya pun sangat keji tiada taranya
dan tidak kalah dengan Se-tok Auyang IJong dahulu, jika dia
berani menginjak Kanglam sini, kita boleh coba-coba ukur
tenaga padanya."
"Ya, tetapi iblis ini sangat ulet? dan tidak gampang
dilawan" sahut Kwe Ceng memanggut. "Paling baik kalau kita
bisa ketemukan Gakhu (mertua)"
"He, semakin berumur, nyalimu jadi semakin kecil!" goda
Ui Yong dengan tertawa.
"Memang," sahut Kwe Ceng." Kalau ingat dahulu, tanpa
mengenal tingginya langit dan tebalnya bumi, kita berani naik
ke Hoa-san untuk berebut gelar jago silat nomor satu dikolong
langit ini, jika seperti aku sekarang ini, sekalipun aku digotong
kesana dengan joli delapan orang, pasti aku tidak berani
pergi"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Huuh ? Harus digotong pakai joli segala!" goda sang
isteri.
Begitulah sambil besenda-gurau, tapi dalam hati mereka
diam-diam berlaku waspada, mereka terus periksa, akhirnya di
tepi sebuah kolam mereka melihat dua buah jarum Peng-pekgin-
ciam yang be-racun. Ujung sebuah jarum diantaranya
terendam air, karena itu, beberapa ratus ikan piaraan yang
berada dalam kolam itu sama mati dengan perut terbalik ke
atas, suatu tanda betapa jahat racun yang terdapat pada
jarum itu.
Ui Yong melelet lidahnya, dari buntalannya ia keluarkan
sepotong baju, ia lempit beberapa kali, dengan dialingi kain
baju ini ia jemput jarum perak itu, ia bungkus baik-baik dan
dimasukkan ke dalam kantong rangsalnya.
Habis ini mereka berdua tidak bicara lagi melainkan
percepat memeriksa dan mencari jejak orang pula, akhirnya di
belakang pohon Liu tadi mereka dapatkan sepasang burung
rajawali dan ketemu pula si anak tanggung itu.
Dari rajawali yang menclok di atas pundak mereka, tibatiba
Ui Yong mencium bau yang aneh, berapa kali ia sedot,
segera dadanya menjadi sesak dan rasanya menjadi nek.
Kwe Ceng pun mencium bau busuk itu, bau itu seperti
datang dari tempat yang sangat dekat dengan hidungnya,
waktu ia men-cari-cari dari mana datangnya bau busuk itu,
tiba-tiba ia melihat pada kaki kedua burungnya terdapat luka
lecet, waktu ia dekatkan hidungnya, betul saja bau busuk itu
datangnya dari luka ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Suami-isteri ini terkejut, lekas-lekas mereka periksa luka
burung-burung itu dengan teliti, meski luka itu sebenarnya
hanya lecet kulit saja, tetapi sudah menimbulkan bengkak,
pula sebagian kulit daging kakinya sudah mulai busuk.
"luka apakah ini, kenapa begini lihay?" demikian Kwe Ceng
berpikir sambil menunduk Tiba-tiba pula ia lihat tangan kiri si
anak muda tadi telah berubah menjadi hitam semua, keruan ia
kaget pula.
"Kaupun terkena racun ini ?" serunya kuatir.
Dengan cepat Ui Yong mendekati anak muda itu ia angkat
tangannya dan diperiksa, habis ini cepat-cepat ia gulung
lengan bajunya, ia keluarkan pula sebuah pisau kecil, dengan
senjata ini ia sayat tangan orang sebelah bawah, lalu dengan
kuat ia pencet agar darah yang berbisa mengalir keluar.
Akan tetapi ia menjadi heran sekali ketika melihat darah
yang menetes keluar dari tangan anak muda itu ternyata
berwarna merah segar, padahal telapak tangannya jelas-jelas
sudah berubah hitam seluruhnya, dan kenapa darah yang
mengucur keluar tidak beracun ?
Nyata ia tidak tahu bahwa setelah si anak muda
mendapatkan ilmu ajaib ajaran orang aneh
yang suka menjungkir itu, kini darah berbisa dalam
tubuhnya sudah didesak ke ujung jaring dan untuk sementara
tidak akan menjalar
Setelah ragu-ragu sejenak, kemudian Ui Yong keluarkan
sebutir pil "Kiu-hoa-giok-lo-wan", obat pil yang terbuat dari
sari sembilan macam bunga-bunga an.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kunyah dan telan ini," katanya sambil memberikan pil itu
pada si anak
Anak muda itu tidak menolak, ia terima pemberian pil itu
terus masukkan ke dalam mulut, rasanya manis dan harum.
Lalu Ui Yong keluarkan pula empat pil dan dibagikan
kepada kedua burung rajawalinya yang terluka itu.
Sesudah memikir sebentar, mendadak Kwe Ceng bersiul
panjang, Suara siulan ini berkumandang jauh sekali, begitu
keras suaranya hingga menggema lembah pegunungan
sampai dahan pohon Liu yang menjulur ikut tergoncang,
Dalam pada itu belum lenyap suara siulan pertama,
menyusul Kwe Ceng menggembor dengan suaranya yang
keras, begitu hebat suara teriakan itu susul menyusul hingga
bikin seluruh lembah gunung penuh dengan suara sahutmenyahut
yang menggelegar
Karena teriakan ini sama sekali di luar dugaan, si anak
muda tadi dibikin kaget, tanpa tertahan air mukanya berubah
hebat karena belum pernah mendengar suara yang luar biasa
ini.
Sebaliknya Ui Yong mengerti maksud tujuan sang suami,
ia tahu dengan suara itu suaminya bermaksud menantang
tanding pada Li Bok-chiu. Ketika pekikan ketiga sang suami
dilontarkan, segera pula ia kumpulkan tenaga dan menyusuli
dengan teriakannya.
Kalau suara pekikan Kwe Ceng agak rendah tetapi kuat,
maka suara Ui Yong sebaliknya tinggi tetapi nyaring sekali,
perpaduan suara yang hebat ini makin lama semakin jauh dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
semakin keras, susul menyusul tiada putusnya, seakan-akan
satu sama lain tidak ingin ketinggalan.
Kiranya Kwe Ceng dan Ui Yong sudah berlatih diri di Thohoa-
to dengan giat, tenaga dalam mereka sudah terlatih
sampai puncaknya kesempurnaan, dengan suara pekikan yang
berkumandang jauh ini, orang-orang yang berada dalam jarak
belasan li sama terkejut dan terheran-heran tidak mengerti
suara aneh ini datang dari mana.
Sementara itu suara pekikan hebat ini telah didengar oleh
beberapa orang tertentu. Orang aneh yang suka menjungkir
itu telah "tancap gas" mempercepat larinya demi
mendengarnya.
Sebaliknya orang aneh berjubah hijau yang pondong Thia
Eng itu ketawa waktu dengar suara "Haha, mereka telah
datang juga, aku harus menyingkir jauh, supaya tidak banyak
rewel."
Dalam pada itu Li Bok-chiu dengan mengempit Liok Busiang
sedang lari dengan cepatnya, ketika mendadak dengar
suara siulan pertama, sekonyong-konyong ia berhenti, ia ayun
kebutnya dan memutar tubuh, "Hm, nama Kwe-tayhiap
menggoncangkan Bu-lim, aku justru ingin membuktikannya
apakah namanya bukan bikinan belaka," demikian katanya
dengan ketawa dingin.
Tetapi tiba-tiba pula diantara suara pekikan panjang tadi
diseling pula dengan suara siulan nyaring yang menimpali
suara yang duluan hingga menambah keangkeran suara-suara
itu.
Hati li Bok-chiu menjadi jeri, teringat olehnya Kwe Ceng
dan Ui Yong suami-isteri selama berkelana selalu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berdampingan dan bahu-membahu, sebaliknya dirinya hanya
sebatang-kara, seketika perasaannya menjadi hampa dan
putus asa, ia menghela napas panjang, habis ini dengan
mencengkeram punggung Liok Bu-siang terus bertindak pergi.
Pada kala itu Bu-sam-nio sedang memayang sang suami
yang terluka dan membawa kedua puteranya pergi jauh
setelah berpisah dengan Kwa Tin-ok.
Setelah mengalami pertarungan sengit tadi, kuatir kalau Li
Bok-chiu balik kembali buat mencelakai Kwe Hu, maka lekaslekas
Kwa Tin-ok bawa lari dara cilik ini dengan maksud
mencari satu tempat untuk bersembunyi, tetapi ia keburu
mendengar suara siulan Kwe Ceng dan Ui Yong yang keras
itu, maka hatinya menjadi girang.
"He, ayah, ibu !" Kwe Hu berseru juga ketika mengenali
suara orang tuanya.
Habis ini segera ia angkat kaki terus lari menuju kearah
datangnya suara, Tetapi tiba-tiba ia berpikir pula: "Aku telah
ngeluyur keluar, tentu nanti akan didamperat ayah,
bagaimana baiknya ini ?"
Dalam bingungnya ia tarik-tarik lengan baju Kwa Tin-ok, ia
coba membujuk orang tua ini: "Kong-kong, nanti kalau
bertemu dengan ayah, katakanlah kau yang bawa aku keluar
buat memain, ya?" demikian ia memohon.
"Tidak, aku tidak mau berbohong untuk kau!" sahut Kwa
Tin-ok dengan menggeleng kepala.
Tetapi Kwe Hu tidak kurang akal, tiba-tiba ia meloncat dan
merangkul leher si orang tua, dengan kata-kata halus ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membujuk . lagi: "Kongkong, sayanglah padaku sekali ini,
seterusnya aku tak akan nakal lagi."
Namun masih tetap Kwa Tin-ok geleng-geleng kepala.
"Baiklah, biar aku minggat pergi," teriak Kwe Hu tiba-tiba
sambil lompat turun dari rang-kula.nnya. "Selamanya aku tak
akan menjumpai kau lagi, juga tidak akan menemui ayahbunda."
Mendengar kata-kata ini, Tin-ok menjadi kaget dan kuatir,
ia kenal watak dara cilik ini berani berkata berani berbuat
pula, sedang dirinya buta, kalau sampai sikecil ini pergi, maka
susah lagi untuk mencarinya.
"Baik, baik, kululuskan keinginanmu," terpaksa ia
menyerah.
Kwe Hu ketawa senang dengan kemenangannya ini.
"Memang aku sudah tahu kau bakal meluluskan, tidak
nanti kau tega membiarkan aku diomeli ayah dan ibu," kata si
nakal ini.
Maka dua sejoli, satu tua dan satu bocah ini lantas berlari
ke tempat beradanya Kwe Ceng dan isteri sesudah dekat,
dengan serta-merta Kwe Hu menjatuhkan diri ke dalam
pelukan ibunya dengan laku aleman.
"Bu, Kongkong yang membawa aku ke sini mencari kalian,
kau tentu senang bukan?" demikian si nakal ini berkata pada
sang ibu.
Akan tetapi Ui Yong yang kepintarannya tiada ban
dingannya itu, hanya sedikit permainan sandiwara sang puteri
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ini mana bisa mengelabui dia, cuma bisa bertemu anaknya di
sini, sebenarnya ia memang juga senang, maka ia hanya
tertawa saja, lalu bersama sang suami mereka menjalankan
penghormatan pada Kwa Tin-ok dan tanyakan kesehatan si
orang tua.
Kwe Hu masih kuatir kalau disemprot ayahnya, maka
sesudah menyapa sekali, lantas ia tarik tangan si anak muda
tadi menyingkir pergi.
"Pergilah kau memetik bunga, buatkan lah mahkota bunga
untukku" demikian pintanya.
Pemuda itu tidak menolak, ia ikut pergi bersama,
perawakan Kwe Hu ternyata jauh lebih pendek, tingginya
hanya sedada orang, maka dengan gampang saja ia dapat
melihat telapak tangan pemuda itu yang hitam, mendadak
sontak ia kipatkan tangan orang yang tadinya dia gandeng.
"Hiiii, tanganmu kotor, tak mau aku bermain dengan kau,"
demikian ia mengolok-olok.
Watak pemuda itu ternyata tidak gampang mengalah,
iapun tinggi hati, maka kontan ia jawab dengan ketus: "Siapa
pingin bermain dengan kau?"
Habis berkata dengan langkah lebar ia lantas bertindak pergi
sendiri
"Eh, eh, saudara cilik, jangan pergi dulu, sisa racun dalam
tubuhmu masih belum hilang seluruhnya, kalau sampai
kambuh pasti akan luar biasa lihaynya," seru Kwe Ceng ketika
melihat si anak muda ini hendak pergi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Anak itu paling benci kalau orang katai dia jelek, oleh
karena itu, olok-olok Kwe Hu tadi telah menusuk perasaannya,
maka dengan tegang leher ia masih jalan terus tanpa gubris
teriakan Kwe Ceng,
Tabiat Kwe Ceng memang welas-asih, maka buru-buru ia
menguber.
"Cara bagaimanakah kau terkena racun ?" demikian ia
menanya pula, "Marilah kami sembuhkan kau dulu."
"Aku toh tidak kenal kau, perduli apa dengan kau?" sahut
anak muda itu dengan ketus. Berbareng ia percepat
langkahnya dan bermaksud menerobos lewat disamping Kwe
Ceng.
Sekilas Kwe Ceng dapat melihat wajah si anak muda yang
menunjukkan rasa marah ini, diantara mata-alis-nya
tertampak sangat mirip seseorang, tiba-tiba hatinya tergerak.
"Eh, saudara cilik, kau she apa?" segera ia tanya.
Namun pemuda itu tidak menjawab, sebaliknya ia
melolototi orang, lalu tubuhnya sedikit miring dengan maksud
hendak menerobos lewat, Di luar dugaan secepat kilat Kwe
Ceng sudah mencekal sebelah tangannya.
Dalam kagetnya si anak muda itupun menjadi gusar, ia
meronta-ronta beberapa kali, sesudah tak berhasil mendadak
ia angkat tangan kirinya terus menggenjot perut Kwe Ceng.
Kwe Ceng tidak urus pukulan ini, ia membiarkan perutnya
kena dihantam dengan tersenyum saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika anak muda itu bermaksud menghantam lagi, tahutahu
kepalannya ambles di-tengah-tengah perut orang,
bagaimanapun juga meski ia tarik-tarik tetap tak bisa
melepaskan diri, ia tidak putus asa, masih terus ia tarik-tarik,
saking keras ia keluarkan tenaga hingga mukanya merah
padam, tetapi tangannya seperti melengket saja diperut Kwe
Ceng, sebaliknya ia rasakan lengan sendiri kesakitan karena
dibetot-betot.
"Nah, beritahu padaku kau she apa dan segera ku
lepaskan kau," dengan tertawa Kwe Ceng tanya lagi.
Namun si anak muda memang sangat kepala batu, ia pikir
tidak nanti aku mau omong, jika mau, akan kusebutkan she
palsu dan nama bikinan saja, oleh karenanya ia lantas
menjawab: "Aku she Cin dan bernama Coa-ji, sianak ular,
Lekas lepaskan aku."
Di lain pihak demi mendengar nama orang ini, Kwe Ceng
merasa kecewa, ia lantas kendorkan tenaga: perutnya yang
menyedot kepalan pemuda itu.
Sesudah tangannya terlepas, pemuda itu pandang Kwe
Ceng dengan luar biasa kagumnya atas kepandaian orang
tadi.
Di sebelah sana Kwe Hu sedang asyik menceritakan
pengalaman selama berpisah dengan ibunya, akhirnya ia
ceritakan tentang bagaimana sepasang rajawalinya berkelahi
dengan seorang wanita jahat, lalu datang seekor burung
merah kecil telah membantu eajawali-rajawalinya.
Mendengar "burung merah kecil" itu, Ui Yong jadi ketarik
sekali..
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apa burung merah kecil itu Koko (kakak) inikah yang
membawanya datang ?" ia tanya dengan cepat.
"Ya," sahut Kwe Hu, "Burung merah kecil itu menotol biji
wanita jahat itu hingga buta, cuma sayang burung itupun
kena digaplok mati oleh dia."
Mendengar penuturan ini, Ui Yong tidak ragu-ragu lagi,
segera ia melompat maju dan memegang pundak si anak
muda tadi dengan kedua tangannya, dengan tajam ia
pandang orang,
"Kau she Nyo bernama Ko, ibumu yang she Cin, ya bukan
?" demikian ia menegas sekata demi sekata.
Pemuda ini memang benar she Nyo dan bernama Ko,
Ketika mendadak nama aslinya disebut Ui Yong, darah di
rongga dadanya menaik ke atas hingga hawa racun
ditangannya sekonyong-konyong menjalar kembali, ia merasa
kepala puyeng dan pikiran menjadi butek, akhirnya ia jatuh
pingsan.
Dalam kejutnya lekas-lekas Ui Yong memegang tubuh
orang supaya tidak sampai roboh.
"Dia... dia kiranya putera adikku Nyo Khong." kata Kwe
Ceng terkejut bercampur girang.
Sementara itu kelihatan Ui Yong mengkerut alis, ia lihat
racun menjalar terlalu hebat di tubuh Nyo Ko, ia kuatir, karena
sesungguhnya ia sendiri tidak punya sesuatu pegangan untuk
menyembuhkan orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Marilah kita cari tempat pondokan dulu, kemudian kita
cari pula beberapa racikan obat," ajaknya kemudian dengan
suara terharu.
Kwe Ceng lantas pondong Nyo Ko, bersama Kwa Tm-ok,
Ui Yong dan si nakal Kwe Hu serta membawa pula sepasang
burung Tiao mereka mencari hotel di-kota, bahan obat yang
mereka perlukan ternyata sukar dicari, meski sudah
dikumpulkan akhirnya masih kurang juga empat macam.
Melihat keadaan Nyo Ko yang masih tak sadar, Kwe Ceng
merasa sedih dan kuatir sekali, sampai Ui Yong beberapa kali
memanggilnya ternyata tidak di dengarnya.
Ui Yong cukup mengerti perasaan hati sang suami waktu
itu, sejak terbinasanya Nyo Khong (tentang lelakon Kwe Ceng,
Ui Yong dan hubungannya dengan Nyo Khong akan
diceritakan tersendiri) pikirannya selalu sedih dan menyesal
maka dengan sendirinya luar biasa girangnya kini demi bisa
ketemukan anak keturunan saudara angkatnya itu, tetapi anak
ini justeru terkena racun dan belum bisa diketahui bakal mati
atau hidup.
"Ceng-koko, marilah kita coba keluar mencari
pelengkapnya obat," ia mengajak.
Kwe Ceng sendiri mengerti juga sifat-sifat Ui Yong, ia tahu
bila ada sedikit harapan bisa mengobati, pasti sang isteri
sudah menghibur padanya, kini nampak wajah isterinya
sangat prihatin, hatinya semakin tak tenteram. Segera ia
pesan Kwe Hu jangan sembarangan ngeloyor pergi, lalu
mereka suami-isteri keluar buat mencari obat-obatan.
Dalam pingsannya Nyo Ko masih terus tertidur, meski hari
sudah gelap masih belum juga sadar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Beberapa kali Kwa Tin-ok masuk kamar memeriksanya,
namun orang tua inipun tak berdaya, iapun kuatir kalau si
nakal Kwe Hu ngeluyur pergi, maka tiada hentinya ia bujuk
dara cilik ini lekas tidur.
Dalam keadaan remang-remang entah sudah lewat berapa
lama, tiba-tiba Nyo Ko merasa ada orang memijat-mijat dan
meng-urut-urut dadanya, karena itu perlahan-lahan pikirannya
jernih kembali, waktu ia buka matanya, ia lihat dalam
kegelapan ada berkelebat satu bayangan entah apa meloncat
keluar jendela dengan cepat.
Nyo Ko paksakan diri buat berdiri meski rasanya masih
lemas, ia coba melongok keluar jendela, tertampaklah olehnya
di atas emper rumah berdiri satu orang dengan kepala
menjungkir di bawah, siapa lagi kalau bukan orang aneh yang
siang hari tadi menerima dirinya sebagai anak angkat itu.
Kepala orang aneh yang menyanggah badannya itu
ternyata ada separohnya menempel di luar emper, tubuhnya
yang tegak terbalik ke atas itu kelihatan bergoyang-goyang,
agaknya setiap waktu bisa terbanting jatuh ke bawah.
"He, kau!" seru Nyo Ko kaget tercampur girang.
"Kenapa tidak panggil ayah?" tegur orang aneh itu.
Karenanya Nyo Ko lantas memanggil: "Ayah!" -hanya lagu
suara panggilannya sangat dipaksakan.
Namun orang aneh itu sudah kegirangan "Naiklah sini,"
katanya.
Nyo Ko menurut, ia merangkak ke ambang jendela untuk
kemudian meloncat ke atas payon.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi karena badannya masih lemah, tenaganya menjadi
tak cukup, maka sebelum tangannya memegang emper rumah
atau dia sudah terjungkal ke bawah Dalam kagetnya sampai ia
berteriak.
Orang aneh itu tadinya berjungkir di atas payon, tetapi
demi nampak Nyo Ko terjungkal, mendadak manusia tubuhnya
roboh ke bawah seperti batang kayu saja yang terbanting
hanya kepalanya masih tetap melekat di atas emper rumah.
Dengan demikian secepat kilat tangannya menjambret
punggung Nyo Ko, habis ini tubuhnya kembali menegak lagi
ke atas, Nyo Ko diletakkannya ke atas payon dengan enteng
saja.
Dan selagi ia hendak bicara, tiba-tiba ia dengar di kamar
sebelah barat ada suara orang meniup memadamkan api. ia
tahu jejaknya telah diketahui orang, tanpa ayal lagi ia
pondong Nyo Ko dan melangkah pergi dengan cepat, hanya
sekejap saja beberapa deretan rumah penduduk sudah ia
lintasi.
Waktu Kwa Tin-ok melompat ke atas rumah, namun di
sekelilingnya sudah sepi nyenyak.
Setelah Nyo Ko dibawa sampai di suatu tempat sunyi di
luar kota, orang aneh itu baru menurunkannya.
"Coba kau gunakan cara yang pernah kuajarkan padamu
itu, hawa berbisa dipaksa keluar lagi sedikit." demikian ia
memberi petunjuk pada Nyo Ko.
Pemuda ini menurut, maka tidak antara lama, dari ujung
jarinya menetes keluar beberapa titik darah hitam, berbareng
rasa sesak di dadanya pun menjadi lega,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sungguh kau ini anak pintar, sekali tunjuk lantas paham,
jauh lebih cerdas dibanding almarhum putera kandungku
dahulu," kata orang aneh itu. Teringat pada puteranya sendiri
itu, tiba-tiba ia meratap: "O, anakku, anakku"
Air matanya lantas berlinang juga karena terkencing
puteranya sendiri yang sudah mati, ia elus-elus kepala Nyo Ko
sambil menghela napas pelahan.
Nyo Ko sendiri sejak belum lahir sudah ditinggal bapaknya,
ibu pun tewas oleh pagutan ular berbisa dikala ia baru
berumur lima tahun, selama 8 9 tahun paling belakang ini, ia
terluntang-lantung sebatang kara di Kangouw, dj-mana-mana
ia dihina orang sehingga menjadikan tabiatnya yang eksentrik,
benci pada sesama manusia serta cemburu pada keadaan
sekitarnya, Kini meski orang aneh ini belum pernah kenal dia,
namun ternyata begitu baik terhadap dirinya, ini boleh
dikatakan belum pernah terjadi selama hidupnya.
Karena darah keturunan ayah-bundanya, maka watak Nyo
Ko luar biasa pula anehnya, kalau dia sudah baik pada
seseorang, maka dia bela mati-matian tanpa pikirkan jiwa
sendiri sebaliknya jika ada orang lain menghina dan pandang
rendah padanya, maka selama hidup akan dia ingat-ingat
terus dan dendam, dia pasti berusaha dengan segala dayaupaya
untuk menuntut balas.
Kini si orang aneh itu mengunjuk rasa kasih sayang murni
padanya, hati pemuda ini luar biasa terharunya hingga ia
melompat terus merangkul leher orang sambil berulang kali
memanggil "Ayah, ayah!"
Sejak Nyo Ko berumur 2 3 tahun ia sudah berharap
mempunyai seorang ayah yang akan cinta dan melindungi dia.
Bahkan dalam mimpi kadang-kadang mendadak muncul
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seorang ayah yang gagah perkasa yang dia cintai, tapi bila
terjaga dari tidurnya, ayah khayalan itu lantas hilang lagi tak
berbekas, oleh karenanya seringkali ia suka menangis
sendirian dengan sedih.
Kini harapan yang sudah lama ia impikan itu tiba-tiba
berwujut, dua kali panggilan tadi keluar dari lubuk hatinya
yang penuh cinta kasih seorang anak kepada bapaknya.
Jika hati Nyo Ko terharu sekali, maka dalam hati orang
aneh itu ternyata jauh lebih girang daripada dia. Waktu
mereka mula-mula berjumpa di mana Nyo Ko dipaksa
memanggil ayah, dalam hati anak muda itu sesungguhnya
seribu kali tidak sudi, tetapi kini dua hati telah kontak seperti
ayah dan anak kandung.
"O, anak baik, anak manis, coba panggil ayah sekali lagi!"
demikian kata orang aneh itu dengan bergelak ketawa.
Betul juga Nyo Ko lantas memanggil ayah, bukan hanya
sekali, malahan dia panggil lagi dua kali, lalu ia menggelendot
dibadan orang dengan laku yang aleman.
"Aha, anak baik, marilah kuajarkan kau ilmu silatku yang
paling kubanggakan selama hidup ini," dengan tertawa orang
aneh itu berkata pula,
Sambil berkata, lantas ia berjongkok, dari mulutnya
terdengar suara "kuk-kuk-kuk" tiga kali, menyusul kedua
tangannya dia dorong ke depan, maka terdengarlah suara
gemuruh yang keras,, setengah tembok pagar yang berada di
depannya telah ambruk seketika sehingga debu dan batu
berhamburan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nampak orang memiliki ilmu silat selihay ini, girang sekali
hati Nyo Ko. "Ayah, ilmu apakah itu, dapatkah aku
mempelajarinya ?" dengan cepat ia tanya,
"Ini namanya Ha mo-kang (ilmu weduk kodok)," sahut
orang itu, "Asal kau mau berlatih dengan giat, tentu kau dapat
mempelajarinya."
"Setelah aku pandai, apakah tiada orang lain lagi yang
berani menganiaya diriku ?" tanya Nyo Ko lagi.
"Tentu saja," sahut orang aneh itu sambil menarik alis
"Siapa yang berani menghina puteraku, biar aku patahkan
tulangnya dan beset kulitnya."
Kiranya orang aneh yang kosen ini bernama Auwyang
Hong yang namanya telah disinggung bagian atas tadi.
Sejak Hoa-san-lun-kiam atau pertandingan silat di atas
Hoa-san (salah satu gunung tersohor di daerah propinsi
Siamsay), Auwyang liong kena diakali Ui Yoeg hingga otaknya
rada miring, selama belasan tahun, ini ia terluntang-lantung di
daerah sunyi, yang dia selalu pikir adalah: "Siapakah aku ini
sebenarnya ?"
Tetapi tahun-tahun terakhir ini, sesudah dia berlatih Kiuim-
cin-keng, maka Lwekangnya sudah ada banyak kemajuan,
otaknya juga banyak lebih terang, walaupun masih tetap tak
beres kelakuannya dan suka gila-gilaan.
Tetapi banyak kejadian lama perlahan-lahan dan satu
persatu sudah mulai dia ingat, cuma saja tentang "siapakah
dirinya sendiri" inilah yang tetap belum dia ingat pontang Hoasan-
lun-kian serta mengapa Auwyang Hong bisa diakali Ui
Yong hingga menjadi gila dan sebab apa dia berlatih ilmu KiuTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
im-cin-keng secara terbalik, pada kesempatan lain akan
dibukukan tersendiri.
Begitulah, maka Auwyang Hong lantas mcngajar-Nyo Ko
dasar-dasar permulaan ilmu Ha-mo-kang.
Hendaklah diketahui bahwa Ha-mo-kang yang menjadi
ilmu kebanggaan Auwyang Hong ini terhitung ilmu silat kelas
satu dalam dunia persilatan Dahulu meski putera kandung
sendiri belum pernah Auwyang Hong mengajarkan padanya,
tetapi kini karena guncangan perasaannya, ternyata pikir
segalanya lagi diajarkannya pada anak angkatnya yang baru
dia terima ini.
Ha-mo kang ini sangat sulit dan dalam sekali, Nyo Ko
sendiri masih belum punya landasan, meski dia coba baik-baik
semua apa yang diuraikan Auwyang Hong, tetapi sama sekali
ia tidak paham akan arti yang terkandung dalam rahasia ilmu
yang dia terima itu.
Oleh karena itu, sesudah hampir setengah hari Auwyang
Hong mengajar, tetapi ia lihat Nyo Ko masih ngawur saja
kalau ditanya, sama sekali belum paham dasar yang diajarkan,
akhirnya Auwyang Hong menjadi keki, dalam dongkolnya ia
hendak menampar anak muda itu.
Namun sebelum tangannya menyentuh pipi orang,
dibawah sinar sang dewi malam ia lihat muka Nyo Ko yang
putih bersih dengan matanya yang jeli menarik itu, ia menjadi
tidak tega menghajarnya.
"Sudahlah, kau tentu sudah letih, pulang saja sekarang,
besok aku mengajarkan kau lagi," katanya kemudian dengan
menghela napas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak tahunya, sejak Nyo Ko dikatai Kwe Hu bahwa
tangannya kotor, terhadap anak dara itu telah timbul rasa
benci dalam hatinya, maka demi mendengar dirinya disuruh
kembali kepada Kwe Ceng, ia menjadi sedih.
"Tidak, ayah, aku ikut kau saja, aku tak mau pulang ke
sana," katanya.
Siapa dirinya sendiri, soal ini bagi Auwyang Hong masih
belum jelas hingga kini, tetapi mengenai urusan umum
pikirannya sudah cukup terang dan jernih, maka atas
permintaan Nyo Ko itu ia menjawab: "Jangan. otakku masih
rada kurang beres, ku kuatir kau nanti ikut menderita. Kau
pulang saja dahulu, nanti kalau aku sudah bikin terang
sesuatu soal barulah kita berkumpul untuk selamanya."
Kata-kata Auwyang Hong yang penuh kasih sayang ini
meresap sekali ke lubuk hati Nyo Ko, boleh dikatakan sejak,
ibunya mangkat, belum pernah ia mengenyam rasa simpatik
seperti sekarang ini, maka dengan cepat ia merangkul orang..
"Kalau begitu harap lekas kau datang menjemput aku,
ayah," katan'ya.
"jangan kuatir, nak, sementara diam-diam senantiasa akan
kuikuti kau, kemanapun kau pergi, pasti aku mengetahuinya,"
sahut Auwyang Hong manggut-manggut. Kemudian ia
membopong Nyo Ko lagi dan diantar pulang ke dalam hotel.
Selama itu Kwa Tin-ok sudah pernah datang sekali
mencari Nyo Ko, ia meraba-raba dan tidak mendapatkan anak
muda ini di atas ranjangnya, Kwa Tin-ok menjadi kuatir sekali.
Tetapi tatkala untuk kedua kalinya ia datang mencari Nyo Ko
lagi, ia mendapatkan pemuda ini sudah ada di situ, selagi ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hendak bertanya tadi kemana atau tiba-tiba ia dengar di atas
wuwungan rumah ada suara mendesirnya angin.
Meski mata Kwa Tin-ok buta, tetapi daya pendengarannya
luar biasa tajamnya, ia tahu ada dua orang "ya-heng-jin"
(orang jalan diwaktu malam) yang berilmu silat sangat tinggi
lewat di atas rumah, Untuk menjaga segala kemungkinan,
lekas-lekas orang tua ini membopong Kwe Hu, sedang senjata
tongkatnya segera ia siapkan kian berjaga di dekat jendela, ia
kuatir kalau-kalau kedua tamu malam itu putar kembali lagi.
Belum ada tanggapan untuk "Cersil Yoko Seri Ke 2"
Posting Komentar