baca juga:
wujud, mengganti kedudukan”, semacam
ilmu yang luhur, ia kaget sekali. Tapi ia dapat
menenangkan diri, parasnya tidak menunjuki
perubahan. Ia hanya mengkerutkan kening.
“Mau apa kau menghalangi aku?” dia bertanya,
berlagak pilon.
“Aku ingin ketahui kau murid siapa?” menyahut See
Thong Thian. “Aku ingin ketahui untuk apa kau datang
nyelusup ke istana ini?”
Sepasang alis yang bagus dari si nona bergerak
bangun. “Jikalau aku tidak sudi mengasih
keterangan?” tanyanya, menantang.
“Pertanyaannya Kwie-bun Liong Ong tidak dapat
tidak dijawab!” sahut orang she See itu.
Oey Yong melihat ke sekitarnya. Pintu ada di
belakang Thong Thian, tidak dapat ia memaksa
menerobos keluar. Justru itu ia dapatkan Bio Cu Ong
hendak pergi ke luar, ia lantas menegur.
“Lopepe, dia pegat aku, dia tidak mau kasih aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pulang?” katanya.
Hati Cu Ong tertarik. Suara orang merdu dan
bernada minta dikasihani. Ia pun mau percaya, bocah
ini bukan sembarang orang. Tanpa merasa, ai menjadi
merasa suka kepada si nona.
“Kau jawablah pertanyaannya See Liong Ong,” ia
kata, tertawa. “Setelah kau berikan jawabanmu, dia
nanti mengasih ijin kau berlalu.
Oey Yong tertawa, tetap dengan manis. “Aku justru
tidak sudi menjawab dia!” sahutnya. Lantas dia
hadapkan Thong Thian untuk mengancam, “Jikalau
kau tidak mengijinkan aku pergi, nanti aku pergi
denagn cara paksa!”
See Thong Thian tertawa dingin.”Asal kau mampu!”
bilangnya.
“Tapi awas, kau tidak boleh serang aku!” berkata si
nona, ynag hendak menggunai pula kecerdikannya.
“Untuk memegat kau, budak cilik, buat apa See
Liong Ong sampai menurunkan tangan?” katanya.
“Bagus!” seru Oey Yong. “Seorang laki-laki, satu
kali ia mengucap, itu telah menjadi kepastian! Eh, See
Liong Ong, kau lihat itu di sana apa?” Semabri
mengucap, dia menunjuk ke arah kiri.
See Thong berpaling ke arah yang ditunjuk itu.
Oey Yong gunai kesempatan ketika orang menoleh,
tubuhnya meleset, lewat di samping jago tunggal dari
sungai Hong Ho itu.
Benar-benar lihay See Thong Thian. Baru orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkelebat, atau kepalanya sudah menghadang di
depan si nona. Syukur si nona itu pun lihay, ia dapat
menahan tubuhnya hingga ia tidak usah melanggar
kepala orang itu. Ia meundur dengan cepat.
See Thong Thian mengawasi. Sekarang telah buntu
jalannya si nona itu. Dua kali lagi ia mencoba, jago
sugai Hong Ho itu senantiasa menghadang di
depannya.
Nio Cu Ong menyaksikan itu, ia tertawa. “See Liong
Ong, adalah satu ahli tersebar,” katanya. “Maka
janganlah kau mensia-siakan tenaga, kau mengaku
kalah saja!” Habis berkata, ia lantas hendak pergi,
untuk lari ke kamarnya. Baru saja ia tiba di ambang
pintu atau hidungnya sudah tercium bau yang
membuatnya sangat terkejut.
“Celaka!” serunya. Ia sudah lantas nyalakan api,
hingga ia menjadi tercengang. Di situ tergeletak
bangkai ularnya, dan obat-obatannya kacau tidak
karuan. Hampir ia menjerit menangis, karena habislah
usahanya beberapa puluh tahun.
Som Sian Lao Koay bukan melainkan pandai ilmu
silat tetapi pun ia paham ilmu tabib, maka kebetulan
untuknya pada suatu waktu ia dapat resep yang
istimewa, resep untuk membikin sehat dan kuat tubuh.
Untuk ini, ia lantas pergi berkelana, untuk mencari
bahan-bahan obatnya. Pula, setelah banyak kesulitan,
ia telah dapatkan ularnya yang besar itu yang sanat
berbisa. Lantas ular ini ia kasih makan pelbagai macan
obat pilihan. Mulanya tubuh ular itu warnanya hitam
abu-abu, setelah makan banyak macan obat itu,
warnanya lantas berubah menjadi merah mulus, warna
merah itu menjadi marong sesudah sang ular dipiara
duapuluh tahun lamanya. Ia sudah memikir buat lagi
beberapa hari akan menghisap darahnya ular itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk membikin ia panjang umur, untuk menambah
kekuatan tubuhnya, sebab ia berangan-angan untuk
menjagoi dan merobohkan segala jago lainnya, siapa
tahu sekarang ularnya itu terbinasa, malah ia ketahui
juga terbinasanya ular itu sebab darahnya telah orang
sedot.
Cepat setelah ia tersadar, io Cu Ong periksa tubuh
ularnya itu, terutama lukanya, maka tahulah ia, musuh
belum pergi jauh. Tidak bersangsi lagi, ia lari keluar, ia
lompat naik ke atas pohon besar, untuk memandang
sekitarnya, guna mencari si pencuri. Ia dapat melihat di
dalam taman ada dua orang lagi bergumul. Berbangkit
pula hawa amarahnya, maka dengan lantas ia lari ke
arah taman. Sebentar saja ia sudah sampai si taman di
mana Kwee Ceng dan Wanyen Kang tengah
bertempur. Baru ia datang atau hidungnya telah
mendapat cium bau obat tercampur bau amis yang
datangnya dari arah si pemuda.
Dalam halnya ilmu silat, Kwee Ceng kalah dari
Wanyen Kang, maka juga kali ini diwaktu mulai
bertempur, ai sudah lantas keteter, akan tetapi, begitu
lewat beberapa jurus, begitu juga datanglah perubahan
atas dirinya. Mendadak ia merasa perutnya sangat
panas seperti ada bola api di dalam perutnya itu.
Disaat itu tenaganya lantas bertambah sendirinya.
Satu kali ia serang Wanyen Kang, maka si pangeran
menangkis, beda daripada biasanya, dia terhuyung.
“Heran, kenapa tenaganya menjadi kuat?” tanya si
pangeran dalam hatinya.
Kwee Ceng pun pun terus merasakan perubahan.
Tubuhnya panas hingga ia seperti tidak sanggup
menahannya. Ia menjadi sangat berbahaya. Di manamana
ia merasakan gatal pada tubuhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kali ini habislah jiwaku…” pikirnya. “Tentulah bisa
ular lagi bekerja…”
Ingat kepada bisa ular, hatinya pemuda ini menjadi
kecil. Karena ini, ia pun menjadi alpa, hingga dua kali
bebokongnya kena dihajar si pangeran, yang sudah
dapat memperbaiki dirinya. Tapi juga penyerangan ini
mendatangkan perubahan lainnya. Biasanya kalo ia
kena diserang, ia merasa sakit, tetapi sekarang,
bukannya ia merasa sakit hanya gatal, dan enak sekali
rasa gatal itu. Ia menjadi heran berbareng girang,
hingga sengaja ia membuatnya lowongan, sampai
Wanyen Kang dapat menyerang sepuasnya. Tidak
sedikit pun ia merasakan sakit lagi.
Siauw-ongya itu turut menjadi heran, karena
pelbagai pukulannya tidak menyebabkan orang
kesakitan atau roboh. “Kenapa sekalipun dengan
pukulan yang membahayakan aku tidak dapat melukai
dia?” pikirnya.
Sedang Kwee Ceng berpikir: “Heran, kenapa
pukulannya empuk sekali, dia seperti meggaruki
gatalku?”
Adalah aturan dari resepnya io Cu Ong itu, siapa
habis minum darah ular, tubuhnya mesti dipukuli,
supaya dengan begitu, hawa darah itu buyar, supaya
racunnya tidak bekerja lagi, setelah mana, tubuh orang
yang bersangkutan menjadi tambah kuat. Maka itu
kebetulan sekali Kwee Ceng bertempur sama Wanyen
Kang. Siauw-ongya tidak ketahui rahasia itu, tidak
heran kalau ia menjadi bingung.
Tatkala Nio Cu Ong tiba, telah cukup lama Kwee
Ceng terhajar, maka itu tubuhnya menjadi kuat luar
biasa, pelbagai pukulannya Wanyen Kang menjadi
tidak ada artinya. Menyaksikan itu, Cu Ong menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyesal berbareng penasaran dan mendongkol.
“Hai, bangsat anjing!” dia menegu. “Siapa yang
anjurkan kau mencuri ularku?!” Dia percaya, sebagai
bocah Kwee Ceng tentunya tidak ketahui rahasia
resepnya itu, mestinya si bocah diberi petunjuk oleh
seorang berilmu, yang entah siapa.
Kwee Ceng memang tidak tahu suatu apa
mengenai resep itu atau darah ular yang ia minum,
oleh karena itu ia gusar yang ia telah dicaci.
“Bagus, kiranya kau yang piara ular berbisa itu!” ia
berseru. “Aku sekarang telah terkena bisanya binatang
jahat itu, hendak aku mengadu nyawa denganmu!” Ia
lompat maju untuk menyerang itu jago dari Kwan-gwa.
Nio Cu Ong merasakan pula sambaran bau obat
dan amis dari ular, yang leuar dari baju atau tubuhnya
Kwee Ceng, mendadak hatinya menjadi panas, lantas
timbul pikirannya yang kejam. Ia pikir: “Dia telah
minum darah ularku, baik aku bunuh dia, untuk sedot
darah dari tubuhnya itu, mungkin kekuatannya obat
masih ada atau mungkin kekuatan itu bertambah
besar…” Karena ini, ia menjadi girang, lantas ia
menyambuti serangan. Dengan lantas ia dapat
menangkap tangannya si anak muda.
Tenaganya Kwee Ceng telah bertambah luar biasa,
maka itu ketika ia mengibaskan tangannya, untuk
ditarik, tangan itu segera terlepas dari cekalannya
lawan.
Nio Cu Ong tidak menjadi heran yang ia tidak bisa
mencekal terus tangannya bocah itu, ia lantas
menggunai akal. Ia menanti lain serangan, lalu ia
menangkap pula. Kali ini ia menunggu sampai orang
berontak, segera ia gunai kakinya untuk menggaet.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jago ini lihay berlipat kali dari kwee Ceng, ia tentu
dapat berbuat sesukanya terhadap anak muda itu,
yang kalah pandai dan kalah pengalaman, kalah cerdik
juga. Begitulah ketika kakinya kena digaet, Kwee Ceng
roboh dengan segera. Lantas Cu Ong menubruk,
untuk memegang keras pundak orang, yang ia
tekankan kepada tanah, setelah mana ia majukan
mukanya ke arah leher, untuk menggigit leher itu, guna
menyedot darah ularnya.
Sementara itu Oey Yong di dalam Hoa Cui Kok
masih tidak dapat menerobos penjagaannya See
Thong Thian, biarnya ia sangat lincah, semua
percobaannya sia-sia belaka. Sebenarnya, kalau
Thong Thian menghendaki, dengan gampang ia bisa
bekuk nona itu, dengan mencekal tangannya, tetapi di
depan Chao Wang, dia hendak pertontonkan
kepandaiannya, dia sengaja permainkan nona itu.
Oey Yong menjadi cemas. Akhirnya ia berhenti
mencoba. “See Liong Ong,” katanya, untuk menggunai
akal pula, “Asal aku dapat lolos, kau tidak dapat
mengganggu pula padaku. Akurkah kau?”
“Asal kau dapat molos, akan aku menyerah kalah!”
Thong Thian jawab.
Oey Yong lantas menghela napas. “Sayang,
sayang….” katanya dengan masgul. “Sayang, ayahku
cuma ajarkan aku menyerang masuk, dia tidak
mengajarkan aku ilmu menerjang keluar.....”
“Apakah itu menyerang masuk dan menerjang
keluar?” tanya See Thong Thian. Biar bagaimana, ia
belum pernah dengar hal ilmu masuk dann keluar itu.
“Itulah ilmu untuk merobohkan kau,” sahut si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kau punya ilmu Menukar Wujud Memindahkan
Kedudukan ini, walaupun sudah tidak dapat dicela,
apabila dibandingkan sama kepandaian ayahku,
bedanya masih jauh sekali!”
Thong Thian gusar. Ia percaya ilmunya sudah
dipuncak kemahiran. “Kau ngaco-belo, budak cilik!”
bentaknya. “Siapakah ayahmu itu?!”
“Jikalau aku sebutkan nama ayahku, aku khawatir
kau nanti kaget hingga semangatmu terbang!” Oey
Yong menjawab. “Ketika dulu hari ia ajarkan aku
menyerang masuk, ayahku itu menjaga di mulut pintu,
aku memasukinya dari luar, beberapa kali aku
mencoba, aku gagal. Mengenai kepandaianmu ini,
memang dari dalam aku tidak sanggup menerjang
keluar, akan tetapi kalau dari luar, tak usah menggunai
tenaga untuk meniup debu, pasti aku akan dapat
molos.”
Thong Thian mendongkol sekali. “Dari luar masuk
ke dalam sama dari dalam pergi keluar, tidakkah itu
sama saja?” dia menanya. “Baiklah kau boleh coba
dari luar!” Ia lantas menggeser tubuhnya, guna
mengasih si nona pergi keluar. Ingin ia menyaksikan
orang menyerang masuk, untuk mengetahui, apa
macam ilmu menyerang masuk itu.
Oey Yong lantas saja meleset keluar, terus ia
tertawa geli.
“See Liong Ong, kau telah tertipu olehku!” katanya
nyaring. “Kau telah bilang sendiri, asal aku berada di
luar, kau akan menyerah kalah, kau tidak bakal
mengganggu pula aku. Kau lihat, bukankah aku
sekarang telah berada di luar? Nah, sampai ketemu
pula!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
See Thong Thian berdiri diam. Memang telah dibikin
perjanjian itu, tidak peduli si nona telah menggunai
akal bulus. Saking menyesalnya, ia ketoki kepalanya
sampai tiga kali.
Pheng Lian Houw bersahabat erat sekali sama
Kwie-bun Liong, tidak suka ia membiarkan kawannya
itu diperdayakan secara demikian, ia pun tidak senang
orang dapat pergi dengan begitu saja, dari itu ia
segera ayun kedua kedua tangannya. Maka
menyambarlah dua renteng senjata rahasia yang
berupa kim-chie atau uang emas.
Adalah umum kalau orang menyerang dengan kimchie,
serangannya itu untuk atas dan bawah, hingga
sulit orang lolos dari salah satunya. Orang she Pheng
ini adalah satu ahli, hingga ia peroleh gelarannya yang
luar biasa – Cian Ciu Jin-touw, yang berarti pembunuh
manusia seribu tangan, maka tidaklah heran kalau ia
ada mempunyakan keistimewaannya sendiri. Senjata
rahasianya itu adalah seperti bumerang. Kim-chie
lewat di atasannya kepala Oey Yong, lalu berbalik
sendirinya, terus menyerang ke bebokong.
Oey Yong heran dan kaget. ia lihat serangan lewat
di atasan kepalanya, ia menjadi heran, hingga ia
memikir, kenapa kepandaian orang ini begini buruk?
Tapi justru ia heran, ia dengar suara angin, lalu kedua
senjata rahasia itu berbalik, menyambar ai di kiri-kanan
mengarah batok kepalanya. Ia menjadi kaget sekali. Ia
ada punya mustika pelindung tubuh, tidak demikian
dengan kepalanya, kalau ia terserang jitu, celakalah ia.
Karena ini, ia lompat ke depan, Ia baru menaruh kaki,
atau kim-chie yang belakangan sudah menyambar
pula. Hebat untuk dia, dua renceng kim-chie dari Phen
Lian Houw terdiri dari beberapa puluh biji, datangnya
saling susul. Tidak dapat kim-chie itu ditanggapi.
Karena ini tidak ada jalan lain, terpaksa ia melompat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maju pula, ia berlompatan. Maka dilain saat, ia telah
kembali ke ruangan besar!
Tidak ada niatnya Pheng Lian Houw untuk melukai
si nona, ia menyerang denagn sennjata rahasianya itu
guna menggiring nona itu kembali ke dalam, kalau
tidak demikian, pasti Oey Yong tidak sanggup
membebaskan diri dari bahaya maut atau entengnya
terluka. Menampak itu, semua orang bersorak saking
gembira. Lian Houw sendiri lantas berdiri di ambang
pintu.
“Bagaimana?” dia tertawa. “Kau kembali ke dalam?”
Oey Yong membuat main mulutnya untuk
mengejek. “Kepandaianmu menggunai senjata rahasia
bagus sekali,” bilangnya, tawar, “Melainkan sayang
kau gunai itu untuk menghina satu anak perempuan!
Apakah yang aneh?”
“Siapa menghina kau?” Lian Houw tanya. “Aku toh
tidak melukai kamu?”
“Kalau begitu, kau biarkanlah aku berlalu dari sini,”
kata si nona.
“kau bilang dulu, siapa yang ajarkan kamu ilmu
silat,” Lian Houw bilang.
Nona nakal itu tertawa. “Aku telah pelajarkan ini
sejak aku dalam kandungan ibuku,” jawabnya.
“Kau tidak hendak memberitahu, apakah dengan
begitu kau menyangka aku tidak akan
mengetahuinya?” Lian Houw berkata seraya sebelah
tangannya menyemboki pundak orang.
Oey Yong tidak menangkis, ia pun tidak berkelit. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahu tidak dapat ia lawan jago ini, ia mencoba berlaku
norek. Hendak ia menyangkal terus-menerus.
Lian Houw lihat orang diam saja, disaat tangannya
hampir mengenai pundak si nona, ia lantas menarik
pulang.
“Lekas menangkis!” ia berseru. “Lekas! Di dalam
sepuluh jurus, aku orang she Pheng pasti akan ketahui
asal-usulmu!” Dia memang luas pengetahuannya dan
mengenali ilmu silat pelbagai golongan, tetapi ilmu silat
Oey Yong membuatnya bersangsi, dari itu ingin ia
menempur selama sepuluh jurus untuk memeproleh
kepastian.
“Jikalau sampai sepuluh jurus kau masih belum
dapat mengetahui?” tanya Oey Yong.
“Aku akan merdekakan padamu! Awas!” Sambil
menjawab demikian, Lian Houw menyampok dengan
tangan kiri yang disusul sama tinju kanan, tinju mana
dibarengi sama tendangan kaki kanan. Inilah pukulan
berantai tiga kali yang hebat.
Oey Yong terkesiap juga melihat datangnya
serangan saling susul dan berbareng itu, akan tetapi ia
tidak menjadi kaget dan gugup. Sebat sekali ia mundur
sambil memutar tubuh dengan sebelah kaki, hingga
dengan begitu ia perlihatkan sikap “Si ayam emas
berdiri dengan satu kaki”. Dengan begitu, ia lolos dari
bahaya.
Di dalam hatinya, Pheng Lian Houw berkata, “Inilah
ilmu silat Jie Long Kun dari Keluarga Luow dari Ceciu,
Shoatong. Keluarag itu memang mengutamakan
kelincahan. Coba aku desak pula dia dengan dua
jurus.” Lalu pikiran ini ia wujuskan denagn cepat sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Inilah jurus yang kedua!” berseru si nona, yang
menangkis dengan tangan kiri buat memunahkan
serangan orang. Ia bersilat dengan ilmu silatnya Iweekee
si ahli dalam.
Pheng Lian Houw menjadi heran. “Inilah jurus Pakkek-
sie dari ilmu silat Liok Hap dari Kangpak,” ia
berpikir pula. “Ilmu silat ini bertentangan dengan Jie
Long Kun, yang adalah dari pihak gwa-kee. Kenapa
dia dapat menyakinkan dalam dan luar dengan
berbareng?”
Gwa-kee ialah ahli luar.
Lantas orang she Pheng ini melanjuti serangannya,
ynag ketiga dan keempat, karena juga yang kedua dan
ketiga itu dapat dihindarkan si nona, demikian pun
dengan yang keempat ini.
Oey Yong menolong diri dengan ilmu silat Keluarga
Swee dari Thay-goan, yaitu ilmu silat “Cut In Ciu” atau
“Keluar dari Mega”.
Lian Houw menjadi bertambah heran. “Heran bocah
ini mempunyai ilmu silat campur aduk seperti ini!
Mungkinkah ia sengaja berbuat begini untuk
mencegah aku dapat mengenali asal-usulnya? Baik
aku gunai pukulan yang telengas, denagn begitu tidak
dapat ia tidak menggunai ilmu silatnya yang sejati
guna menolong diri,” katanya dalam hati.
Oleh karena berpikir begini, Lian Houw segera
menyerang dengan jurusnya yang kelima, yang hebat
sekali. Kalau yang keempat pertama bengis, tapi tidak
sekejam ini.
Semua orang terkejut melihat kawannya bersikap
telengas begitu, dengan sendirinya mereka jadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkhawatir untuk Oey Yong, sedang si nona pun
segera menjadi kelabakan. ia cuma bisa berkelit dan
menangkis, tidak dapat ia mencoba membalas
menyerang.
Auwyang Kongcu, san-cu atau pemilik dari Pek To
San, lantas berkata: “Budak ini barusan menggunai
jurus Menggantung kumala di gantungan emas. Itulah
ilmu silat Lo Cia Sie dari partai Siong Yang Pay. Dia
menyusuli itu dengan jurus Menunggang harimau
mengalah tindak dari ilmu silat Tiang Kun dari Kwantong,
yang mirip dengan ilmu silatnya saudara Som
Sian Lao Koay. Ah, inilah Tepukan tiga kali dan
Gunting emas, jurus dari Cu-ngo Tay Kok Kiam dari
Kanglam. Banyak benar ragam ilmu silatnya. Ah,ah,
dia celaka! Kenapa ia tidak berkelit ke kiri?”
Pheng Lian Houw mendesak terus, sampai pada
jurus yang kedelapan, tangan kirinya menggertak,
tangan kanannya meninju. Oey Yong tahu tangan kiri
itu adalah ancaman belaka, maka berniat ia berkelit ke
kanan, tetapi justru itu, ia dengar perkataan terakhir
dari sancu dari Pek To San itu, tiba-tiba ia mendapat
pikiran baru, segera ia terjang tangan kiri si orang she
Pheng itu denagn jurusnya “Tibanya air mata es
dingin,” salah satu jurus dari ilmu silat “Soat San Pat
To” dari See Hek, wilayah Barat.
Menampak itu, Auwyang Kongcu tertawa dan
mengatakan, “Ha, dia menggunai ilmu silatnya
tetanggaku!”
Pheng Lian Houw mendelu mendengar suaranya
orang she Auwyang itu. Terang si bocah wanita ini
telah diberi kisikan berterang, hingga gagallah
serangannya itu. Karena ini, ia menjadi mendongkol
terhadap si nona . Ia kata dalam hatinya: “Mustahil aku
tidak mampu hajar mampus padamu, budak?!” Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang telengas, kalau mulanya ia menaruh “belas
kasihan”, itu disebabakan si nona cantik dan manis,
usianya pun masih sangat muda. Tapi sekarang,
setelah ia dilayani dengan ilmu silatnya delapan partai,
ia menjadi penasaran, dari penasaran, ia menjadi
gusar, yang mana ditambah sama kisikannya san-cu
dari Pek To San itu. Segera ia menyerang denagn
jurusnya yang kesembilan. Ia menggunai jurus
“Menolak jendela untuk memandang rembulan”, ia
bergerak denagn kedua tangannya, tangan kiri di balik
ke bawah, tangan kanan ke atas.
Oey Yong terkejut melihat gerakan lawan ini,
sampai ia mengeluh di dalam hatinya. Batok kepalanya
bakal hancur luluh kalau ia sampai kena di serang.
Untuk menangkis sudah tidak keburu lagi. Terpaksa ia
lantas berkelit, kepalanya di aksih mendak, kedua
tangannya ditekuk, untuk membalas menyikut naik
dadanya penyeranganya itu.
Pheng Lian Houw menyerang dengan hebat, akan
tetapi ia waspada, maka itu ia dapat melihat
perlawanan si nona. Dengan gampang ia
membebaskan dirinya, sesudah mana, ia melanjuti
dengan jurusnya yang kesepuluh. Ia menggunai tipu
silat “Binatang jatuh di tengah udara”. Tapi ia tidak
menyerang habis, disaat si nona hendak
memunahkannya. ia berhenti setengah jalan sambil
terus berseru: “Kau muridnya Hek Hong Siang Sat!”
Dan seruan ini disusul sama gerakan tangan kanan,
atas mana Oey Yong terhuyung ke belakang,
terpelanting tujuh-delapan tindak!
Semua orang terperanjat dengan perkataan Pheng
Lian Houw itu, kecuali Chao Wang. Sebab mereka
semua adalah orang-orang kangouw berpengalaman
dan terhadap Hek Hong Siang Sat, rata-rata orang jeri.
Benar terkabar kalau Tong Sie Tan Hian Hong si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mayat Perunggu telah meninggal dunia akan tetapi
tidak ada diantara mereka ini yang pernah
menyaksikan sendiri, mereka jadinya ragu-ragu. Pheng
Lian Houw telah dapat membuktikan ilmu silatnya Oey
Yong di jurus kesembilan, dari itu pada jurus
kesepuluh batal ia dengan maksudnya menghajar si
nona, ia cuma mendorong saja denagn keras.
Oey Yong dapat mempertahankan diri, setelah
berdiri tetap, mendadak ia rasakan sakit pada dadanya
yang kiri. Sebenarnya hendak ia bicara, ketika denagn
sekonyong-konyong. di malam yang tenang itu, ia
dengar satu suara keras dari kejauhan, malah ia
segera kenali suaranya Kwee Ceng, suara mana
bernada kaget dan gusar. Ia menjadi kaget, mukanya
menjadi pucat. Ia menduga kawannya itu telah
menghadapi ancaman malapetaka.
Memang juga itu waktu, Kwee Ceng telah dibikin tak
berdaya oleh Nio Cu Ong. Ia telah ditekan ke tanah,
tangannya dan kakinya telah dicekal keras, hingga
habislah tenaganya, tak dapat ia berkutik. Ia kaget
bukan main, waktu ia rasakan mulutnya orang si she
Nio itu mengenai batang lehernya. Setahu dari mana
datangnya, mendadak saja ia dapat tenaga pula, terus
ia berontak sekuat-kuatnya, hingga Nio Cu Ong tidak
dapat menguasai ia terlebih lama. Ia tidak lantas
menginsyafi bahwa ia dapat tenaga besar berkat darah
ular yang dicampur latihan tenaga dalam dari Tan
Yang Cu Ma Giok. Dengan satu gerakan “Ikan gabus
meletik” ia kasih dengar jeritannya itu.
Nio Cu Ong bukan melainkan membikin terlepas
cekalannya, juga kedua telapakan tangannya pecah
dan berdarah, darahnya mengalir keluar. Ia menjadi
kaget berbareng gusar. Segera ia maju untuk
menyerang pemuda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berkelit dengan berlompat ke belakang,
tetapi Nio Cu Ong ada sangat gesit, tangannya tiba di
bebokongnya. Kali ini, pukulannya Nio Cu Ong bukan
seperti pukulannya Wanyen Kang, pukulan ini
mendatangkan rasa sangat sakit. Maka itu, karena
sakitnya dan kaget, Kwee Ceng lantas lari sekeraskerasnya.
Dia memang ringan tubuhnya, setelah
meminum darah ular, tenaganya bertambah, hingga itu
Nio Cu Ong tidak dapat segera menyandak, hingga
mereka berlari-larian di taman, di antara pohon-pohon
dan gunung-gunungan. Satu kali Cu Ong berlompat,
tangannya menjambak. Kwee Ceng berayal, bajunya
kena terpegang, baju itu lantas robek sebagian,
bebokongnya kena terjambret hingga berdarah,
bertapak tanda lima jari, sakitnya bukan main. Saking
takut, Kwee Ceng lari terus. Kebetulan ia tiba di depan
rumah petani dari onghui, ia lompat masuk ke dalam
rumah itu. Di situ ia mendekam.
Nio Cu Ong tidak dapat mencari. Kemudian ia
disusul oleh Wanyen Kang, denagn siapa ia berbicara.
Selama itu Kwee Ceng terus diam saja, cuma
kupingnya mendengar pembicaraan orang itu. Di
dalam hatinya ia berpikir: “Onghui murah hati, mungkin
ia dapat menolong aku…” Karena ini, ia keluar dari
tempat sembunyinya, ia lari ke dalam kamar si nyonya
agung. Ia dapatkan sebuah kamar yang diterangi lilin
tetapi penghuninya tidak ada, onghui kebetulan berada
di kamar yang lain. Ia melihat ke seluruh kamar. Di
sebelah timur ada sebuah lemari besar, ia hampirkan
itu, akan buka pintunya, lalu ia masuk ke dalamnya,
untuk menyembunyikan diri. Dengan masih mencekal
terus goloknya, ia menghela napas lega.
Segera tedengar tindakan kaki perlahan masuk ke
dalam kamar. Dari sela-sela lemari, Kwee Ceng
mengintai. Ia lihat yang datang itu onghui sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyonya agung itu duduk di samping meja, matanya
bengong mengawasi lilin.
Tidak antara lama, Wanyen Kang bertindak masuk.
“Ma,” sapanya. “Apakah tidak ada orang jahat masuk
ke mari?”
Onghui menggeleng kepala. Cuma sebegitu
jawabannya.
Putra itu lantas keluar pula, untuk bersama Io Cu
Ong dan yang lainnya pergi mencari ke lain-lain bagian
dari istana itu.
Sebentar kemudian, onghui mengunci pintu.
Hendak ia beristirahat.
“Setelah sebentar ia meniup lilin, aku akan lari dari
jendela,” Kwee Ceng pikir. “Aku percaya adik Yong
sudah lama pulang….”
Hampir di itu waktu, di jendela terdengar satu suara
keras, disusul sama menjublaknya daun jendela itu
dan mana segera lompat masuk satu orang.
Kwee Ceng terkejut, begitu juga onghui, malah
nyonya itu mengasih dengar jeritan tertahan.
Orang yang datang itu adalah Yo Tiat Sim yang
menyebut dirinya Bok Ek. Kedatangannya ini pastilah
diluar dugaannya Kwee Ceng dan onghui. Kwee Ceng
menyangka orang sudah ajak gadisnya pergi
menyingkir.
Onghui dapat menenangkan diri, ia mengawasi Bok
Ek itu. “Kau baiklah lekas pergi,” bilangnya kemudian.
“Tidak boleh mereka dapat lihat kita….”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Terima kasih untuk kebaikan onghui,” berkata Yo
Tiat Sim. “Jikalau aku tidak datang sendiri untuk
menghanurkan terima kasihku, meskipun aku mati
tidaklah aku dapat memeramkan mata.” Suara itu
berirama sedih.
“Ya, sudahlah,” onghui itu menghela napas. “Dalam
kejadian itu adalah anakku yang salah, dia
membuatnya kamu ayah dan anak bersusah hati….”
Tiat Sim tidak menyahuti, ia hanya memandang
seluruh kamar. Tiba-tiba ia menjadi sangat berduka,
kedua matanya menjadi merah, tanpa ia dapat
menahan, air matanya menguncur turun. Dengan
uujung bajunya, ia susuti air matanya itu. Ia bertindak
ke tembok, di situ ia kasih turun tombak besi yang
tergantung. Ia meneliti gagang tombak itu. Tepat enam
dim dekat tajamnya tombak, di situ ada terukir empat
huruf “Tiat Sim Yo-sie”, yang artinya, “Istrinya Yo Tiat
Sim”. Lantas ia pegang terus tombak itu, ia mengusapusap.
Akhir-akhirnya sambil menghela ia berkata,
“Tombak ini sudah karatan, tandanya sudah lama tidak
pernah digunakan lagi….”
Agakanya onghui heran atas lagak-lagu orang itu.
“Aku minta janganlah kau raba tombak itu,” katanya
perlahan.
“Kenapakah?” Tiat Sim tanya.
“Itulah barang yang aku paling hargai,” sahut si
nyonya agung.
“Ah…” Tiat Sim bersuara perlahan, terus ia gantung
tombak itu. Sekarang ia mengawasi lanjam yang
berada si pinggiran tombak itu.
“Ujung lanjam ini sudah rusak, biarlah besok besok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suruh Thio Bok-jie dari dusun timur memperbaikinya
dengan tambah setengah kati besi…” katanya
peralahan.
Mendengar kata-kata itu, tubuh onghui bergemetar.
Ia berdiam aja mengawasi Tiat Sim. Sampai sekian
lama baru ia dapat membuka mulutnya. “Kau…kau
kata apa?” tanyanya.
“Aku bilang lanjam ini sudah rusak,” Tiat Sim
menyahuti, “maka besok baiklah suruh Thio Bok-jie
dari dusun timur membetulkannya, dengan menambah
setengah kati besi…”
Tiba-tiba saja onghui menjadi lemas kedua kakinya,
ia roboh di kursi. “Kau…kau siapa?” tanyanya,
suaranya menggetar. “Kenapa…kenapa kau ketahui
kata-katanya suamiku pada itu malam dari saat
kematiannya…?”
Hancur hatinya onghui ini yang sebenarnya bukan
lain daripada Pauw Sek Yok atau nyonya Yo Tiat Sim.
Rumah tangganya telah runtuh, famili pun tidak ada,
mana ia percaya suaminya telah menutup mata,
dengan terpaksa ia turut Wanyen Lieh pergi ke Utara.
Tidak dapat ia menampik bujukannya pangeran itu
yang perlakukan ia dengan baik sekali, di akhirnya ia
serahkan dirinya dijadikan onghui atau selir. Sudah
delapan belas tahun ia tinggal di istana, selama itu
wajahnya tidak berubah banyak. Sebaliknya To Tiat
Sim yang mesti hidup dalam pengembaraan, ia tidak
lagi seperti masa mudanya, maka itu sekalipun mereka
berada di dalam sebuah kamar, Pauw Sek Yok tidak
dapat lantas mengenali suaminya itu.
Yo Tiat Sim tidak menjawab, ia hanya bertindak ke
samping meja, untuk menarik lacinya meja itu. Di
dalam situ ada tersimpan beberapa potong pakaian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pria, baju dan celana biru. Itulah pakaian yang ia pakai
pada dulu hari. Ia jumput sepotong baju, ia kerebongi
itu pada tubuhnya: “Bajuku telah cukup dipakai.
Tubuhmu lemah, kau pun tengah mengandung, kau
baik-baiklah beristirahat, tak usah kau membikin
pakaian lagi untukku…”
Sek Yok terkejut. Ia ingat betul, itulah kata-kata
suaminya dulu hari tempo ia tengah hamil
membuatkan sepotong baju baru. Ia lantas berbangkit,
akan hampirkan Tiat Sim, baju siapa ia tarik, kemudian
ia gulung tangan bajunya, hingga ia dapat lihat di
lengan kiri orang satu tanda bekas luka. Sekarang ia
tidak bersangsi pula, maka lantas saja ia tubruk
suaminya itu dan merangkulnya erat-erat seraya ia
menangis sedih sekali.
“Aku tidak takut!” katanya kemudian. “Lekas kau
bawa aku pergi….Aku akan turut kau ke lain dunia,
untuk mati bersama…Aku lebih suka menjadi setan
untuk tetap berada bersama denganmu…!”
Tiat Sim rangkul istrinya itu, air matanya turun
bercucuran. “Kau lihat, apakah aku setan?” kata
suaminya ini kemudian.
See Yok memeluk erat-erat. “Tidak peduli kau
manusia atau setan, tidak dapat aku lepaskan kau!”
katanya. Hanya sejenak kemudian ia bertanya:
“Mustahilkah kau belum mati? Mustahilkah kau masih
hidup?”
Tiat Sim hendak menyahuti istrinya itu tatkala
mereka mendengar suara Wanyen Kang dari luar
kamar: “Mama, kenapakah kau berduka pula? Dengan
siapakah kau berbicara?”
Se Yok kaget tetapi ia lantas menyahuti: “Aku tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa-apa, aku hendak tidur….”
Wanyen Kang tidak lantas pergi hanya ia jalan
mengitari rumah itu. Ia menjadi curiga sebab tadi
terang ia dengar suara orang berbicara. Di pintu ia
berhenti dan mengetok perlahan beberapa kali. “Ma,
hendak aku bicara denganmu,” katanya.
“Besok saja,” sahut sang ibu. “Sekarang aku letih
sekali.”
Mendapatkan ibu itu tidak hendak membuka pintu,
siauw-ongya ini menjadi semakin bercuriga. “Aku
hendak omong sedikit saja, lantas aku pergi,” ia
berkata pula.
Tiat Sim menduga orang bakal masuk ke dalam, ia
lepaskan Sek Yok dan bertindak ke jendela dengan
niat lompat keluar, tetapi ketika ia menolak, jendela itu
keras, rupanya ada orang yang menahannya dari
sebelah luar.
Pauw Sek Yok segera menunjuk ke lemari,
maksudnya menganjurkan suaminya itu masuk ke
dalamnya untuk bersembunyi.
Tiat Sim suka menurut. Ia memang tidak rela
meninggalkan istrinya itu. Ia lantas bertindak ke lemari
yang ditunjuk itu, untuk menjambret pintunya untuk
dibuka.
Begitu pintu lemari terpentang, tiga orang menjadi
terkejut sekali. Di dalam lemari itu tertampak Kwee
Ceng, melihat siapa onghui menjadi tergugu, hingga ia
mengeluarkan jeritan tertahan.
Wanyen Kang berkhawatir mendengar jeritan
ibunya itu, ia takut ibunya diganggu orang jahat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan pundaknya, ia segera tabrak pintu kamar itu,
hingga daun pintunya mejeblak terbuka.
Sebelum orang nerobos masuk, Kwee Ceng tarik
Tiat Sim masuk ke dalam lemari, yang pintunya ia
segera tutup pula.
Wanyen Kang dapatkan ibunya bermuka pucat dan
mukanya itu bermandikan air mata. Di dalam kamar itu
tapinya tidak ada lain orang. Ia menjadi curiga sekali.
“Ma, ada terjadi apakah?” ia menanya.
“Tidak apa-apa,” sahut si ibu, yang menenangkak
dirinya. “Hatiku tidak tentram.”
Putra itu menghampiri ibunya, di tubuh siapa ia
menyanderkan diri. “Ma, aku tak akan main gila lagi,”
katanya. “Aku minta supaya kau jangan bersusah hati.
Dasar anakmu yang buruk….”
“Nah, kau pergilah,” kata ibu itu. “Aku mau tidur.”
“Ma, apakah tidak ada orang masuk ke mari?” putra
itu tanya pula.
“Siapakah dia?” tanya ibunya, hatinya berdenyut.
“Orang jahat telah nyelusup masuk kedalam istana,”
Wanyen Kang beritahu.
“Begitu?” tanya ibunya. “Sekarang lekas kau pergi
tidur. Urusan itu kau jangan campur tahu!”
Wanyen Kang tertawa. “Tentara pengawal
semuanya kantong nasi!” katanya. “Ma, baiklah, kau
tidurlah!”
Putra ini memberi ucapan selamat malam, tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
disaat ia hendak mengundurkan diri, ia dapat melihat
ujung baju di sela-sela lemari, maka kembali timbul
kecurigaannya. Ia batal pergi, ia lantas ambil tempat
duduk. Ia pun menuang the ke dalam cangkir, untuk di
minum dengan perlahan-lahan. Sembari minum,
hatinya bekerja.
“ Di dalam lemari itu ada seorang sembunyi, entah
ibu mengetahuinya atau tidak.” demikian pikirnya. Ia
masih menghirup beberapa kali, baru ia berbangkit,
bertindak perlahan-lahan.
“Ma,” katanya. “Bagaimana tadi permainan
tombakku, bagus atau tidak?”
“Lain kali aku larang kau menghina orang karena
kau andalkan pengaruhmu,” sang ibu bilang.
“Siapa mengandalkan pengaruh, Ma?” sahut si
anak. “Aku tempur itu anak tolol dengan andalkan
kepandaianku.”
Ia telah sampai di tembok, tangannya diulur kepada
tombak, begitu lekas ia mencekal dengan baik – yang
mana ia lakukan dengan luar biasa cepat – mendadak
saja ia menikam ke arah lemari. Itulah gerakan “burung
hong terbang, ular naga melayang”.
Pauw Sek Yok melihat itu, ia kaget bukan main,
hingga ia lantas roboh pingsan.
Tapi Wanyen Kang telah menahan gerakan
tangannya, batal ia menikam lemari disaat ujung
tombak hampir mengenai daun pintu lemari. Ia pun
lihat ibunya itu roboh.
“Ah, ibu tahu di dalam lemari ini ada orang…”
pikirnya. Ia lantas senderkan tombaknya, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengasih bangun pada ibunya. Sambil berbuat begitu,
ia tetap mengawasi ke lemari.
Sek Yok sadar dengan perlahan-lahan, kapan ia
dapatkan lemari tidak kurang satu apa, hatinya
menjadi lega. Hanya karena kagetnya itu, tubuhnya
menjadi lemah sekali.
Wanyen Kang telah menyaksikan kelakuan ibunya
ini. “Ma,” katanya keras, “Aku ini anak kandungmu atau
bukan?”
“Tentu saja,” sahut ibunya itu. “Kenapa kau
menanya begini?”
“Kalau begitu, kenapa ada apa-apa yang
disembunyikan kepadaku?” si anak bertanya pula.
Hatinya Pauw Sek Yok goncang keras. Ia pikir:
“Kejadian ini mesti dijelaskan kepada anak ini, biarlah
mereka ayah dan anak bertemu, habis itu barulah aku
mencari jalan pendekku…. Aku telah hilang
kehormatan diriku, inilah kesalahan besar yang tidak
dapat diperbaiki lagi, maka dalam dunia ini tidak bisa
aku hidup pula bersama Tiat Sim.”
Karena memikir ini, air matanya lantas bercucuran
deras.
Wanyen Kang mengawasi ibunya, ia heran dan
bercuriga.
“Kau duduklah baik-baik, kau dengari aku bicara,”
kemudian kata si ibu.
Putra itu menurut, ia berduduk, tetapi tombaknya
masih dipegangi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Apakah kau sudah lihat itu ukiran empat huruf di
gagang tombak?” Pauw Sek Yok tanya.
“Sedari aku masih kecil telah aku menanyakannya,”
menjawab anak itu. “Tetapi ibu tidak hendak
menjelaskan siapa Yo Tiat Sim itu.
“Sekarang aku akan menerangkannya kepadamu,”
kata ibu itu.
Tiat Sim dalam lemari telah dengar nyata
pembicaraan di antara ibu dan anak itu, hatinya
tergoncang keras. Ia pun berpikir: “Sekarang dia telah
menjadi satu onghui, mana dapat ia mengikuti pula aku
seorang rakyat kasar? Dia hendak membuka rahasia,
mungkinkah ia hendak menyuruh anaknya itu
mencelakai aku?”
Ia lantas dengar perkataannya Pauw Sek Yok:
“Tombak ini tadinya berada di dusun Gu-kee-cun di
kota Lim-an, ibukota dari kerajaan Song di Kanglam.
Aku sengaja menitahkan orang melakukan perjalanan
jauh ribuan lie untuk mengambilnya. Itu lanjam di
tembok dan semua perabotan dalam ruangan ini,
seperti meja, bangku, lemari dan pembaringan, tidak
ada satu yang bukan dibawanya dari Lim-an.”
“Sampai sebegitu jauh aku tidak mengerti,” berkata
Wanyen Kang, “Kenapa mama suka sekali tinggal di ini
rumah bobrok, anakmu membawakan kau perabot
rumah tangga yang baru tetapi semua itu ibu tolak.”
“Kau menyebutkan rumah ini bobrok?” tanya sang
ibu. “Aku justru merasa ini jauh terlebih bagus
dibandingkan istana yang indah, yang segalanya serba
dilukis dan diukir dan diperaboti mentereng! Anak, kau
tidak punyai untung bagus, kau tidak dapat tinggal di
rumah bobrok ini bersama-sama dengan ayah dan ibu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kandungmu snediri….”
Jantungnya Tiat Sim berdenyut, pedih ia merasa.
Wanyen kang tertawa. “Ma, makin lama kau bicara,
makin aneh!” katanya. “Mana bisa ayah tinggal di sini?”
Sek Yok menghela napas. “Kasihan ayahmu itu,
selama delapan belas tahun dia berkelana di duni
kangouw,” berkata dia. “Oleh karena itu mana bisa dia
berdiam dengan tenang dan tentram di rumah ini….”
Sang putra heran hingga ia mengawasi dengan
matanya dibuka lebar-lebar. “Ma, apakah katamu?”
tanyanya saking heran.
“Taukah kau siapa ayahmu yang sebenarnya?” Sek
Yok menanya, suaranya keras.
“Ayahku adalah adiknya sri baginda, dialah
pangeran Chao Wang,” sahut Wanyen Kang. “Kenapa
mama menanya begitu?”
Ibu itu berbangkit, ia peluki tombak besi itu, lantas
air matanya turun dengan deras. “Kau tidak tahu, anak,
inilah tidak heran,” katanya sesegukan.
“Kau tidak dapat disesalkan. Tombak ini…inilah
senjatanya ayahmu yang sejati…” Ia pun lantas
menunjuk pada ukiran empat huruf di gagang tombak:
“Ini barulah namanya ayahmu itu!”
Tubuhnya sang putra bergemetar. “Ma, pikiranmu
was-was,” katanya, “Nanti aku pergi panggil tabib.”
“Aku was-was kenapa?” ibu itu bilang. “Apakah kau
sangka kau adalah orang bangsa Kim? Kau adalah
orang Han! Kau bukannya bernama Wanyen Kang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi nama kau ialah Yo Kang!”
Mendengar di sebutnya nama Yo Kang itu, Kwee
Ceng ingat segera ingat satu nama yang ia rasa kenal
baik. Ia hanya lupa, di mana ia pernah dengar itu,
Kemudian ia ingat, tempo ia masih kecil, di sana ada
sebuah piasu belati yang gagangnya berukiran dua
huruf “Yo Kang” itu. Kemudian piasu itu telah dipakai
menikam mati pada Tan Hian Hong si Mayat
Perunggu. Kemudian lagi piasu itu lenyap entah ke
mana.
Wanyen Kang heran bukan kepalang. Ia lantas
memutar tubuhnya. “Nanti aku minta ayah datang ke
mari!” katanya.
“Ayahmu ada disini!” Sek Yok bilang. Lantas dia
bertindak cepat le arah lemari, untuk buka pintunya,
sesudah mana, ia pegang tangannya Yo Tiat Sim,
untuk di tarik keluar.
“Oh, kiranya kau!” seru pangeran itu, yang
mendadak saja menikam Bok Ek, yang di arah
tenggorokannya.
Tiat Sim berkelit, sedang Sek Yok menjerit: “Inilah
ayahmu! Apakah kau masih tidak percaya?” Lantas ia
benturkan kepalanya ke tembok hingga tubuhnya terus
roboh ke lantai.
Wanyen Kang kaget, ia putar tubuhnya, akan lihat
ibunya itu, yang kepalanya mandi darah dan napasnya
empas-empis. Saking tergugu, ia jadi berdiri
menjublak.
Tiat Sim tubruk istrinya itu, yang ia terus peluk dan
angkat untuk dibawa lari keluar dari rumah bobrok itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Lepaskan!” teriak Wanyen Kang, yang kaget sekali.
Tapi ia masih sadar, maka juga sambil berlompat
dengan gerakan “Seekor belibis keluar dari
rombongannya”, ia serang bebokongnya Yo Tiat Sim.
Bab 21. Semua Berkumpul
Tiat Sim mendengar angin menyambar
belakangnya, ia putar tangan kirinya ke belakang,
untuk menangkis seraya mencekal, maka ujung
tombak lantas kena terpegang. Ia telah mainkan ilmu
silat Keluarga Yo bagian jurus “Hui ma chio” atau
“Membaliki kuda”, ialah tipu istimewa yang hanya
diketahui keluarganya yang mewariskan ilmu silat itu.
Sebenarnya habis itu, tanpa menanti musuh menarik
pulang tombaknya, tangan kanannya sudah mesti
membarengi menyerang, akan tetapi sekarang ia
memeluki Pauw Sek Yok dengan tangan kanannya itu,
tidak dapat ia menyerang. Maka seraya memutar
tubuh, ia membentak: “Ilmu silatku ini diwariskan cuma
kepada anak laki-laki, tidak kepada anak perempuan,
dari itu tentulah gurumu tidak dapat mengajarakan
kepadamu!”
Memang benar, walaupun Khu Cie Kee lihay, tapi ia
tidak dapat mengerti sedalam-dalamnya ilmu silat
Keluarga Yo itu, jadi kepandaian Wanyen Kang
menggunai tombak itu belum sempurna, maka ditegur
begitu, pangeran itu menjadi tercengang. Dengan
begitu, mereka mencekal masing-masing satu
ujungnya tombak itu. Inilah hebatnya untuk tombak itu
sendiri, yang gagangnya sudah tua. Tempo keduanya
saling membetot, gagang tombak itu patah sendirinya.
Kwee Ceng lantas lompat maju, ia membentak:
“Kau telah bertemu dengan ayahmu sendiri, kenapa
kau masih tidak berlutut untuk memberi hormat!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wanyen Kang bersangsi, ia menjadi tidak berayal.
Yo Tiat Sim tidak pedulikan pangeran itu, dengan
bawa istrinya , ia telah tiba di luar. Ia sudah lantas
disambut Bok Liam Cu, gadisnya itu, maka bersamasama
mereka melompati tembok untuk
menyeingkirkan diri.
Kwee Ceng juga tidak berani berayal-ayalan,
segera ia pun lari keluar. Disaat ia hendak melompat
tembok, ia merasakan sambaran angin ke arah
kepalanya. Ia menjadi kaget sekali, cepat sekali ia
mendak. Meski begitu, angin menyambar lewat di
mukanya, ia merasakan perih bagaikan kebaret pisau.
Itulah menandakan lihaynya si penyerang. Selagi ia
terkejut, ia dengar bentakan: “Anak tolol, aku si orang
tua sudah lama menantikanmu di sini!”
Itulah suaranya Som Sian Lao Koay Nio Cu Ong!
Pada itu waktu di lain kalangan, tatkala mendengar
Pheng Lian Houw mengatakan ialah muridnya Hek
Homh Siang Sat, sambil tertawa Oey Yong kata
kepada cecu itu: “Kau kalah!” Ia berbicara dengan
terpaksa, karena hatinya cemas bukan main
mendengar suaranya Kwee Ceng, maka habis berkata,
ia terus putar tubuhnya dan bertindak ke pintu.
Cuma dengan satu kelebatan, Pheng Lian Hoauw
sudah mengahdang di ambang pintu.
“Oleh karena kau adalah muridnya Hek Hong Siang
Sat, aku tidak berniat mengganggu padamu,” berkata
orang she Pheng ini. “Hanya kau bilanglah, apa
perlunya gurumu menitah kau datang kemari?”
Oey Yong tertawa. Dia menyenggapi: “Kau sendiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang bilang, jikalau dalam sepuluh jurus kau tidak
dapat mengenali ilmu silatku, kau akan
membiarkannya aku berlalu dari sini. Kau adalah satu
laki-laki sejati, kenapa sekarang kau menyangkal?”
Pheng Lian Houw gusar sekali. Ia menyahuti
dengan membentak: “Jurusmu yang terakhir adaöah
jurus “Tindakannya si binatang sakti”. Apakah itu
bukannya pengajaran dari Hek Hong Siang Sat?!”
Oey Yong tertawa pula. “Belum pernah aku melihat
Hek Hong Siang Sat,” dia kata. “Laginya, dengan
kepandaian semacam itu dari mereka, mereka mana
tepat menjadi guruku?”
“Percuma kau menyangkal!” bilang Lian Houw.
“Nama Hek Hong Siang Sat pernah aku dengar,”
Oey Yong bilang tanpa pedulikan perkataan orang.
“Apa yang aku tahu tentang mereka ialah mereka
pengrusak perikeadilan dan prikemanusiaan, tidak ada
kejahatan yang mereka tidak lakukan. Mereka pun
telah mendurhaka terhadap guru dan kakek guru
mereka, jadinya mereka adalah orang-orang dari
Rimba Persilatan? Kenapa Pheng Cecu samakan aku
dengan mereka itu?”
Mulanya orang menyangka nona ini tidak hendak
omong terus terang, akan tetapi mendengar ia bicara
demikian hebat terhadap Hek Hong Siang Sat, yang
dikatakan Pheng Lian Houw sebagai gurunya, mereka
menjadi saling mengawasi, dari heran mereka jadi mau
mempercayai. Orang boleh berdusta hebat tetapi tidak
nanti ada murid yang berani mencela dan mencaci
guru sendiri di hadapan orang banyak.
Mau tidak mau, Pheng Lian Houw menggeser
tubuhnya ke samping.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Nona kecil, hitunglah kau telah menang,” katanya.
“Aku si Lao Pheng kagum sekali untukmu! Sekarang
aku memikir untuk meminta tanya namamu yang
harum.”
Oey Yong tertawa lagi. “Maafkan, aku dipanggil
Yong-jie,” ia menyahut.
“Apakah shemu?” Lian Houw menanya pula.
“Aku tidak punya she,” sahut si nona, yang
tersenyum.
Semua orang di situ, kecuali Leng Tie Siangjin dan
Auwyang Kongcu, telah menjadi pecundangnya nona
ini, oleh karena Leng Tie Siangjin telah terluka parah,
hingga tidak dapat ia menggeraki tubuhnya,
kelihatannya cuma Auwyang Kongcu yang bisa
menghalangi nona ini, maka itu, semua mata ditujukan
kepada pemuda she Auwyang ini.
Auwyang Kongcu, sambil tersenyum, lantas
bertindak perlahan. “Aku yang rendah dan bodoh, ingin
aku meminta pengajaran beberapa jurus dari nona,” ia
berkata.
Oey Yong mengawasi, terutama untuk pakaian
orang yang serba putih. “Mereka itu – ini nona-nona
cantik yang menunggang unta putih – adakah mereka
orang-orangmu?” dia menanya, menegaskan.
Auwyang Kongcu tertawa. “Apakah kau telah
bertemu dengan mereka itu?” tanyanya. “Kecantikan
mereka itu tidak ada separuhnya dari kecantikanmu.”
Oey Yong agaknya jengah, hingga wajahnya
bersemu merah. “Di sini ada beberapa tua bangka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang hendak menyusahkan aku, mengapa kau tidak
membantu aku?” dia tanya.
Auwyang Kongcu tidak bisa lantas menjawab,
dengan tajam ia menatap. Ia merasa hatinya gatal dan
tulang-tulangnya lemas……
Anak muda ini lihay ilmu silatnya, di See Hek,
wilayah Barat, ia menjagoi seorang diri. Tapi ia pun
gemar sekali pada paras elok. Maka juga sejak
beberapa tahun dia sudah kirim orang ke pelbagai
tempat, untuk mencari nona-nona cantik dan manis,
untuk dia ambil mereka itu sebagai gundik-gundiknya.
Adalah diwaktu-waktu yang senggang, ia ajarkan
mereka itu ilmu silat dan ilmu surat, dari itu dengan
sendirinya mereka itu menjadi juga murid-muridnya.
Kali ini ia berlalu dari kampung halamannya atas
undangan Chao Wang, dia datang ke kota raja – Yankhia
– dengan mengajak sekalian gundik-gundiknya
yang merangkap murid-muridnya itu. Dia sengaja
menitahkan mereka menyamar sebagai pria, dengan
semua dimestikan mengenakan pakaian serba putih
seraya menunggang unta-unta putih juga. Oleh karena
gundik-gundiknya itu banyak, dia pecah mereka dalam
beberapa rombongan. Serombongan di antaranya,
yang berjumlah delapan orang, adalah mereka yang di
tengah jalan bertemu dengan Kanglam Liok Koay dan
Kwee Ceng. Mereka dengar itu Biauw Ciu Sie-seng
bicara perihal kuda jempolan, yang keringatnya merah,
mereka jadi ketarik hati dan ingin merampasnya untuk
diserahkan kepada Auwyang Kongcu, guna mengambil
hatinya suami merangkap guru itu. Di luar sangkaan
mereka, mereka gagal. Auwyang Kongcu pun bangga
akan gundik-gundiknya itu, yang ia percaya adalah
tercantik di kolong langit ini, - sekalipun di dalam
keraton raja, belum tentu ada tandingannya, - ia tidak
nyana mereka itu kalah dari Oey Yong, hingga ia
menjadi tergila-gila sampai umpama kata kepalanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pening. Demikian hatinya goncang kana mendengar
suara orang yang merdu itu.
“Nah, hendak aku pergi!” katanya si nona pula.
“Kalau mereka itu menghalangi aku, kau bantu aku,
maukah kau?”
Auwyang Kongcu tertawa. “Untuk aku membantu
kau, itu pun dapat,” katanya. “Asal kau angkat aku
menjadi gurumu dan untuk selamanya kau mengikuti
aku.”
Si nona tertawa. “Umpama kata aku menjadi
muridmu, tak usahlah untuk selama-lamanya aku
mengikuti kau!” dia bilang.
“Murid-muridku beda daripada murid-muridnya
orang lain,” Auwyang Kongcu bilang. “Semua muridku
wanita dan asal sekali saja aku memanggil, semuanya
bakal datang.”
Oey Yong miringkan kepalanya. “Aku tidak
percaya!” ujarnya.
Auwyang Kongcu hendak membuktikan
perkatannya, ia lantas mengasih dengar suaranya.
Sebentar saja di muka pintu terlihat beberapa puluh
wanita muda dengan pakaian serba putih yang
berseragam, melainkan tubuh orang ada yang kurus
dan montok, tinggi dan kate. Dengan lantas mereka
berdiri berkumpul di belakangnya anak muda itu.
Mereka ini berkumpul di luar selagi Auwyang Kongcu
berpesta, baru mereka muncul setelah ada panggilan.
Pheng Lian Houw semua seperti bermata kabur,
memandang nona-nona manis itu, mereka jadi kaget
sekali dan tergiur hatinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika di Kalgan, Oey Yong telah robohkan delapan
dari nona-nona itu, ia ketahui kepandaian silat mereka
itu biasa saja, sekarang ia sengaja permainkan
Auwyang Kongcu supaya orang mengumpulkan
gundik-gundiknya itu. Ia mengharap, selagi orang
berkumpul banyak, ia dapat mencari jalan untuk
meloloskan diri. tapi Auwyang Kongcu cerdik, dia
rupanya telah dapat menerka, maka juga ia terus pergi
ke ambang pintu, dengan perlahan-lahan dia
mengipasi dirinya, sedang di bawah sinar merah dari
api lilin, dia mengerling kepada si nona. Dia
kelihatannya tenang dan puas.
Mengetahui akalnya gagal, Oey Yong mengasah
pula otaknya. “Jikalau kau benar-benar lihay,” ia
bilang. “Memang tidak ada yang terlebih baik daripada
aku mengangkat kau menjadi guru, supaya dengan
begitu kemudian aku tak usahlah menerima
penghinaan orang.”
“Apakah kau hendak mencobanya?” Auwyang
Kongcu menegaskan.
“Benar!” jawab si nona.
“Baiklah!” berkata kongcu itu. “Nah, kau kemarilah!
Kau tak usah takut, aku tidak akan balas menyerang.”
“Bagaimana?” si nona menanya. “Apakah tanpa
membalas menyerang kau dapat mengalahkan aku?
Benarkah?”
Pemuda itu tertawa. “Walaupun kau pukul aku,
mana aku tega membalas memukul?” katanya
kemudian.
Lian Houw semua heran. Mereka pun dapat
anggapan, pemuda ini benar-benar ceriwis. Mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pikir: “Nona ini lihay, walaupun dia lebih pandai
sepuluh lipat, mana bisa dia mengalahkannya tanpa
dia membalas menyerang? Mungkinkah dia hendak
menggunai ilmu siluman?”
“Aku tidak percaya yang kau benar-benar tidak
bakal balas menyerang!” bilang Oey Yong pula.
“Hendak aku telingkung tanganmu ke belakang!”
“Baik,” sahut Auwyang Kongcu, yang terus buka
ikatan pinggangnya yang ia serahkan kepada si nona,
habis mana ia bawa kedua tangannya ke belakangnya,
bersedia untuk dibelenggu.
Oey Yong heran, yang orang benar-benar
menyerahkan diri untuk dibelenggu, pada wajahnya ia
tidak ketarakan suatu apa, ia tetap senyum, tetapi
hatinya terkesiap. Ia pikir: “Terang sekali orang ini tidak
bermaksud baik, maka sungguh hebat jikalau aku
sampai kena dibekuk dia….” Karena ini, ia menjadi
berpikir keras. Lekas ia mengambil putusan: “Biarlah,
aku bekerka setindak demi setindak….” Maka ia
sambuti ikat pinggang itu, yang terbuat dari benang
sutra tetapi kuat, dengan itu ia terus ikat tangan orang.
“Bagaimana sekarang – bagaimana kalah
menangnya?” si nona tanya.
Auwyang Kongcu lonjorkan kaki kanannya, ia taruh
itu di lantai, lalu dengan kaki kiri menahan diri, ia
berputar dengan kaki kiri itu, kaki kanannya terus
menggurat, maka itu, dengan begitu ia membuat
lingkaran. Lingkarannya sendiri dalam kira setengah
dim, suatu tanda dari kuatnya kaki kanannya itu.
Lingkaran pun seluas enam kaki. Hal ini membuat See
Thong Thian dan Pheng Lian Houw kagum sekali.
“Siapa yang keluar dari lingkaran ini, dia yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalah,” berkata Auwyang Kongcu, kemudian seraya ia
bertindak masuk ke dalam lingkaran itu.
“Jikalau dua-duanya yang keluar?” Oey Yong masih
menanya.
“Begitu pun boleh dianggap aku yang kalah,” jawab
Auwyang Kongcu.
“Jikalau kau kalah, toh kau tidak bakal merintangi
aku lagi, bukan?” si nona menegaskan.
“Tentu saja! Tapi kalau kau yang kalah, maka kau
mesti baik-baik turut aku. Semua orang tua di sini
menjadi saksinya!” kongcu itu memberi kepastian.
“Baik!” kata Oey Yong, yang lantas bertindak
memasuki lingkaran itu. Ia bukan cuma bertindak
masuk saja, begitu masuk lantas kedua tangannya
bekerja, tangan kiri dengan jurus “Angin menyambar
yanglui”, yang satu enteng, yang lain berat, yang satu
lemah, yang lain keras, tetapi menerjangnya
berbareng.
Auwyang Kongcu sudah lantas mengegos tubuhnya
akan tetapi sia-sia saja ia berkelit, kedua tangan si
nona mengenai tepat pundaknya, meski begitu yang
terkejut adalah si nona sendiri, karena begitu tangan
mengenai sasaran, ia menginsyafi keadaan yang tidak
wajar. Kongcu itu lihay tenaga dalamnya, dia
membilang tidak akan membalas menyerang, dia
buktikan perkataannya itu, akan tetapi ia gunai
kepandaiannya, meminjam tenaga untuk menyerang
tenaga, maka begitu serangn Oey Yong mengenakan
padanya, segera ia merasakan pukulannya itu membal
balik, hingga ia lantas terhuyung sendirinya, hampir ia
melintasi garis lingkaran itu. Ia tentu saja tidak berani
menyerang untuk kedua kalinya. Sebaliknya, dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kecerdikannya, ia kata: “Aku hendak pergi sekarang!
Kau tidak dapat keluar dari lingkaran untuk menyusul
aku! Tadi kau sendiri yang mengatakannya, kalau kita
berdua sama-sama keluar dari lingkaran, kau yang
kalah!”
Auwyang Kongcu tercengang karena herannya. Dia
hanya bisa berdiri menjublak tanpa bisa bicara apaapa!
Si nona tidak menghiraukannya lagi, ia bertindak
dengan tenang, keluar dari lingkaran. Hanya begitu ia
berada di luar, segera ia percepat tindakannya itu.
Sebab ia mengerti sembarang waktu bisa terjadi
perubahan. Maka terlihatlah gelang rambutnya yang
terbuat dari emas itu berkeliauan dan bajunya yang
putih berkibar-kibar, sebenatr saja ia sudah tiba di
dekat pintu, tiba-tiba terlihat berupa benda besar yang
melayang jatuh di depannya. Ia sudah lantas berkelit
ke samping, tindakannya pun dihentikan. Segera ia
dapat kenyataan, benda itu adalah sebuah kursi
thaysu, di atasnya mana ada bercokol satu paderi dari
Tibet yang tubuhnya tinggi dan besar, yang
mengenakan jubah warna merah. Dia duduk di kursi
tapi ia lebih tinggi dari si nona. Anehnya, dia duduk
seperti terpaku di kursinya, hingga ia dapat berlompat
bersama-sama kursinya itu.
Oey Yong hendak menegur di pederi itu tetapi ia
telah di dahului Leng Siangjin, yang dari dalam
jubahnya mengasih keluar sepasang cecer tembaga,
begitu kedua tangannya dirapatkan, berbunyilah alat
tetabuhan itu hingga menulikan kuping. Ia masih heran
tatkala di depan matanya berkelebat suatu sinar, lalu
sepasang cecer itu menyambar ke arahnya….sebuah
di atas, sebuah lagi di bawah.
Dalam keadaan seperti itu, Oey Yong tidak menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gugup, ia pun tidak berlompat itu lari menyingkir,
sebaliknya, dengan menjejak dengan kedua kakinya,
ia justru mencelat ke depan, tangan kanannya
diangsurkan, untuk menampa dasarnya cecer, kaki
kirinya ditekankan di atasan cecer yang di bawah
tubuhnya dipengkeratkan, maka sekejap kemudian, ia
sudah lewat di antara kedua senjata rahasia itu. Cuma,
walaupun itu sudah lolos dari bahaya, karena ia
berlompat maju, ia menjadi mendekati si orang suci itu.
Kali ini Leng Tie Siangjin mengangkat tangannya,
dengan ilmu pukulan “Tay ciu ini” atau “Tapak tangan
besar”, dia memukul ke arah tubuhnya si nona.
Oey Yong seperti juga tidak dapat menahan
tubuhnya, ia maju terus, hingga ia seperti hendak
menyerbu ke rangkulannya lawannya itu. Orang
menjadi kaget hingga mereka pada berseru. Nona
yang begitu cantik manis, pastilah bakal runtuh di
tangan yang kasar dari si paderi, bukan saja tulangtulangnya
bakal patah, juga isi perutnya, bakalan
remuk semua….
Bahaya tidak dapat dicegah lagi, satu suara keras
segra terdengar. Serangannya Leng Tie Siangjin tepat
mengenai sasarannya, ialah punggung si nona. Selagi
orang kaget, si nona sendiri melayang terus bagaikan
layangan putus, sampai di luar gedung!
Dari kaget, orang menjadi heran sekali, hingga
mereka tercengang. Mereka lihat tangan kanan dari
Leng Tie Siangjin mengucurkan darah, sebab
telapakan tangannya pecah menjadi sepuluh liang
kecil.
Dalam kagetnya, Pheng Lian Houw berseru: “Budak
itu memakai Joan-wie-kah! Itulah mustika pemilik pulau
dari pulau Tho-hoa di Tang Hay!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
See Thong Thian pun berseru: “Dia masih begini
muda, kenapa dia dapat memiliki Joan-wie-kah itu?”
Sementara itu Auwyang Kongcu sudah berlompat,
untuk berlari-lari keluar. Biar bagaimana tidak dapat ia
melupakan nona yang manis itu, hanya tempo ia
sampai di luar, di antara gelap petang tidak dapat lagi
ia melihat bayangannya si nona. Ia penasaran, maka
sambil serukan sekalian gundiknya, ia lari mencari. Di
dalam hatinya ia menghibur diri. “Dia dapat lolos,
mungkin ia tidak terluka, maka maulah dia nanti
merangkulnya….”
Hauw Thong Hay, ynag tidak tahu apa itu Joan-wiekah,
menanyakan itu kepada kakak seperguruannya.
“Pernahkah kau melihat landak?” Pheng Lian Houw
mendahului menanya
“Tentu pernah aku melihatnya!” sahut orang she
Hauw itu.
“Di dalam bajunya ia memakai baju lapis yang
lemas,” Lian Houw lantas memberi keterangan. “Baju
lapis itu tidak takut kepada senjata tajam seperti golok
dan tombak. Baju itu mempunyai duri yang seperti duri
landak. Maka siapa memukul atau menendangnya, dia
mesti menderita sebab tertusuk duri-duri landak itu.”
Hauw Thong Hay mengulur lidahnya. “Syukur aku
tidak sampai kena menghajar budak itu…” katanya.
Sembari berbicara, Thong Hay dan Lian Houw
sertia Thong Thian turut pergi mengejar, untuk
mencari. Malah Chao Wang juga menitahkan Thung
Couw Tek mengepalai barisan pengiringnya pergi
mencari. Hingga istana pangeran itu menjdai kacar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan gempar!
Di pihaknya Kwee Ceng, yang bertemu sama Nio
Cu Ong, dia takutnya bukan main, dia lari tanpa
memilih lagi jurusan timur atau barat, selatan atau
utara, asal ke tempat yang gelap. Cu Ong sebaliknya
mengejar dia dengan hebat. Som Sian Lao Koay ingin
membekuk orang untuk dihisap darahnya!
Kwee Ceng dapat lari keras, dia pun berlari-lari di
tempat yang gelap, dengan begitu, sekian lama dia
tidak dapat dicandak. Sebentar kemudian dia sampai
di satu tempat, di mana ada banyak pohon berduri
serta batu muncul di sana-sini, bagaikan rebung muda
atau pedang yang ditancap di tanah. Dia heran yang di
pekarangannya istana ada tempat yang demikian. Dia
menjadi terlebih kaget, ketika dia merasakan sakit
pada kakinya, yang tertusuk duri. Mendadak kakinya
menjadi lemas, terus tubuhnya terjatuh hingga ia
menjerit keras. Tapi ia masih sadar, dia lantas siapkan
kakinya, supaya setibanya di bawah, tak usah dia jatuh
terbanting. Mungkin ia menerka, dia terjatuh ke dalam
sebuah liang, yang dalamnya beberapa tombak. Ketika
akhirnya kakinya tiba di dasar liang, dia kena injak
bukan batu atau tanah keras, hanya serupa benda
licin, hingga tidak ampun lagi, ia terus terpeleset dan
terguling. Lekas-lekas ia merayap bangun, tangannya
terus dipakai mereba-raba kepada benda itu. Untuk
kagetnya, dia dapatkan sebuah tengkorak manusia.
“Rupanya ini adalah lubang peranti membuang
mayatnya orang yang dibunuh di istana….” ia
menduga-duga. Justru hatinya lagi berpikir, di atas
sana, dia dengar teriakannya Nio Cu Ong: “Bocah,
lekas naik!”
“Aku tidak ada begitu gila mau naik untuk
mengantar jiwa….” pikir bocah ini. Dia pun rtidak sudi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberi penyahutan, hanya ia lantas meraba ke
belakangnya, sembari meraba dia sembari mundur. Ini
pun ada penjagaan untuk lari terus andaikata Nio Cu
Ong berlompat turun. Di belakangnya, ia tidak dapat
meraba apa juga.
“Biarpun kau kabur ke istana Raja Akherat, akan
aku susul padamu!” terdengar pula suaranya Nio Cu
Ong, bahkan kali ini tubuhnya terus lompat turun.
Kwee Ceng kaget dan takut, terus ia mundur. Dia
masih tidak dapat meraba sesuatu apa, yang bisa
menghalangi mundurnya, maka ia mundur terus.
Kemudian ia putar tubuhnya, untuk berjalan dengan
kedua tangannya dilonjorkan ke depan. Dalam liang
gelap yang gelap itu, dia tidak dapat melihat apa juga.
Liang itu merupakan sebuah terowongan, baru
menyusul kira dua tembok, Nio Cu Ong telah dapat
mengetahuinya. Dia bernyali besar, dia andalkan
kepandaiannya, dia menyusul terus. Hanya karena
berada di tempat gelap, dia bahkan tidak dapat melihat
jeriji tangan di hadapannya, dia bertindak dengan
enteng, supaya ia tidak mengasih dengar suara apaapa.
Dia takut Kwee Ceng nanti bokong padanya.
Kwee Ceng menyingkir terus dengan hatinya
memukul keras. “Terowongan ini mesti ada ujungnya,
di sana habislah jiwaku….” ia mengeluh. Ia tidak
melihat siapa juga tetapi ia merasa pasti Nio Cu Ong
sedang menyusul padanya. Ia menjadi semakin takut.
Lagi beberapa tombak, tibalah Kwee Ceng di satu
tempat yang terbuka, di mana terdapat cahaya terang.
Itulah ujungnya terowongan itu. Itulah sebuah kamar
atau ruang bertembok tanah.
Nio Cu Ong pun tiba dengan segera, lantas dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa lebar. “Ha, bocah, ke mana kau hendak
kabur?!” dia berseru.
Kwee Ceng bingung, ia melihat ke sekitarnya.
Justru itu, dari pojok kiri terdengar ini suara dingin
seram: “Siapa berbuat kurang ajar di sini?!”
Kwee Ceng kaget, hatinya goncang keras. Siapa
sangka di temapt demikian boleh ada penghuninya.
Sekalipun Nio Cu Ong, yang kosen dan nyalinya
besar, ia turut terkejut juga.
Kembali terdengar suara seram dingin tadi: “Siapa
ke dalam gua ini, dia mesti mati, dia tidak bakal hidup
pula! Apakah kamu sudah bosan hidup?!”
Terang suara itu adalah suaranya seorang wanita,
hanya kali ini suara itu disusul sama napas yang
memburu, mungkin sekali, dialah seorang yang
sedang sakit.
“Aku datang kemari tidak sengaja,” berkata Kwee
Ceng perlahan, menyahuti orang itu. “Aku lagi dikejarkejar
orang….” Sebagai seorang polos, tidak dapat ia
berdiam saja atau mendusta.
Baru Kwee Ceng berhenti bicara, atau ia telah
dengar sambaran angin. tahulah ia, Nio Cu Ong
tengah menyerang padanya, mungkin untuk ditawan.
Ia lantas saja berkelit.
Nio Cu Ong mendapatkan tangkapannya gagal, ia
menyerang pula.
Kwee Ceng menjadi cemas dan sibuk, ia berkelit ke
kiri dan kanan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Siapa yang berani datang kemari menangkap
orang?!” terdengar pula suara wanita tadi.
Nio Cu Ong tidak takut, ia bahka bergusar. “Apakah
kau hendak menyamar menjadi iblis untuk menakutnakuti
aku?!” dia menegur.
Wanita itu tidak menyahuti, ia hanya kepada Kwee
Ceng: “Eh, anak muda, mari kau sembunyi padaku di
sini!” Ia rupanya dapat menduga dari suara orang. Ia
mengucap demikian tetapi ia tidak berkisar dari
tempatnya.
Kwee Ceng sedang bingung, di dalam keadaan
seperti ini, tidak dapat lagi ia bersangsi sedikit juga,
maka ia lantas berlompat ke arah darimana suara itu
datang. Begitu kakinya menginjak tanah, ia merasakan
tangannya disambar dan dicekal tangan lain orang
yang dingin enyam, besar tenaga orang itu, tubuhnya
segera tertarik hingga ia roboh menubruk sebuah
dipan tempat duduk bersemadhi.
Wanita itu masih bernapas memburu, dia kata
terhadap Nio Cu Ong: “Barusan seranganmu, yang
berupa tangkapan, ada lihay sekali. Apakah kau ada
satu jago Rimba Persilatan dari Kwan-gwa?”
Nio Cu Ong heran bukan buatan. “Aku tidak dapat
melihat dia, kenapa dia sebaliknya segera mengenali
asal-usulnya ilmu silatku?” ia berpikir. “Dia lihay sekali!
Mungkinkah ia dapat melihat di tempat gelap?” Ia
menjadi tidak mau berlaku semberono, ia lantas
menyahuti: “Aku adalah seoarng saudagar jinsom dari
Kwantong, she Nio. Bocah ini telah curi barangku,
tidak dapat tidak, aku mesti tangkap dia. Aku minta
sukalah nyonya tidak menghalangi aku…”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Oh, kiranya saudagar Som Sian Nio Cu Ong!”
berkata wanita itu. “Kalau lain orang, yang tidak tahu
apa-apa, lancang masuk ke rumahku ini, dia sudah
tidak dapat diberi ampun, apapula kau Nio Lao Koay,
kau ketua sebuah partai! Apakah benar kau tidak kenal
aturan kaum Rimba Persilatan?!”
Som Sian Lao Koay terperanjat. “Nyonya yang
terhormat, aku mohon tanya shemu yang mulia,” ia
meminta.
“Aku….aku….” sahut si wanita itu.
Kwee Ceng baru mendengar sampai disitu, lantas ia
merasakan tangannya wanita itu bergemetar keras,
lalu perlahan-lahan cekalannya menjadi kendor. Ia pun
mendengar orang merintih, tanda bahwa nyonya itu
sangat menderita.
“Apakah kau sakit?” ia tanya perlahan.
Nio Cu Ong dapat mendengar suaranya kwee ceng
itu, ia menjadi bergusar pula. Ia sangat andalkan
kegagahannya, ia tidak ambil pusing siapa si nyonya
itu, yang ia duga sedang sakit keras atau terluka
parah. Lantas ia ulur kedua tangannya, untuk
membekuk si anak muda. Ia baru saja melanggar
bajunya Kwee Ceng lalu mendadak ia merasakan
tangannya terbentur tenaga yang besar, hingga ia
terkejut, walaupun begitu, ia segera kirim tangan
kirinya, untuk menyerang!
“Pergi!” membentak si wanita, yang sebelah
tangannya segera mampir di bebokongnya Som Sian
Loa Koay, hingga ia terhuyung tiga tindak. Syukur
tangguh ilmu dalamnya, ia tidak sampai mendapat luka
di dalam. Ia hanya heran atas kesebatan wanita itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“He, bangsat perempuan, mari maju!” ia berseru
saking murkanya.
Wanita itu terdengar napasnya memburu, tubuhnya
tidak bergerak.
Sekarang Nio Cu Ong percaya pasti orang tidak
dapat bergerak, karena ini, ia menjadi lebih tabah.
Dengan perlahan ia bertindak menghampirkan wanita
itu. Disaat ia hendak berlompat, untuk menerjang, tibatiba
ia mendengar suara angin, lalu sebuah cambuk
panjang menyambar ke kakinya. Ia menjadi kaget
sekali, tetapi ia tidak mau kasih dirinya diserang
demikian, sambil lompat mencelat, kakinya terus
menendang ke arah wanita itu!
Tendangan orang she Nio ini ada sangat kesohor,
untuk wilayah Kwan-gwa, ia kenamaan duapuluh tahun
lebih, tetapi kali ini, kesudahannya membuat ia kaget
tidak terkira. Belum lagi tendangannya itu mengenai
sasaran atau jalan darahnya kongsun-hiat, tiba-tiba
kaku sendirinya. Jalan darah itu ada di batas mata
kaki, biasanya siapa kena tertotok, ia mesti lantas
roboh. Dalam kagetnya, ia ayun tubuhnya untuk
berjumpalitan, sedang tangannya dipakai menyampok.
Di dalam hatinya ia berkata: “Wanita ini awas sekali
matanya! Dia bisa menotok jalan darah, mungkinkah
dia itu siluman?”
Juga sampokan Cu Ong adalah sampokan
istimewa, tenaganya telah dikerahkan sepenuhnya
kepada tangannya itu. Ia pun menduga orang lagi
sakit, kalu serangannya mengenai sasarannya,
pastilah itu tidak bakal gagal.
Tiba-tiba terdengar urat-urat meretek, lalu
tangannya si wanita diulur panjang, ujung kukunya
menyambar ke pundak. Cu Ong terkejut, ia menangkis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tangan kirinya. Kali ini kedua tangan bentrok,
tetapi untuk kagetnya, ia rasakan tangan lawan dingin
sekali, bagaikan es, bukan seperti daging. Tidak ayal
lagi, ia buang dirinya ke tanah, untuk bergulingan
pergi, bahkan dengan merayap, terus ia keluar dari
terowongan itu, hingga diluarnya dapatlah ia bernapas
lega.
“Sudah beberapa puluh tahun, belum pernah aku
mengalami kejadian seperti ini,” pikirnya. “Benarkah di
dalam dunia ini ada iblis? Ah, mungkin ongya ketahui
rahasia ini…” Maka dengan cepat ia kembali ke Hoa
Cui Kok.
Kwee Ceng dapat dengar sauara orang berlari
pergi, hatinya jadi lega, dengan kegirangan dan
bersyukur, lantas ia berlulut di depan wanita itu untuk
mengangguk-angguk hingga tiga kali. Ia berkata:
“Teecu mengucap banyak-banyak terima kasih untuk
pertolongan cianpwee.”
Wanita itu bernapas tersengal-sengal, rupanya
melawan Nio Cu Ong, ia telah menggunakan tenaga
berkelebihan. Ia pun batuk-batuk.
“Kenapa Lao Koay hendak membunuh kau?” ia
tanya selang seaat, setelah napasnya tidak terlalu
memburu lagi.
“Ong Totiang mendapat luka, dia membutuhkan
obat, maka itu teecu datang ke istana ini…” Kwee
Ceng menyahut. Tiba-tiba ia berhenti, karena ia
berpikir: “Wanita ini tinggal di dalam istana, apakah ia
bukan orangnya Wanyen Lieh?”
“Oh…!” berseru si wanita. “Jadinya kau telah curi
obatnya Lao Koay! Aku dengar kabar ia tengah
menyakinkan pembuatan obat-obatan….”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Apakah cianpwee terluka?” menanya Kwee Ceng,
yang seperti tidak memperdulikan perkataan orang.
“Teecu ada punya empat macam obat yaitu thian-cit,
hiat-kat, him-tha dan bu-yok. Ong totiang tentu tidak
membutuhkan sebanyak itu. Kalau cianpwee….”
“Mana aku terluka!” memotong si wanita, agaknya ia
gusar. “Siapa yang menghendaki kebaikanmu itu!”
“Ya, ya,” sahut Kwee Ceng, yang ketemu batunya,
hingga tak tahu ia mesti membilang apa. Sebaliknya,
hatinya menjadi lemas pula apabila ia dengar suara
napas empas-empis dari wanita itu. Maka ia kata pula:
“Jikalau cianpwee tidak merdeka untuk jalan, mari
boanpwee menggendong buat pergi keluar…”
“Siapakah ynag tua?!” wanita itu membentak.
“Bocah tolol, cara bagaimana kau ketahui aku sudah
tua?”
“Ya,ya,” sahut Kwee Ceng, yang tidak berani
banyak omong. Ia terus bungkam. Ia telah lantas pikir,
untuk meninggalkan pergi kepada wanita ini tetapi ia
tidak tega hati. Maka ia membelas. Ia tanya pula: “Kau
menghendaki barang apa? Nanti aku pergi
mengambilkannya….”
“Ah, kau benar baik….” kata wanita itu, tetapi ia
tertawa dingin. Ia ulur tangan kirinya, diletaki di pundak
Kwee Ceng, terus ia menarik.
Kwee Ceng merasakan pundaknya itu sakit sekali,
tanpa berdaya ia kena ditarik hingga ke depan wanita
itu. Yang membikin ia terkejut adalah lehernya terasa
dingin dengan mendadak. Sebab tangan kanan si
wanita sudah merangkulnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Gendong aku pergi!” berseru si wanita itu, keren.
“Memang aku pun hendak menggendong kau,” kata
Kwee Ceng dalam hatinya. Ia lantas menggendong,
dengan tindakan perlahan ia menuju ke luar.
“Adalah aku yang memaksa kau menggendong aku
keluar dari sini,” kata si wanita. “Tidak dapat aku dijual
orang…”
Mendengar ini, Kwee Ceng merasa orang sangat
berkepala besar, orang tidak sudi menerima budi. Ia
jalan terus hingga di mulut terowongan, ialah liang
yang tadi. Ia mengangkat kepalanya, akan melihat
bintang-bintang di langit, habis itu ia mencoba
menggunai kedua tangannya, akan merayap naik.
Dalam hal kepandaian ini, ia telah berlatih cukup di
bawah pimpinan Tan Yang Cu Ma Giok. Liang sumur
itu cukup tinggi tetapi Kwee Ceng dapat memanjatnya.
Tidak lama keluarlah mereka dari gua itu.
“Siapa yang ajari kau ilmu ringan tubuh?!” si wanita
tanya. “Lekas bicara!” Ia memegang keras leher orang
sampai si anak muda sukar bernapas.
Saking kagetnya, Kwee Ceng kerahkan tenaganya
di leher, untuk melawan cekikan. Ia tidak tahu orang
menguji padanya, cekikan itu menjadi semakin keras.
Hanya sesaat kemudian, tangan si wanita menjadi
kendor sendirinya.
“Ha, kau mengerti ilmu tenaga dalam yang sejati,”
seru wanita itu. “Kau bilang barusan Ong totiang
mendapat luka. Apakah namanya Ong totiang itu?”
Sebelum menjawab, Kwee Ceng berpikir: “Kau telah
tolongi padaku, segala apa kau boleh tanyakan, tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nanti aku mendusta. Kenapa kau berlaku begini
kasar?” Tapi ia toh menjawab: “Ong Totiang itu
bernama Ong Cie It, orang dipanggil Giok Yang Cu.”
Tiba-tiba wanita itu menggetar, napasnya pun
tersengal-sengal. “Jadinya kau adalah muridnya Coan
Cin Pay!” katanya. “Ong Cie It itu kau punya pernah
apa? Kenapa kau memanggil ia totiang, bukan suhu
atau susiok?”
Suhu dan susiok ialah guru dan paman guru.
“Teecu bukan murid Coan Cin Kauw,” Kwee Ceng
berkata. “Adalah Tan Yan Cu Ma Giok, yaitu Ma
Totiang yang pernah ajarkan aku ilmu mengendalikan
napas dan bersemadhi.”
“Habis, siapakah gurumu itu?!” si wanita tanya pula.
Dia agaknya mendesak.
“Guru teecu semuanya ada tujuh orang,” sahut
Kwee Ceng. “Merekalah yang disebut Kanglam Cit
Koay. Guru yang nomor satu ialah Hui Thian Pian-hok,
seorang she Kwa.”
Wanita itu batuk-batuk beberapa kali, agaknya
susah ia berbicara. “Dialah Kwa Tin Ok!” katanya
kemudian.
“Benar,” Kwee Ceng mengangguk.
“Apakah kau datang dari Mongolia?” tanya wanita
itu lagi.
“Benar,” sahut Kwee Ceng pula, yang heran sekali.
“Kenapa wanita ini ketahui aku datang dari Mongolia?”
ia pikir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kau dipanggil Yo Kang, benar tidak?!” masih
wanita itu bertanya.
“Bukan, teecu she Kwee,” menjawab si anak muda.
Wanita itu perdengarkan suara seperti merintih, dari
sakunya ia tarik keluar serupa barang, yang ia letaki di
tanah. Itulah sebuah hungkusan, entah dari cita atau
kertas. Kapan bungkusan itu telah dibuka, di dalamnya
tertampak barang yang berkilauan. Itulah sebuah pisau
belati, melihat mana, Kwee Ceng rasanya kenal. Ia
menjemput untuk dilihat teliti. Di gagangnya ia
dapatkan dua hruf ukiran, bunyinya : “Yo Kang”. Itulah
pisau yang ia pakai untuk menikam Tong Sie Tan Hian
Hong si Mayat Perunggu.
Selagi si anak muda mengawasi pisau itu, si wanita
merampasnya. “Kau kenal pisau belati ini, bukan?!” dia
tanya.
“Benar,” menjawab Kwee Ceng. “Di masa kecil
pernah aku pakai pisau ini membunuh seorang jahat,
lalu mendadak orang jahat itu lenyap dan pisau ini….”
Belum habis ia mengucap, lehernya sudah dicekal
si wanita, terus di cekik. Ia kaget, ia berontak, sebelah
tangannya menyerangi si wanita. Tapi tangan itu
sudah lantas kena ditangkap!
Segera si wanita melepaskan tangannya yang
kanan, ia duduk di tanah. “Kau lihat, aku ini siapa?!” ia
tanya dengan bentakannya.
Diwaktu malam seperti itu, seram suaranya.
Matanya Kwee Ceng telah berkunang-kunang tetapi
ia masih bisa melihat si wanita yang rambutnya yang
panjang riap-riapan, mukanya pucat seperti kertas. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lantas mengenali Tiat Sie Bwee Tiauw Hong si Mayat
Besi, salah satu dari Hek Hong Siang Sat. Ia kaget
tidak kepalang, ia lantas berontak pula tetapi sia-sia
saja, tangannya telah dicekal keras, kuku orang sudah
masuk ke dalam dagingnya…
Ketika malam itu di atas gunung terjadi pertempuran
di antara Kanglam Cit Koay dengan Hek Hong Siang
Sat, Tan Hian Hong telah jambak mati kepada Thi A
Seng, sebaliknya ia kena ditikam Kwee Ceng pada
anggota tubuh kematiannya. Bwee Tiauw Hong sudah
buta kedua matanya, tetapi ia masih bisa bawa lari
mayat suaminya itu, ia lolos justru ketika itu turun
hujan lebat. Sekarang denagn tiba-tiba Kwee Ceng
mengantarkan jiwanya, bagaimana Tiauw Hong tidak
jadi girang. Sudah belasan tahun ia cari pembunuh
suaminya denagn sia-sia. Segera ia menjadi girang
bercampur sedih, lantas ia ingat penghidupannya yang
dulu-dulu.
“Dulu aku adalah satu nona yang lincah, setiap hari
aku memain saja, aku dikasihi oleh ayah dan ibuku,”
demikian ia melamun, sedang tangannya terus
memegang keras si anak muda, “Baru kemudian,s
esudah kedua orang tuaku menutup mata, orang
perhina aku, hingga oleh guruku, Oey Yok Su, aku
ditolongi dan dibawa ke pulau Tho Hoa To, dimana aku
diajarkan ilmu silat. Sekejap kemudian, seorang
pemuda yang matanya besar terbayang dihadapanku.
Dialah Tan Hian Tong, kakak seperguruanku. Samasama
kita belajar ilmu silat, sampai hati kita coco satu
sama lain. Demikian pada suatu malam di musim semi,
di bawah pohon tho, mendadak ia rangkul aku…”
Wajahnya si Mayat Besi menjadi merah dengan
tiba-tiba, Kwee Ceng pun dengar napas orang
memburu. Habis itu, si wanita menghela napas
panjang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiauw Hong lantas melamun pula. Ia ingat sebab
takut digusari guru mereka, mereka buron dari Thoa
Hoa To, lantas mereka menikah. Itu waktu Tan Hian
Hong telah memberitahukan bahwa ia telah mencuri
sebagian kitab “Kiu Im Cie Keng”. Setelah itu, mereka
sembunyikan diri di gunung, untuk menyakinkan ilmu
seperti pengajaran kitab istimewa itu, hingga setelah
pandai, mereka berkelana dan menjagoi dunia
kangouw. Banyak orang kosen yang mereka robohkan,
malah Hui Thian Sin-liong Kwa Pek Sia telah mereka
binasakan dan Kwa Tin Ok sudah mereka bikin buta
matanya.
Bwee Tiauw Hong masih ingat baik-baik perkataan
Tan Hian Hong, suaminya itu: “Eh, perempuan
bangsat, kitab Kiu Im Cie Keng itu aku cuma dapat curi
sebagian saja, bagian bawah. Bagian atasnya adalah
mengutamakan pelajaran tenaga dalam. Dengan
begitu, pelajaran kita jadi kepalang tanggung.
Bagaimana sekarang?”
Atas itu, ia ingat, ia menjawab dengan balik
menanya: “Apa daya?”
“Kita kembali ke Tho Hoa TO, kita curi pula yang
sebagian itu!”
Ia tidak berani pergi. Biar kepandaian merka
sepuluh lipat lebh lihay, mereka masih tidak sanggup
lawan dua jari tangan saja dari guru mereka. Hian
Hong pun jeri, tetapi dia penasaran, dia hendak pergi
mencurinya juga. Dia bilang pada istrinya: “Aku mesti
pergi, kita mesti jadi tanpa tandingan di kolonng langit
ini, atau kau menjadi janda, perempuan busuk!” Ia
tidak sudi menjadi janda, maka kejadianlah mereka
berdua berlaku nekad.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kami tahu, karena buronan kami, suhu telah
sangat gusar dan telah umbar kegusarannya itu,”
Tiauw Hong melamun lebih jauh. “Dalam murkanya
suhu telah putuskan ototnya semua muridnya, yang
terus ia usir, hingga selanjutnya dipulaunya itu guru
hidup berdua saja dengan istrinya serta beberapa
budak pelayan. Ketika kami tiba di pulau, kami
menemukan berbagai peristiwa yang luar biasa.
Kiranya musuhnya suhu telah datang ke pulau untuk
mengadu kepandaian. Pertandingan itu itu
membuatnya kami kaget, goncang hati kami. Dengan
berbisik aku kata kepada suamiku, “Eh, lelaki bangsat,
kita gagal, mari kita lekas pergi!” Tapinya suamiku
menampik. Kami telah menyaksikan suhu telah dapat
membekuk musuhnya, kaki siapa dia telah hajar patah.
Aku ingat kepada subo, budi siapa aku tidak dapat
lupakan. Aku pergi ke jendela, untuk mengintai. Apa
yang aku lihat adalah meja abu. Kiranya subo telah
menutup mata. Aku menjadi bersedih. Ditepi meja abu
aku lihat satu anak perempuan kecil duduk di kursi, dia
mengawasi aku sambil tertawa. Bocha ini mirip dengan
subo. Pastilah dia anaknya suboku itu. Aku pikir,
mungkinkah subo meninggal sehabis melahirkan yang
sulit? Karena ini aku pikir untuk tidak melahirkan anak
juga! Selagi aku berpikir begitu, suhu telah dapat
dengar suara kami. Suhu muncul di ruang meja abu
itu. Aku kaget hingga lemas kaki tanganku, tidak dapat
aku bergerak. Aku dengar bocah itu berseru, ‘Ayah,
empo!’ Dia tertawa manis, dia pentang kedua
tangannya dengan apa ia tubruk ayahnya. Bocha itu
menolong kami. Suhu khawatir dia jatuh, ia
menyambuti anak itu. Lantas si bangsat laki-laki
menarik tanganku, untuk diajak lari. Kami kabur
dengan naik perahu. Air laut telah muncrat memasuki
perahu kami, hatiku memukul terus, seperti mau
lompat keluar.”
Ketika itu angin bersiur, hawanya dingin. Di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kejauhan, burung hantu pun mengasih dengar
suaranya yang seram. Karena kupingnya jeli, Bwee
Tiauw Hong dapat dengar itu semua. Ia masih
terbenam dalam lamunannya, tentang peristiwa duludulu
itu, yang merupakan pengalamannya.
Demikian ia berkata terus dalam hatinya:
“Menyaksikan pertempuran dahsyat dari suhu, barulah
suamiku itu padam hatinya. Dia kata, ‘Bukan cuma
kepandaian suhu belum dapat kita pelajari sebagian
saja, juga kepandaian lawannya itu kita berdua tidak
dapat melawannya!’ Maka itu kami lantas
meninggalkan wilayah Tionggoan, kami menyingkir
jauh sekali sampai di gurun pasir di Mongolia. Suamiku
itu berkhawatir kitabnya nanti ada yang curi, sekalipun
aku, dia tidak kasih lihat. Aku juga tidak tahu dimana ia
menyembunyikannya. Maka aku kata kapadanya,
‘Baiklah, bangsat lelaki, aku tak akan lihat kitabmu!’
Dia jawab aku, ‘Eh, perempuan bangsat, aku justru
berbuat baik terhadapmu! Jikalau kau lihat ini, kau
tentu ingin mempelajarinya, tetapi kau tidak mengerti
ilmu dalam, tubuhmu bisa rusak.’ Aku jawab, ‘Baiklah!
Jangan kau terus mengaco-belo!’ Tapi ia mengajarkan
aku Kiu Im Pek-ku Jiauw dan Cwie-sim-ciang, yaitu
cengkeramnan Tulang Putih serta Pukulan
Meremukkan Hati. Kemudian terjadilah pertempuran di
atas gunung itu. Kanglam Cit Koay telah mengepung
aku. ‘Mataku! Mataku!’ Ya, aku merasakan sangat
sakit pada mataku, aku merasa gatal sekali. Aku
empos semangatku, aku lawan serangan racun. Aku
tidak mati, tetapi mataku buta! Suamiku pun binasa!
Itulah pembalasan! Pernah kami membinasakan
kakaknya dan mata adiknya dibikin buta.”
Mengingat itu semua, dengan sendirinya cekalan
Bwee Taiuw Hong menjadi semakin keras dan giginya
pun bercatrukan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Matilah aku kali ini…” kata Kwee Ceng di dalam
hatinya. “Entah dia bakal gunai cara kejam bagaimana
akan siksa aku hingga aku terbinasa….” Karenanya, ia
lantas berkata: “Eh, sekarang aku tidak menghendaki
hidup pula! Aku hendak minta suatu apa padamu,
harap kau suka meluluskannya.”
“Kau hendak minta sesuatu dari aku?” Bwee Tiauw
Hong tanya, ia tertawa dingin.
“Ya,” jawab Kwee Ceng. “Di tubuhku ada beberapa
rupa obat, aku minta kau tolong serahkan itu pada
Onng Totiang yang sekarang ini lagi mondok di
penginapan Ang Ie, di luar kota barat.”
“Seumurku aku tidak pernah melakukan kebaikan!”
Tiauw Hong membilang.
Dia tidak ingat lagi berapa banyak kesengsaraan
yang dideritanya dan berapa banyak jiwa yang telah
dibunuhnya, tetapi pertempuran dahsyat di atas
gunung itu, ia masih ingat jelas sekali. Sekonyongkonyong
matanya menjadi gelap, ia tidak dapat melihat
sinar bintang lagi.
“Suamiku berkata,” dia berkata di dalam hatinya
lagi, ngelamun, “’Aku tidak bakal ketolongan
lagi…rahasianya Kiu Im Cie Keng ada di dadaku….’
Itulah kata-katanya yang terakhir. mendadak hujan
turun seperti di tuang-tuang. Lalu Kanglam Cit Koay
perhebat serangannya atas diriku. bebokongku telah
kena tertinju. Penyerang itu sempurna ilmu dalamnya,
dia membikin aku merasa sakit sampai di tulangtulangku.
Aku pondong tubuhnya si lelaki bangsat, aku
kabur. Aku tidak dapat melihat musuh-musuhku itu,
tetapi mereka juga tidak mengejar. Itulah aneh! Hujan
turun hebat sekali, langit mestinya gelap gulita, dan
mereka itu tidak dapat melihat aku. Aku berlalri-lari di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam hujan. Tubuhnya si lelaki bangsat mulanya
masih hangat, lalu perlahan-lahan menjadi dingin.
hatiku pun turut menjadi dingin karenanya. Seluruh
tubuhku bergemetar, dinginnya luar biasa. ‘Lelaki
bangsat, apakah benar-benar kau telah mati?’ Aku
bertanya. ‘Kau yang begini lihay, kau mati tidak
karuan?’ aku cabut pisau belati dari pusarnya, darah
lantas muncrat keluar. Sebenarnya apakah yang
heran? Orang dibunuh, darahnya pasti mengalir
keluar. Aku sendiri, entah berapa banyak orang telah
aku bunuh…. Sudahlah, aku pun harus mati bersama
si lelaki bangsat. Hanya, tanpa ada orang yang
memanggil dia lelaki bangsat, oh, bagaimana tawar!
Lantas aku bawa ujung belati ke mulutku, dibawah
lidah. Itulah temapt kematianku. Tiba-tiba aku kena
raba huruf-huruf ukiran di gagang pisau belati itu. Aku
lantas meraba-raba. Itulah dua huruf ‘Yo Kang’. Ah,
kiranya pembunuh si lelaki bangsat itu bernama Yo
Kang! Mana dapat aku tidak menuntut balas? Sebelum
membinasakan Yo Kang itu, mana boleh aku mati?
Maka itu aku meraba ke dadanya si lelaki bangsat,
akan cari rahasianya kitab Kiu Im Cie Keng itu. Sia-sia
aku mencari, aku tidak mendapatkannya. Aku
penasaran! Aku lalu mencari di rambut kepalanya,
terus ke bawah. Tidak ada bagian anggotanya yang
aku bikin kelompatan. Tempo aku meraba pula
dadanya, di situ aku merasakan kulit dagingnya yang
rada luar biasa.”
Bwee Tiauw Hong lantas mengasih dengar suara
tertawa kering dari tenggorokannya. Hebat suara itu,
menyeramkan, Kwee Ceng sampai bergidik.
Bwee Tiauw Hong merasa ia telah berada pula di
gurun pasir, hujan besar telah membasahkan seluruh
tubuhnya, akan tetapi tubuh itu ia rasakan panas
sekali. Dia merasa seperti telah meraba dada
suaminya, yang ia selalu panggil dengan sebutan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
‘lelaki bangsat’, sebagaimana dia sendiri dipanggil
‘perempuan bangsat’ oleh suaminya itu. Nyata dada itu
dicacah dengan jarum, merupakan huruf-huruf dan
peta. Itu dia rahasianya Kiu Im Cie Keng. Hian Hong
khawatir kitabnya dicuri orang, dia cacah tubuhnya
sendiri, setelah itu ia bakar kitabnya itu.
“Memang,” demikian dia ngelamun pula, “Suhu
yang demikian lihay, kitabnya masih kena kita curi.
Maka siapa berani tanggung yang kitab kami pun tak
ada yang bakal mencurinya? Maka ia kata pada waktu
itu, ‘Bagus betul pikiranmu ini. Ini artinya, selama
orangnya masih hidup, kitabnya pun ada, setelah
orangnya mati, kitabnya lenyap bersama.’ Aku lantas
gunai pisau belati mengiris kulit dadanya si lelaki
bangsat. Ah, hendak aku memberi obat kepada kulit
itu, supaya tidak menjadi nawoh dan rusak, ingin aku
membawa-bawanya di tubuhku. ‘Aku ingin kau selalu
mendampingi aku…’ Ketika itu aku tidak bersedih lagi
sebaliknya aku tertawa terbahak-bahak. Dengan kedua
tanganku, aku lantas menggali sebuah liang besar. Di
situ aku kubur si lelaki bangsat. ‘Kau ajarkan aku
cengkaraman Kiu Im Pek-ku Jiauw, sekarang dengan
kepandaian itu aku menggalikan kau liang kubur.
Lantas aku sembunyikan diri di dalam gua, aku
khawatir Kanglam Cit Koay dapat mencari aku.
Sekarang ini aku bukannya tandingan mereka, maka
tunggulah aku selesai dengan pelajaranku. Hm! itu
waktu akan aku jambret setiap batok kepala, setiap
hati manusia! Aku akan belajar, tidak peduli aku bisa
terluka di dalam atau tidak. Peduli apa! Berselang dua
hari, selagi perutku lapar, aku dengar suara pasukan
tentara lewat di depan guaku. Mereka itu bicara
dengan bahasa Nuchen dari negara Kim, aku lantas
keluar dari tempat sembunyiku, aku minta barang
makanan. Pangeran yang memimpin pasukan itu
mengasihani aku, dia suka menolong, malah ia terus
ajak aku ke istananya si Tiongtouw. Belakangan aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendapat tahu, pangeran itu adalah Pangeran Chao
Wang, putra nomor enam dari raja Kim. Aku bekerja di
taman belakang, bekerja menyapui rumput, di situ
secara diam-diam aku menyakinkan ilmu
kepandaianku. Beberapa tahun telah lewat tanpa ada
yang mengetahui perbuatanku itu. Semua orang
menganggap akulah seorang wanita tua yang buta
yang harus dikasihani.”
“Kemudian pada suatu tengah malam…. Ah!
Pangeran cilik yang nakal itu telah datang ke taman
belakang, untuk mencari telur burung, dia telah
mempergoki aku lagi menyakinkan cambuk perak.
Ia lantas menggerembengi aku, dia memaksa minta
aku memberi pelajaran padanya. Terpaksa aku ajarkan
dia tiga jurus. Sekali saja, ia telah dapat belajar
dengan baik. Ternyatalah ia berotak terang sekali! Aku
jadi gembira, maka aku terus mengajari dia. Aku
hendak mengajari dia segala macam kepandaian asal
dia suka bersumpah tidak membuka rahasia kepada
siapa juga, tidak kecuali kepada ongya dan onghui.
Aku mengancam, asal rahasia bocor, akan aku
cambuk toblos batok kepalanya!”
“Lewat beberapa bulan, pangeran cilik itu
memberitahukan kepada aku, bahwa ongya hendak
pergi lagi ke Mongolia. Lantas aku minta supaya aku
diajak, agar aku bisa bersembahyang di kuburan
suamiku. Ongya menerima baik permintaan itu. Dia
sangat menyayangi pangeran kecil itu, yang segala
keinginannya senantiasa dipenuhi. Oh, disana tidak
dapat aku mencari tulang-tulangnya si lelaki bangsat.
Lantas aku hendak mencari Kanglam Cit Koay.
Sungguh aku sangat beruntung, di sana aku dapatkan
tujuh saudara imam dari Coan Cin Kauw. Mataku tidak
bisa melihat, cara bagaimana aku bisa melawan
mereka? Di antara mereka, yang lihay tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalamnya adalah Tan Yang Cu Ma Giok. Asal ia
membuka mulutnya, walaupun ia tidak berbicara keras,
suaranya dapat terdengar sampai di tempat jauh.
Perjalananku ke Mongolia itu tidak sia-sia belaka. Aku
dapat mendesak kepada Ma Giok, hingga ia secara
sembarangan mengajari aku sepatah kata rahasianya
ilmu dalam. Sepulangnya ke istana, aku berdiam di
dalam terowongan dalam tanah, di mana aku
menyakinkan kepandaianku. Tidak dapat ilmu dalam
itu dipeljarakan tanpa petunjuk, aku mempelajarinya
dengan memaksa. Kesudahannya, separuh tubuhku ini
tidak dapat digeraki. Aku melarang si pangeran cilik
datang padaku. Ia tidak ketahui yang pelajaranku telah
tersesat. Coba kalau bocah ini tidak menerobos masuk
ke dalam terowongan, pastilah aku akan mati
kelaparan di dalam situ. Hm, rupanya dari si lelaki
bangsat yang memimpin bocah itu datang padaku,
supaya ia menolongi aku, supaya kemudian aku bunuh
si bocah untuk menuntu balas untuknya!”
Saking senang dan gembiranya, Tiauw Hong
tertawa berkakakan tak hentinya. Dia tertawa haha
tercampur hmhm, tertawa dingin!
Bab 22. Pertempuran Dahsyat
Wanita ini tertawa, hingga tubuhnya menggetar,
sedang tangan kanannya mengerahkan tenaganya.
Kwee ceng merasakan tenggorokannya tercekik keras
sekali. Di saat mati atau hidup itu, ia pegang tangan si
wanita, untuk dipaksa melepaskan cekikannya. Ia telah
mendapatkan pelajaran dari Ma Giok, ia sudah
menyakinkannya beberapa tahun, tenaga dalamnya
telah cukup kuat, sedang juga, ia dapat tenaga akibat
darah ular yang ia sedot. Pengejarannya Nio Cu Ong
dan pertempurannya sama Wanyen Kang
membuatnya tenaga obat menguatkan tubuhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka juga, ia berontak dengan berhasil.
Bwee Tiauw Hong terperanjat. “Tidak jelek
kepandaiannya bocah ini!” pikirnya. Dia lantas
menjambak pula, sampai tiga kali.
Kwee Ceng selalu berkelit dengan berhasil.
Panas hatinya Tiauw Hong, dia berseru panjang,
tangannya menyambar ke batok kepala. Itu dia
pukulannya yang berbahaya, pukulan Cwi-sim-ciang.
Kwee Ceng kalah pandai, tangan kanannya pun
masih dicekal si wanita, tidak dapat ia berkelit lagi.
Tapi dia pun nekat, maka ia angkat tangannya yang
kanan, untuk menangkis.
Begitu kedua tangannya beradu, Bwee Tiauw Hong
sudah lantas menarik pulang tangannya. Tangannya
itu telah tergetar, juga seluruh tubuhnya menjadi
panas. Ia menjadi heran sekali. Ia berpikir: “Aku
berlatih tanpa guru, aku tersesat. Bocah ini sebaliknya
sempurna ilmu dalamnya. Kenapa aku tidak mau
memaksa dia untuk mengajari aku?”
Maka kembali ia mencekik leher si bocah itu. “Kau
telah membunuh suamiku, tidak ada harapan algi
untuk kau hidup lebih lama!” ia kata dengan bengis.
“Tetapi jikalau kau meu dengar perkataanku, akan kau
membikin kau mati dengan puas! Jikalau kau
membela, aku nanti siksa padamu!”
Kwee Ceng tidak menjawab.
“Bagaimana Tan Yang Cu mengajarkan kau ilmu
bersemadhi?!” Tiauw Hong tanya.
Kwee Ceng dapat menerka isi hati orang. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpikir; Ah, kau ingin aku mengajarkan kau ilmu
tenaga dalam! Tidak nanti! Biar aku mati, tidak nanti
aku membikin harimau tumbuh sayap!” Maka ia lantas
tutup rapat kedua matanya, ia tidak pedulikan
ancamanan orang.
Bwee Tiauw Hong mengerahkan tenaga di tangan
kirinya, hal itu membuat Kwee Ceng merasai
lengannya sakit sekali. Tetapi ia sudah nekat, malah ia
kata: “Kau memikir untuk mendapatkan kepandaianku?
Hm! Baiklah siang-siang kau matikan keinginanmu itu!”
Tiauw Hong kendorkan pencetannya. “Aku berjanji
akan mengantarkan obatmu kepada Ong Cie It, untuk
menolongi jiwanya,” katanya lemah lembut.
Mendengar ini, Kwee Ceng berpikir. “Inilah urusan
penting,” katanya dalam hatinya. Lekas ia bilang:
“Baik! Tapi kau mesti bersumpah dulu – sumpah yang
berat, nanti aku ajarkan kau ilmu yang Ma Totiang
ajarkan aku.”
Tiauw Hong lantas saja menjadi kegirangan. “Orang
she Kwee….” katanya, dengan sumpahnya, “Sesudah
si bocah she Kwee yang baru mengajari aku ilmu
dalam dari Coan Cin Kauw, apabila aku si orang she
Bwee tidak mengantarkan obat kepada Ong Cie It,
biarlah tubuhku tidak dapat bergerak seluruhnya,
biarlah aku tersiksa untuk selama-lamanya!”
Wanita ini baru memberikan sumpahnya itu lalu
tiba-tiba di sebelah kiri mereka, sejarak belasan
tembok, ada orang membentak dengan dampratannya;
“Budak hina, lekas kau munculkan dirimu untuk terima
binasa!”
Kwee Ceng kenali itu suara bentakan, ialah dari
Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas ia dengar pula suara seorang lain, “Budak
cilik ini mesti ada di dekat-dekat sini! Jangan khawatir,
dia tidak bakal lolos!”
Sembari berbicara, mereka itu jalan pergi.
Kwee Ceng terkejut. “Kiranya Yong-jie masih ada
disini,” pikirnya. “Dan dia telah dipergoki mereka itu….”
Dia lantas berpikir pula. Setelah itu, ia kata kepada
Bwee Tiauw Hong; “Kau masih harus melakukan baik
satu hal lagi, jika tidak, kau boleh siksa aku, aku akan
tutup mulutku!”
“Masih ada apalagi?!” tanya Tiauw Hong yang
murka sekali.
“Aku ada punya satu sahabat, satu nona kecil,”
sahut si anak muda: “Sahabatku itu lagi dikejar-kejar
lawannya. Kau mesti turun tangan untuk menolongi
sahabatku itu!”
“Hm!” Tiauw Hong kasih dengar ejekannya. “Cara
bagaiman aku bisa mengetahui di mana adanya
sahabatmu itu? Sudah, jangan ngoceh terus! Lekas
kau jelaskan ilmu itu!” Dia pun kembali memencet.
Kwee Ceng menahan sakit, hatinya cemas dan
mendongkol. Ia membandel. “Kau mau menolongi atau
tidak, terserah padamu!” katanya keras. “Aku suka
bicara atau tidak, terserah padaku!”
Tiauw Hong kewalahan. “Baiklah bocah, aku
menerima baik permintaanmu,” bilangnya. “Bocah cilik
yang bau, aku tidak sangka Bwee Tiauw Hong satu
jago yang telah malang melintang di kolong langit ini,
sekarang aku mesti menyerah kepada segala
kehendakmu!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tidak menyahuti, dia hanya berkoakkoak:
“Yong-jie, ke mari! Yong-jie! Yong-jie…..”
Baru dua kali Oey Yong dipanggil, tiba-tiba dia telah
muncul dari gerombolan pohon kembang mawar di
samping mereka. Dia lantas menyahuti: “Sudah lama
aku ada di sini….!”
Memang nona itu sudah sekian lama bersembunyi
di situ, maka itu dia pun telah denar pembicaraan di
antara Tiauw Hong dan Kwee Ceng. Dia menjadi
terharu dan tertarik hatinya kepada si pria, yang begitu
perhatikan dan menyayangi kepadanya. Tanpa
merasa, air matanya turun meleleh di kedua belah
pipinya yang halus. Tapi ia tidak menangis terus,
hanya ia lantas kata pada Bwee Tiauw Hong: “Bwee
Jiak Hoa, lekas kau merdekakan dia!”
Kwee Ceng heran, begitu pun Bwee Tiauw Hong.
Bwee Jiak Hoa itu adalah nama benar dari Tiauw
Hong, nama sebelum ia berguru, nama itu tidak
dikenal kaum kongouw. Nama itu pun sudah beberapa
puluh tahun tidak pernah terdengar lagi. Sekarang
Tiauw Hong dengar nama orang menyebutnya, ia
terperanjat. “Kau siapa?!” ia tanya, suaranya
bergemetar.
Oey Yong menjawab, katanya: “Di dalam tumpukan
cita menyembunyikan pedang mustika, dalam suara
seruling dan tambur ada si bintang tetamu….Aku she
Oey….”
Tiauw Hong menjawab terlebih kaget lagi.
“Kau…kau….!” tanyanya membentak.
“Kau bagaimana?!” balas tanya Oey Yong. “Masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ingkatkah kau kepada puncak Cek Cui Hong, gua Twie
In Tong dan paseban Sie Kiam Teng dari pulau Thohoa-
to di Tang Hay?”
Tiauw Hong berdiam, ia merasakan seperti
tubuhnya melayang-layang. Semua puncak, gua dan
paseban itu adalah tempat, dimana ia biasa pesiar
semasa dia masih belajar silat. Heran ia akan
mendengar disebutnya semua itu.
“Kau pernah apa dengan Oey Suhu, yang namanya
Yok di atas dan Su di bawah?” ia tanya kemudian.
“Bagus!” seru si nona. “Kau nyatanya belum
melupai ayahku! Tapi juga ayahku belum
melupakannya kau! Dia telah datang sendiri
menjenguk padamu!”
Tiauw Hong ingin berbangkit bangun akan tetapi
kakinya tidak mau menurut perintah. Ia menjadi kaget,
seumpama kata semangatnya terbang pergi. Ia
menjadi bingung sekali.
“Lekas lepaskan dia!” Oey Yong berkata pula.
Tiba-tiba pula Tiauw Hong ingat: “Selama ini suhu
tidak pernah meninggalkan Tho Hoa To, maka cara
bagaimana dia bisa datang kemari? Bukankah aku
tengah di perdayakan?”
Menyaksikan keragu-raguan orang, Oey Yong
berlompat tinggi setombak lebih, selagi lompat, ia putar
tubuhnya dua kali sebelum tubuhnya turun, ia
menyerang ke arah Tiauw Hong. Itulah jurus “Burung
garuda terbang ke langit” dari Cwie-sim-ciang. Sembari
menyerang, ia menaya: “Kau sudah mencuri kitab Kiu
Im Cie Keng, kau mengertikan jurus ini?”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiauw Hong merasakan serangan itu dari anginnya
saja, ia angkat tangannya untuk menangkis seraya ia
berkata: “Sumoay, marilah kita bicara baik-baik! Mana
suhu?”
Oey Yong tidak segera menjawab, di waktu
tubuhnya turun ke bawah, ia lantas ulur tangannya
akan sambar Kwee Ceng guna ditarik.
Memang Oey Yong ini adalah putrinya Oey Yok Su,
Tocu pemilik pulau dari pulau Thoa Hoa To di Tang
Hay, Laut Timur. Dia adalah anak tunggal dan
tersayang. Ibunya telah meninggal dunia karena
kesulitan bersalin setelah ia dilahirkan. Dalam
kedukaannya, Oey Yok Su menghibur diri dengan
merawat dan memanjakan putrinya ini dengan dibantu
sejumlah pelayan. Karena ia sangat disayang, ia
menjadi sangat nakal. Ia cerdas sekali tetepi dalam
pelajaran ilmu silat, ia kurang bersungguh-sungguh, ia
tidak dipaksa ayahnya itu yang ingat ia masih berusia
terlalu muda. Maka itu, walaupun Oey Yok Su ada satu
jago yang lihay, anaknya baru mendapat permulaan
saja dari kepandaiannya itu.
Pada suatu hati Oey Yong pesiar kelilingan di
pulaunya itu, sampai ia tiba di gua, dimana ayahnya
telah mengurung musuhnya. Ia bicara sama musuh itu.
Ia merasa kasihan, ia memberikan sedikit arak.
Belakangan Oey Yok Su ketahui perbuatan anaknya
itu, ia gusar, ia tegur anaknya itu. Belum pernah Oey
Yong ditegur, ia menjadi tidak senang, maka itu ia
pergi buron dengan menaiki sebuah getek kayu. Ia
menyamar sebagai satu pemuda melarat, ia pergi ke
mana ia suka, sampai di Kalgan ia – diluar dugaannya
– bertemu sama Kwee Ceng, malah keduanya tertarik
satu pada yang lain hingga mereka lantas saja menjadi
bersahabat erat. Oey Yong pernah dengar ayahnya
omong tentang Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua murid ayahnya itu, maka itu ia jadi tahu nama
benar dari Tiauw Hong. Tentang kata-katanya tadi,
yaitu: “ Di dalam tumpukan cita menyembunyikan
pedang mustika, dalam suara seruling dan tambur ada
si bintang tetamu”, itulah nyanyiannya Oey Yok Suk
yangs ering dinyanyikan, maka setiap muridnya kenal
itu baik sekali. Ia sengaja menyebutkan itu, untuk
menggertak kepada Tiauw Hong, yang kepandaiannya
tidak dapat ia tandingi. Benar-benar Tiauw Hong jeri
dan melepaskan Kwee Ceng.
Tiauw Hong masih berpikir: “Suhu telah datang,
entah dengan cara apa dia bakal menghukum aku…”
Mukanya menjadi pucat kapan ia ingat kebengisannya
Oey Yok Su, tubuhnya menggigil sendirinya. Ia buta
tetapi ia seperti membayangkan guru itu dengan
bajunya warna kuning muda, dengan pundaknya
menggendol sebuah pacul kecil peranti menggali obatobatan,
lagi berdiri di hadapannya. Mendadak
tubuhnya menjadi lemas, seperti habis sudah ilmu
silatnya, ia terus mendekam ke tanah seraya berkata:
“Teecu ketahui dosaku yang mesti dibunuh berlaksa
kali, tetapi teecu mohon sukalah guru mengampunkan
teecu dari hukuman mati mengingat mata teecu telah
buta dan separuh tubuhku cacat…”
Kwee Ceng heran menyaksikan orang demikian
ketakutan dan pasrah sedang begitu jauh yang ia
ketahui, si Mayat Besi biasanya galak dan telengas,
musuh bagaimana tangguh juga tidak dapat buat ia
jeri.
Oey Yong tertawa di dalam hatinya. Ia tarik tangan
Kwee Ceng, terus ia menunjuk ke luar jendela. Itu
artinya ia mengajak sahabat itu lari bersama, buat
menyingkir dari istana itu.
Kwee Ceng baru memandang ke tembok tatkala di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belakang mereka, mereka dengar satu suara seruan
yang disusul tertawa panjang, lalu di sana muncul
seorang yang tangannya menggoyang-goyang kipas.
“Anak yang baik, aku tidak kena kau jual!” orang itu
berkata sambil tertawa.
Oey Yong lantas kenali Auwyang Kongcu, yang ia
tahu ilmu silatnya lihay, dan orang pun hendak
membekuk padanya. Ia mengerti yang ia sukar lolos,
tetapi ia cerdik sekali, segera ia dapat akal, lantas ia
menghadapi Bwee Tiauw Hong dan berkata: “Bwee
Suci, ayah paling dengar perkataanku, sebentar nanti
aku mohonkan ampun kepadanya, hanya sekarang
kau mesti mendirikan dulu beberapa jasa baik, supaya
ayah suka mengampunkannya.”
“Jasa baik apakah itu?” Bwee Tiauw Hong tanya.
“Ada orang busuk lagi menghina aku,” Oey Yong
terangkan. “Akan aku berpura-pura tidak sanggup
melawan, kaulah yang mesti hajar dia. Sebentar ayah
datang, kapan ia lihat kau membantui aku, hatinya
tentu girang.”
Tiauw Hong suka memberikan bantuannya. Katakatanya
ini sumoy, adik seperguruan, membuat ia
mendapat harapan, hingga semangatnya bangun
dengan mendadak.
Sementara itu Auwyang Kongcu lagi mendatangi
bersama keempat murid wanitanya. Begitu dia tiba di
depan mereka bertiga, Oey Yog tarik tangannya Kwee
Ceng, untuk memernahkan diri di belakangnya Bwee
Tiauw Hong. Nona ini telah pikir, begitu lekas Tiauw
Hong dan si kongcu bertempur, ia mau ajak
sahabatnya itu menyingkirkan diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu melihat Tiauw Hong sedang
duduk numprah, nyonya itu berserba hitam dan
romannya tidak luar biasa, ia ulur tangannya akan
sambar Oey Yong. Mendadak saja ia merasakan angin
menyambar ke arah dadanya, ia lihat tangan si nyonya
menjambak secara hebat. Ia kaget bukan main. Belum
pernah ia mendapat serangan sehebat ini. Lekas-lekas
ia mengetok denagn kipasnya ke lengan si nyonya,
tubuhnya pun dibawa berlompat berkelit. Walaupun
begitu, ia masih kurang sebat, dengan menerbitkan
suara memberebet, ujung bajunya robek sepotong
sedang kipasnya patah menjadi dua potong. Yang
membikin ia terkejut sekali adalah keempat muridnya
telah roboh terguling, apabila ia mendekati mereka,
untuk memeriksa, nyata mereka sudah putus jiwanya
semua, otak mereka telah dilobangi lima jari tangan.
Itulah cengkeraman Kiu Im Pek-kut Jiauw.
Kongcu ini menjadi murka sekali, tidak banyak
omong lagi, ia lompat maju, untuk menyerang Bwee
Tiauw Hong. Ia keluarkan kepandaiannya yang
istimewa, ialah “Sin To Soat San Ciong”, atau “Unta
Sakti Gunung Salju”.
Bwee Tiauw Hong membuat perlawanan dengan
Kiu Im Pek-kut Jiauw, kedua tangannya bergerak
panjang dan pendek, sambungan tulang-tulangnya
mengasih dengar suara meretek, hingga Auwyang
Kongcu tidak berani merapatkan diri.
Oey Yong hendak menggunai ketikanya untuk
menyingkir, ia baru menarik tangan Kwee Ceng atau
tiba-tiba ia dengar bentakan di belakangnya, disusul
sama serangan dua tangan. Itulah Hauw Thong Hay
yang telah datang ke situ dan lantas menyerang, ke
arah muka, sebab dia tahu si nona memakai lapis
berduri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Segera setelah itu, ke situ pun datang See Thong
Thian bersama Nio Cu Ong dan Pheng Lian Houw.
Chao Wang bersama putranya repotnya mencari
orang yang menculik onghui, mereka berlari-lari
bersama barisan pengiring mereka, di dalam dan di
laur istana.
Nio Cu Ong lihat bagaimana Auwyang Kongcu
terdesak, sampai bajunya robek dan terlihat baju
dalamnya. Ia pun lantas ingat bagaimana di dalam gua
ia telah dipermainkan nyonya itu, ia menjadi gemas
sekali sambil berseru, ia maju akan membantui si
pemuda mengepung.
See Thong Thian dan Pheng Lian Houw menanti di
pinggiran, bersiap untuk membantui. Hati mereka
tapinya gentar menyaksikan kehilayan si nyonya.
Oey Yong main berkelit terhadap pelbagai serangan
Hauw Thong Hay, ia membuatnya orang she hauw itu
kewalahan.
Tidak lama, Bwee Tiauw Hong merasakan repot
melayani dua lawan yang tangguh. Tiba-tiba ia tarik
sebelah tangannya dan menyambar bebokongnya
Kwee Ceng seraya ia berseru: “Kau podong kedua
kakiku!”
Kwee Ceng kaget, ia tidak mengerti maksud orang,
akan tetapi ia insyaf bahwa mereka bekerjasama
menangkis musuh, ia turut perkataan orang itu, segera
ia membungkuk memegang kedua pahanya Tiauw
Hong, untuk diangkat.
Dengan tangan kirinya Tiauw Hong tangkis
serangan Auwyang Kongcu, dengan tangan kanannya
ia jambak Nio Cu Ong, semabri berbuat demikian, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kata kepada Kwee Ceng: “Kau pondong aku, kau kejar
si orang she Nioitu!”
Baru sekarang Kwee Ceng mengerti maksud orang.
Pikirnya: “Dia tidak dapat menggunai kedua kakinya,
dia membutuhkan bantuanku!” Ia terus bekerja. Ia
bukan lagi pondong si nyonya, dia hanya
memanggulnya, lalu dia bergerak kesana ke mari
menuruti setiap petunjuk nyonya itu, untuk maju
memburu, guna mundur sembari menangkis atau
berkelit. Ia bertenaga besar, enteng tubuhnya, dan
tubuh Tiauw Hong tidak berat, ia jadi dapat berbegrak
dengan leluasa. Maka setelah itu Tiauw Hong manjadi
menang diatas angin.
“Bagaimana sih caranya menyakinkan ilmu dalam?”
dia tanya Kwee Ceng selagi ia melayani musuh. Dia
tidak dapat melupakan ilmu itu.
“Dudk numprah, lima hati di hadapkan ke langit,”
Kwee ceng menjawab.
“Apa itu ynag dinamakan lima hati?” Tiauw Hong
menanya pula.
“Dengan itu dimaksudkan telapakan dua tangan,
telapakan kedua kaki dan embun-embunan.”
Girang Tiauw Hong hingga ia menjadi bersemangat,
hingga ketika ia menjambret Nio Cu Ong, dia dapat
mengcengkram pundaknya. Maka tidak tempo lagi,
pundaknya orang she Nio itu berlumuran darah, hingga
ia mesti melompat menyingkir.
Kwee Ceng lompat, untuk memburu, tatkala ia
melihat Kwie-bun Liong Ong See Thong Thian maju
membantu suteenya untuk menggerubungi Oey Yong,
ia menjadi kaget, lantas ia putar tubuhnya. “Hajar dulu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ini dua orang!” ia kata pada Tiauw Hong.
Nyonya itu sudah lantas kasih bekerja kedua
tangannya, ynag kiri ke arah bebokongnya Hauw
Thong Hay. Dia ini mengkeratkan diri, untuk berkelit. Di
luar dugaannya tangan si nyonya, maka kagetlah ia
tempo bebokongnya kena dijambak, hingga tubuhnya
segera diangkat, sedang di lain pihak lima jari tangan
kanan si nyonya itu menyambar ke abtok kepalanya.
tanpa berdaya lagi, ia menjadi lemas sekujur tubuhnya,
tak dapat ia bergerak lagi.
SeeThong Thian menyaksikan itu, kagetnya bukan
main. Ia berlompat, untuk menghalau lengan nyonya
itu. Karenanya kedua tangan beradu satu sama lain.
keduanya menjadi kaget, tangan mereka sama-sama
kesemutan.
Berbareng dengan itu, dari arah kiri terdengar suara
angin menyambar. Itulah serangan kim-chie-piauw,
atau senjata rahasia yang berupa uang dari Pheng
Lian Houw.
Tiauw Hong dapat tahu datangnya serangan gelap,
ia menangkis dengan melemparkan tubuhnya Hauw
Thong Hay ke arah datangnya piauw itu, maka Thong
Hay lantas saja berkoak, “Aduh!” karena tepat ia
terkena piauw itu.
See Thong Thian kaget, apapula ia dapatkan tubuh
sutee itu bakal jatuh ke tanah. Kalau ia terbanting,
celakalah sutee itu. Terpaksa ia melompat maju, untuk
menanggapi dengan menyambar pinggang si adik
seperguruan itu, ynag terus ia lemparkan. Maka kali ini
Thong Hay bisa kerahkan tenaganya, hingga ia jatuh
dengan wajar.
Tiauw Hong melemparkan tubuh orang dan See
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thong Thian menolongi sutee itu, semua itu terjadi
dalam sejenak, menyusuli itu, Tiauw Hong segera
diserang dari tiga penjuru, oleh piauwnya Pheng Lian
Houw, oleh Auwyang Kongcu dan See Thong Thian.
Bwee Tiauw Hong memasang kupingnya, lantas
jari-jari tangannya dipakai menyentil, akan menyentil
balik setiap piauw, dari itu, semua piauw itu mental
kembali, menyerang kepada Auwyang Kongcu, Pheng
Lian Houw dan See Thong Thian, juga kepada Nio Cu
Ong, yang turut maju pula.
“Apakah itu yang dinamakan mengumpulkan ngoheng?”
Tiauw Hong menanya lagi.
“Itulah kayu dari Tong-hun, emas dari See-pek, api
dari Lam Sin, air dari Pak Ceng, dan tanah dari Tiong
Ie.”
Ngo-heng ialah kayu, emas, api, air dan tanah.
“Apakah itu yang disebut mengakurkan su-ciang?”
“Itu artinya menyimpan mata, mengebalkan kuping,
meluruskan napas dan menutup lidah.”
“Tidak salah! Itu yang dinamakan ngo-kie-tiauwgoan
– lima hawa dipusatkan kepada asalnya?”
“Itulah, mata tidak melihat tetapi semangatnya ada
di jantung, kuping tidak mendengar tetapi
pendengarannya ada di geginjal, lidah tidak berbunyi
tetapi pemikirannya ada di hati, dan hidung tidak
mencium bau tetapi rohnya ada di peparu.”
Girang Tiauw Hong mendapatkan keterangan ini.
Sudah belasan tahun ia menyakinkan Kiu Im Cie Keng,
tidak pernah ia mengerti itu. Maka ia menanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begini ia telah memecah perhatiannya, belum
lagi Kwee Ceng menjawab ia, pundak kirinya dan iga
kanannya telah terkena hajar oleh Auwyang Kongcu
dan See Thong Thian. Ia bertubuh kuat akan tetapi toh
hajaran itu membikin ia merasakan sangat sakit.
Oey Yong pun menjadi cemas. Ia mengharap Tiauw
Hong bisa melibat musuh-musuhnya, supaya ia bisa
ajak Kwee Ceng kabur, siapa tahu, pemuda ini mesti
membantui orang.
Segera juga Tiauw Hong terdesak dibawah angin.
Ia heran atas tidak datangnya bala bantuan, maka
akhirnya ia teriaki Oey Yong: “Eh, darimana kau
memancing begini banyak musuh lihay? Mana suhu?”
Ia menanya demikian, sebenarnya ia berkhawatir.
Sungguh tak ingin ia bertemu sama gurunya, yang ia
tahu telengas,
“Dia bakal segera datang!” Oey Yong menyahuti.
“Mereka ini bukannya tandinganmu! Umpama kata kau
duduk di tanah, mereka tidak nanti dapat mengganggu
selembar rambutmu!” Ia ingin membangkitkan
kejumawaannya si Mayat Besi, supaya Kwee Ceng
dilepaskan. Tetapi Tiauw Hong tengah sulit sekali, ia
repot melayani musuh-musuhnya.
Nio Cu Ong berseru, ia berlompat menerjang.
Tiauw Hong merasakan ada serangan di kiri dan
kanannya, ia mementang kedua tangannya untuk
menangkis, tetapi ia merasakan rambutnya ada yang
tarik. Itulah nio Cu Ong, yang menyambar rambutnya
itu. Ia kaget, begitu pun Oey Yong.
Nona ini segera menyerang punggungnya orang
she Nio itu, atas mana Cu Ong menangkis dengan
tangan kanannya, sekalian dia hendak membangkol
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya si nona itu, sedang tangan kirinya tidak
melepaskan rambutnya si Mayat Besi.
Untuk membebaskan dirinya, Tiauw Hong
menyambar ke rambutnya, maka bagaikan sitebas,
rambutnya itu kutung putus, menyusul mana, ia serang
Nio Cu Ong.
Dengan mencelat ke samping, Cu Ong menolong
dirinya. Sementara itu Pheng Lian Houw lantas
mengetahui wanita itu adalah Bwee Tiauw Hong, salah
satu dari Hek Hong Siang sat, maka itu, apabila ia
dapat kenyataan Oey Yong membnatui si Mayat
Hidup, dia menegur : “Eh, budak cilik! Kau bilang kau
bukannya murid Hek Hong, nyata kau mendusta!”
Oey Yong tidak mau mengalah. “Dia guruku?” dia
membalik, mengejak. “Lagi seratus tahun ia belajar
silat, dia masih belum mampu menjadi guruku!”
Lian Houw heran. Terang mereka berdua sama ilmu
silatnya. Kenapa si nona menyangkal? Kenapa
agaknya si nona tidak menghormati Tiauw Hong itu?
Justru itu terdengarlah suaranya See Thong Thian:
“Memanah orang lebih dulu memanah kudanya!” Katakata
itu ditujukan kepada Kwee Ceng, yang ia lantas
rabu kakinya.
Tiauw Hong kaget. Ia tahu Kwee Ceng masih
lemah, kalau naka itu roboh, ia pun bisa susah. Maka
itu, ia membungkuk, untuk menyambut kakinya orang
she See itu. Justru itu, dengan tubuhnya si nyonya
turun rendah, Auwyang Kongcu membarengi
menumbuk bebokongnya.
Tiauw Hong mengasih dengar suara “Hm!”
Mendadak saja tangan kanannya terayun, lalu terlihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkelebatnya satu sinar putih terang. Nyata ia telah
kasih keluar cambuknya, dengan apa ia menyambet ke
empat penjuru. Cambuknya itu bergerak bagaikan
naga beracun, hingga empat lawannya mesti
menjauhkan diri.
Pheng Lian Houw berpikir: “Ini perempuan buta
mesti lebih dulu dibinasakan, jikalau suaminya si
Mayat Perunggu keburu datang, sungguh sulit!” Ia
memikir demikian karena ia tidak tahu Tan Hian Hong
sudah terbinasa.
Sebenarnya cambuk Tong-liong Gin-pian dari Bwee
Tiauw Hong lihay sekali, di dalam kalangan enam
tombak, siapa kena dicambuk, dia mesti terbinasa,
cuma sekarang ia menghadapi Auwyang Kongcu
berempat…semua bukan sembarang orang. Ia cuma
bisa membikin mereka itu merenggangkan diri.
Pheng Lian Houw penasaran, sambil berseru, dia
menjatuhkan diri, untuk menyerbu dengan bergulingan.
Tiauw Hong tidak tahu orang hendak membokong
dia, dia tetapi melayani ketiga musuhnya. Adalah
Kwee Ceng, yang menjadi kaget sekali, dalam
takutnya, ia menjerit. Atas ini tahulah Tiauw Hong atas
datangnya musuh-musuh, ia lantas ulur tangan kirinya,
guna menjambret si orang she Pheng itu.
Oey Yong tidak dapat membantu Tiauw Hong lagi,
karena cambuk orang merintangi majunya. Dilain
pihak, ia melihat ancaman bahaya untuk si Mayat Besi
– artinya untuk ia sendiri berdua sama Kwee Ceng. Ia
lantas dapat akal, maka ia berteriak: “Semua berhenti!
Aku hendak bicara!”
Pheng Lian Houw, yang bisa membebaskan diri,
begitupun ketiga kawannya, tidak mengambil mumat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas teriakan itu, mereka terus mengurung.
Oey Yong berkhawatir dan penasaran, hendak ia
berteriak pula, atau tiba-tiba ia dengar lain orang
mendahulukan padanya: “Semua berhenti, aku hendak
ada bicara!” Suara itu datangnya dari arah tembok.
Oey Yong segera berpaling. Enam orang, yang
tubuhnya tinggi kate tdak rata, tertampak berdiri di atas
tembok. Tapi malam ada gelap, muka mereka tidak
terlihat nyata.
Pheng Lian Houw semua tahu, ada datang orang
dari pihak ketiga, merek atidak ambil peduli, mereka
berkelahi terus.
Rupanya keenam orang di atas tembok itu tidak
dapat manahan sabar, dua diantaranya sudah lantas
lompat turun. Merek ini masing-masing bersenjatakan
joan-pian dan pikulan besi, dengan senjatanya itu,
mereka lantas serang Auwyang Kongcu. Orang yang
mencekal joan-pian itu, cambuk emas, ynag tubuhnya
kate, membarengi mendamprat: “Bangsat tukang petik
bunga, kemana kau hendak lari?!”
Kwee Ceng dengar suara orang, ia menjadi girang
sekali. “Suhu lekas tolongi teecu!” ia berteriak.
Memang keenam orang itu adalah Kanglam Liok
Koay. Sejak di Utara mereka terpisah dari Kwee Ceng,
muridnya mereka itu, kemudian mereka menguntit
delapan murid wanita dari Pek To San. Diwaktu
malam, mereka lantas mempergoki Auwyang Kongcu
beserta sekalian muridnya merampas anak gadisnya
suatu keluarga baik-baik. Mereka gusar, mereka lantas
menyerang.
Auwyang Kongcu membuat perlawanan, tetapi Liok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koay telah berlatih bersungguh-sungguh di gurun
pasir, telah memperoleh banyak kemajuan, mereka
membikin ia kewalahan. Begitulah tubuhnya kena
dihajar tongkatnya Kwa Tin Ok dan kakinya tertendang
Cu Cong. Merasa tidak ungkulan, terpaksa ia lepaskan
si nona mangsanya itu dan lari kabur. Dua muridnya
terhajar binasa masing-masing oleh Lam Hie Jin dan
Coan Kim Hoat.
Wat Lie Kiam Han Siauw Eng lantas menolong si
nona, yang ia gendong pulang ke rumahnya.
Kemudian Auwyang Kongcu dikejar, tetapi ia licin dan
dapat meloloskan diri. Liok Koay juga tidak mengejar
dengan berpisahan, karena mereka ketahui, kalau
bertempur satu lawan satu, pihaknya tidak sanggup.
Tapi mereka terus melakukan penyeledikan. Inilah
tidak sukar, sebab rombongannya Auwyang Kongcu
gampang dikenali dari dandanan mereka yang serba
putih itu. Begitulah mereka menguntit hingga di onghu,
istananya Chao Wang itu.
Diwaktu gelap, gampang sekali untuk melihat
pakaiannya rombongan Auwyang Kongcu itu, maka itu
Lam Hie Jin dan Han Po Kie sudah lantas melakukan
penyerangan. Mereka kaget akan dengar teriakannya
Kwee Ceng. Empat yang lainnya turut heran juga.
Merekanjuga lantas mengawasi, hingga mereka dapat
lihat dengan tegas: Bwee Tiauw Hong si Mayat Besi
telah bersilat dengan cambuknya, dia sepertinya duduk
bersilat di pundaknya Kwee Ceng. Rupanya bocah itu
berada dibawah pengaruh orang. Karena ini tanpa
bersangsi lagi, Han Siauw Eng maju menyerang si
Mayat Besi yang ia sangat benci itu, sedang Coan Kim
Hoat maju untuk menolongi muridnya.
Pheng Lian Houw semua heran atas datangnya
enam orang itu, apapula mereka itu lantas menyerang
Auwyang Kongcu, menyerang si Mayat Besi juga. Lian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Houw lantas menggulingkan tubuh, akan keluar dari
gelangan. Kemudian ia berteriak: “Semua berhenti!
Aku hendak bicara!” Teriakannya nyaring sekali,
menulikan telinga.
Nio Cu Ong bersama See Thong Thian
mendahulukan mundur.
Kwa Tin Ok, yang dengar teriakan hebat itu,
percaya yang orang adalah orang lihay, maka ia pun
teriaki saudara-saudaranya: “Shatee dan citmoay,
tahan dulu!”
Dua saudara itu menurut, begitupun yang lainnya,
mereka semua mundur.
Tiauw Hong pun sudah berhenti bersilat, ia hanya
bernapas memburu.
Oey Yong sudha lantas menghampirkan murid
ayahnya itu. “Kali ini kau telah berjasa!” katanya. Tapi
kepada Kwee Ceng ia memberi tanda dengan gerakan
tangan, agar sahabatnya itu melemparkan tubuh
orang.
Kwee Ceng mengerti, untuk simpangi perhatian si
Mayat Besi, ia memberi keterangan atas pertanyaan
orang tadi. Akhirnya ia berkata: “Nah, kau ingatlah
baik-baik!” Berbareng dengan itu, dengan
mengerahkan tenaga, ia melemparkan tubuh si nyonya
sampai jauhnya setombak lebih, ia sendiri segera
lompat mundur. Hanya, belum lagi ia menaruh kaki di
tanah, cambuk perak yang bergemerlapan sudah
lantas menyambar kepadanya. Cambuk itu ada banyak
gaetannya.
“Celaka!” teriak Han Po Kie, yang menyaksikan
bahaya mengancam muridnya. Tanpa ayal lagi ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang dengan Kim-liong-pian, cambuknya, si
Naga Emas. Maka kedua cambuk itu beradu keras. Ia
kaget, telapakan tangannya sakit. Cambuknya itu
terlepas, terlibat dan tertarik sama cambuknya Bwee
Tiauw Hong. Ia menyerang Kwee Ceng begitu lekas ia
dapatkan tubuhnya dilemparkan. Ketika ia jatuh ke
tanah, lebih dahulu ia menampa dengan tangannya,
habis itu ia duduk dengan hati-hati. Ia ketahui
datangnya Kanglam Liok Koay begitu lekas ia dengar
suaranya Kwa Tin Ok. Ia mendongkol berbareng
khawatir. Ia pikir: “Aku cari mereka ke mana-mana,
hari ini mereka mengantarkan diri. Coba hari bukannya
hari ini, pasti aku bersyukur sangat kepada Langit dan
Bumi. Sekarang ini aku lagi dikurung oleh musuh, aku
hampir tidak dapat bertahan, jikalau aku mesti tambah
musuh dalam dirinya Tujuh Manusia Aneh ini, pastilah
aku bakal binasa….” Ia lantas mengertak gigi. Ia lantas
mengambil keputusan: “Nio Lao Koay beramai tak ada
permusuhannya dengan aku, maka hari ini baiklah aku
terbinasa bersama-sama dengan Cit Koay saja!” Ia
cekal keras cambuknya, ia memasang kuping, akan
dengari gerak-geriknya Cit Koay itu. Ia tahu orang
muncul yang berenam, ia heran: “Dari Cit Koay cuma
muncul yang enam, entah yang satunya lagi
bersembunyi di mana…?” Ia tidak tahu yang Siauw Bie
To Thio A Seng telah terbinasa di tangan suaminya.
Liok Koay bersama rombongannya Nio Cu Ong
berdiam semua, mereka pun memernahkan diri di
jarak tujuh tombak dari wanita kosen itu yang
cambuknya sangat lihay.
“Anak Ceng, kenapa mereka itu bertempur?” Cu
Cong berbisik kepada muridnya. “Kua sendiri,
mengapa kau bantui perempuan siluman itu?”
“Mereka hendak membunuh aku, dia menolongi,”
jawab Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Biauw Ciu Sie-seng heran.
“Aku minta kau memberitahukan nama kamu?!” Nio
Cu Ong menegur Kanglam Liok Koay. “Tengah malam
buta, kau lancang masuk ke dalam istana, kamu
hendak berbuat apa?”
“Aku she Kwa,” menyahut Tin Ok. “Kami bersaudara
bertujuh orang. Orang Kangouw menyebut kami
Kanglam Cit Koay.”
“Oh, Kanglam Cit Koay!” kata Pheng Lian Houw.
“Sudah lama aku mengagumi nama kamu!”
See Thong Thian tapinya berteriak: “Bagus! Cit
Koay telah datang sendiri! Aku orang she See hendak
belajar kenal, untuk melihat Cit Koay yang namanya
demikian besar, kepandaiannya sebenarnya
bagaimana!”
Thong Thian gusar karena ia ingat penghinaan yang
diterima empat muridnya. Ia lantas lompat ke
depannya Pheng Lian Houw.
Auwyang Kongcu berdiam sambil bersiap. Ia
bermusuh dengan Liok Koay dan Bwee Tiauw Hong,
yang satu merusak usahanya, yang lainnya
membinasakan muridnya atau gundiknya tersayang.
Inilah ketikanya untuk turun tangan.
See Thong Thian maju sambil mengawasi keenam
Manusia Aneh itu. Ia dapatkan Kwa Tin Ok bercacat
mata dan kakinya, Han Siauw Eng satu nona yang
manis, Coan Kim Hoat kurus kering, Han Po Kie kate
dampak dan gemuk, sedang Cu Cong lemah lembut
bukan seperti orang Rimba Persilatan. Cuma Lam San
Ciauw-cu Lam Hie Jin, yang romannya gagah. Karena
itu, segera ia serang si Tukang Kayu dari gunung Lam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
San itu.
Lam Hie Jin menancap pikulannya, tanpa bersuara,
ia menangkis serangan. Ia lihay akan tetapi baru
beberapa jurus, tahulah ia bahwa ia bukannya
tandingan musuh she See itu. Karena ini, Han Siauw
Eng lantas maju dengan pedangnya dan Coan Kim
Hoat dengan dacinnya.
Pheng Lian Houw tidak berdiam saja melihat
kawannya dikerubuti, sambil berseru keras, ia lompat
maju akan rintangi Coan Kim Hoat, yang senjatanya
yang luar biasa itu hendak dirampasnya. Tapi Kim
Hoat lihay, gerakannya aneh, ia serangn musuh ini
hingga si musuh kaget dan mesti berkelit dengan
lompatan jungkir balik “Ular naga membalik tubuh.”
“Eh, senjata apa senjata kau ini?” dia tanya, heran,
sesudah berkelit ke kiri dan ke kanan. “Ini toh barang
yang diperantikan menimbang di pasar tetapi kau
pakai untuk menyerang orang!”
Coan Kim Hoat mendongkol dan menyahut: “Dacin
ini untuk menimbang kau, babi!”
Lian Houw murka dikatakan babi, lantas ia
menyerang dengan hebat, hingga ia membikin Kim
Hoat terdesak.
Meyaksikan saudara keenamnya itu kewalahan,
Han Po Kie berlompat maju. Cambuknya kena
dirampas Bwee Tiauw Hong tetapi ia punyakan
kepalannya.
SeeThong Thian dan Pheng Lian Houw benar lihay,
walaupun mereka dikepung, mereka masih menang
diatas angin. Karena ini, Kwa Tin Ok dan Cu Cong
lantas maju, untuk membantui saudara-saudaranya itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan begitu, mereka jadi bertempur dalam dua
rombongan dengan masing-masing tiga lawan satu.
Kali ini pihak Liok Koay yang menang di atas angin.
Pertempuran di antara Oey Yong dan Hauw Thong
Hay juga berjalan dengan seru. Sebenarnya Thong
Hay lebih lihay terapi ia kalha gesit dan ia pun jeri
untuk beju lapis si nona, dari itu tidak berani ia
menghajar tubuh orang. Karena ini Oey Yong yang
dapat mendesak, hingga lawannya itu main mundur.
Auwyang Kongcu telah memasang mata, ia ketahui
pihaknya keteter, maka ia lantas mengambil
keputusan: “Baiklah aku binasakan dulu ini beberapa
manusia jahat. Si wanita siluman, biar bagaimana tidak
nanti ia dapat kabur, dia boleh dibereskan
belakangan…” Segera ia lompat ke sampingnya Kwa
Tin Ok. Ia bergerak dengan jurus “Sekejap seribu lie”
dari ilmu silatnya Sin To Soat-san-ciang. Ia pun lantas
membentak: “Kamu usilan, bangsat buta, maka kau
rasailah lihaynya kongcumu!” Lalu tangannya
kanannya meninju.
Kwa Tin Ok mendengar suara angin di kanan, ia
menangkis dengan ujung tongkatnya, tetapi ia
kebogehan, sebab serangan datang dalam rupa
tangan kiri lawan. Ia lantas saja berkelit denagn
mendak, berbareng dengan mana, ia menyerang pula
dengan jurusnya “Arhat menunjuk pengaruh”.
Auwyang Kongcu menyingkir dari serangan itu,
tetapi ia bukannya menyingkir untuk berlari, hanya ia
lompat kepada Lam Hie Jin, yang ia terus serang,
hingga Hie Jin terkejut dan mesti berbalik akan
melayani.
Melayani Hie Jin pun Auwyang Kongcu pun tidak
mau mengulur tempo, ia lantas tinggalkan musuh ini,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk menyerang yang lain. Begitu ia berkelahi, hingga
ia menempur Liok Koay dengan bergantian. Maka
teranglah, ia tengah mengganggu musuh-musuhnya
itu, hingga Pheng Lian Houw dan See Thong Thian
jadi dapat bernapas.
Suasana kembali terbalik, Liok Koay yang mulai
keteter pula.
Nio Cu Ong sementara itu terus memasang
matanya terhadap Kwee Ceng, maka tempo ia
menginsyafi aksinya Auwyang Kongcu itu, ia lantas
lompat kepada bocah itu sambil ulur tangannya, ia
menjambret dengan kedua tangannya.
Kwee Ceng bukan tandingan jago ini, dalam
beberapa jurus saja ia sudah terdesak, malah lekas
juga dadanya kena dicengkram. Dengan tangan
kanannya, Cu Ong menjambak ke arah perut, untuk
membikin pecah perut orang, supaya ia bisa
menghisap darah anak muda itu.
Dalam saat berbahaya itu, Kwee Ceng membela
diri. Ia mengkeratkan perutnya, hingga terdengar suara
robek dari bajunya, hingga belasan bungkusan
obatnya kena disambar musuh.
Nio Cu Ong dapat mencium bau obat, ia masuki
semua bungkusan itu ke dalam sakunya, setelah mana
kembali ia menjambak.
Kwee Ceng berontak sekuat-kuatnya, ia dapat
meloloskan diri, terus ia lari ke arah Bwee Tiauw Hong
sambil berteriak: “Tolongi aku!”
Girang Tiauw Hong mendengar suara orang. Ia
memang ingin meminta beberapa keterangan pula
kepada anak muda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kau peluki aku! Jangan takuti Lao Kaoy!” ia
menyahuti.
Kwee Ceng tahu, satu kali ia peluk wanita itu, ia
tidak bakal lolos pula, karena itu, ia tidak berani
menghampirkan, ia hanya lari berputaran dekat, di
sekitarnya.
Nio Cu Ong memburu, hingga ia memasuki
kalangan smabaran cambuknya si wanita kosen,
sembari mengejar, ia waspada terhadap nyonya itu
terutama terhadap cambuknya.
Bwee Tiauw Hong sendiri memperhatikan suaranya
Kwee Ceng, gerak-geriknya, maka juga mendadak
saja ia geraki cambuknya, untuk merabu kakai si anak
muda!
Oey Yong melayani Hauw Thong Hay dengan
selalu memperhatikan Kwee Ceng. Ia terkejut ketika
Kwee Ceng kena dijambret Nio Cu Ong, untuk
menolongi, sudah tidak keburu lagi. Sekarang ia
melihat kawannya terancam cambuknya Tiauw Hong,
ia dapat menolong, maka dengan meninggalkan Thong
Hay, ia lompat ke arah cambuk! Ia tidak takuti cambuk
itu, meskipun ia tahu, kecuali ayahnya, sukar dicari
orag yang bisa mengalahkannya. Ia pun bukannya
hendak menangkis, hanya ia berlompat ke atas
cambuk di mana ia menggulingkan tubuhnya.
Kwee Ceng tertolong dari bahaya tetapi sekarang
Oey Yong yang kena kelibat cambuk itu, yang terus
ditarik Bwee Tiauw Hong. Atas itu Oey Yong lanats
berseru: “Bwee Jiak Hoak, beranikah kau melukai
aku?!”
Kaget Tiauw Hong mengenali suaranya Oey Yong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hingga ia memandikan peluh dingin. Dia pun berpikir:
“Cambukku banyak gaetannya, sekarang aku lukai
budak ini, bagaimana suhu dapat mengampunkan
aku? Tapi sudah terlanjur, baiklah aku habiskan dia
dulu!” Maka dia terus menarik, hingga ia dapat cekal
tubuh si nona, untuk diletaki di tanah. Ia percaya tubuh
si nona itu sudah tercengkeram pelbagai gaetan
cambuknya.
Justru itu Oey Yong tertawa geli. Ia memakai
lapisan joan-wie-kah, tubuhnya tidak terluka,
melainkan baju luarnya dan dalamnya pada robek.
Dengan jenaka ia berkata: “Kau merusaki pakaianku,
aku minta ganti!”
Tiauw Hong melongo. Dari suaranya orang, ia dapat
tahu nona itu tidak kesakitan. Dengan tiba-tiba ia ingat,
maka katanya dalam hatinya: “Ah, tentu saja baju lapis
berduri dari suhu telah diberikan padanya!” Ia lantas
menyahuti: “Ya, encimu ini yang salah, nanti aku pasti
mengganti bajumu ini…”
Oey Yong lantas menggapai pada Kwee Ceng.
Anak muda itu menghampirkan, ia berdiri jauhnya
tujuh atau delapan kaki dari Tiauw Hong. Sekarang ia
tidak dihampirkan oleh Nio Cu Ong, yang jeri kepada
cambuknya si wanita lihay itu.
Kanglam Liok Koay sekarang berkelahi dengan
mengumpulkan diri, belakang dengan belakang,
denagn begitu mereka dapat melayani See Thong
Thian, Pheng Lian Houw, Hauw Thong Hay dan
Auwyang Kongcu berempat. Thong Hay ditinggalkan
Oey Yong, ia lantas membantui kawannya itu. Inilah
cara berkelahi yang Liok Koay baru pahamkan dan
melatih selama mereka berdiam di gurun pasir.
Dengan begitu, mereka tidak usah repot-repot
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjagai punggung mereka. Meski begini, mereka
keteter juga.
Han Po Kie terluka pundaknya, ia berkelahi terus. ia
takut keluar dari kalangan, khawatir nanti benteng
perlawanannya itu menjadi dobol. Ia berkelahi sambil
menggertak gigi, sebab Pheng Lian Houw yang lihay
sudah cecar padanya.
Kwee ceng lihat gurunya yang nomor tiga itu
terancam bahaya, melupakan segala apa, ia lari
menghampirkan, terus ia serang bebokongnya Pheng
Lian Houw dengan jurusnya, “Membuka mega untuk
menolak rembulan.”
“Hm!” Pheng Lian Houw mengasih dengar suara si
hidung. Ia berkelit, lantas ia memutar tubuh untuk
membalas menyerang.
Justru itu terlihat muncul dari gombolan pohon
bunga, sambil berlari-lari mendatangi, dia berseru:
“Semua suhu, ayahku ada urusan penting untuk mana
ia minta bantuan kamu! Lekas!”
Orang itu mengenakan kopiah emas, kopiahnya
miring. Ialah siauw-ongya Wanyen Kang, si pangeran
muda.
Pheng Lian Houw semua menjadi bingung. Masingmasing
mereka lantas berpikir: “Ongya adalah yang
mengundang kami semua, sekarang dia ada punya
urusan penting, cara bagaimana aku tidak pergi
membantu dia?” Karena ini, mereka lantas lompat
mundur, keluar dari gelanggang.
“Ibuku telah dibawa buron penjahat,” Wanyen Kang
beritahu dengan perlahan. “Ayah minta semua suhu
membantu mencari, untuk menolongi. Tidak nanti kami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berani melupakan budi suhu semua!”
Pangeran ini datang secara kesusu, malampun
gelap, ia tidak dapat melihat Bwee Tiauw Hong, yang
numprah di tanah.
“Onghui telah orang bawa lari, inilah hebat!” pikir
Lian Houw semua. “Kalau begitu, apa perlunya kami
berdiam di dalam istana?” Mereka juga menduga:
“Pasti Liok Koay ini lagi menjalankan siasat
memancing harimau turun dari gunung, untuk melibat
kami semua. dilain pihak, kawannya pergi menculik
onghui!” Karena ini tanpa sangsi lagi, mereka lari
mengikuti Wanyen Kang, mereka meninggalkan
musuh-musuh mereka.
Nio Cu Ong berlari paling belakang, ia pergi dengan
perasaan sangta tidak puas. Ia ingat Kwee Ceng darah
siapa ia belum sempat hisap. Justru itu, Kwee Ceng
teriakin dia: “Eh, kau pulangi obatku!” Dalam
sengitnya, ia menimpuk dengan senjata rahasianya,
yaitu paku Cu-ngo Touw-kut-teng.
Cu Cong lompat maju, dengan kipasnya ia sampok
paku itu, sesudah jatuh ia pungut, terus dibawa ke
hidungnya, untuk dicium. “Oh, paku beracun Cu-ngo
Touw-kut-teng! Inilah paku yang asal menemui darah
lantas menutup tenggorakan orang hingga orang mati
seketika!”
Nio Cu Ong tercengang mengetahui orang kenal
pakunya itu.
“Apa?” dia menanya seraya ia merandak, tubuhnya
pun diputar.
Cu Cong lari menghampirkan, dengan tangan
kirinya ia angsurkan paku itu. “Ini , aku kembalikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada kau, tuan!” katanya sembari tertawa.
Cu Ong pun ulur tangannya untuk menyambuti. Ia
tidak jeri karena ia tahu orang kalah daripadanya.
Cu Cong dapat lihat ujung baju orang penuh rumput
dan debu, ia gunai tangan bajunya untuk menyapu itu.
“Siapa kesudian kau mengambil hatiku?!” Cu Ong
membentak, terus ia putar tubuhnya untuk berlalu.
Kwee Ceng menjadi masgul sekali. “Dengan begitu
saja kita pulang…” katanya menyesal. Satu malaman
ia menumpuh bahaya, kesudahannya obat tak
didapatkan juga. Untuk menggunai kekerasan,
harapannya tidak ada.
“Mari kita pulang!” mengajak Tin Ok selagi muridnya
ragu-ragu. Ia pun mendahului lompat ke tembok, maka
lima saudaranya lantas menyusul.
“Bagaimana dia, toako?” Han Siauw Eng tanya
sambil ia menunjuk Tiauw Hong.
“Kita telah memberikan janji kepada Ma Totiang,
biar kita mengasih ampun padanya,” sahut kakak
tertua itu.
Oey Yong tertawa haha-hihi, ia tidak memberi
hormat kepada Liok Koay. Ketika ia pun lompat ke
tembok, ia naik ke ujung lainnya.
“Adik kecil, mana suhu?” Tiauw Hong tanya nona
itu.
“Ayahku?” balik tanya Oey Yong masih tertawa.
“Tentu sekali ayah berada di pulau Thoa Hoa To! Tidak
pernah ayah meninggalkan rumah! Ada apa kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menanyakannya?”
Tiauw Hong menjadi sangat gusar, hingga
napasnya memburu. Ia tahu ia tidak bisa berbuat apaapa.
Setelah berhenti sejenak, ia kata pula: “Kau toh
yang membilangnya kalau suhu datang ke mari!”
Oey Yong tertawa pula. “Tanpa aku dustakan kau,
mana kau mau lepaskan dia?” Dengan “dia” ia
maksudkan Kwee Ceng.
Tiauw Hong murka bukan kepalang, dengan kedua
tangannya ia menekan tanah, lantas saja ia bangkit
berdiri, lalu dengan tindakan terhuyung-huyung, ia
menubruk kepada si nona. Ia telah keliru
menyakinkannya ilmu silat dala, akibatnya kedua
kakinya mati, dan makin ia memaksakan diri, makin
pendek napasnya. Tapi kali ini, ia lupa segalanya.
Oey Yong terkejut, lekas ia lompat turun ke lain
sebelah, untuk lari menghilang.
Tiba-tiba Tiauw Hong sadar. “Eh, mengapa aku bisa
jalan?” tanyanya pada diri sendiri. Justru ia sadar,
habis ia menanya, mendadak ia roboh pula, kedua
kakinya lemas dan kaku. Ia pun pingsan.
Gampang sekali kalau Liok Koay hendak merampas
jiwa orang akan tetapi untuk menepati janji kepada Ma
Giok, mereka tidak mau turun tangan, maka itu mereka
berlalu dengan terus. Mereka ajak Kwee Ceng
bersama.
“Eh, anak Ceng, kenapa kau berada disini?”
kemudian Han Siauw Eng menanya.
Kwee Ceng menjawab guru ini dengan tuturkan
semua pengalamannya, sampai ia berikhtiar untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menolongi Ong Cie It.
“Kalau begitu, mari kita tolongi Ong Totiang!” Cu
Cong mengajak.
Bab 23. Bisa Lawan Bisa
Yo Tiat Sim girang bukan main dapat menemukan
istrinya, malah ia dapat menolongi juga, dari itu ia
pondong erat-erat istrinya itu ketika ia lari keluar
dengan melompati tembok istana.
Di bawah tembok, Liam Cu menantikan ayahnya
dengan pikiran tegang. Ia tidak sabaran dan cemas
juga. Ia heran ketika ia lihat ayahnya kembali dengan
memondong seorang wanita.
“Ayah, siapa ini?” ia lantas tanya.
“Inlah ibumu!” sahut ayah itu. “Mari lekas kita
menyingkir!”
Liam Cu kaget dan heran. “Ibuku?” ia menegasi.
“Perlahan!” Tiat Sim mengasih ingat. “Sebentar kita
bicara.” Ia sudah lantas lari.
Kira-kira serintasan, Pauw Sek Yok tersadar. Ketik
aitu fajar sudah menyingsing, di antara cahaya pagi
remang-remang, ia lihat orang yang memondongnya,
ialah suami yang ia buat pikiran siang dan malam. Ia
heran hingga ia menyangka ia sedang bermimpi. Ia
ulur tangannya, akan meraba muka suaminya.
“Toako, apakah aku juga sudah mati?” ia tanya. Ia
percaya suaminya itu sudah meninggal dunia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiat Sim girang hingga ia mengucurkan air mata.
“Kita tidak kurang suatu apa….” sahutnya halus. Ia
berhenti dengna tiba-tiba sebab kupingnya segera
dengar suara berisik berupa teriakan-teriakan dan
melihat cahaya terang dari banyak obor. Satu barisan
serdadu sedang lari mendatangi. Ia dengar nyata:
“Jangan kasih lolos penjahat yang menculik onghui!”
Tiat Sim menjadi kecil hatinya. Ia melihat
kesekelilingnya, ia tidak dapatkan tempat untuk
menyembunyikan diri. Di dalam hatinya ia kata: Thian
mengasihani aku hingga hari ini aku dapat bertemu
sama istriku kembali, kalau sekarang akan terbinasa,
tak usah aku menyesal…!” Lantas ia kata pada
anaknya: “Liam Cu, anakku, kau peluklah ibumu…!”
Sejenak itu terbayanglah di matanya Pauw Sek Yok
pengalamannya delapan belas tahun yang lampau,
pada peristiwa di dusun Gu-kee-cun di kota Lim-an, di
kampung halamannya itu. Ia dipondong oleh suaminya
dan dibawa lari sekuat-kuatnya, di dalam gelap petang
mereka dikejar tentara. Delapanbelas tahun lamanya
mereka telah berpisah, ia berduka dan terhina saking
terpaksa, atau sekarang, baru saja ia bertemu kembali
dengan suaminya, peristiwa dahulu bakal terulang
pula. Maka ia rangkul leher suaminya, tidak mau ia
melepaskannya.
Menampak tentara pengejar datang semakin dekat,
Yo Tiat Sim menjadi nekat. daripada terhina ia rela
terbinasa dalam pertempuran. Dari itu ia paksa
melepaskan rangkulan istrinyaitu yang ia serahkan
kepada anak gadisnya. Ia lantas lari memapaki tentara
pengejarnya. Dalam dua tiga gebark saja, ia telah
dapat merampas sebatang tobak. Senjata ini
membangunkan semangatnya, ia bagaikan harimau
tumbuh sayap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Opsir yang memimpin pasukan itu bernama Thung
Couw Tek, dia kena ditusuk pahanya hingga ia
terjungkal dari kudanya, atas mana tentaranya lantas
kabur serabutan. Tanpa pemimpinnya, mereka
ketakutan.
Lega juga hatinya Tiat Sim yang mengathui
pasukan itu tidak dipimpin oleh opsir yang kosen, ia
pun menyesal yang ia tidak sempat merampas kuda
musuh. Tidak ayal lagi, ia ajak istri dan anaknya lari
terus.
Setelah terang tanah, Pauw Sek Yok dapatkan
suaminya berdarah di sana sini. Ia menjadi kaget
sekali. “Kau terluka?” ia tanya.
Di tanya begitu, tiba-tiba saja Tiat Sim merasakan
sakit pada belakang telapakan tangannya. baru
sekarang ia ingat tadi ia telah dismabar sepuluh jari
tangannya Wanyen Kang, hingga tangannya itu
mengeluarkan darah, karena repot melarikan diri, ia
tidak rasai itu, ia lupa pada sakitnya. Sekarang ia pun
merasakan kedua lengannya sakit dan sukar digeraki.
Pauw Sek Yok lantas balut tangan suaminya itu.
Hampir itu wkatu kembali terdengar suara sangat
berisik, lalu terlihat debu mengepul baik dan mengulak.
Itulah tandanya satu pasukan besar lagi mendatangi.
“Sudahlah, tak usah dibalut….!” kata Tiat Sim
sambil menyeringai. Ia lantas menoleh kepada
gadisnya dan kata: Anak, kau menyingkirlah seorang
diri! Ibumu dan aku akan berdiam disini….”
Liam Cu tidak menangis, hatinya tegang sekali. Ia
menginsyafi bahaya, tapi ia menajadi tenang. Ia angkat
kepalany. “Biarlah kita bertiga mati bersama!” katanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagah.
Sek Yok heran, ia mengawasi nona itu. “Dia…dia
mengapa adalah anak kita?” dia tanya.
Tiat Sim hendak menjadwab istrinya tetapi ia
daptakan tentara itu sudah semakin mendekat, justru
itu, dilain jurusan ia melihat datangnya dua imam yang
satu berkumis dan rambutnya ubanan, wajahnya
sangat berwales asih, yang lain kumisnya abu-abu,
sikapnya gagah, dibelakangnya tergendol sebatang
pedang. Melihat mereka itu, Yo Tiat Sim tercengang,
lantas ia sadar. Dalam kegirangan sangat, ia berseru
menyapa salha satu imam itu: “Khu Totiang, hari ini
kembali aku bertemu denganmu!”
Imam itu memang Tiang Cun Cu Khu Cie Kee serta
saudara seperguruannya, Tan Yang Cu Ma Giok.
Mereka hendak menempati janji dengan Giok Yang Cu
Ong Cie It, akan bertemu di kota raja, guna
membicarakan urusan pibu dengan pihak Kanglam
Liok Koay. berdua mereka datang dengan terburuburu,
di luar dugaan, di sini mereka bertemu dengan
Yo Tiat Sim suami-istri. Khu Cie Kee telah sempurna
Iweekangnya, maka sekalipun telah bertambah
delapan belas tahun umurnya, wajahnya tetapi seperti
dahulu hari itu, cuma rambutnya yang berubah. Karena
itu ia tidak lantas mengenal waktu ia dipanggil dan
melihat Tiat Sim, hingga ia mengawasi saja.
Tiat Sim bisa menduga orang lupa padanya, ia
berkata: “Apakah totiang masih ingat peristiwa delapan
belas tahun yang lampau di dusun Gu-kee-cun di Liman,
tatkala selagi kita minum arak kita menumpas
musuh?”
“Jadinya tuan….!” menegaskan imam itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Aku yang rendah ialah Yo Tiat Sim,” Tiat Sim
berkata cepat. “Semoga totiang tidak kurang suatu
apa.”
Habis berkata, orang she Yo itu lantas menjatuhkan
diri berlutut di depan orang suci itu.
Tiang Cun Cu lekas membalas hormat, tetapi ia
tetap ragu-ragu. Setelah hampir duapuluh tahun,
disebabkan penderitaannya, Tiat Sim berubah roman
dan suaranya juga.
Orang she Yo ini bisa mengerti kesangsiannya si
imam. Di lain pihak hatinya tegang melihat tentara
pengejar telah mendatangi semakin dekat. Mendadak
saja ia geraki tombaknya dan menikam imam itu
dengan tipu tombaknya. Ia pun berseru: “Khu Totiang,
kau telah melupakan aku tetapi kau tentu tidak dapat
melupakan ini ilmu tombak dari keluarga Yo!”
Tiang Cun Cu terkejut tetapi ia mundur. Ia lantas
mengenali ilmu tombaknya Keluarga Yo itu, maka
sekarang ia ingat ebtul peristiwa delapanbelas tahun
dulu ketika ia mencoba ilmu silat orang. Ia menjadi
girang bercampur terharu dapat bertemu sama
kenalan lama ini. “Oh, Yo Laotee!” katanya. “Kau
masih hidup….!”
Tiat Sim tarik pulang tombaknya. Ia tidak sahuti
imam itu, hanya lantas ia kata: “Totiang, tolongilah
aku!”
Imam itu bisa mengerti keadaan orang. Ia menoleh
ke arah tentara pengajar. Lantas ia tertawa. “Suheng,
hari ini kembali aku mesti membuka pantangan
membunuh!” katanya, kepada saudara
seperguruannya. “Aku harap kau tidak gusari aku!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ma Giok mengerti, ia menjawab: “Kurangilah
pembunuhan! Gertak saja meraka itu!”
Khu Cie Kee tertawa nyaring dan lama, lantas ia
maju ke arah tentara itu, yang sudah lantas sampai,
malah mendapatkan dia menghalang-halangi, mereka
itu terus menerjang dengan begis. Dengan hanya
mementang kedua tangannya, ia lantas menarik roboh
dua serdadu berkuda itu, tubuh siapa terus ia timpuki
ke serdadu yang lainnya yang lagi mendatangi. Maka
lagi dua serdadu roboh pingsan.
Luar biasa sebatnya imam ini, dengan cara itu ia
robohkan lagi delapan serdadu, delapan-delapannya ia
timpuki bergantian kepada kawan mereka, maka lagilagi
ada delapan serdadu yang terguling. Kejadian ini
membikin kaget serdadu-serdadu yang lainnya,
mereka lantas putar kuda mereka, untuk lari balik.
Belum lagi semua serdadu kabur, di antara mereka
muncul seorang yang tubuhnya besar dan kekar, yang
kepalanya licin mengkilap. Dia membentak: “Darimana
datangnya si bulu campur aduk ini!” Lantas tubuhnya
mencelat ke depan Tiang Cun Cu, yang terus ia
serang.
Kata-kata “bulu campur aduk” itu adalah hinaan
untuk suatu imam. Tiang Cun Cu tidak menghiraukan
itu, hanya melihat orang demikian lincah, ia hendak
menguji tangan orang. Ia tangkis seragan itu.
Kedua tangan beradu dengan keras dan bersuara
nyaring, habis itu keduanya mundur sendirinya
masing-masing tiga tindak.
Khu Cie Kee heran hingga ia kata di dalam hatinya:
“Kenapa di sini ada orang begini lihay?”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Selagi si imam ini terheran-heran, adalah Kwie-bun
Liong Ong – demikian si lanang itu – merasakan
tangannya sakit, hingga ia kaget berabreng
mendongkol, maka sekali ia maju menyerang.
Kali ini Khu Tiang Cun tidak berani bergerak
sembarangan, dengan sabar ia melayani, sesudah
belasan jurus, tangannya menyampok kepala orang
hingga di kepalanya See Thong Thian bertapak lima
jari berwarna merah.
Orang she See ini insyaf, dengan tangan kosong ia
tidak bisa berbuat apa-apa, lantas ia meraba pada
pinggangnya di mana ia selipkan genggamannya yang
berupa pengayuh besi yang berat, dengan itu ia
menyerang pula, menghajar pundak si imam dengan
jurusnya “Souw Cin menggendol pedang”.
Khu Cie Kee tetap bertangan kosong, setelah
berkelit, ia membalas menyerang. Ia bersedia
melayani musuh yang bersenjata itu. Adalah
masksudnya, untuk merampas senjata lawan. Tetapi
See Thong Thian telah punyakan latihan beberapa
puluh tahun, tak gampang senjatanya itu dapat
dirampas. Sebaliknya, dia bergerak dengan gesit
sekali.
Tiang Cun Cu heran juga atas kegagahan orang,
hingga ia ingin tanya she dan namanya lawan ini.
Hanya, belum sampai ia membuka mulutnya, dari
belakang ia dengar ini pertanyaan yang nyaring sekali:
“Kau ada totiang mana dari Coan Cin Kauw?” Ia lantas
berlompat, untuk menoleh, hingga ia melihat empat
orang berdiri berendeng.
Itulah Nio Cu Ong bersama Pheng Lian Houw,
Auwyang Kongcu dan Hauw Thong Hay yang telah
lantas dapat menyusul See Thong Thian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Khu Cie Kee lantas mengangguk kepada mereka itu
seraya memberikan penyahutannya: “Pinto she Khu.
Pinto mohon tanya nama mulia dari tuan-tuan.”
Nama Tiang Cun Cu kesohor sekali di Selatan dan
Utara, maka itu Pheng Lian Houw berempat saling
mengawasi, hati mereka berkata: “Pantaslah dia
bernama besar, dia memang gagah.” Pheng Lian
Houw sendiri berpikir lebih jauh: “Kita sudah
melukakan Ong Cie It, itu artinya ganjalan dengan
Coan Cin Kauw, sekarang kita bertemu sama Khu Cie
Kee, baiklah ia sekalian dibunuh saja! Ini adalah ketika
yang paling baik untuk mengangkat nama kita!” Karena
berpikir begini, la lantas berseru: “Mari maju
berbareng!” Ia pun lantas mengeluarkan sepasang
poan-koan-pitnya, dengan apa ia terus terjang imam
itu. Ia menerjang sambil berlompat. Ia tahu lawan lihay,
maka itu lantas ia menotok kepada kedua jalan darah
kin-jie dan pek-hay-hiat.
Khu Cie Kee tidak heran yang orang sudah lantas
menerjang kepadanya, ia cuma berpikir, “Si kate ini
galak sekali! Dia pun agaknya lihay!” Ia lantas
menghunus pedangnya, tetapi ia berkelit dari serangan
orang, sebaliknya, ia menikam ke pinggangnya See
Thong Thian. Ketika ia telah menarik pulang
pedangnya itu, ia meneruskan menikam jalna darah
ciang-bun-hiat di iganya Hauw Thong Hay.
Jadi dengan sekali bergerak, imam ini telah
melayani tiga lawan. Inilah cara berkelahi yang langka.
Hampir saja Hauw Thong Hay terkena pedang,
syukur ia keburu berkelit, tetapi ia kena disusuli,
kempolannya kena didupak si imam.
Pheng Lian Houw dan See Thong Thian lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang, Nio Cu Ong menyusul untuk mengepung.
Orang she Nio ini terperanjat untuk kesebatannya si
imam.
Auwyang Kongcu melihat bagaimana si imam ini
dilibat See Thong Thian dan Pheng Lian Houw dan
bagaimana Nio Cu Ong merangsak dari kirinya, ia pun
lantas menggunai ketika untuk mengeroyok. Dengan
tangan kiri hanya mengancam, ia menotok dengan
kipasnya di tangan kanan, mengarah tiga jalan darah
hong-bwee, ceng-cok dan pwee-sim di punggung si
imam.
Kelihatannya Khu Cie Kee sudah sangat terdesak,
ketiga jalan darahnya itu bakal menjadi sasaran kipas
yang istimewa itu, atau mendadak satu bayangan
berkelebat si samping si kongcu, lalu kipasnya dia ini
kena ditahan.
Itulah Ma Giok yang membantu saudaranya. Imam
ini heran mendapatkan munculnya begitu banyak
orang pandai, yang terus menggeroyok saudaranya,
sedangkan ia tidak mengerti, Auwyang Kongcu pun
menyerang secara membokong itu, maka terpaksa ia
lompat maju untuk menghalangi.
Auwyang Kongcu lihat berkelebatnya satu
bayangan, sambil menarik pulang kipasnya, yang
hendak dirampas, ia memandang bayangan itu, ialah
seoarng imam berusia lanjut, ubanan rambut dan
kumisnya. Ia lantas menduga kepada anggota Coan
Cin Kauw yang tertua. Ia pun lompat ke belakang.
“Tuan-tuan siap?” tanya Ma Giok. “Kita tidak kenal
satu dengan lain, ada salah paham apakah di antara
kita? Aku minta sukalah tuan-tuan menjelaskannya.”
Imam ini berbicara dengan sabar sekali, suaranya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
halus, tidak keras dan mengagetkan seperti suaranya
Pheng lian Houw, tetapi pada itu ada nada yang
mengandung pengaruh, hingga dengan sendirinya
orang-orang yang lagi bertempur itu pada lompat
mundur, akan terus mengawasi orang suci ini.
“Apaha she totiang yang mulia?” Auwyang Kongcu
bertanya.
“Pinto berasal dari keluarga Ma,” Ma Giok
menyahut, tetap sabar.
“Oh, kiranya Tan Yang Cinjin Ma Totiang!” berkata
Pheng Lian Houw, suaranya tetap keras. “Maaf, maaf!”
“Pengetahuan pinto tentang agamaku masih terlalu
sedikit, sebutan Cinjin itu tidak berani pinto terima,”
menolak Ma Giok.
Pheng Lian Houw mencoba bersikap halus, tetapi di
dalam hatinya, ia berpikir: “Kita telah bentrok dengan
pihak Coan Cin Kauw, di belakang hari pastilah sukar
untuk menyelesaikan masalah ini, sekarang dua
anggota utama dari mereka berada disini, baiklah kita
berlima mengepung mereka itu untuk
membinasakannya. Perkara di belakangada soal lain.
Hanya, apakah di sini masih ada lain-lain
saudaranya….?” Ia lantas melihat ke sekitarnya. Di situ
cuma tertampak Yo Tiat Sim sekeluarga bertiga jiwa.
Maka ia lantas berkata: “Nama Coan Cin Kauw sangat
kesohor, kami sangat mengaguminya. Mana lagi lima
saudara totiang? Silahkan minta mereka itu sudi
menemui kami.” Itulah kata-kata pancingan.
“Nama kami kosong belaka, cuma untuk
ditertawakan tuan-tuan,” menyahut Ma Giok. “Kami
bertujuh sudara tinggal di beberapa propinsi, ada sukar
untuk kami datang berkumpul. Kali ini kami datang ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiong-touw untuk mencari Ong Sutee, baru saja kami
mendapat tahu alamatnya, justru kami hendak
menjenguk dia, di sini kebetulan kita bertemu sama
tuan-tuan. Ilmu silat di kolong langit ini banyak
perbedaannya tetapi asal mulanya adalah satu, maka
itu bagaimana pula jikalau kita mengikat
persahabatan?”
Imam ini jujur, ia tidak menduga bahwa orang lagi
memancing padanya.
Pheng Lian Houw girang sekali. Orang cuma
berdua dan mereka belum sempat menemui Ong Cie
It. Maka boleh ia mengeroyok. Tapi ia masih tertawa,
ia berkata: “Totiang berdua tidak mencela kami, itulah
bagus sekali. Aku she Sam dan namaku Hek Miauw.”
Ma Giok dan Khu Cie Kee heran, mereka pikirkan
siapa Sam Hek Miauw ini, yang namanya aneh. Nama
itu berarti Tiga Kucing Hitam. Sama sekali mereka
belum pernah mendengarnya. Orang toh lihay….
Pheng Lian Houw selipkan senjatanya di
pinggangnya, ia menghampirkan Ma Giok.
“Ma Totiang, aku merasa beruntung dengan
pertemuan kita ini,” katanya seraya mengangsurkan
tangannya, untuk berjabat tangan, tapi telapakan
tangannya dibalik ke bawah.
Ma Giok menyangka orang bermaksud baik, ia pun
mengulurkan tangannya, buat menyambuti. Ia merasa
orang memegang keras sekali, ia berpikir; “Kau
hendak uji tenagaku, baiklah!” Ia tersenyum, sembari
tenaganya dikerahkan. Tiba-tiba ia merasakan lima jari
tangannya sakit, seperti tertusuk jarum. Saking kaget,
ia lantas menarik pulang tangannya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pheng Lian Houw tertawa tetapi ia mencelat
mundur setombak lebih.
Ma Giok melihat telapakan tangannya, lima jarinya
berlobang kecil masing-masing dan bergaris hitam.
Ketika tadi Pheng Lian Houw menyelipkan
senjatanya, berbareng ia menarik keluar senjata
rahasianya, yaitu ban Tok-hoan-taya, yang tipis seperti
benang tetapi disitu ada lima batang jarumnya, jarum
yang telah dipakaikan racun yang keras seklai, siapa
terluka hingga di dagingnya, dalam tempo enam jam
dia bakal terbinasa. Ia sengaja memakai nama Sam
Hek Miauw, untuk membuat Ma Giok memikirkan,
selagi orang tidak bercuriga, ia gunai jarum jahatnya
itu. Ketika Ma Giok insyaf ia telah dicurangi dan
hendak ia menyerang, si licik sudah lompat mundur.
Khu Cie Kee heran melihat saudaranya berjabat
tangan tapi sudah lantas menyerang. “Kenapa?”
tanyanya.
“Jahanam licik, dia telah melukai aku dengan
racun!” menyahut Ma Giok, yang berlompat maju,
untuk menyerang pula.
Khu Cie Kee kenal baik kakak seperguruannya ini,
yang sangat sabar, yang untuk beberapa puluh tahun
tidak pernah berkelahi, sedang sekarang ia menyerang
dengan “Sam Hoa Cie Teng Ciang-hoat”, ialah ilmu
pukulan paling lihay dari kaumnya, ia mengerti
sebabnya kegusaran itu. Maka ia pun menggeraki
pedangnya, ia lompat maju ke depan Pheng Lian
Houw, untuk menerjang.
Pheng Lian Houw sempat mencabut poan-koanpitnya,
dengan itu ia menangkis, beruntun dua
tikaman, terus ia membalas satu kali. Ia tidak tahu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kirinya Tiang Cun Cu lihay seperti tangan
kanannya ang memegang pedang. Imam ini
menyambuti poan-koan-pit, yang ia sambar ujungnya,
terus ia menggentak ke samping seraya berseru:
“Lepas!”
Pheng Lian Houw pun ada seorang jago,
senjatanya tidak terlepas, ia lawan keras dengan
keras, waktu ia mengerahkan tenaga dan menarik,
hebat kesudahannya, ialah poan-koan-pitnya itu
terputus menjadi dua potong!
“Bagus!” Khu Cie Kee memuji, tetapi ia terus
menyerang pula dengan dua-dua tangannya.
Pheng Lian Houw segera main mundur, karena ia
merasakan tangan kanannya kesemutan, hingga
hatinya menjadi gentar.
Di lain pihak, See Thong Thia dan Nio Cu Ong maju
memegat Ma Giok, sedang Auwyang Kongcu dan
Hauw Thian Hay segera membantui Pheng Lian Houw.
Khu Cie Kee heran kenapa mendadak berkumpul
orang-orang tangguh ini. Ia ingat, semenjak menempur
Kanglam Cit Koay, sudah delapan tahun belum pernah
ia menemui tandingan. Karena ini, ia bersilat dengan
sungguh-sungguh.
Dikepung bertiga, Khu Cie Kee tidak jatuh di bawah
angin, tidak demikian dengan kakak seperguruannya.
Tangan Ma Giok menjadi bengkak dan hitam,
rasannya kaku dan gatal. Itulah tanda bekerjanya
racun dahsyat. Inilah tidak disangka imam itu, yang
menduga kepada racun biasa. Makin ia bergerak, jalan
darahnya makin cepat. Karena menginsyafi bahaya,
segera ia menjatuhkan diri untuk duduk bersemadhi,
guna mencegah ransakan racun, sedang dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kirinya melindungi diri.
Nio Cu Ong menyerang terus dengan senjatanya
yang merupakan gunting panjang dan See Thong
Thian dengan pengagayuh besinya. Maka itu, selang
beberapa puluh jurus, Ma Giok terancam bahaya. Ia
mesti melawan musuh di luar dan di dalam tubuhnya.
Khu Cie Kee heran melihat kelakuan kakaknya itu,
yang seperti dari embun-embuannya terlihat mengepul
hawa seperti uap. Hendak ia menolongi tetapi ia tidak
sanggup, ketiga musuhnya mendesak keras padanya.
Benar Hauw Thong Hay rada lemah tetapi Auwyang
Kongcu lebih gagah daripada Pheng Lian Houw.
Karena hatinya berkhawatir, ia kena terdesak.
Yo Tiat Sim tahu ilmu silatnya tidak berarti, akan
tetapi melihat kedua imam itu terancam bahaya, ia
maju menyerang Auwyang Kongcu, yang ia arah
punggungnya.
“Saudara Yo, jangan maju!” mencegah Khu Cie
Kee. “Percuma kau mengantarkan jiwa….”
Belum habis ucapan imam ini, Auwyang Kongcu
sudah menendang patah tombak orang dengan kaki
kirinya dan kaki kanannya mendupak roboh orang she
Yo itu.
Adalah di itu waktu, dari kejauhan terdengar lari
mendatanginya beberapa ekor kuda akan kemudian
ternyata, yang datang itu adalah Wanyen Lieh
bersama Wanyen Kang.
Wanyen Lieh melihat istrinya duduk di tengah, ia
girang, segera ia menghampirkan. Justru itu sebatang
golok menyambar kepadanya. Syukur ia keburu
berkelit. Ia segera mendapatkan, penyerangnya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu nona dengan baju merah, yang goloknya lihat.
Nona itu segera dikepung pengikut-pengikutnya.
Wanyen Kang heran menampak gurunya dikepung,
ia lantas berteriak: “Semua berhenti! Tuan-tuan
berhenti!”
Pangeran ini mesti berteriak beberapa kali, barulah
Pheng Lian Houw semua berlompat mundur.
Wanyen Kang segera menghampirkan gurunya,
untuk memberi hormat.
“Suhu, mari teecu mengajar kenal,” katanya
kemudian. “Inilah beberapa cianpwee Rimba
Persilatan yang diundang ayahku.”
“Hm!” bersuara imam itu, yang segera
menghampirkan kakaknya, yang pun sudah tidak
berkelahi lagi. Ia terkejut akan melihat tangan kanan
kakaknya itu menjadi hitam terus sampai di lengan.
“Ha, racun begini lihay!” serunya. Lantas ia
berpaling kepada Pheng Lian Houw, akan
perdengarkan suaranya yang keren: “Keluarkan obat
pemunahnya!”
Pheng Lian Houw bersangsi, ia melihat orang
segera sampai pada ajalnya.
Ma Giok sendiri mengempos terus semangatnya, ia
berhasil mencegah menjalarnya racun itu, yang
perlahan-lahan mulai turun.
Wanyen Kang lari kepada ibunya, ia berkata: “Ma,
akhirnya kita dapat cari kau!”
Tapi pauw Sek Yok berkata dengan keras: “Untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghendaki aku kembali ke istana, tidak dapat!”
Wanyen Kang dan Wanyen Lieh menjadi heran.
“Apa?!” kata mereka.
Pauw Sek Yok menunjuk kepada Yo Tiat Sim, ia
kata nyaring: “Suamiku masih belum mati, meski ia
pergi ke ujung langit dan pangkal laut, akan aku ikuti
dia!”
Wanyen Lieh heran tetapi ia dapat segera menoleh
kepada Nio Cu Ong. Ia mengasih tanda dengan
tekukan mulutnya.
Nio Cu Ong mengerti, sekejap saja ia telah
menyerang Yo Tiat Sim dengan tiga batang pakunya.
Khu Cie Kee yang waspada dapat melihat serangan
orang she Yo itu, ia menjadi kaget. Ia tidak mempunyai
senjata rahasia untuk mencegah paku itu. Tiat Sim
tebtu tak dapat berkelit. Tapi ia tidak putus asa. Ia
menyambar satu serdadu di dekatnya, tubuh orang itu
ia lemparkan ke arah antara paku dan Tiat Sim.
Segera terdengar jeritannya serdadu yang menjadi
korban ketiga batang paku itu.
Melihat itu Nio Cu Ong menjadi gusar, ia lompat
kepada si imam untuk menerjang.
Pheng Lian Houw dapat melihat suasana. Ia
memangnya tidak sudi menyerahkan obat
pemunahnya. Tidak ayal lagi ia berlompat kepada
pauw Sek Yok, untuk menangkap onghui yang dicari
Wanyen Lieh itu.
Khu Cie Kee melihat sepak terjang orang itu, ia pun
lompat menyerang, mulanya menikam Nio Cu Ong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu membabat si orang she Pheng itu. Mereka ini
berdua terpaksa lompat mundur.
Khu Cie Kee segera menghadapi Wanyen Kang,
yang ia bentak: “Anak tidak tahu apa-apa, kau
mengaku penjahat sebagai ayahmu selama delapan
belas tahun, hari ini kau bertemu ayahmu yang sejati,
kenapa kau masih tidak hendak mengenalinya?!”
Wanyen Kang memang telah mendengar
keterangan ibunya, ia percaya itu delapan bagian,
sekarang ia dengar perkataan gurunya ini, ia lantas
menoleh kepada Yo Tiat Sim. Ia melihat seorang
dengan pakaian tua dan pecah, pakaian itu kotor
dengan tanah. Kemudian ia berpaling kepada Wanyen
Lieh, ia tampak orang tampan dengan pakaian indah.
Maka dua orang itu beda bagaikan langit dengan bumi.
Ia lantas berpikir: “Mustahilkah aku meninggalkan
kekayaan dan kemulian untuk mengikuti seorang
melarat, untuk hidup merantau? Tidak, berlaksa kali
tidak!” Maka ia lantas berseru, “Suhu, jangan dengari
ocehan iblis ini! Suhu, tolonglah ibuku!”
Khu Cie Kee menjadi sangat mendongkol. “Kau
sesat, kau tidak sadar, kau kalah dengan binatang!” Ia
mendamprat.
Pheng Lian Houw melihat guru dan murid bentrok,
mereka perkeras serangan mereka.
Wanyen Kang juga mendapatkan gurunya dalam
bahaya tetapi ia berdiam saja.
Imam itu menjadi sangat murka. “Binatang, lihat
aku!” dia membentak.
Wanyen Kang berdiam, hatinya ciut. Ia memang
paling takut pada gurunya itu. Maka ia berharap-harap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pheng Lian Houw semua memperoleh kemenangan,
supaya gurunya terbinasakan, dengan begitu ia akan
selamat untuk selanjutnya.
Tidak lama, lengan kanan Khu Cie Kee kena
ditusuk ujung gunting Nio Cu Ong, lukanya tidak hebat
tetapi mengeluarkan darah.
Ma Giok melihat bahaya mengancam, ia
mengeluarkan sebiji liu-seng, ia sulut itu, lalu
melemparkannya, maka suatu sinar api biru lantas
meluncur ke udara. Itulah pertandaan di antara kaum
Coan Cin Pay.
“Imam tua itu mencari kawan!” berseru Pheng Lian
Houw, lantas ia meninggalkan Khu Cie Kee untuk
menyerang Ma Giok. Ia lantas dibantu See Thong
Thian.
Baru mereka ini bergebrak satu kali, di jurusan
Barat Laut terlihat meluncurnya satu sinar biru juga.
“Ong sutee di arah kiri sana!” berseru Khu Cie Kee
girang. Ia geser pedangnya ke tangan kiri terus ia
menyerang hebat, hingga ia dapat membuka jalan.
“Ke sana!” berseru Ma Giok yang menunjuk ke arah
Barat Laut.
Yo Tiat Sim bersama Liam Cu, putrinya dengan
melindungi Pauw Sek Yok, lari ke arah yang ditunjuk
itu, di belakang mereka, Ma Giok menyusul. Imam ini
sudah berlompat bangun.
Khu Cie Kee perlihatkan kepandaiannya, ia
menghalangi di belakang.
See Thong Thian berniat mencekuk Pauw Sek Yok,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia berlompat ke depan, tetapi semua percobaannya
sia-sia belaka, ia dirintangoi kalau bukan oleh Khu Cie
Kee tentu oleh Ma Giok.
Tidak lama tibalah mereka di hotel kecil di mana
Ong Cie It mengambil tempat.
Khu Cie Kee heran bukan main. “Kenapa Ong
Sutee masih belum menyambut?” ia berpikir. Ia baru
berpikir atau ia segera melihat munculnya adik
seperguruannya itu, yang jalan dibantu tongkat.
Dua-dua pihak terkejut. Mereka sama-sama tidak
menyangka, dari kaum Coan Cin pay, sekarang terluka
justru mereka yang paling tangguh.
“Mundur ke dalam hotel!” Khu Cie Kee lantas
berseru.
“Serahkan onghui baik-baik, aku nanti ampunkan
kamu semua!” Wanyen Lieh berseru.
“Siapa menghendaki pengampunan kau bangsat
anjing dari negara Kim?!” mendamprat Tiang Cun Cu.
Sembari membuka mulutnya, imam ini terus membikin
perlawanan dengan hebat, hingga mau tidak mau,
Pheng Lian Houw semua mengaguminya.
Yo Tiat Sim menyaksikan pertempuran itu, ia
anggap tidak seharusnya Khu Cie Kee bertiga menjadi
korbannya, maka tiba-tiba saja ia tarik tangan Sek Yok,
untuk pergi keluar, sambil ia berseru: “Semua berhenti!
Di sinilah ajal kami!”
Di tangannya Tiat Sim mencekal tombaknya,
dengan itu ia lantas tikam ulu hatinya, maka ia terus
roboh dengan berlumuran darah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sek Yok tidak berduka karenanya, ia juga tidak
tubruk suaminya itu, sebaliknya ia tertawa
menyeringai, terus ia cabut tombak itu dari tubuh
suaminya, untuk gagangnya ditancap ke tanah. Ia
menghadap Wanyen Kang seraya berkata: “Anak,
masih kau tidak percaya ayahmu yang sejati ini?” Tapi
ia tidak menanti jawaban, segera setelah perkataan itu,
ia tubruki dirinya ke ujung tombak itu, maka ia pun
roboh dengan mandi darah.
kejadian ini ada sangat ehbat, semua orang tidak
menduganya, maka juga pertempuran berhenti
sendirinya.
Wanyen Kang sangat kaget, sambil menjerit: “Ibu!”
ia lari untuk menolongi ibunya itu. Ia lantas menangis
melihat dada ibunya tertancap tombak.
Khu Cie Kee lantas memeriksa lukanya kedua
orang itu, ia putus asa.
Wanyen Kang memeluki ibunya, dan Liam Cu
ayahnya. Keduanya menggerung-gerung.
“Saudara Yo,” berkata Tiang Cun Cu pada Tiat Sim.
“Kau hendak memesan apa? Kau bilanglah padaku,
nanti aku lakukan semua itu.”
Belum lagi Tiat Sim sempat menjawab, orang pada
menoleh ke arah mereka, karena mereka mendengar
tindakan dari banyak kaki orang. Segera mereka
melihat datangnya Kanglam Liok Koay bersama Kwee
Ceng.
Enam Manusia aneh itu dapat melihat See Thong
Thian beramai, mereka menduga bakal terjadi
pertempuran lagi, mereka lantas menyiapkan senjata
mereka masing-masing. ketika mereka sudah datang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dekat, mereka menjadi heran. Di sana ada dua orang
terluka dan masing-masing tengah dipeluki dan yang
lainnya mengawasi dengan roman tidak wajar.
Kwee Ceng kenali Yo Tiat Sim, segera ia
menghampirkan. “Paman Yo, kau kenapa?” tanyanya.
Napasnya Tiat Sim sudah lemah, ia kenali anak
muda itu, ia tersenyum. “Dahulu hari ayahmu dan aku
telah berjanji, kalau kami mendapat anak lelaki dan
perempuan, kami akan berbesan, tetapi juga anak
pungutku ini ada seperti anakku sendiri….” Ia menoleh
kepada Khu Cie Kee, akan meneruskan; “Totiang,
tolong kau rekoki perjodohan ini, aku mati pun akan
meram.”
“Tenangkan hatimu, saudara Yo,” menyahut si
imam ini.
Pauw Sek Yok rebah di samping suaminya, tangan
kirinya mencekal erat tangan suaminya itu, agaknya ia
takut sekali suaminya nanti pergi. Ia seperti sudah
tidak ingat apa-apa akan tetapi samar-samar ia masih
dapat dengar pesan suaminya. Tiba-tiba ia angkat
tangannya, untuk merogoh sakunya, darimana ia
keluarkan sebilah pisau belati: “Ini buktinya….”
katanya, lalu ia tersenyum dan berhenti jalan
napasnya.
Khu Cie Kee menyambuti pisau itu. Ia kenali pisau
yang dulu hari ia berikan di Gu-kee-cun, Lim-an. Pada
pisau terukir terang dua huruf “Kwee Ceng”
Yo Tiat Sim pun kata pada anak muda itu: “Masih
ada sebilah lagi, ialah ditangan ibumu. Dengan
mengingat ayahmu, aku minta baik-baiklah kau
perlakukan anakku ini.”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Aku nanti urus semua, tenangi dirimu,” janji pula
Khu Cie Kee.
Yo Tiat Sim benar-benar merapatkan kedua
matanya dengan tentram.
Kwee Ceng berduka sekali berbareng pusing
kepala. “Yong-jie begitu baik terhadapku, mana bisa
aku menikah dengan orang lain?” katanya dalam
hatinya. Lalu ia menjadi kaget, ia berpikir pula:
“Kenapa aku melupai putri Gochin? Khan Agung telah
jodohkan putrinya itu kepadaku!
Ini……ini….bagaimana….?”
Selama hari-hari belakangan ini, Kwee Ceng sering
ingat tuli tetapi tidak sedikitpun outri Gochin.
Cu Cong beramai berdiam saja atas pesan Tiat Sim
itu. Memang mereka tidak berniat menolak pesan
terakhir itu tetapi mereka tidak jelas duduknya hal,
mereka tidak berani berlaku lancang.
Wanyen Lieh telah mesti menghadapi kejadian
hebat itu, ia berduka bukan main. Ia lantas saja
memutar tubuhnya, untuk meninggalkan tempat itu.
Sejak ia mengambil pauw Sek Yok menjadi istrinya, ia
telah mencoba segala daya untuk merebut cintanya
nyonya itu, tetapi ia tidak berhasil sepenuhnya. Selama
belasan tahun, Pauw Sek Yok tidak pernah melupai Yo
Tiat Sim, suaminya itu.
Menampak pangeran itu berlalu, See Thong Thian
beramai segera ngeloyor pergi juga, disebabkan raguragu
untuk menempur pula ketiha imam dari Coan Cin
Pay, sudah mereka itu cukup tangguh, sekarang di
samping mereka itu ada Kanglam Liok Koay.
Khu Cie Kee dapat melihat orang hendak angkat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kaki. “He, Sam Hek Miauw, tinggalkan obatmu!” ia
membentak.
Pheng Lian Cu menoleh, ia tertawa lebar. “Cecu
kamu she Pheng!” sahutnya. “Akulah yang kaum
kangouw julukan Cian ciu Jin-touw! Kau keliru lihat,
Khu Totiang?”
Gentar juga Khu Cie Kee. “Pantaslah ia lihay
sekali,” pikirnya. Tapi kakaknya terancam bahaya.
Maka ia kata: “Tidak peduli kau seribu tangan atau
selaksa tangan, obat itu kau mesti tinggalkan! Jangan
harap kau bisa meloloskan diri!”
Imam ini mengejek dengan selaksa tangan, sebab
julukan “Cian Ciu” dari Pheng Lian Houw berarti
“seribu tangan.”
Lantas Khu Cie Kee lompat menyerang.
Pheng Lian Houw mempunyai tinggal sebatang
poan-koan-pit tetapi ia tidak takut, ia menyambut
serangan itu, hingga mereka jadi bertempur pula.
Cu Cong melihat Ma Giok duduk bersemedhi,
napasnya lagi diempos, sedang sebelah tangan orang
hitam legam, ia tanya imam itu kena dapat luka.
“Dia berjabat tangan denganku, siapa tahu dia
menggunai jarum beracun,” menyahuti imam itu.
Dengan “dia” ia maksudkan Pheng Lian Houw.
“Baiklah, itu tidak berarti!” kata Biauw Ciu Sie-seng
si Mahasiswa Tangan Lihay. Ia terus berpaling kepada
kakaknya dan berkata; “Toako, mari kasihkan aku satu
biji leng-jie!”
Kwa Tin Ok tidak mengerti maksud orang tetapi ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berikan barang yang diminta. Leng-jie itu ialah lengkak
beracun.
Cu Cong mengawasi dua orang yang lagi bertempur
itu, ia tidak ungkulan memisahkan mereka, maka itu ia
kata pula kepada kakaknya; “Toako, mari kita pisahkan
mereka itu, aku ada daya untuk menolong Ma totiang.”
Kwa Tin Ok si Kelelawar Hitam tahu adiknya itu
sangat cerdik, ia mengangguk.
Si Mahasiswa Tangan Lihay itu lantas saja berseru:
“Kiranya di sana Cian Ciu Jin-touw Pheng Cecu! Kita
ada orang sendiri, lekas berhenti berkelahi, aku
hendak ada bicara!” Ia mengatakan demikian tetapi ia
tarik tangan kakaknya, maka berdua berbareng
mereka menyerbu kepada dua orang yang asyik
bertempur itu. Yang satu memegang kipas, yang lain
tongkat, dengan itu mereka memisahkan.
Dua-dua Khu Cie Kee dan Pheng Lian Houw heran
mendengar perkataan orang yang membilang mereka
semua adalah “orang sendiri”. Mereka suka memisah
diri dulu, untuk mendengar penjelasan.
Dengan tertawa manis, Cu Cong menghadapi
Pheng Lian Houw. Ia kata: “Kami Kanglam Cit Koay
dengan Tiang Cun Cu Khu Cie Kee telah bentrok pada
delapan belas tahun yang lampau, itu waktu lima
saudara kami telah terluka parah, tetapi Khu totiang
pun terluka oleh kami. Urusan itu sampai sekarang
masih belum dapat di….” Ia lantas menoleh kepada
Khu Cie Kee, untuk menanya; “Bukankah benar begitu,
totiang?”
Tiang cun Cu mendongkol sekali. Ia menduga orang
hendak membuat perhitungan disaat ia menghadapi
musuh berbahaya. Maka ia menjawab dengan nyaring:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Tidak salah! Habis kau mau apa?!”
“Tetapi kita pun ada punya sangkutan sama See
Liong Ong,” berkata Cu Cong. “Aku dengar See Liong
Ong bersahabat sangat erat dengan Pheng Ceecu,
karena kami mendapat salah dari See Liong Ong, kami
jadi turut bersalah terhadap ceecu…”
“Haha…tidak berani aku menerima itu!” tertawa
Pheng Lian Houw.
Cu Cong tertawa, ia berkata pula: “Karena Pheng
Ceecu dengan Khu Totiang serta Kanglam Cit Koay
ada bermusuhan, bukankah kamu kedua pihak jadi
adalah orang sendiri? Maka itu, perlu apa kamu
bertarung lagi? Dengan begitu, bukankan aku dengan
Pheng Ceecu pun ada orang sendiri? Mari, mari kita
mengikat persahabatan!”
Si Mahasiswa Tangan Lihay mengulur tangannya,
untuk menarik tangannya orang she Pheng itu.
Pheng Lian Houw cerdik, ia bercuriga untuk katakata
tidak karuan juntrungan dari Cu Cong. Bukankah
Coan Cin pay telah menolongi murid Kanglam Cit
Koay? Tidakkah berarti mereka berdua bersahabat?
“Tidak, aku tidak dapat diakali, obatku tidak boleh
diperdayakan!” Tapi melihat orang mengulurkan
tangan, lekas-lekas ia selipkan senjatanya, berbareng
ia keluarkan ban beracunnya.
“Saudara Cu, hati-hati!” Khu Cie Kee memberi ingat.
Ia terkejut.
Cu Cong berpura-pura tidak mendengar, ia ulur
terus tangannya, kelingkingnya ditekuk. Dengan begitu
ia telah membangkol ban orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pheng Lian Houw tidak merasakan apa-apa, ia
berjabat tangan dengan si Mahasiswa.
Keduanya lantas mengerahkan tenaga masingmasing.
Mendadak Pheng Lian Houw merasakan tangannya
sakit sekali, lekas-lekas ia menarik tangannya itu,
untuk dilihat. Untuk kagetnya, telapakan tangannya
telah berlubang tiga, darahnya yang mengalir
berwarna hitam. Ia merasakan gatal, gatal-gatal enak,
sakitnya lenyap. Tapi ia orang yang lihay, ia insyaf
bahwa ia telah kena racun yang jahat. Makin tidak
sakit, makin hebat racun itu. Ia juga merasa lukanya
kaku. Ia kaget berbareng gusar, ia juga tidak mengerti
kenapa ia sudah kena dicurangi. Ketika ia angkat
kepalanya, ia dapatkan Cu Cong berdiri di
belakangnya Khu Cie Kee, tangan kirinya mengangkat
ban beracunnya yang dijepit dengan dua jari, tangan
kanannya menunjuki sebuah lengkak hitam, ujung
yang tajam dari buah itu penuh darah.
Kanglam Cit Koay yang nomor dua ini bergelar si
Mahasiswa Tangan Lihay, maka tangannya itu benarbenar
lihay sekali. Ketika ia mau berjabat tangan, dia
sudah siapkan lengkaknya, tempo kedua tangan
nempel satu sama lain, ia gaet ban tangan orang dan
ujung lengkaknya bekerja!
Bukan main murkanya Pheng Lian Houw, ia
berlompat untuk menerjang.
“Kau mau apa?!” membentak Khu Cie Kee, yang
melintangi pedangnya.
Cu Cong segera berkata: “Pheng Ceecu, lengkak ini
adalah lengkak kakakku, senjata rahasia yang
istimewa, siapa terluka karena ini, biarnya ia pandai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengukir langit, ia tidak bakal hidup lebih daripada tiga
jam!”
Pheng Lian Houw merasakan tangannya kaku, ia
mau percaya keterangan itu, maka tanpa merasa,
dahinya mengeluarkan keringat dingin.
“Kau mempunyai jarum beracunmu, aku
mempunyai ini lengkakku yang beracun juga,” berkata
pula Cu Cong. “Kedua racun beda sifatnya, maka beda
juga obatnya. Marilah kita bersahabat, kita saling
menukar obat. Akur?”
Belum lagi Pheng Lian Houw menyahuti, See Thong
Thian sudah majukan diri seraya berkata: “Bagus! Kau
keluarkan obatmu!”
“Toako, berikan dia obat itu!” Cu Cong bilang pada
kakaknya.
Kwa Tin Ok merogoh dua bungkusan kecil dari
sakunya, Cu Cong menyambuti itu.
Khu Cie Kee segera melangkah di tengah. “Saudara
Cu, jangan kena terperdayakan!” ia memberi ingat.
“Mesti dia yang menyerahkan dulu obatnya!”
Cu Cong tertawa. “Perkataan satu laki-laki mesti
dibuktikan dengan kepercayaan,” ia kata. “Aku tidak
khawatir dia tidak memberikannya.”
Pheng Lian Houw merogoh sakunya. Mendadak
mukanya menjadi pucat. “Celaka!” serunya perlahan
sekali. “Obatku lenyap…!”
Melihat orang ayal-ayalan, Khu Cie Kee murka.
“Hm, kau masih mainkan tipu iblismu!” ia membentak.
“Saudara Cu, jangan berikan!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cu Cong tertawa, ia berkata pula: “Kau ambillah!
Kita ada bangsa orang budiman, kata-kata kita ada
seumpama kuda dicambuk lari, aku bilang kasih tentu
mesti dikasihkan!”
See Thong Thian tahu tangan orang lihay, ia tidak
berani menyambuti dengan tangan, sebagai ganti
tangannya, ia lonjorkan senjata pengayuhnya.
Cu Cong meletaki obat di atas pengayuh itu dan
See Thong Thian menariknya, untuk menjumput itu.
Orang heran dengan kejadian ini. Mengapa Cu
Cong memberikan obatnya? Kenapa ia tidak memaksa
supaya pihak sana yang memberikan obatnya terlebih
dahulu?
See Thong Thian masih menyangsikan obat adalah
obat yang tulen, ia kata: “Kanglam Cit Koay adalah
orang-orang kenamaan, tidak dapat ia mencelakai
orang dengan obat palsu!”
Cu Cong tertawa. “Tidak nanti, tidak nanti!” ia
berkata seraya dengan perlahan-lahan mengasihkan
lengkaknya kepada Kwa Tin Ok, kemudian dari
sakunya ia keluarkan beberapa rupa barang ialah sapu
tangan, kim-cie-piauw, beberapa potong perak hancur
serta sebuah pie-yan-hu putih.
Pheng Lian Houw melihat semua barang itu, ia
melengak. Itulah semua barang kepunyaannya. Ia
heran kenapa semua itu ada di tangan lain orang. Ia
tidak menyangka, selagi berjabat tangan, Cu Cong
telah perlihatkan kepandaiannya.
Cu Cong buka tutupnya pie-yan-hu itu, yang di
dalamnya terbagi dua. di situ ada obat bubuk masingTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
masing berwarna merah dan abu-abu.
“Bagaimana ini dipakainya?” ia tanya Pheng Lian
Houw.
“Yang merah untuk dimakan, yang abu-abu untuk
dibeboreh,” sahut ceecu itu terpaksa.
Cu Cong menoleh kepada Kwee Ceng. “Lekas
ambil air! Juga dua buah mangkok!” ia menyuruh.
Bocah itu lari ke dalam hotel, untuk mengambil
mangkok dan air, maka sebentar kemudian ia sudah
mulai merawat Ma Giok. Mangkok yang satunya ia
mau kasihkan kepada Pheng Lian Houw.
“Tunggu dulu!” mencegah Cu Cong. “Kasihkan pada
Ong totiang!”
Kwee Ceng melengak tetapi ia serahkan mangkok
itu. Ong Cie it juga heran.
“Eh, bagaimana dipakainya dua bungkus obat kamu
ini?” See Thong Thian menanya. Ia tidak sabaran.
“Tunggu sebentar, jangan kesusu!” Cu Cong bilang.
“Baru satu jam tiga perempat menit, dia tidak bakal
mati….” Sembari berkata, Cu Cong mengeluarkan sari
sakunya belasan bungkus obat.
Melihat itu Kwee Ceng girang bukan buatan. “Itulah
obatnya Ong Totiang!” ia berseru. Ia lantas
menyambuti semua obat itu, ia bukai bungkusannya
dan letaki di depan Ong Cie It. Ia kata: “Totiang,
pilihlah sendiri mana yang kau butuhkan.”
Ong Cie It mengawasi semua obat itu, ia
menjumput gu-cit, dan tiga lainnya, ia terus masuki itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke dalam mulutnya, untuk dikunyah, lalu disusuli
dengan air.
Nio Cu Ong mendongkol berbareng mengagumi
sang lawan. “Begini lihay si mahasiswa jorok ini,”
pikirnya. “Ia cuma mengebuti bajuku, obat itu sudah
lantas pindah ke tangannya…”
Karena gusar, ia memutar tubuh mencabut
guntingnya. “Mari, mari! Mari kita mengadu senjata!” ia
menantang.
“Mengadu senjata?” Cu Cong tertawa. “Oh,
sungguh-sungguh aku tidak sanggup menandinginya!”
Khu Cie Kee pun menyela, “Tuan ini adalah Ceecu
Pheng Lian Houw, tetapi tuan-tuan yang lainnya belum
kami kenal…”
See Thong Thian dengan suaranya yang serak,
memperkenalkan kawan-kawannya.
“Bagus!” seru Tiang Cun Cu. “Di sini telah
berkumpul semua orang Rimba Persilatan yang
kenamaan. Sayangnya selagi kita belum memperoleh
keputusan menang dan kalah, kedua belah pihak ada
orang-orangnya yang terluka. Aku pikir baiklah kita
menjanjikan lain hari untuk bertemu pula.”
“Begitu paling baik!” Pheng Lian Houw menyahuti.
“Sebelum menemui Coan Cin Cit Cu, mati pun kita tak
dapat memeramkan mata! Tentang harinya, silakan
Khu Totiang yang menetapkan sendiri.”
Khu Cie Kee tahu lukanya Ma Giok dan Ong Cie It
memerlukan rawatan beberapa bulan, sedang
saudara-saudaranya yang lain terpencar kelilingan,
sukar mencari mereka itu dalam waktu yang pendek,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena ia menyahut: “Baiklah setengah tahun
kemudian diharian Pwee gwee Tiong Ciu, kita
berkumpul sambil memandangi si Putri Malam sembari
menyakinkan juga ilmu silat. Bagaimana penglihatan
Pheng Ceecu?”
Pheng Lian Houw setuju dengan pilihan hari itu,
pertengahan musim rontok. Ia mengetahui dengan
baik, kalau Coan Cin Cit Cu kumpul semua, dengan
mereka dibantu oleh Kanglam Cit Koay, jumlah mereka
pun menjadi terlebih besar, karena mana pihaknya
sendiri perlu mencari kawan. Selama setangah tahun,
pasti ia sempat mencarinya. Kebetulan Chao Wang
menghendaki mereka pergi ke Kanglam untuk mancuri
surat wasiatnya Gak Hui, bolehlah mereka kedua pihak
sekalian bertemu di sana. Maka itu, ia pun berkata:
“Khu Totiang, sungguh pandai kau memilih hari Pwee
gwee Tiong Ciu itu! Karena itu aku anggap kita pun
baik sekali memilih juga tempat yang tepat! Aku
memikir kepada kampung halaman dari Kanglam Cit
Hiap!”
“Bagus, bagus!” menyahuti Khu Cie Kee. “Baiklah,
bila tiba waktunya, kita boleh berkumpul di lauwteng
Yan Ie Lauw di tengah telaga Lam Ouw di Kee-hin.
Aku menganggap tidaklah suatu halangan jikalau tuantuan
mengundang beberapa sahabatmu.”
“Baiklah, begini ketetapan kita!” kata Pheng Lian
Houw singkat.
“Pheng Ceecu,” berkata Cu Cong setelah kepastian
itu. “Dua bungkus obat di tanganmu itu, yang putih
untuk dimakan, yang kuning untuk dipakai di luar.”
Selama itu tangan kanan Pheng Lian Houw sudah
kaku sebagian, selama berbicara dengan Khu Cie Kee,
ia menahan sakit, maka itu begitu mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perkataannya Cu Cong, tidak berayal sedetik juga, ia
lantas makan obat yang putih itu.
Kwa Tin Ok dengan suaranya yang dingin berkata,”
Pheng Ceecu, dalam tempo tujuh kali tujuh,
empatpuluh sembilan hari kau mesti pantang minum
arak! Kau pun mesti memantang paras elok! Kalau
tidak nanti di harian Pwee gwee Tiong Ciu di Yan Ie
Lauw kita tidak bakal kekurangan cecu satu orang,
hingga karenanya pastilah lenyap kegembiraan kami!”
Pheng Lian Houw merasa bahwa ia diejek, tetapi
karena orang bermaksud baik, ia tidak menunjuk
kemurkaa. “Terima kasih untuk perhatianmu!” ia bilang.
Ia sungkan menyebutkan kebaikan hati orang.
See Thong Thian sudah lantas menolongi kawan itu
memakai obat luar, habis mana ia mempepayang ya
untuk diajak berlalu.
Wanyen Kang berlutut di tanah, ia paykui empat kali
kepada mayat ibunya, kemudian ia paykui beberapa
kali kepada Khu Cie Kee, gurunya itu, habis itu tampa
mengucap sepatah kata, ia berlalu dengan
mengangkat kepala.
“Eh, Kang-jie, apakah artinya itu?!” sang guru
menanya, membentak.
Wanyen Kang tidak menyahuti, ia juga tidak
berjalan bersama rombongannya Pheng Lian Houw, ia
hanya mengambil sebuah tikungan di pojok jalan.
Khu Cie Kee terdiam. Tetapi ia segera sadar, maka
itu ia terus memberi hormat kepada Kwa Tin Ok
beramai seraya berkata: “Jikalau hari ini kami tidak
mendapat pertolongan Liok Hiap, pastilah kami bertiga
sudah kehilangan jiwa kami. Mengenai muridku itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidak ada sekelingking murid Liok Hiap, untuk
pertemuan nanti di Cui Siang Lauw di Kee-hin, disini
aku menyatakan taklukku.”
Kanglam Liok Koay senang mendengar perkataan
si imam, dengan begitu tidak sia-sialah yang mereka
telah membuat tempo delapanbelas tahun di gurun
pasir. Kwa Tin Ok lantas menjawab dengan merendah.
Sampai di situ, selesai sudah pembicaraan mereka.
Ma Giok dan Ong Cie It lantas dipepayang masuk ke
dalam rumah penginapan. Coan Kim Hoat pergi
membeli peti mati untuk merawat jenazahnya Yo Tiat
Sim dan Pauw Sek Yok, suami istri.
Khu Cie Kee bersusah hati melihat Bok Liam Cu
yang sangat berduka itu.
“Nona, bagaimana hidupnya ayahmu selama
beberapa tahun ini?” ia menanya.
Bab 24. Pengemis Dengan Sembilan Jeriji
“Selama belasan tahun ayah telah mengajak aku
merantau ke Timur dan ke Barat,” menyahut si nona.
“Belum pernah kami berdiam di suatu tempat lamanya
sepuluh hari atau setengah bulan. Ayah membilang,
dia hendak mencari satu orang….seorang engko she
Kwee…..”
Perlahan sekali suara si nona, kepalanya pun
tunduk. Ia likat.
Khu Cie Kee menoleh ke arah Kwee Ceng.
“Bagaimana caranya ayahmu mendapatkan kau?” ia
tanya si nona pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Aku ada orang asal Gu-kee-cun di Lim-an,” Liam
Cu menyahut pula. “Sejak kecil aku telah tidak
mempunyai ayah dan ibu, aku tinggal menumpang
sama seorang bibiku. Bibi itu tidak perlakukan baik
padaku, demikian pada suatu hari ia telah memukul
aku serta tidak memberikan aku nasi untuk berdahar,
selagi aku menangis di depan pintu, lewatlah ayah
angkatku ini. Ia merasa kasihan padaku, ia bicara
sama pamanku, lalu ia ambil aku sebagai anak pungut.
Demikian aku diajak merantau, diajari ilmu silat. Untuk
mencari engko she Kwee itu, aku turut ayah merantau.
Aku mesti sering melakukan pertempuran, karena
ayah telah mengibarkan benderanya, bendera untuk
pibu guna mencari pasangan….”
“Nah, inilah soalnya,” berkata Khu Cie Kee. “Baiklah
kau mengerti, ayahmu itu bukan she Bok, dia she Yo.
Selanjutnya kau baik memakai she Yo juga.”
“Tidak, aku bukan she Yo, baik aku tetap she Bok,”
berkata si nona itu. Ia bersangsi.
“Kenapa? Apakah kau tidak percaya aku?” tanya si
imam.
“Bukan aku tidak percaya, aku cuma ingin tetap
memakai she Bok.”
Melihat orang berkukuh, imam itu tidak memaksa.
Bukankah orang baru saja kehilangan ayahnya dan
hatinya sangat berduka? Ia tidak tahu, didalam
hatinya, Liam Cu sudah menyerahkan diri kepada
Wanyen Kang. Kalau Wanyen kang itu berayah she
Yo, dia pun she Yo juga, maka kalau ia memakai she
Yo, mana bisa mereka menikah?
Ong Cie It sementara itu merasakan satu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesangsian. Setelah makan dan pakai obat, ia merasa
segar, sembari rebah di pembaringan, ia mendengari
pembicaraan saudaranya dan nona itu. Ia ingat
bagaimana si nona bertanding sama Wanyen Kang.
“Eh,” tanyanya,” Kau bilang kau diajari silat oleh
ayahmu, kenapa buktinya kau lebih gagah daripada
ayahmu itu?”
“Itulah disebabkan pada suatu hari ketika aku
berumur tigabelas tahun, aku bertemu sama seorang
berilmu, Liam Cu menyahut. “Untuk tiga hari lamanya
dia ajarkan aku ilmu silat. Sayang otakku buta, tidak
dapat aku mewariskan semua pelajaran yang diajarkan
itu…” kata si nona pula.
“Jikalau ia cuma mengajarkan tiga hari, kenapa kau
jauh lebih lihay daripada ayahmu?” imam itu menanya
pula. “Siapakah orang berilmu itu?”
“Maaf, totiang, bukannya aku berani mendusta,
sebenarnya aku telah mengangkat sumpah, dari itu
tidak berani aku menyebutkan namanya.”
Ong Cie It berdiam, ia tidak menanya lebih jauh.
Tapi ia berpikir terus, ia mengingat-ingat ilmu silatnya
si nona selama dia melayani Wanyen Kang. Sekian
lama ia masih tidak mengingatnya, ia tidak dapat
mengenali. Hal ini membuatnya bertambah heran.
“Khu Suko,” akhirnya ia tanya kakaknya, “Bukankah
kau telah mengajari Wanyen Kang selama delapan
atau sembilan tahun?
“Tepatnya sembilan tahun enam bulan,” menjawab
Khu Cie kee. “Ah, aku tidak sangka sekali bocah itu
ada begini punya tidak berbudi….”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Ah, benar-benar aneh?” Cit It bilang.
Cie Kee heran. “Kenapa?” tanyanya.
Cit It diam, ia tidak memberi jawaban.
“Khu Totiang,” Tin Ok menanya. “Bagaimana
caranya kau dapat mencari turunannya Yo Toako itu?”
“Itulah terjadi secara kebetulan,” sahut Tian Cun Cu.
“Semenjak kita membuat perjanjian, aku pergi
kemana-mana mancari turunan kedua keluarga Yo dan
Kwee itu. Selama beberapa tahun, aku tidak
memperoleh hasil. Karena ini aku merasa bahwa
dalam halnya pibu, pihak kami pastilah kalah. Tapi aku
tidak putus asa. Aku mencari terus. Kembali aku balik
ke Gu-kee-cun. Pada suatu hari aku melihat beberapa
hamba negeri pergi ke rumahnya saudara Yo itu,
mereka mengangkut pergi semua barang perabotan
rumah tangga. Aku heran, lantas aku menguntit
mereka. Di luar dugaan mereka, aku mendapat dengar
pembicaraan mereka. Nyatanya mereka bukanlah
sembarang orang. Merekalah pengikut-pengikutnya
pangeran Chao Wang dari negara Kim, mereka
sengaja datang untuk mengangkuti isi rumahnya
saudara Yo. Mereka bilang, tidak boleh ada barang
yang kurang, tak terkecuali bangku, meja dan tombak
serta luku juga. Oleh karena itu aku heran, aku jadi
bercuriga, maka aku menguntit mereka terus sampai di
Tiongtouw.”
Mendengar sampai disitu, Kwee Ceng sadar.
Selama berdiam di dalam gedung Pangeran Chao
Wang, ia pernah melihat kamarnya Pauw Sek Yok
serta perlengkapannya. Ia heran seorang istri
Pangeran, tetapi perlengkapan rumahnya sangat
miskin….
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Khu Cie Kee melanjuti keterangannya: “Malamnya
aku pergi memasuki gedung pangeran itu. Ingin aku
mendapat kepastian apa perlunya barang-barang
demikian diangkut jauh-jauh, dibawa ke istana. Setelah
aku memperoleh kenyataan, aku menjadi sangat gusar
berbareng berduka dan terharu sekali. Ternyata Pauw
Sek Yok, istrinya saudara Yo itu, sudah menjadi
onghui, menjadi istrinya Pangeran Chao Wang itu.
Saking murkanya, berniat aku lantas membunuh Sek
Yok itu. Kemudian aku mengubah pikiranku itu. Segera
aku mendapat kenyataan, Sek Yok tinggal di sebuah
rumah batu yang kecil, di situ ia memeluki dan
mengusap-usap tombaknya saudara Yo, semalammalaman
ia menangis saja. Teranglah ia tidak dapat
melupakan suaminya itu. Karena itu, aku batal
membunuhnya. Kemudian lagi aku mendapat
keterangan, putranya Pangeran Chao Wang itu adalah
putranya saudara Yo. Lewat lagi beberapa tahun,
setelah usianya Wanyen Kang bertambah, aku mulai
memberikan dia pelajaran ilmu silat.”
“Mungkinkah itu binatang sampai sebegitu jauh
belum mengetahui asal-usulnya sendiri?” Tin Ok
menanya.
“Tentang itu pernah aku mencoba mencari tahu,”
berkata Khu Cie Kee. “Aku mendapat kenyataan ia
telah terpengaruh sangat harta dan kemuliaan, karena
itu, aku tidak lantas membeberkan rahasianya. Aku
pikir hendak menunggu sampai ia bertemu dan pibu
sama Kwee Sie-heng, baru aku hendak mengakurkan
mereka, untuk kemudian menolongi ibunya, untuk
pernahkan mereka di suatu tempat tersembunyi. Aku
tidak sangka sama sekali, sebenarnya saudara Yo
masih hidup, malah bersama-sama saudaraku, kita
kena terpedayakan hingga beginilah pengalaman kami
yang pahit. Ah…!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, Bok Liam Cu menangis seraya
menutupi mukanya.
Kwee Ceng lantas turut bicara, menuturkan
bagaimana dia bertemu sama Yo Tiat Sim, dan
bagaimana mereka bertemu juga sama Pauw Sek Yok
pada malam itu.
Semau orang lantas memuji Pauw Sek Yok, yang
ternoda saking terpaksa, tetapi akhirnya dia berkorban
untuk kehormatannya untuk cinta sucinya terhadap
suaminya.
Setelah itu, pembicaraan mereka beralih kepada
soal bertanding nanti di bulan kedelapan.
“Seluruh anggota Coan Cin Pay bakal hadir, apalagi
yang dibuat khawatir?” berkata Cu Cong.
“Aku berkhawatir mereka mengundang banyak
kawan hingga jumlah kita menjadi terlebih sedikit,” Ma
Giok mengutarakan kekhawatirannya.
“Bisakah mereka mengundang banyak orang
pandai?” Cie Kee bertanya.
“Bukan begitu, sutee,” berkata Tan Yang Cu seraya
menghela napas. “Selama beberapa tahun ini aku
benar telah memperoleh banyak kemajuan, hingga kau
dapat memancarkan pengaruh partai kita, akan tetapi
di sebelah itu, jangan kita melupakan, tidak dapat kita
bertemberang dan menuruti adat muda…”
Cie Kee tertawa. “Jadi kita harus ketahui, bahwa
diluar langit ada yang terlebih tinggi, di atas orang
pandai ada lagi orang yang terlebih pandai?” katanya.
“Memang begitu. Lihat saja beberapa orang tadi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukankah mereka itu tak ada dibawahan kita? Coba
mereka dapat mengundang lagi beberapa orang, maka
dalam pertemuan di Yan Ie Lauw itu sukar ditentukan
dari sekarang, siapa bakal kalah, siapa bakal
menang….” jawab Ma Giok lagi.
“Tapi mungkinkah kita Coan Cin Pay bakal roboh di
tangannya beberapa jahanam itu?” Khu Cie Kee
menegasi.
“Segala apa tak dapat diduga, saudaraku. Buktinya
ialah kejadian tadi. Kalau tidak ada Kwa Toako dan Cu
Jieko datang membantu, bukankah akan runtuh nama
baik kita yang sejak beberapa puluh tahun? Tidakkah
kita bertiga bakal kehilangan nyawa kita disini?” kata
Ma Giok.
Tin Ok dan Cu Cong lekas-lekas merendahkan diri.
“Mereka itu telah menggunakan akal muslihat,” kata
mereka. “Kemenangan mereka itu tak dapat dibuat
sebutan.”
Ma Giok menghela napas. “Memang kita harus
berhati-hati,” katanya. “Lihat saja Ciu Susiok kita. Ia
telah mewariskan kepandaiannya guru kita,
kepandaiannya itu sepuluh lipat melebihi kita, tetapi ia
terlalu mengandalkan diri, sampai sekarang sudah
belasan tahun, tak diketahui dimana adanya dia. Maka
itu Ciu Susiok itu harus dijadikan contoh.”
Mendengar perkataan kakaknya ini, Cie Kee
berdiam.
Kanglam Liok Koay tidak mengetahui yang Coan
Cin Cit Cu masih mempunyai susiok, paman guru,
mereka heran, tetapi mereka tidak nerani menanyakan
keterangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ong Cie It sendiri membungkam selama dua
saudaranya itu berbicara.
Kemudian Khu Cie Kee melirik kepada Kwee Ceng
dan Bok Liam Cu. “Kwa Toako,” katanya tertawa.
“Tidak kecewa murid yang kau pimpin itu. Yo Sutee
mendapatkan baba mantu seperti ini, ia mati pun
meram….”
Merah mukanya Liam Cu, ia berbangkit, sembari
tunduk ia berjalan untuk keluar.
Ong Cie It dapat melihat caranya orang berbangkit
dan bertindak, mendadak berkelebatlah suatu ingatan
di otaknya, sebab sekali ia turun dari atas
pembaringannya dan sebelah tangannya melayang ke
pundak orang.
Hebat serangan mendadak ini, tatkala si nona
sadar, pundaknya sudah kena ditekan, percuma ia
hendak mempertahankan diri, ia terhuyung ngusruk.
Tapi tangan kiri Cit It menyusul, sebelum ia jatuh, dia
sudah dapat ditolong. Dia heran dan kaget, dengan
mendelong ia mengawasi imam itu.
Ong Cie It lantas tertawa. “Jangan kaget, Nona,”
katanya. “Aku sedang menguji kepandaianmu.
Bukankah itu orang yang berilmu yang mengajari kau
ilmu silat cuma tiga hari mempunyakan hanya
sembilan jari tangan dan dandannya sebagai
pengemis?”
Nona Bok menjadi terlebih heran lagi. “Eh,
mengapakah totiang ketahui itu?” dia balik menanya.
Cit It tertawa pula. “Kiu Cie Sin Kay Ang
Locianpwee itu memang aneh sepak terjangnya,” ia
berkata, menerangkan. “Dia mirip dengan naga sakti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang nampak kepalanya tetapi tidak ekornya. Kau
telah mendapat pengajaran dari dia, Nona, kau
beruntung sekali. Sebenarnya ada sangat sukar akan
mendapatkan ketika seperti kau itu.”
“Hanya sayang guruku itu tidak mempunyai tempo
yang luang, dia cuma bisa mengajari tiga hari
lamanya,” menambahkan si nona.
Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar matahari cerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf
Belum ada tanggapan untuk "Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7"
Posting Komentar