-Justru itu Kwa Tin Ok, dengan romannya yang
bengis, menghajar nona Oey dengan tongkat besinya.
Oey Yong sedang bergirang sekali, ia tidak
menyangka yang ia bakal diserang. Itulah satu jurus
dari Hok Mo Thung-hoat yaitu ilmu tongkat Menakluki
Iblis, yang Tin Ok sengaja menciptakannya di gurun
pasir, untuk melawan Bwee Tiauw Hong. Sebaliknya
Kwee Ceng melihat itu. Bukan main kagetnya murid
ini. Tidak ada tempo lagi untuk mencegah dengan
mulut, terpaksa si anak muda mengulur tangan kirinya,
guna menyampok tongkat itu, sedang dengan tangan
kanannya, ia menyambar ujungnya, guna membikin
tongkat itu tidak jatuh. Dalam kesusu, ia menggunai
tenaga besar. Inilah hebat untuk Kwa Tin Ok. Dia
tersampok dan tertarik, dia tidak dapat
mempertahankan dirinya, tongkatnya terlepas,
tubuhnya terpelanting jatuh!
Kembali Kwee Ceng menjadi kaget.
"Suhu!" ia berseru seraya menubruk, guna
mengasih bangun gurunya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mulutnya Kwa Tin Ok mengeluarkan darah, sebab
dua buah giginya copot, sedang mukanya bengkak
akibat jatuhnya itu.
"Untuk kau!" katanya ketika ia mengambil kedua
buah giginya itu dan menyerahkannya kepada
muridnya. Tangannya berlepotan darah.
Kwee Ceng menjatuhkan diri di depan gurunya itu.
"Teecu salah, suhu," ia kata. "Silahkan suhu
menghukumnya ……"
"Untukmu!" kata pula si guru, tangannya tetap
dilonjorkan.
"Suhu ……" murid itu kata pula sambil menangis.
Ciu Pek Thong menyaksikan kejadian itu, yang ia
anggap lucu, maka ia tertawa dan kata; "Semenjak
dulu adalah guru yang menghajar murid tetapi hari ini
murid menghajar guru! Bagus-bagus!" Ia tidak
memperdulikan lagi bahwa ia justru membikin hati Tin
Ok menjadi makin panas. Karena sang murid tidak
mau menerima giginya itu, Tin Ok lantas menelan itu!
"Bagus, bagus!" kembali Pek Thong berseru-seru
dan bertepuk tangan.
Oey Yong bingung. Ia tidak tahu kenapa Tin Ok
hendak membinasakan padanya. Ia mendekati Cit
Kong tangan siapa ia cekal.
"Biar bagaimana juga teecu tidak berani melawan
suhu," kata Kwee Ceng mengangguk-angguk.
"Barusan teecu kesalahan tangan, maka itu harap
suhu menghukum padaku ……"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu! Suhu!" membentak sang guru. "Siapa
gurumu? Kau mempunyai pemilik dari Tho Hoa To
sebagai mertuamu, perlu apa lagi kau dengan
gurumu? Kanglam Cit Koay cetek kepandaiannya,
mana tepat dia menjadi gurunya Kwee Toaya?"
Kwee Ceng semakin menyesal, ia menganggukangguk
pula. Hebat sekali kemurkaan guru itu hingga
Oey Yok Su disebut-sebut sebagai mertuanya dan ia
pun disindir "toaya" atau "tuan besar".
Ang Cit Kong tidak dapat mengawasi saja.
"Kwa Tayhiap," ia berkata, "Di antara guru dan
murid, keterlepasan tangan adalah hal yang umum,
oleh karena itu, aku harap kau maafkan muridmu ini.
Barusan anak Ceng menggunai jurus dari ilmu silat
ajaranku si pengemis tua, akulah yang bersalah, di sini
aku hatur maaf kepadamu."
Pengemis itu benar-benar menjura kepada jago
Kanglam itu.
Mendengar Cit Kong berkata demikian, Pek Thong
pikir ia pun baik berbicara. Maka ia kata kepada Hoe
Thian Pian-hok: "Kwa Tayhiap di antara guru dan
murid keterlepasan tangan adalah yang umum sekali,
karena sambaran saudara Kwee barusan kepada
tongkatmu adalah sambaran ajaranku, di sini aku si
Loo Boan Tong matur maaf padamu."
Dan ia pun menjura dalam.
Dalam murkanya itu, Tin Ok menganggap orang
mengejek ia, ia bukan saja mendongkol pada si tua
yang doyan bergurau ini, ia juga menganggapnya Ang
Cit Kong mau main gila terhadapnya, maka itu dengan
sengit ia kata; "Kamu Tong Shia dan See Tok, Lam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tee dan Pak Kay, kamu semua sangat mengandalkan
kepandaian kamu, kamu menganggap kamu dapat
malang melintang di kolong langit ini, akan tetapi di
mataku, perbuatan kamu semua banyak yang tak
pantas, maka akhirnya nanti mesti buruk adanya!"
Pek Thong heran.
"Eh, apakah salahnya Lam Tee hingga kau
membawa-bawa dia?" ia tanya.
Oey Yong melihat suasana buruk sekali, kalau ia
diam saja, si tua bangka berandalan ini bisa mengacau
hebat, karena dalam murkanya itu, Tin Ok mesti dibikin
sabar dan bukannya dikocok, maka itu ia lantas
menyelak. Ia kata; "Loo Boan Tong, burung wanyoh
mau terbang berpasangan datang mencari kau,
apakah kau tidak mau lekas-lekas pergi melihat dia?"
Pek Thong kaget hingga ia lompat berjingkrak.
"Apa?" ia menanya.
"Dia ingin bersama kau di musim dingin di dalam
tempat yang tersembunyi mandi baju merah ……" kata
pula si nona.
Pek Thong menjadi terlebih kaget lagi.
"Di mana? Di mana?" ia tanya berulang-ulang.
"Di sana!" sahut Oey Yong, tangannya menunjuk ke
arah selatan. "Di sana! Lekas kau pergi cari dia!"
"Untuk selama-lamanya aku tidak akan menemui
dia pula!" berseru Pek Thong. "Nona yang baik, apa
juga kau boleh menitahkannya kepadaku asal kau
jangan membilangi dia bahwa aku berada di sini ……!"
Belum berhenti suaranya, dia sudah lari ke utara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau ingat perkataanmu ini ialah janjimu!" kata Oey
Yong.
"Kalau Loo Boan Tong sudah mengatakan, dia tidak
nanti menyesal!" kata Pek Thong dari jauh, lalu dia
lenyap dari pandangan matanya si nona.
Maksudnya Oey Yong ialah memperdayakan si tua
jenaka itu pergi mencari Eng Kouw, siapa tahu, Pek
Thong takut bertemu sama nyonya itu, dia bahkan
kabur. Tapi biar bagaimana, orang toh telah
menyingkir, maka lega juga hatinya nona ini.
Kwee Ceng masih berlutut di depan gurunya, ia
masih minta diberi hukuman. Sambil menangis ia
berkata pula: "Buat guna teecu, suhu bertujuh telah
pergi jauh ke gurun di utara, tempat yang bersengsara,
maka itu biarpun tubuh teecu hancur lebur, sukar untuk
teecu membalas budi suhu semua. Tanganku ini
bersalah, baiklah teecu tidak menginginkannya pula!"
Dengan tangan kanannya, si anak muda mencabut
pedangnya, dengan itu ia menebas tangannya yang
kiri, tetapi Kwa Tin Ok menangkis dengan tongkatnya,
hingga kedua senjata bentrok keras, lelatu apinya
muncrat, tangan si guru dirasakan sakit. Itulah bukti
yang muridnya itu benar-benar mau mengutungi
tangannya itu. Maka lantas ia berkata: "Baiklah!
Sekarang aku ingin kau melakukan sesuatu!"
"Titahkan saja, suhu, tidak nanti teecu membantah,"
Kwee Ceng bilang.
"Jika kau menampik, lain kali jangan kau bertemu
pula padaku!" kata si guru. "Biarlah perhubungan kita
putus bagaikan ditebas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Teecu akan melakukan itu dengan sungguhsungguh,"
kata Kwee Ceng, "Kalau tidak sampai mati
baru teecu berhenti."
Tin Ok membanting tongkatnya ke tanah.
"Kau kutungi kepalanya Oey Lao Shia serta kepala
gadisnya!" ia bilang keras.
Bukan main kagetnya Kwee Ceng. Itulah titah
sangat hebat, yang ia tidak sangka.
"Suhu!" serunya. "Suhu ……!"
"Bagaimana?" tanya si suhu bengis.
"Entah kenapa Oey Lao Shia bersalah kepada
suhu?"
"Hm! Hm!" mengejek si guru. "Aku mengharap
Thian memberikan ketika sejenak saja untuk aku bisa
melihat, asal aku bisa melihat mukamu binatang cilik
yang bong in pwee gie!" Dia mengangkat pula
tongkatnya, niat menyerang.
Bukan main sedihnya Kwee Ceng, yang dikatakan
bong it pwee gie - tidak mengenal budi. Ia melihat
tongkat mengancam. Ia tidak berkisar, tidak berkelit.
Oey Yong terkejut, apa pula ketika ia mendapatkan
si pemuda berdiam saja.
"Menolong dulu, itulah perlu!" pikirnya. Maka ia
menggeraki tongkatnya, dengan jurusnya "Anjing jahat
menghadang jalanan".
Tongkatnya Tin Ok tidak mengenai sasarannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan main mendongkolnya ketua Kanglam Cit
Koay ini. Tangkisan si nona membuatnya terhuyung,
meski ia tidak jatuh. Dua kali is menumbuk dadanya
sendiri, lantas dia lari ke arah utara.
"Suhu! Suhu!" Kwee Ceng berteriak-teriak
memanggil.
"Apakah Kwee Toaya menghendaki jiwa tuaku?"
guru itu tanya.
Kwee Ceng tercengang. Ia tidak berani mencegah
pula. Ia menunduki kepala. Maka itu ia cuma bisa
mendengar suara tongkat besi mengenai tanah atau
batu, makin lama makin jauh, makin jauh, makin
samar, lalu lenyap. Ia ingat budinya guru itu ia
menjatuhkan diri di tanah dan menangis menggerunggerung.
Sambil menuntun tangan Oey Yong, Cit Kong
menghampirkan muridnya itu.
"Dua-dua Kwa Tayhiap dan Oey Lao Shia
mempunyai tabiatnya sendiri-sendiri yang sangat luar
biasa." ia berkata, "Entah ada terjadi perselisihan
hebat apa di antara mereka itu. Sekarang kau jangan
bersusah hati, kau serahkan urusan padaku, nanti aku
si pengemis tua yang membereskan, supaya mereka
menjadi akur pula."
Kwee Ceng berhenti menangis, ia bangun.
"Suhu, tahukah suhu apa sebabnya itu?" ia tanya.
Cit Kong menggeleng kepala, tetapi ia berkata; "Loo
Boan Tong telah kena orang perdayakan. Dia bertaruh
mengadu diam maka kejadianlah dia diam tak berkutik.
Memangnya kawan manusia jahat itu hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membikin celaka padaku, kebetulan gurumu itu
sampai, dia melindungi aku, dia mengajaknya aku
bersembunyi ke dalam gua itu. Dengan mengandal
pada lengkak beracun gurumu itu, orang jahat tidak
berani memasuki gua. Maka kita dapat bertahan
sekian lama. Gurumu itu seorang mulia hati,
melindungi aku dengan memberbahayakan dirinya
sendiri."
Pengemis itu berhenti bicara, dia mencegluk
araknya dua kali, akan menggerogoti paha ayamnya,
yang ia terus telan, setelah mana, ia menyeka
mulutnya. Habis itu, baru ia berkata pula:
"Pertempuran barusan hebat sekali. Celaka untukku,
karena kepandaianku telah ludas, aku tidak dapat
turun tangan untuk membantu. Aku bertemu sama
gurumu itu tetapi tidak sempat aku bicara dengannya.
Aku percaya kegusarannya barusan pasti bukan
karena kau keterlepasan tangan. Dia seorang berbudi
dan jauh pandangannya, tidak nanti dia berlaku
dengan cupat pikiran. Lagi beberapa hari akan tiba
waktu perjanjian Pee-gwee Cap-gouw, maka
sesudahnya pertandingan di Yan Ie Law nanti aku
menjadi orang pertengahan akan mengakuri mereka
itu."
Kwee Ceng mengucap terima kasih.
"Kepandaian kamu berdua maju sangat pesat anakanak,"
Cit Kong berkata pula tertawa. "Kwa Tayhiap
ada seorang Rimba Persilatan yang kenamaan tetapi
setelah kamu turun tangan, dia jatuh pamornya.
Sebenarnya bagaimanakah halnya dengan kamu?"
Kwee Ceng berduka dan malu, ia tidak dapat
bicara, maka Oey Yong yang menutur hal perjalanan
mereka berdua semenjak mereka berpisah di istana
kaisar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Kong memuji dengan seruannya mendengar Yo
Kang membinasakan Auwyang Kongcu. Ketika ia
mendengan halnya Yo Kang menipu Lou Tiangloo
sekalian, ia mencaci anak muda itu sebagai anak
jadah. Kemudian ia melongo mendengar halnya It
Teng Taysu menolongi nona Oey sampai pada
lelakonya Sin Soan Cu Eng Kouw yang penasaran dan
mendendam hebat. Diakhirnya ia bcrseru kaget
mengetahui Eng Kouw muncul di Chee-liong-tha di
mana nyonya itu menjadi seperti hilang ingatan.
"Suhu, apakah suhu kenal Eng Kouw?" Oey Yong
tanya.
"Tidak, aku tidak kenal dia," menyahut guru itu,
"Hanya di waktu Toan Hongya masuk menjadi
pendeta, aku berada di sisinya. Dia telah mengirim
surat padaku di Utara, dia mengundang aku datang ke
Selatan. Aku lantas datang karena aku percaya tanpa
urusan penting tidak nanti dia mengundang aku. Aku
datang karena sekalian aku ingin mencoba pula
makanan Inlam yang lezat, bahkan aku berangkat
dengan cepat. Tempo aku bertemu sama Toan
Hongya, dia lesu sekali, dia sangat beda sama
waktunya pertemuan di Hoa San di mana dia gagah
bagaikan naga dan harimau. Aku heran sekali.
Besoknya dia mengajaki aku berunding tentang ilmu
silat maksudnya untuk mewariskan padaku dua
macam kepandaiannya. Sian Thian Kan dan It Yang
Cie. Kembali aku menjadi heran. Sian Thian Kang dari
Toan Hongya bersama Hang liong Sip-pat Ciang dari
aku, Kap Moa Kang dari Auwyang Hong dan Pek
Khong Ciang dari Oey Lao Shia, sama tersohornya,
sama tangguhnya, maka itu setelah dia pun
memperoleh It Yang Cie dari Ong Tiong Yang, pasti
sudah dia bakal jadi jago nomor satu di kolong langit
ini dalam pertempuran yang kedua di Hoa San. Tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karu-karuan sekarang dia mau mewariskan dua rupa
kepandaiannya itu padaku, untuk itu ia memakai
alasan merundingkan ilmu silat. Kenapa dia tidak mau
mempelajari Hang Liong Sip-pat Ciang dari aku? Mesti
ada sebabnya. Hal itu aku telah memikirkannya.
Kemudian setelah diam-diam aku berbicara dengan
empat muridnya, baru aku ketahui sebab aneh itu.
Kiranya, habis mewariskan kepandaiannya padaku, dia
hendak membunuh diri ……"
"Suhu," berkata Oey Yong, "Toan Hongya itu
khawatir, setelah dia mati, It Yang Cie tidak ada yang
mewariskan dan itu artinya tidak ada orang yang dapat
menguasai lagi Auwyang Hong."
"Benar, aku pun telah melihat hal itu. Karena itu
juga, aku bilang aku tidak suka mempelajari dua rupa
kepandaiannya itu. Setelah aku menampik, dia baru
menutur maksud hatinya. Dia kata keempat muridnya,
biarnya mereka jujur dan setia, tetapi sebab perhatian
mereka itu ditumpleki pada urusan pemerintah, tidak
nanti mereka memperoleh kemajuan. Dia kata pula,
tidak apa aku tidak menyukai Sian Thian Kang tetapi It
Yang Cie sangat perlu. Dia bilang, apabila It Yang Cie
terbawa ke kubur olehnya tanpa ada yang
mewariskan, dia malu bertemu Ong Tiong Yang Cinjin
di dunia baka. Aku masih membandel tidak mau
menerima warisannya itu. Aku pikir, dengan
membandel artinya jiwanya dapat ditolong."
"Kejadian itu sungguh aneh," kata Oey Yong.
"Semenjak dulu adalah umum, seorang mau belajar
dan minta diajari dan orang menolak mengajari, akan
tetapi kali ini, orang tidak mau belajar tapi ia justru
dibujuki, dipaksa!"
"Oleh karena aku tetap menolak," Cit Kong bercerita
lebih jauh, "Toan Hongya habis daya, lantas dia masuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi pendeta, di harian dia dicukuri rambutnya, aku
hadir dan mendampingi dia. Itulah kejadian belasan
tahun yang lalu. Ah, bagus, bagus sekarang urusan
bisa diselesaikan secara begini."
"Suhu," kemudian Oey Yong berkata pula. "Urusan
kami sudah beres, sekarang tetang hal suhu sendiri."
"Urusanku sendiri!" kata si orang tua. "Di istana aku
telah makan segala macam masakan lezat ……" dan
tak hentinya ia menyebut namanya pelbagai sayur
sambil dengan lidahnya menjilati bibirnya.
"Kenapa Loo Boan Tong tidak berhasil mencari
suhu?"
"Sebabnya ialah karena koki raja sering kehilangan
banyak sayurnya, dapur istana jadi kacau! Semua
orang bilang di dapur istana itu muncul dewa rase,
lantas mereka memasang hio memuja aku. Kemudian
urusan terdengar oleh pimpinan siewi, dia mengirim
delapan siewi untuk menjagai dapur, untuk menangkap
dewa rase itu. Aku jadi sulit, sedang Loo Boan Tong
tidak datang-datang. Terpaksa aku pergi bersembunyi
di tempat yang sepi. Tempat itu dipanggil ruang Gok
Lek Hoa-tong. Di sana ada ditanam banyak pohon
bwee. Itulah tempat raja menggadangi bunga bwee di
musim dingin, maka itu di musim panas, di situ tidak
ada satu setan jua kecuali beberapa orang kebiri tua
tukang nyapu. Senang aku tinggal di situ. Di mana saja
di dalam istana, orang bisa makan, seratus pengemis
tinggal juga mereka tidak bakal kelaparan. Baru
belasan hari aku hidup senang lalu datang gegobrak,
mulanya Loo Boan Tong yang main menangis seperti
setan mengulun atau anjing membaung atau kucing
mengeong, hingga istana jadi kacau, lalu beberapa
orang berteriak-teriak: 'Ang Cit Kong Looya-cu! Ang Cit
Kong Looyacu!' Aku mengingat, aku mengenali mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ialah rombongannya Pheng Lian Houw, See Thong
Thian dan Nio Cu Ong ……"
"Mau apa mereka itu mencari suhu?" tanya Oey
Yong heran.
"Aku pun heran. Hendak aku menyingkir dari
mereka, tetapi Loo Boan Tong berhasil mempergoki
aku. Dia sangat girang, dia peluk aku, dia memuji-muji
kepada Thian. Kemudian dia menitahkan Nio Cu Ong
semua berjalan di belakang ……"
Kembali Oey Yong heran.
"Kenapa Nio Cu Ong semua dapat diperintah Loo
Boan Tong?"
"Ketika itu aku pun sangat heran. Aku melihat
mereka sangat takut kepada Loo Boan Tong, apa yang
diperintahkan, mereka lantas kerjakan, tidak berani
mereka membantah. Demikian mereka diberi tugas
mengiringi, Loo Boan Tong menggendong aku sampai
di Gu-kee-cun, untuk mencari kamu berdua. Di tengah
jalan dia menjelaskan padaku bahwa dia bingung tidak
dapat mencari aku, sedangnya begitu dia bertemu Nio
Cu Ong semua. Dia hajar mereka itu, dia suruh
mereka membantui mencari di segala tempat. Mereka
mengatakan sia-sia belaka mereka mencari di istana
sedang istana sangat luas dan lebar."
Oey Yong tertawa.
"Loo Boan Tong lihay sekali, dia dapat membikin
Nio Cu Ong semua tunduk. Kenapa kawanan iblis itu
tidak melarikan diri saja?"
Cit Kong pun tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Loo Boan Tong ada mempunyai akalnya sendiri.
Dia kata dia telah membuat obat pel yang dicampuri
kotorannya, dia suruh mereka makan satu orang tiga
butir, setelah itu dia membilangi, obatnya itu ada
racunnya dan akan bekerja selewatnya empatpuluh
sembilan hari, bahwa obat pemunahnya cuma ia
sendiri yang dapat membikinnya. Mereka itu jadi
ketakutan, mungkin mereka sangsi, tetapi mereka
menjadi mendengar kata. Begitu mereka jadi dapat
diperintah segala macam.
Kwee Ceng lagi berduka tetapi mendengar
ceritanya sang guru, ia tertawa juga.
"Sampai di Gu-kee-cun, kamu tidak dapat dicari,"
Ang Cit Kong meneruskan keterangannya, "Loo Boan
Tong memaksa mereka itu mencari pula. Kemarin
malam mereka pulang dengan lesu, mereka gagal, dari
itu Loo Boan Tong mencaci mereka, yang terus
diancam, apabila besok mereka gagal pula, mereka
akan dikasih makan lagi obat kotorannya itu. Ia
menyebut-nyebut air kencing. Mendengar itu, timbul
kecurigaan mereka. Mereka percaya bahwa mereka
lagi dipermainkan, bahwa sebenarnya mereka bukan
dikasih makan racun. Lantas mereka memancing.
Dalam gusarnya, Loo Boan Tong membuka
rahasianya sendiri tanpa merasa. Aku menjadi
berkhawatir. Mereka itu bangsa licik, aku pikir lebih
baik mereka disingkirkan saja, supaya mereka tidak
menjadi bahaya di belakang hari. Mereka itu benar
lihay mereka merasa bahaya mengancam mereka,
mereka mendahului turun tangan. Begitulah Pheng
Lian Houw menggunai kecerdikannya, dia mau adu
Loo Boan Tong dengan Leng Tie Siangjin. Tidak dapat
aku mencegah lagi. Untuk menolong diri, aku pergi
menyingkir. Kebetulan sekali di luar dusun aku
bertemu Kwa Tayhiap. Dia melindungi aku menyingkir
kemari, kemudian dia pergi kepada Loo Boan Tong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka Loo Boan Tong pun datang ke mari, hanya di
sini, setelah dikocok Lian Houw, dia mengadu
kepandaian duduk diam sama si pendeta."
Oey Yong mendongkol berbareng merasa lucu.
"Jikalau tidak terjadi perkara kebetulan, suhu,
jiwamu bisa hilang di tangan Loo Boan Tong," kata Ia.
"Baiknya kebetulan sekali engko Ceng dan aku
mendengar lewatnya dua kawan mereka itu."
"Jiwaku memang sudah tidak berharga, jiwa itu
diantarkan di tangan siapa pun sama saja." kata sang
guru.
"Suhu, ketika itu hari kita pulang dari pulau Beng
Hee To ……" kata si nona.
"Bukan Beng Hee To hanya pulau menggencet
setan!" kata sang guru pula.
"Baiklah, pulau menggencet setan," kata sang
murid. "Sekarang ini benar-benar Auwyang Kongcu
telah menjadi setan! Ketika itu hari di atas getek kita
menolongi Auwyang Hong paman dan keponakan, aku
mendengar si bisa bangkotan mengatakan bahwa di
kolong langit ini cuma ada satu orang yang dapat
menyembuhkan suhu, hanya dia sangat gagah dan
lihay, dia tidak bisa dipaksa menolongi sedang suhu
tidak sudi menolong diri dengan merugikan lain orang,
suhu tidak mau minta pertolongan orang itu. Suhu juga
tidak mau membilang nama orang. Sekarang kami
tahu siapa orang itu, sebab dialah bukan lain daripada
Toan Hongya dulu hari dan It Teng Taysu sekarang
ini."
Ang Cit Kong menghela napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jikalau dia menggunai It Yang Cie menyalurkan
jalan darahku, memang dia dapat menyemhuhkan
aku," ia berkata, "Hanya karena dia menolong aku, dia
bakal menggunai tenaga dalamnya cara berlebihan,
setelah itu banyaknya tujuh tahun atau sedikitnya lima
tahun, tidak dapat dia memulihkan tenaga dalamnya
itu. Mungkin hatinya tawar dan dia tidak menghiraukan
lagi urusan pertemuan yang kedua di gunung Hoa
San, tetapi dengan usianya sudah enam atau
tujuhpuluh tahun, berapa lama lagi dia bisa hidup?
Maka itu, mana aku si pengemis tua dapat membuka
mulut untuk mohon pertolongannya itu?"
Mendengar itu, Kwee Ceng berjingkrak.
"Suhu, mari aku yang mengobati kau!" ia berkata.
"Aku telah mempelajari It Yang Cie! Apakah tidak baik
sekarang juga digua ini aku menyalurkan semua jalan
darahmu itu?"
Ang Cit Kong menggeleng kepala.
"Tahukah kau kenapa It Teng Taysu mengajari It
Yang Cie padamu?" ia tanya.
Inilah Kwee Ceng tidak pernah pikir, maka itu
mendengar pertanyaan gurunya ini, ia lantas mengerti,
tanpa merasa ia mengeluarkan peluh dingin.
"Ah, It Teng Taysu hendak mencari kematiannya!"
ia berseru. "Kalau begitu akulah yang membikin ia
celaka!"
"Ketika dia mengobati Yong-jie, jikalau dia tidak
melihat kau diam-diam mempelajari ilmunya itu, tempo
Eng Kouw mencari dia, mustahil dia berani pasang
tubuhnya untuk dibunuh nyonya itu?" kata pula guru
ini. "Untuk menolongi aku, untuk mengobati aku, tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi soal, tetapi bagaimana kalau dalam tempo
lima atau tujuh tahun si bisa bangkotan datang untuk
membikin celaka padamu? Bagaimana kau nanti
melayani dia? Bolehkah kau menyia-nyiakan
pengorbanan It Teng Taysu?"
"Jikalau suhu sudah sembuh, suhu dapat melayani
si bisa bangkotan itu," berkata sang murid.
Cit Kong lagi-lagi menggeleng kepala.
"Sukar untuk lukaku ini dapat disembuhkan dalam
tempo yang cepat," ia berkata. "Sebaliknya hari
pertandingan di Yan Ie Lauw di Kee-hin sudah sampai
bulu alis. Maka itu tentang sakitku ini dan
pengobatannya, baik kita bicarakan lain kali saja."
Oey Yong tertawa mendengar orang berebut
omong, yang satu memaksa mau mengobati, yang lain
menolak. Ia berkata; "Sudahlah, jangan kamu berebut
mulut! Untuk menyalurkan jalan darah dan meluruskan
nadi, aku mengerti!"
"Apa katamu!" Cit Kong menanya heran.
Si nona bersenyum, ia menyahuti: "Bahasa yang
aneh yang engko Ceng ingat di dalam hatinya telah
disalin jelaskan kepada kami, sekarang aku pikir-pikir,
ilmu itu dapat dipakai menolong suhu." Untuk
menguatkan keterangannya, ia menjelaskan
penjelasan penjelasan dari It Teng Taysu itu.
"Bagus, bagus!" kata Cit Kong girang. "Aku lihat kau
memang dapat menolong, cuma untuk itu dibutuhkan
tempo sedikitnya setengah sampai satu tahun."
Bab 69. HEBAT.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu," kata Oey Yong kemudian. "Di dalam
pertemuan di Yan Ie Lauw itu, pihak sana pasti bakal
mengundang Auwyang Hong, benar Loo Boan Tong
tidak bakal kalah tetapi dia berandalan, dia suka
mengacau, aku khawatir nanti timbul keonaran, maka
itu aku pikir perlu kita pergi ke Tho Hoa To untuk
mengundang ayahku. Dengan begitu barulah kita akan
merasa pasti akan kemenangan kita!"
"Kau benar," berkata Cit Kong. "Biar aku yang pergi
dulu ke Kee-hin dan kamu berdua pergi ke Tho Hoa
To."
"Baiklah kita pergi bersama dulu ke Kee-bin," kata
Kwee Ceng. Ia berkhawatir untuk gurunya itu.
"Tidak usah, biar aku pergi sendiri," kata guru itu.
"Aku akan menunggang kudamu. Umpama kata ada
orang jahat, aku dapat mengaburkannya. Siapa dapat
menyusul aku?" Ia lantas lompat naik ke punggung
kuda, di mana ia menenggak araknya. Ketika ia
menjepit kedua kakinya, kuda itu berpekik menghadapi
Kwee Ceng, terus dia kabur ke arah utara.
Pemuda itu mengawasi gurunya sampai guru itu
lenyap dari pandangan matanya, lantas dia mengingat
sikap Kwa Tin Ok, gurunya yang ke satu itu dari pihak
Kanglam Cit Koay, ia menjadi sangat berduka.
Oey Yong tahu orang bersusah hati, ia tidak
membujuki, hanya ia terus menyewa perahu, untuk
mengajak orang menaikinya, guna berangkat ke Tho
Hoa To. Di dalam perjalanan ini, mereka tidak
mengalami sesuatu, maka mereka tiba dengan tidak
kurang suatu apa di pulau yang dituju. Setelah
mendarat dan membayar sewaan perahu, hingga si
tukang perahu lantas pergi, baru ia kata kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kawannya; "Engko Ceng aku hendak memohon
sesuatu kepadamu, kau suka meluluskan atau tidak?"
"Kau sebutkan dulu, aku mendengarnya," menyahut
si anak muda, "Jangan nanti soal yang aku tidak dapat
melakukannya."
Oey Yong tertawa.
"Aku bukannya minta kau memotong kepalanya ke
enam gurumu itu!" katanya.
Pemuda itu tidak puas.
"Perlu apa kau menimbulkan urusan itu, Yong-jie!"
ia tanya.
"Kenapa aku tidak menimbulkannya?" si nona balik
menanya. "Mungkin kau dapat melupakan itu, aku
tidak! Biarnya aku baik dengan kau tetapi aku tidak
suka kepalaku dipotong olehmu ……"
Anak muda itu menarik napas panjang.
"Sungguh aku tidak mengerti kenapa toasuhu
demikian gusar ……" katanya.
"Toasuhu ketahui baik sekali kaulah orang yang aku
cintai. Biar aku mesti mati seribu atau selaksa kali,
tidak nanti aku sudi melukai kau biar bagaimana kecil
juga."
Oey Yong bersyukur. Ia menarik tangan si anak
muda, ia menyenderkan tubuhnya ke tubuhnya.
"Engko Ceng, apakah kau anggap Tho Hoa To ini
bagus?" ia tanya. Ia menunjuk ke barisan pohon
yangliu di tepi air. Perlahan suaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mirip tempat dewa-dewi," Kwee Ceng menyabut.
Si nona menarik napas.
"Ingin aku tinggal hidup di sini, tidak sudi aku di
bunuh kau ……" bilangnya.
Kwee Ceng mengusap-usap rambut nona itu.
"Anak tolol! Mana dapat aku membunuh kau ……"
"Bagaimana kalau kau didesak enam gurumu,
ibumu dan sekalian sahabatmu? Kau turun tangan
juga atau tidak?"
"Biar semua orang di seluruh jagat memusuhkan
kau, aku tetap akan melindungimu!" berkata si anak
muda.
Oey Yong memegang keras tangan orang.
"Untukku, kau suka mengorbankan segala apa
bukan?" ia tanya.
Kwee Ceng berdiam, agaknya ia bersangsi.
Oey Yong mengangkat kepalanya, ia mengawasi
mata orang. Sinar mata itu menunjuki roman kedukaan
atau ragu.
"Yong-jie," kata si anak muda kemudian. "Aku telah
bilang padamu aku suka berdiam di Tho Hoa To untuk
menemani kau seumur hidupku, ketika aku
mengatakan itu, aku telah mengambil keputusanku."
"Bagus!" si nona berseru. "Mulai hari ini, kau tidak
akan meninggalkan pulau ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng heran.
"Mulai hari ini?" dia tanya.
"Ya, mulai hari ini!" berkata si nona. "Aku akan
minta ayah pergi ke Yan Ie Lauw untuk membantu
pihakmu, aku bersama ayah nanti pergi membunuh
Wanyen Lieh guna membalaskan sakit hatimu, habis
itu aku bersama ayahku nanti pergi ke Mongolia
menyambut ibumu! Bahkan, akan aku minta ayah
menemui keenam gurumu guna memohon maaf
untukmu. Aku hendak membikin supaya hatimu lega
dan tidak ada apa-apa lagi yang harus dipikirkan!"
Kwee Ceng heran. Aneh sekali sikapnya nona ini.
"Yong-jie, apa yang aku bilang, semua itu katakataku,"
ia bilang. "Kau baiklah bertetap hati."
Si nona menghela napas.
"Urusan di dalam dunia ini banyak yang sukar
dibilang pasti," ia berkata. "Ketika dulu hari kau
menerima baik perjodohan putri Mongolia itu, mana
kau pernah ingat bahwa hari ini kau bakal menyangkal
dia. Juga aku sendiri, aku pikir aku dapat melakukan
segala apa sesukaku. Sekarang baru aku tahu ……
Ah, apa yang kita pikir baik, Thian justru pikir
sebaliknya."
Kedua matanya si nona menjadi merah, lekas-lekas
ia tunduk.
Kwee Ceng pun berdiam, pikirnya bekerja. Ingin ia
menemani Oey Yong seumur hidup di pulau Tho Ho
To ini, tetapi berat untuk meninggalkan semua urusan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di dalam dunia, itulah tidak sempurna. Hanya kenapa
ia tidak dapat menyebutnya.
"Aku bukannya tidak percaya kau dan hendak
memaksa kau berdiam di sini," si nona berkata pula
sesaat kemudian, perlahan, "Hanya …… hanya ……
Di dalam hatiku, aku sangat takut ……" Ia lantas
mendekam di pundak anak muda itu, ia menangis.
Kwee Ceng bengong. Inilah ia tidak sangka. Ia juga
heran.
"Kau takut apa, Yong-jie?" ia tanya.
Si nona tidak menjawab, ia hanya menangis terus.
Kwee Ceng menjadi semakin heran. Semenjak
mengenal si nona, biar bagaimana hehat pengalaman
mereka, belum pernah nona itu menangis, dia lebih
banyak tertawa, tetapi sekarang, sepulangnya ke
pulaunya ini? Inilah kampung halamannya. Apakah
yang dia buat takut? Bukankah dia justru bakal segera
bertemu sama ayahnya?
"Apakah kau mengkhawatirkan keselamatan
ayahmu?" ia tanya akhirnya.
Oey Yong menggoyangi kepala.
"Apakah kau takut, kalau aku meninggalkan Tho
Hoa To, lantas aku tidak kembali?"
Oey Yong menggeleng kepala pula. Dan ini
dilakukan terus meski si anak muda menanya pula ia
hingga empat atau lima kali.
Maka berdiamlah mereka sekian lama.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engko Ceng," kata si nona kemudian seraya
mengangkat kepalanya mengawasi si anak muda.
"Aku takut tetapi tidak dapat aku mengatakan apa
sebabnya …… Kalau aku ingat sikap dan romannya
gurumu tempo ia hendak membinasakan aku, aku jadi
bingung sekali. Aku menjadi khawatir, akan ada satu
harinya yang kau nanti mendengar perintah gurumu itu
hingga kau membunuh aku …… Maka itu aku minta
kau jangan meninggalkan lagi pulau ini. Kau
berjanjilah!"
Kwee Ceng tertawa.
"Aku kira urusan besar bagaimana, tak tahunya
urusan begini!" katanya. "Ingatkah kau kejadian dulu
hari di Pakhia ketika keenam guruku mengatai kau
sebagai siluman? Ketika itu aku ikut kau pergi, lalu
akhirnya tidak terjadi apa-apa. Memang roman
keenam guruku itu bengis tetapi hati mereka baik,
maka kalau nanti kau sudah mengenal baik mereka,
mereka tentulah akan menyukaimu …… Jiesuhu lihay
ilmunya merabai saku orang, nanti kau bola belajar
padanya. Tentang Citsuhu, ia sangat halus dan sabar
……"
Tapi si nona memotong: "Dengan begitu, artinya
kau mau meninggalkan pulau ini?"
"Kita meninggalkannya bersama-sama," berkata si
anak muda. "Kita sama-sama pergi ke Mongolia untuk
menyambut ibuku. Kita bersama-sama membunuh
Wanyen Lieh. Lalu bersama-sama juga kita pulang!
Bukankah itu bagus?"
Si nona melongo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, tidak dapat untuk selamanya kita
pulang bersama dan tidak dapat juga untuk selamanya
berada bersama," katanya selang sesaat.
Kwee Ceng menjadi heran.
"Kenapa begitu?" ia tanya.
"Aku tidak tahu," si nona menggeleng kepala.
"Jikalau aku melihat romannya toasuhumu, aku dapat
menerka sesuatu. Untuk dia, tidak cukup dia
mengutungi saja kepalaku! Dia membenci aku sampai
di dalam tulang-tulangnya!"
Kwee Ceng melihat orang bicara secara sungguhsungguh,
nona itu jadi sangat berduka. Ia jadi memikir.
Tanpa merasa, ia pun berkhawatir. Ia ingat pula sikap
gurunya yang kesatu yang sangat bengis itu.
"Dia biasa pandai berpikir," katanya di dalam hati,
"Kalau sekarang aku tidak turuti dia dan kemudian
kekhawatirannya berbukti bagaimana nanti jadinya?" Ia
jadi sangat berduka. Tapi ia pun dapat mengambil
putusannya. Maka ia kata: "Baiklah, aku tidak akan
berlalu dari sini!"
Mendengar itu, Oey Yong bengong mengawasi
pemuda itu, air matanya meleleh dari kedua belah
pipinya.
"Yong-jie, kau menghendaki apa lagi?" tanya si
pemuda perlahan.
"Aku menghendaki apa lagi?" menyahut si nona.
"Apa juga aku tidak menghendaki pula." Lantas
sepasang alisnya yang bagus bergerak, lantas dia
tertawa. Ia kata pula: "Kalau aku menghendaki apaapa
lagi, Thian juga tidak bakal meluluskannya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saking gembiranya, lantas di situ dia menari-nari,
tangan bajunya yang panjang berseliweran, gelang
emasnya berkilauan. Kadang-kadang ia menyambarnyambar
pohon bunga dengan bunganya berwarna
merah, putih kuning dan ungu, hingga dia mirip seekor
kupu-kupu Tiba-tiba ia berlompat naik ke atas pohon,
ke pohon yang lain, kembali lagi. Dalam
kegembiraannya itu ia bersilat dengan Yan Siang Hui
dan Lok Eng Ciang.
Menyaksikan si nona, Kwee Ceng seperti
ngelamun: "Dulu ibu mendongeng kepadaku bahwa di
laut Tang Hay ada sebuah gunung dewa, bahwa di
atas gunung itu ada sejumlah dewinya. Mustahilkah di
dunia ada gunung dewi yang terlebih indah daripada
pulau Tho Hoa To ini? Mungkinlah benar ada dewi
yang melebihkan cantiknya Yong-jie?" Ia sadar ketika
mendadak Oey Yong berseru seraya terus lompat
turun, tangannya menggapai padanya seraya dia terns
lari ke depan, nerobos di antara rimba.
Kwee Ceng menyusul. Ia pun khawatir nanti
kesasar.
Oey Yong lari berliku-liku sampai ia berbenti dengan
mendadak.
"Apakah itu?" tanyanya seraya tangannya menunjuk
ke depan di mana ada benda bertumpuk.
Kwee Ceng mendahului maju. Itulah seekor kuda
yang lagi rebah. Bahkan ia lantas mengenali itulah
kudanya Han Po Kie, samsuhu atau gurunya yang
nomor tiga. Ia mengulur tangannya memegang perut
kuda itu. Dingin rasanya. Terang sudah kuda itu telah
mati lama. Berbareng heran, Kwee Ceng berduka.
Kuda ini pernah turut pergi ke gurun pasir dan
dengannya Kwee Ceng kenal sejak ia masih kecil.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Boleh dibilang inilah kuda luar biasa dan kuat,
kenapa dia mati di sini?" si anak muda berpikir. "Tentu
sekali samsuhu sangat berduka ……"
Mengawasi lebih jauh, Kwee Ceng dapat
memperhatikan, kuda itu bukan mati rebah melonjor
hanya keempat kakinya tertekuk meringkuk. Ia terkejut.
Ia lantas ingat kudanya Gochin Baki, yang terbinasa
dihajar Oey Yok Su. Kuda putri itu mati melingkar,
mirip dengan kuda ini. Maka dengan tangan kirinya ia
mengangkat lehernya kuda itu dan dengan tangan
kanannya meraba dua kaki depannya. Untuk kagetnya,
ia mendapatkan tulang-tulangnya kuda itu remuk. Ia
lantas meraba punggung kuda itu. Tulang punggung
itu juga patah! Ketika ia mengangkat tangannya, ia
melihat tangannya itu berlepotan darah - darah yang
sudah berubah menjadi hitam tetapi bau amisnya
masih ada. Mungkin sudah tiga empat hari matinya
kuda itu.
Oleh karena penasaran, Kwee Ceng membalik
tubuh binatang itu, untuk memeriksa. Ia tidak
mendapatkan luka di luar. Saking heran, ia duduk
dengan menjatuhkan diri di tanah, hatinya bekerja:
"Mungkinkah ini darahnya samsuhu? Habis dimana
adanya guruku itu?"
Sekian lama Oey Yong berdiam di samping
menyaksikan kelakuannya Kwee Ceng, ia pun heran,
tetapi ia dapat menenangkan diri. Maka kemudian ia
kata; "Kau jangan bergelisah. Mari kita memeriksanya
dengan perlahan-lahan ……"
Nona ini maju, ia mementang kedua tangannya
membiak pohon-pohon bunga, sembari jalan ia
memperhatikan tanah. Kwee Ceng mengikuti, ia juga
mengawasi ke tanah, maka terlihat olehnya titik-titik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang disebabkan berceceran darah. Saking ketarik dan
tegang hatinya, ia sampai melupai jalan yang sesat, ia
mendahului si nona, dari jalan perlahan, ia menjadi
membuka tindakan lebar. Tidak heran kalau beberapa
kali ia kesasar.
Oey Yong berlaku teliti, ia berjalan hingga di
gombolan rumput, di pinggir batu karang. Di situ tanda
darah itu sebentar kedapatan sebentar lenyap. Ia
memeriksa dan melihat tapak serta bulu kuda.
Tanpa mengenal capai, mereka berjalan terus
hingga beberapa lie, sampai di depan sekumpulan
pohon bunga dan pepohonan lain di mana ada sebuah
kuburan. Melihat itu Oey Yong lari menghampirkan.
Ketika dia pertama kali datang ke Tho Hoa To,
Kwee Ceng pernah melihat kuburan itu, yang ia masih
mengenalinya. Itulah kuburan dari ibunya si nona.
Hanya kali ini, kuburan itu tidak utuh seperti dulu hari
itu. Batu nisannya telah roboh. Ia maju untuk
mengangkat itu. Ia membaca tulisan batu peringatan
itu. Ibunya Oey Yong ada orang she Phang. Terang
tulisan itu ada tulisan Oey Yok Su - tulisannya bagus
dan tegak.
Oey Yong melihat pintu pekuburan telah terpentang
lebar-lebar. Ia merasa pasti bahwa di pulaunya ini
sudah terjadi sesuatu. Tadi pun ketika dari atas pohon
ia melihat melingkarnya kuda, hatinya sudah bercekat.
Ia tidak lantas bertindak masuk. Lebih dulu ia
memasang mata ke sekitar kuburan. Di kiri kuburan,
rumput hijaunya bekas diinjak-injak. Di muka pintu
terlihat bekas-bekas senjata beradu. Ia memasang
kuping. Ia tidak mendengar suara apa-apa. Maka
dengan membungkuk, ia masuk di pintu.
Kwee Ceng berkhawatir, ia mengikuti masuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu berada di dalam, muda-mudi ini merasakan
hati mereka tegang. Lebih-lebih si pemuda. Bukankah
itu kuburan ibunya? Tembokan pada gugur atau
gugus, bekas terhajar senjata tajam akibat suatu
pertempuran dahsyat.
Oey Yong memungut suatu barang ketika ia mulai
bertindak masuk. Kwee Ceng mengenali itulah batang
timbangan atau dacin, yang menjadi senjata gurunya
keenam, Coan Kim boat. Timbangan itu terbuat dari
besi, ukurannya sebesar lengan, tetapi toh orang dapat
mematahkannya menjadi dua. Maka berdua mereka
saling mengawasi, mulut mereka bungkam, mereka
seperti tidak berani membuka mulut. Mereka tahu,
cuma ada beberapa gelintir orang yang tenaganya
kuat istimewa dan untuk di Tho Hoa To, orang itu
melainkan Oey Yok Su ……
Kwee Ceng menyambut dari tangan Oey Yong
potongan dacin itu, ia lantas mencari potongan yang
lainnya, sembari mencari ia merasakan hatinya
tertindih berat sckali. Ia bersangsi, ingin ia mencari
dapat, ingin ia tidak dapat mencarinya ……
Lebih jauh ke dalam, tempat kuburan itu menjadi
terlebih suram. Kwee Ceng lantas membungkuk,
tangannya meraba-raba ke tanah. Mendadak
tangannya itu membentur sesuatu yang keras, yang
lantas ternyata adalah batu timbangan, batu mana
dapat dipakai Kim Hoat sebagai senjata rahasia untuk
menimpuk. Hatinya berdebaran. Ia masuki gandulan
itu ke sakunya, ia maju lehih jauh.
Untuk terkesiapnya hatinya, Kwee Ceng kena
meraba benda yang dingin tetapi lunak. Ia merabaraba.
Akhirnya ia kaget hingga ia berlompat bangun, ia
kena pegang muka orang. Justru ia lompat, justru –
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
duk ……! Kepalanya membentur langit kuburan itu.
Tapi disaat seperti itu, ia melupakan nyeri. Maka ia
lantas mengeluarkan bahan apinya dan menyalakan
itu. Begitu dapat melihat, begitu ia menjerit, begitu ia
roboh pingsan!
Api di tangannya pemuda itu tidak padam, dengan
cahanya api, Oey Yong bisa melihat tegas.
Coan Kim Hoat rebah terlentang sebagai mayat,
kedua matanya terbuka besar. Di dadanya nancap
potongan yang lain dari dacinnya itu. Maka sekarang
duduknya hal telah menjadi terang.
Oey Yong kaget tetapi ia mencoba menentramkan
diri. Dari tangannya Kwee Ceng ia mengambil api,
dengan itu ia mengasapi hidungnya si anak muda.
Itulah daya untuk menyadarkan orang pingsan.
Tidak lama, anak muda itu berbangkis dua kali,
lantas ia mendusin. Ia membuka matanya mengawasi
si pemudi. Kemudian ia bangun, untuk berdiri. Tanpa
membilang suatu apa, ia masuk lebih jauh. Oey Yong
mengikuti.
Di ruang dalam, yang merupakan liang kubur asli,
segala apa kacau. Meja sembahyang pecah ujungnya.
Pikulan besi dari Lam Hie Jin nancap di lantai. Di
pinggir kiri kamar itu, rebah melintang tubuh satu
orang, ikat kepalanya robek, sepatunya copot. Dengan
melihat dari punggung saja sudah dapat dikenali dialah
Biauw Ciu Sie-seng Cu Cong si Mahasiswa Tangan
Lihay.
Dengan tindakan perlahan, Kwee Ceng
menghampirkan. Ia membalik tubuhnya jiesuhu itu,
gurunya yang nomor dua. Ia melihat bibir yang
bersenyum, tapi yang sudah dingin, seperti dinginnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seluruh tubuhnya. Maka anehlah senyumannya
Kanglam Cit Koay yang kedua ini.
"Jiesuhu, teecu Kwee Ceng datang!" kata si anak
muda perlahan. Setelah itu dengan berhati-hati, ia
mengangkat tubuhnya guru itu, atau - tingtang! Ia
mendengar suara barang jatuh saling susul. Itulah
jatuhnya dari sakunya banyak barang permata, seperti
batu kumala, yang berserakan di lantai.
Oey Yong menjumput beberapa potong barang
permata itu, untuk ditelitikan. Segera ia
melemparkannya pula, dengan dingin, ia berkata: "Ini
permata mulia yang dikumpul ayahku yang disengaja
dipakai untuk menemani ibuku!"
Kwee Ceng terkejut. Ia menoleh kepada kekasih itu.
Ia menjadi lebih kaget pula. Di samping suara dingin
dan tak sedap dari nona itu, ia melihat sinar mata yang
mencorong tajam dan bengis, dari mata yang merah
bagaikan darah.
"Apakah kau maksudkan guruku datang ke mari
mencuri permata ini?" ia menanya perlahan.
Mata si pemudi menatapsi pemuda akan tetapi dia
ini tidak dapat mundur, dia bahkan mengawasi, hanya
sekarang sinarnya berubah. Itulah sinar mata dari
putus asa, dari kedukaan.
"Guruku yang kedua seorang laki-laki sejati," kata
Kwee Ceng. "Mana mungkin dia mencuri harta
ayahmu? Lebih-lebih tak mungkin dia mencuri barang
permata di dalam kuburan ibumu ini!"
Oey Yong mendengar nada orang, dari gusar
menjadi berduka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang juga pikiran Kwee Ceng berubah dengan
perlahan-lahan. Ia menyangka si nona menuduh
gurunya itu, seorang ksatria, ia menjadi tidak senang,
ia menjadi gusar. Segera setelah itu, ia memikir
kepada kenyataan. Bukankah gurunya itu terkenal
sebagai si tangan lihay, yang sangat pandai
mencopet? Bukankah semua permata itu meluruk dari
sakunya guru itu? Bukankah mereka justru berada di
dalam liang kubur di mana harta itu disimpan? Tapi,
benarkah gurunya datang ke situ untuk mencuri?
Bukankah guru itu laki-laki sejati? Ia menyangsikan
gurunya berbuat demikian busuk dan hina. Maka ia
menduga kepada sesuatu yang diluar dugaannya.
Dalam kesangsian itu, antara kegusaran dan kedukaan
dan keragu-raguan ia mengepal keras tangannya
hingga terdengar suara meretek.
Oey Yong masih mengawasi lalu ia berkata dengan
perlahan. "Ketika itu hari aku melihat air mukanya
gurumu yang nomor satu, aku merasa aneh sekali, aku
lantas seperti dapat firasat bahwa di antara kita berdua
sulit ada akhir yang baik, yang membahagiakan.
Jikalau kau hendak membunuh aku, sekarang kau
boleh turun tangan. Ibuku ada di sini, maka kau tolong
saja mengubur aku di sisinya. Setelah selesai kau
mengubur aku, kau mesti lekas mengangkat kaki dari
sini, supaya jangan sampai kau bertemu dengan
ayahku ……"
Kwee Ceng tidak menyahuti, ia jalan mondarmandir,
tindakannya lebar dan cepat, napasnya pun
memburu.
Oey Yong berdiam. Ia mengawasi ke gambar
lukisan dari ibunya. Ia melihat sesuatu di situ, ia lantas
menghampirkan. Nyata itulah dua senjata rahasia yang
nancap. Ia menurunkan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng melihat senjata itu, ia mengenali tokleng,
atau lengkak rahasia, dari Kwa Tin Ok.
Oey Yong terus berdiam, tangannya menyingkap
toh-wie di belakang meja sembahyang. Di situ ada
pernahnya peti mati dari ibunya. Ketika ia
menghampirkan, mendadak ia menghela napas
panjang. Di belakang peti mati ibunya itu rebah dua
mayat dari kakak beradik, atau engko dan adik. Han
Po Kie dan Han Siauw Eng. Siauw Eng itu terang telah
membunuh diri, sebab tangannya masih memegang
gagang pedang. Tubuh Po Kie sendiri menindih peti
mati. Hanya yang hebat, batok kepalanya telah
meninggalkan liang bekas lima jari.
Kwee Ceng telah melihat kedua mayat itu. Ia
sekarang bisa berlaku tenang. Ia memondong turun
tubuh gurunya yang ketiga itu, seorang diri ia berkata:
"Aku melihat sendiri kematiannya Bwee Tiauw Hong.
Di kolong langit ini, orang yang pandai Kiu Im Pek-kut
Jiauw, siapa lagi kecuali Oey Yok Su?" Ia mengambil
pedangnya Siauw Eng, terus ia bertindak keluar, ketika
ia melewati Oey Yong, ia tidak berpaling lagi pada
nona itu.
Nona Oey merasa hatinya dingin secara tiba-tiba. ia
terdiam. Justru itu, ruang itu menjadi gelap, sebab
apinya padam. Ia kaget, hatinya berdebaran. Itulah
kuburan yang ia kenal baik, tetapi di situ sekarang
rebah empat mayat dalam caranya yang berlainan,
yang mengerikan, maka ia lantas lari keluar. Satu kali
ia terpeleset, hampir ia roboh. Setibanya di luar baru ia
ingat bahwa ia kesandung tubuhnya Coan Kim Hoat.
Sekarang ia melihat batu nisan yang roboh. Ia hendak
menutup pintu kuburan ketika ia ingat satu hal. Ia
lantas kata pada dirinya sendiri: "Kalau ayah yang
membunuh keempat anggota Kanglam Cit Koay ini,
kenapa pintu ini tidak dikunci? Ayah sangat mencintai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ibu, biarnya ia sangat kesusu, tidak nanti ia
membiarkan pintu tinggal terpentang?" Maka ia
menjadi ragu-ragu. Ia menjadi ingat pula: "Cara
bagaimana ayah dapat membiarkan mayat keempat
orang ini menemani ibu? Tidak mungkin! Mungkinkah
ayah sendiri yang nampak sesuatu yang tidak
dinyana?"
Lantas Oey Yong membetulkan batu nisan itu, ia
mengunci pintunya, ialah dengan mendorong batu
nisan ke kanan tiga kali dan ke kiri tiga kali juga, habis
itu ia lari ke arah rumahnya. Ia dapat menyusul Kwee
Ceng meskipun si anak muda telah keluar lebih dulu
beberapa puluh tindak. Anak muda itu berputaran
karena kesasar. Kapan dia melihat si nona, dia lantas
mengikuti. Mereka berjalan tanpa membuka suara,
mereka melintasi pengempang, sampai di rumah
peranti bersemedi dari Oey Yok Su. Hanya sekarang
rumah itu roboh tidak karuan, di bagian depan terlihat
tiang-tiang dan penglari yang patah.
Oey Yong kaget sampai ia menjerit-jerit. "Ayah!
Ayah!" Dia lari ke dalam rumahnya. Di situ kursi meja
pada terbalik dan segala perabot tulis, buku semua
berserakan di lantai. Di situ tidak ada sekalipun
bayangannya Oey Yok Su.
Nona ini berotak tajam, dia cerdas dan lekas
berpikir, tetapi kali ini pikirannya kacau. Ia memegang
meja tulis ayahnya, tubuhnya bergoyang-goyang mau
jatuh. Sampai sekian lama, baru ia bisa menetapkan
hati. Ia lari ke samping, ke kamarnya budak-budaknya
yang gagu, sia-sia belaka ia mencari, ia tidak dapat
menemukan seorang budak juga. Di dapur sunyi
semua. Rupanya, meski orang tidak mati, semua telah
pergi entah ke mana. Rupanya di pulau itu, kecuali
mereka berdua, tidak ada orang lainnya lagi ……
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan tindakan perlahan Oey Yong menuju ke
kamar tulis, di sana Kwee Ceng berdiri menjublak,
matanya mengawasi lempang ke depan.
"Engko Ceng, lekas kau menangis!" berkata si
nona. "Kau menangis dulu, baru kita bicara!"
Kwee Ceng tidak menyahuti, hanya dengan mata
mendelik ia mengawasi nona itu. Ia sangat mencintai
keenam gurunya, sekarang ia mendapat pukulan
begini hebat, kedukaannya sampai di puncaknya
hingga tak dapat ia menangis.
Oey Yong kaget.
"Engko Ceng!" katanya. Cuma sebegitu ia bisa
bilang, lantas ia berdiam.
Keduanya berdiri saling mengawasi.
Akhirnya si anak muda ngoceh seorang diri "Tidak
dapat aku membunuh Yong-jie, tidak dapat aku
membunuh Yong-jie!"
Oey Yong lantas berkata: "Gurumu telah mati, kau
menangislah!"
"Tidak, aku tidak menangis!" kata Kwee Ceng
seorang diri.
Kembali keduanya berdiam. Sunyi kamar tulis itu.
Cuma di kejauhan terdengar samar-samar suara
berdeburnya gelombang.
Oey Yong berpikir keras, ia mengingat segala apa,
tetapi tetap ia berdiam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mesti mengubur dulu guru-guruku ……"
Kemudian terdengar Kwee Ceng mengoceh pula.
"Benar, semua guru mesti dikubur lebih dulu!"
menimpali Oey Yong. Bahkan ia mendahului berjalan
kembali ke kuburan ibunya.
Tanpa bersuara, Kwee Ceng mengikuti, selagi si
nona hendak mendorong batu nisan, mendadak ia
lompat melewati, terus ia menendang batu nisan itu. Ia
menggunai tenaga besar tetapi batu besar dan berat,
ia tidak dapat menggempur roboh, sebaliknya, kakinya
yang berdarah, hanya ia tidak merasakan itu. Bagaikan
kalap, ia menyerang kalang kabutan dengan
pedangnya: menikam dan menebas, dan tangan
kirinya juga menghajar, hingga batu gugur dan
gugusannya terbang berhamburan. Pedangnya tak
tahan, pedang itu patah. Ia menjadi panas, maka ia
terus menyerang dengan tangannya. Kali ini ia berhasil
membikin batu patah, hingga terlihat sebatang besi. Ia
pegang besi itu, ia menggoyang-goyang keras.
Dengan satu suara nyaring, besi itu membuatnya pintu
kuburan terbuka sendirinya. Ia melengak, ia kata
seorang diri; "Kecuali Oey Yok Su, siapa dapat
membikin pintu rahasia ini dan siapa dapat memancing
semua guruku masuk ke dalam kuburan hantu ini?"
Lalu dia berdongak dan berseru nyaring, terus ia
melemparkan pedang buntungnya, untuk lari masuk ke
dalam kuburan itu!
Oey Yong mengawasi pedang buntung dan batu
nisan yang patah, yang terkena darahnya si anak
muda, ia bengong, hatinya bekerja. Ia melihat
kebencian hebat dari Kwee Ceng itu. Ia pikir; "Jikalau
dia melampiaskan hawa marahnya dengan merusak
peti ibuku, lebih dulu aku akan membunuh diri dengan
membenturkan kepalaku kepada peti ……" Lantas ia
hendak menyusul pemuda itu atau ia melihat Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng berjalan keluar dengan memondong tubuhnya
Coan Kim Hoat, setelah meletaki tubuh itu, dia masuk
pula, akan mengambil mayat Cu Cong. Perbuatan itu
dilanjutkan kepada mayat Han Po Kie dan Han Siauw
Eng.
Dengan mata mendelong, Oey Yong mengawasi si
anak muda pada air muka siapa kentara sekali
cintanya kepada guru-gurunya itu. Hatinya menjadi
dingin. Ia kata di dalam hatinya itu: "Nyatalah dia
mencintai gurunya melebihkan cintanya kepadaku. Ah,
mesti aku cari ayahku, mesti aku cari ayahku ……"
Kwee Ceng membawa mayat keempat gurunya ke
dalam rimba, terpisah dari kuburan ibunya Oey Yong
beberapa ratus tindak, di situ barulah ia menggali
lobang. Ia menggali dengan patahan pedang, hebat ia
menggunai tenaganya. Sekian lama ia bekerja,
mendadak pedangnya itu bersuara keras - pedang itu
patah pula!
Justru itu ia merasakan dadanya sesak, hawa
panas naik, ketika ia mementang mulutnya, ia
memuntahkan darah hidup hingga dua kali, tetapi ia
bekerja terus, dengan kedua tangannya ia
membongkar tanah, yang ia saban-saban
melemparkannya.
Melihat demikian, Oey Yong lari mengambil dua
buah sekop peranti bujang gagunya, yang satu ia
kasihkan pada si anak muda, yang lain ia pakai sendiri,
untuk membantui menyingkirkan tanah.
Kwee Ceng merampas sekop di tangan si nona, ia
patahkan itu kemudian dengan sekop yang satunya
bekerja sendiri, ia menggali terus lobangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tahu artinya perbuatan pemuda itu,
merasakan hatinya sakit, tetapi ia tidak menangis, ia
lantas duduk mengawasi saja.
Kwee Ceng bekerja luar biasa. Ia berhasil menggali
dua buah liang satu besar dan satu kecil. Ke lubang
yang kecil itu ia pondong tubuh Siauw Eng, untuk
diletak dengan hati-hati. Ia lantas berlutut, ia paykui
beberapa kali. Ia mengawasi muka guru wanita itu,
guru yang ketujuh, sesudah itu baru ia menguruknya.
Setelah itu ia mengangkat tubuh Cu Cong dimasuki ke
dalam liang kubur yang besar. Mendadak ia berpikir:
"Permata mulia kotor dari Oey Yok Su mendapat
menemani jiesuhu?" Maka itu, ia merogoh saku
gurunya, ia mengeluarkan sisa batu permatanya.
Paling akhir ia menarik keluar sehelai kertas putih,
yang ada suratnya. Ia membeber itu dan membaca:
"Yang rendah dari Kanglam, Kwa Tin Ok, Cu Cong,
Han Po Kie, Lam Hie Jin, Coan Kim Hoat dan Han
Siauw Eng, dengan ini menghaturkan bertahu kepada
cianpwe pemilik Tho Hoa To bahwa mereka telah
mendengar kabar bahwa Coan Cin Cit Cu, dengan
tidak menaksir tenaganya sendiri, hendak melakukan
sesuatu terhadap Tho Hoa To. Mengenai itu, menyesal
kami tidak dapat berbuat apa-apa untuk
mengakurkannya, hanya mengingat bahwa cianpwee
adalah pantarannya Ong Tiong Yang Cinjin, kami
memikir mana dapat cianpwee malayani anak-anak
muda. Di jaman dulu Lin Siang Jie telah mengalah
terhadap Liam Po, peristiwa itu menjadi buah tutur
yang berupa pujian. Karena siapa gagah, dadanya
lapang bagaikan lautan, dia tentu tidak menghiraukan
segala perbuatan di antara ayam dan kutu. Kalau nanti
kejadian Coan Cin Cit Cu datang ke depan Tho Hoa
To, untuk nengakui kesalahannya sendiri, pastilah
semua orang gagah di kolong langit ini akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengagumi kepribadian cianpwee. Tidakkah itu
bagus?"
Habis membaca itu, Kwee Ceng berpikir; "Dulu hari
Coan Cin Cit Cu bertempur sama OeyYok Su di Gukee-
cun, lantas Auwyang Hong secara diam-diam
menggunai akal jahatnya dan membinasakan Tiang
Cun Cu Tam Cie Toan, kesalahan digeser kepada Oey
Yok Su. Oey Yok Su berkepala besar, dia tidak
menghiraukan urusan itu tidak mau membersihkan diri,
maka kejadian Coan Cin Cit Cu jadi sangat membenci
padanya. Rupanya sekarang guruku mendapat dengar
Coan Cin Cit Cu datang untuk melakukan pembalasan,
karena ia khawatir kedua pihak itu rusak bersama,
guruku menulis suratnya ini nenganjurkan Oey Yok Su
menyingkirkan diri untuk sementara waktu, supaya
kemudian di dapat jalan guna membeber duduknya
hal. Dengan begitu, guruku ini bermaksud baik, maka
Oey Yok Su si tua, kenapa dia telah menurunkan
tangan jahatnya kepada guruku semua?" Baru ia
berpikir begitu, atau ia lantas berpikir pula: "Jiesuhu
sudah menulis suratnya ini, kenapa dia tidak
menyampaikan kepada alamatnya hanya dibiarkan
berada di dalam sakunya? Ah, mungkin waktu terlalu
mendesak, Coan Cin Cit Cu telah keburu datang, dia
jadi tidak mendapat tempo lagi untuk
menyerahkannya, maka mereka lantas datang sendiri,
guna maju si sama tengah di antara kedua pihak yang
bertempur itu. Oey Lao Shia, Oey Lao Shia, mungkin
kau menyangka guruku adalah kawan-kawan
undangan dari Coan Cit Cin Cu, yang bakal membantu
pihak sana, maka dengan sembrono kau telah
menurunkan tangan jahatmu itu ……"
Kembali pemuda ini berdiam. Surat itu ia lipat,
hendak dimasuki ke dalam sakunya. Selagi ia melipat
tiba-tiba di belakang itu ia melihat coretan beberap
huruf, yang membikin ia kaget hingga hatinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdebaran. Tulisan itu, yang suratnya tidak karuan,
berbunyi; "Segera bakal terjadi hal yang tidak didugaduga,
maka semua bersiaplah berjaga-jaga ……"
Masih ada tulisan lainnya, yang belum tertulis lengkap,
mungkin disebabkan bencana sudah lantas tiba.
"Inilah terang huruf 'Tong' yang hendak ditulisnya.
Jiesuhu memperingati untuk bersiaga untuk 'Tong
Shia' sayang sudah terlambat ……"
Maka ia kepal-kepal surat itu menjadi gulungan kecil
dengan mengertak gigi, ia kata dengan sengit;
"Jiesuhu, jiesuhu, maksudmu yang baik telah
dipandang sebagai maksud jahat oleh Oey Lao Shia
……"
Setelah itu, surat itu jatuh ke tanah, ia sendiri lantas
mengangkat tubuh Cu Cong.
Oey Yong mengawasi terus pemuda itu, ia melihat
air muka orang yang seperti berubah-ubah. Ia
menduga surat itu mesti penting sekali, maka
perlahan-lahan ia bertindak. Ia pungut surat itu untuk
segera dibaca dua-duanya, yang di depan dan yang di
belakang. Ia pikir "Keenam gurunya datang ke Tho
Hoa To dengan maksud baik, maka sayang Biauw Ciu
Sie-seng hatinya tidak lurus, sudah biasa dia menjadi
pencopet melihat hartanya ibuku hatinya terpincuk,
hingga dia melanggar pantangan besar dari ayahku
……"
Ketika itu Kwee Ceng telah meletaki tubuhnya Cu
Cong, lalu dia membuka tangan kiri orang yang
terkepal, mengambil dari situ serupa barang.
Oey Yong melihat itulah sebuah sepatu wanita,
yang panjangnya satu dim lebih. Terang itu ada sepatu
mainan sebab terbuat dari batu hijau tetapi buatannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
indah sekali. Itulah benda yang berharga mahal. Belum
pernar ia ingat ibunya mempunyai barang mainan
semacam itu maka entahlah dari mana Cu Cong
mendapatkannya.
Kwee Ceng membulak-balik sepatu-sepatuan itu
bagian bawahnya ia melihat ukiran huruf "ciauw"
sedang di dasar sebelah dalam, ada ukiran huruf "pie".
Ia sengit ia banting sepatu batu itu, syukur tidak pecah.
Kemudian ia bergantian mengangkat tubuh Han Po Kie
dan Coan Kim Hoat, dikasih masuk ke dalam lubang
yang besar itu diletaki dengan rapi. Ketika ia hendak
mulai menguruk ia melihat muka ketiga gurunya
hatinya tak tega. Maka ia mengawasi ke batu permata.
Tiba-tiba timbul pula hawa amarahnya. Ia pungut
semua itu dengan kedua tangannva, ia lari ke kuburan
ibunya Oey Yong.
Si nona khawatir orang nanti merusak peti mati
ibunya, ia pun lari. Ia lari, untuk mendahului. Ia bisa
memotong jalan, maka ia tiba lebih dulu. Lantas ia
menghadang di depan pintu kuburan, kedua
tangannya dipentang.
"Kau mau apa?" ia tanya si pemuda.
Kwee Ceng tidak menjawab, dengan tangan kirinya
ia menolak tubuh si nona, lalu kedua tangannya
disempar ke depan, maka terdengarlah suara nyaring,
dari meluruk jatuhnya barang-barang permata, di
antaranya itu sepatu mainan dari batu hijau yang jatuh
ke kaki si nona.
Oey Yong membungkuk, ia memungutnya.
"Ini bukannya barang ibuku," ia kata, dan ia
membayarnya pulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menyambut, ia awasi itu, terus ia
masuki ke dalam sakunya. Setelah itu ia memutar
tubuhnya. Kali ini ia mulai menguruk tanah, hingga
menutup rapat mayat keempat gurunya.
Lama sang waktu lewat, hari mulai magrib.
Oey Yong menyaksikan, Kwee Ceng terus tidak
menangis, ia merasa sangat berduka. Maka ia pikir,
kalau dibiarkan sendiri, mungkin hati pemuda itu lega.
Dari itu ia pergi pulang, untuk memasak nasi serta
lauk-pauknya. Apabila semua itu sudah matang, ia
pernahkan di dalam naya, ia membawanya keluar.
Kwee Ceng terlihat berdiri menjublak di depan
kuburan gurunya. Dia berdiri tetap di tempat dia berdiri
semula, tubuhnya juga tidak berkisar atau berubah. Ia
berdiam setengah jam lebih selama si nona masak,
hinggga dia mirip patung. Maka si nona kaget sekali.
"Engko Ceng, kau kenapa?" ia tanya.
Kwee Ceng tidak menyahuti, tubuhnya tetap tidak
bergerak.
"Engko Ceng, mari dahar," kata pula si nona.
"Sudah satu harian kau belum dahar ……"
"Mesti aku mati kelaparan tidak nanti aku maka
barang dari Tho Hoa To!" berkata si anak muda.
Mendengar itu, meskipun tidak sedap, hati Oey
Yong lega sedikit. Ia mengerti adat orang, tentu Kwee
Ceng pegang perkataannya itu. Dari itu ia meletaki
naya, duduk di tanah.
Demikian, yang satu berdiri tegak, yang lain
berduduk, keduanya berdiam menghabiskan waktu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hingga rembulan mulai muncul di permukaan laut. Si
Putri Malam naik terus, sampai dia berada di atasan
kepalanya dua orang itu, sedang sayur di dalam naya
telah menjadi dingin sendirinya. Hati mereka seperti
sama dinginnya. Dengan kesunyian itu, suara
gelombang terdengar semakin nyata. Dari kejauhan
pun terdengar beberapa kali suara seperti suara
srigala dan harimau, suara minip dengan jeritan. Sang
angin juga yang membikin suara itu lenyap sendirinya.
Oey Yong memasang kupingnya, ia menyangsikan
itu suara manusia atau suara binatang yang sedang
menderita, karena perhatiannya tertarik, ia berbangkit,
untuk lari menuju ke sana. Sebenarnya ia berniat
mengajak si anak muda atau ia membatalkan
pikirannya itu setelah ia berpikir pula: "Kebanyakan
inilah urusan tidak bagus, aku akan cuma-cuma
menambah keruwetan pikirannya ……" Ia sebenarnya
sedikit jeri untuk suasana seperti itu, tetapi karena ia
kenal baik pulaunya itu, ia maju terus.
Selagi si nona berlari-lari, dia merasakan angin
menyambar di sampingnya. Segera ia mendapat
kenyataan, Kwee Ceng lagi mencoba mendahului dia.
Pemuda ini tidak kenal jalanan, maka itu ia maju
dengan tangan dan kakinya saban-saban menghajar
pohon-pohon yang menghadang di hadapannya.
Dilihat dari romannya, pemuda itu seperti telah
kehilangan pikirannya yang sehat.
"Kau ikut aku!" kata si nona.
Kwee Ceng tidak menyahuti, hanya ia berteriakteriak:
"Soe-suhu! Soe-suhu!" Ia telah mengenali suara
gurunya yang keempat, Lam Hie Jin.
Hati Oey Yong terkesiap. Ia tahu, kalau Kwee Ceng
bertemu sama gurunya itu, entah bakal terjadi apa pula
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas dirinya. Tapi ia tidak takut, maka ia lari terus, akan
menunjuki jalan. Ia lari ke timur, di mana ada banyak
pepohonan. Tiba di situ, ia melihat seorang berada di
bawah sebuah pohon, tubuhnya bergulingan, tubuh itu
melingkar. Itulah Lam Hie Jin.
Kwee Ceng menjerit, ia berlompat menubruk
gurunya itu, untuk dipondong. Ia melihat mulut gurunya
terbuka, tertawa, tetapi suaranya bukan tertawa wajar.
Ia kaget dan girang, hingga ia menangis.
"Soe-suhu! Soe-suhu!" ia memanggil-manggil.
Lam Hie Jin tidak menyahuti, hanya sebelah
tangannya melayang.
Kwee Ceng tidak menyangka tetapi ia sempat
berkelit. Hanya habis menggaplok dan gagal, Hie Jin
terus meninju dengan tangan kirinya. Kali ini si anak
muda tidak berkelit, ia tidak menangkis. Ia menyangka
guru itu menyesalkan atau mempersalahkan padanya.
Hebat serangan guru yang nomor empat ini, Kwee
Ceng terpental jumpalitan. Ia tidak menduga gurunya
bertenaga demkian besar. Dulu-dulu, di waktu berlatih
dengannya, tenaga guru itu tidak sedemikian besar. Ia
baru bangun atau Hie Jin, yang sudah maju,
menyerang pula denga kepalannya. Masih si murid
tidak berkelit, ia mandah. Hajaran ini terlebih hebat
pula, Kwee Ceng merasa matanya berkunang-kunang,
hampir ia roboh pingsan.
Setelah itu, Hie Jin memungut batu besar, lagi-lagi
dia menyerang. Kalau Kwee Ceng terhajar batu ini,
mesti ia pecah batok kepalanya. Ia memang masih
pusing kepalanya.
Melihat demikian, Oey Yong berlompat maju,
dengan tangan kirinya ia menolak lengan Kanglam Cit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koay yang nomor empat itu, atas mana, bersamasama
batunya Hie Jin roboh ke tanah, mulutnya
mengasih dengar suaranya tertawa seperti tadi, habis
itu dia tidak merayap bangun lagi ……
Adalah maksudnya si nona untuk menolongi Kwee
Ceng, maka diluar sangkaannya, Hie Jin ada demikia
tidak bertenaga, dia roboh hanya karena tolakan tanga
yang enteng. Dengan lantas si nona mengulur
tangannya untuk mengasih bangun. Atau ia melihat
muka orang yang tertawa, tertawa yang dipaksakan,
hingga menjadi menyeringai, nampaknya sangat
menakuti. Ia menjerit, ia menarik pulang tangannya,
untuk membikin tangan itu tidak mengenai tubuh
orang. Sebaliknya tangan kiri Hie Jin menyambar
pundak si nona. Atas itu dua-duanya, si nona dan si
penyerang, mengasih dengar seruan bahna sakit dan
kaget.
Oey Yong mengenakan baju lapisnya, meski begitu
ia merasakan sakit sampai ia terhuyung beberapa
tindak.
Hie Jin merasa sakit karena ia menghajar baju yang
ada durinya, karena mana tangannya lantas
mengucurkan darah.
"Soe-suhu!" Kwee Ceng berteriak saking kagetnya.
Hie Jin menoleh mengawasi si anak muda, suara
siapa ia rupanya ia mengenalinya, hanya ketika ia
hendak membuka mulutnya cuma bibirnya bergerak
sedikit, suaranya tidak terdengar. Ia masih mengasih
lihat senyuman hanya itulah senyum dari putus asa.
Sinar matanya pun guram.
"Soe-suhu, baik kau beristirahat," kata Kwee Ceng:
"Sebentar lagi kita bicara."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hie Jin mencoba mengangkat kepalanya, ia seperti
memaksa mau bicara, lagi ia gagal, mulutnya tidak
dapat dibuka. Ia cuma dapat bertahan sebentar segera
kepalanya teklok, terus tubuhnya roboh terjengkang,
lalu berbalik.
"Soe-suhu!" Kwee Ceng berseru, ia berlompat maju,
guna mengasih bangun.
"Jangan!" berkata si nona, "Gurumu lagi menulis
surat ……"
Tajam matanya si nona.
Kwee Ceng mengawasi. Benar, dengan tangan
kanannya, 'Hie Jin lagi mencoret ke tanah. Di antara
sinar rembulan, segera terlihat ia menulis: "Yang ……
membunuh …… aku …… ialah ……"
Oey Yong mengawasi, ia mendapatkan Hie Jin
menulis dengan susah sekali, ia lantas goncang
hatinya. Ia lantas ingat; "Da berada di Tho Hoa To,
sekalipun orang yang paling tolol tentulah tahu ayahku
yang membunuh dia, maka kenapa dia begini susah
menulis nama ayahku itu? Apakah si pembunuh lain
orang sebenarnya ……?"
Semakin lama dia menulis, tenaganya Hie Jin makin
habis. Hati si nona tegang, hingga ia memuji; "Kalau
kau mau menulis nama lain orang, lekaslah!"
Ketika Hie Jin menulis huruf yang kelima, yang
mesti menjadi she atau nama orang yang membunuh
dia, baru dia menulis dua coret, yang menjadi huruf
"sip" - "sepuluh", mendadak tangannya berhenti
bergerak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng melihat tubuh orang bergerak, tanda
dari pengerahan tenaga yang terakhir, habis itu
berhentilah napasnya sang guru. Ia sendiri menahan
napas, ketika ia melihat huruf "sip" itu, ia berteriak:
"Soe-suhu, aku tahu kau hendak menulis huruf oey -
huruf oey!" Terus ia menubruk tubuh gurunya, terus ia
menangis keras, kedua tangannya menumbuki
dadanya. Dengan demikian meledaklah amarah dan
kedukaannya yang sangat, yang sekian lama
terbenam di dalam dadanya. Ia menangis
menggerung-gerung tidak lama atau ia pingsan di atas
tubuh gurunya itu.
Berapa lama anak muda ini tak sadarkan diri, ia
tidak tahu, ketika kemudian ia mendusin, ia melihat
sinar matahari, langit telah menjadi terang. Ia bangun,
untuk melihat ke sekitarnya. Ia tidak melihat Oey Yong,
entah ke mana perginya si nona. Ia mendapatkan
tubuh Hie Jin, yang kedua matanya terbuka besar. Ia
lantas ingat pembilangan, "mati tidak meram", maka ia
lantas menangis pula, air matanya turun deras. Ia
mengulurkan kedua tangannya, guna merapatkan
mata gurunya itu.
Mengingat gurunya begitu sengsara hendak
melepaskan napasnya yang terakhir, Kwee Ceng
menjadi heran maka ia membukai baju gurunya itu,
untuk memeriksa tubuhnya. Aneh, seluruh tubuh itu
tidak kurang suatu apa, dari kepala sampai di kaki,
tidak ada yang luka, kecuali luka di tangan bekas
terkena duri baju lapisnya Oey Yong. Pula tidak ada
luka di dalam, kulitnya tidak hitam atau hangus.
Sesudah memeriksa dengan sia-sia, Kwee Ceng
memondong mayat gurunya, niatnya untuk dikubur
bersama dengan ketiga gurunya yang lainnya. Ketika
ia sudah jalan beberapa puluh tindak ke tempat
darimana tadi dia datang, ia kehilangan jalanannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Terpaksa ia menggali sebuah lubang lain di bawah
pohon, guna mengubur di situ mayat gurunya itu.
Habis itu, ia menjadi bingung. Ia pun merasa sangat
lapar. Sia-sia ia berjalan, untuk mencari jalanan keluar.
Ia duduk di bawah sebuah pohon, guna beristirahat,
guna menentramkan pikirannya. Ketika ia berjalan
pula, ia mengambil putusan tidak perduli apa juga, ia
mengambil satu tujuan, ialah ke arah timur, terus
menghadapi matahari. Dengan begini, ia masih
mengalami kesukaran, dan pepohonan yang sangat
lebat. Sekarang di setiap pohon ia melihat adanya
rotan panjang dan duri tajam. Umpama kata ia jalan di
atas pohon, di situ tidak ada tempat untuk menaruh
kaki ……
"Tapi hari ini, cuma ada maju, tidak ada mundur!" ia
pikir. Ia paksa berlompat naik ke atas pohon. Ia baru
menindak atau "Bret!" maka celananya robek
kesangkut duri, hingga kulitnya lecet dan darahnya
mengalir. Rotan pun ada yang melilit kakinya. Maka
dengan pisau belatinya, ia memotong putus pohon
oyot itu.
Memandang jauh ke depan, Kwee Ceng melihat
hanya oyot belaka.
"Biar habis daging betisku, aku mesti keluar dari
pulau iblis ini!" katanya di dalam hati. Degan itu ia
mengambil keputusannya. Ia mau bertindak pula, lalu
mendadak ia mendengar suaranya OeyYong: "Kau
turun! Nanti aku mengantarkanmu!" Ia lantas tunduk,
maka ia melihat si nona, dengan pakaian putih
seluruhnya, lagi berdiri di bawah pohon. Tanpa
membilang apa-apa, ia lompat turun. Ia melihat muka
Oey Yong pucat sekali, seperti tidak ada darahnya. Ia
terkejut. Hendak ia menanya, tetapi segera ia dapat
menguatkan hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong melihat orang hendak bicara tetapi gagal.
Ia menanti sekian lama, tetap ia tidak mendengar
suara orang. Ia menghela napas.
"Jalanlah!" katanya.
Dengan berliku-liku, mereka menuju ke timur. Oey
Yong lesu dan berduka. Ia baru sembuh, ia perlu
beristirahat dan ketenangan hati, siapa tahu ia telah
mesti membuat perjalanan jauh dan menghadap
peristiwa berat dan gelap ini. Ia pikir tidak dapat ia
menyesalkan Kwee Ceng atau mempersalahkan
ayahnya, ia juga tidak bisa menyesalkan Kanglam Liok
Koay, Ia hanya menyesalkan diri sendiri. Kenapa Thian
berbuat begini macam terhadapnya? Apa Thian
membenci kepada orang yang hidup terlalu senang?
Tanpa berkata-kata nona ini menunjuk jalan kepada
Kwee Ceng menuju ke tepi laut. Ia mau percaya,
dengan kepergiannya ini, anak muda itu bakal tidak
kembali. Maka itu setiap satu tindaknya, ia merasa
hatinya pecah satu potong.
Ketika akhirnya mereka keluar dari rimba lebat
dengan rotan dan duri itu, pesisir terlihat di depan
mata.
Oey Yong merasa dirinya sangat letih, ia mencoba
menguati hati tetapi tubuhnya terhuyung juga, lekaslekas
ia menggunai tongkatnya, untuk menekan tanah,
guna menunjang, hanya sekarang ia merasakan
tangannva juga tidak bertenaga, tongkatnya itu miring,
hingga tubuhnya turut terguling.
Kwee Ceng melihat itu, segera ia mengulur tangan
kanannya, guna memegangi si nona, atau mendadak
ia ingat sakit hati hebat dari guru-gurunya itu, segera
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tangan kirinya ia menghajar tangan kanannya.
Itulah pukulan ajarannya Ciu Pek Thong, yang dapat
memecah pikiran, hingga kedua tangannya dapat
bergerak sendiri-sendiri. Karena dihajar, tangan
kanannya itu segera membalas. Habis itu, ia berlompat
mundur.
Dengan begitu, sendirinya robohlah Oey Yong.
Oleh karena jatuhnya ini tanpa pertolongan, hati si
nona pepat sekali. Ia menyesal, ia penasaran, ia
berduka.
Juga Kwee Ceng kaget, juga pemuda ini menyesal,
penasaran dan berduka. Ia lompat maju, untuk
mengangkat tubuh si nona. Ia melihat kelilingan, untuk
membawa nona itu ke tempat di mana dia bisa
beristirahat.
Juga Oey Yong turut melihat ke sekitar mereka.
Di arah timur laut, di mana ada sebuah batu besar,
terlihat sepotong kain hijau tertiup angin. Ketika
melihat itu Oey Yong lantas berteriak; "Ayah!" Ia lantas
saja mendapat tenaga, ia lari.
Kwee Ceng juga lari bersama, maka itu mereka
saling berpegang tangan.
Tiba di batu itu, di situ pun kedapatan sepotong kulit
muka orang.
Oey Yong kenal baik topeng kulit kepunyaan
ayahnya itu, dengan kebingungan ia membungkuk
akan memungutnya begitu pun baju hijau itu di mana
ada tapak tangan dari darah, tegas nampak bekas
telunjuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu Kwee Ceng berpikir; "Pasti ini tapak Kiu
Im Pek-kut Jiauw dari Oey Yok Su, habis dia
mencelakai samsuhu, dia menyusut tangannya di sini
……" Ia tengah memegang tangan si nona ketika
mendadak ia melepaskannya sambil menyempar terus
ia merampas baju hijau itu dan merobeknya. Ketika itu
ia melihat ujung baju itu pecah sedikit, maka ia ingat,
juiran itu pastilah yang telah dibawa burung rajawali
tempo si nona minta ikan emas istimewa.
Kwee Ceng berdiri diam kapan ia telah mengawasi
tapak jari tangan itu, kemudian ia lekas menggulung itu
dan mengasih masuk ke dalam sakunya, habis itu
tanpa membilang apa-apa, ia lari ke pinggir laut sekali
di mana ada sebuah perahu layar, yang tidak ada anak
buahnya. Entah ke mana perginya semua budak gagu.
Ia tidak berpaling pula pada Oey Yong ketika ia
memotong putus dadungnya perahu itu, ia
mengangkat jangkarnya, ia memasang layarnya, terus
ia berlayar ……
Oey Yong dengan bengong mengawasi perahu
menuju ke barat. Mulanya ia masih mengharap si anak
muda berbalik pikir dan akan kembali, untuk mengajak
ia pergi, maka ternyata, habislah pengharapannya.
Dengan lekas perahu layar itu seperti terbenam di
dalam lautan. Sekarang merasalah ia yang ia berada
sebatang kara di pulaunya itu. Engko Cengnya pergi,
ayahnya entah bagaimana, entah masih hidup atau
telah terbinasa ……!
"Yong-jie, Yong-jie!" akhirnya ia kata pada dirinya
sendiri. "Siang hari masih panjang! Kau tidak dapat
berdiri diam saja di pesisir ini! Ingat Yong-jie, tidak
dapat kau memikir pendek!"
Bab 70. KUMPUL SEMUA.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berlayar terus menuju ke barat sesudah
melalui beberapa puluh lie, mendadak ia mendengar
suara burung terang di atasannya. Ia mengenali
sepasang burungnya, yang terbang menyusul
padanya. Dengan cepat kedua burung menclok di atas
layar.
"Burung ini mengikuti aku, Yong-jie berada
sendirian di pulau, ia bakal jadi bertambah kesepian,"
pikirnya. Maka timbullah rasa kasihannya.
Dihari ketiga, pemuda ini mendarat. Ia membenci
segala benda dari Tho Hoa To, dari itu ia mengangkat
jangkar, ia menghajar perahunya, maka
tenggelamlah kendaraan air itu. Ia sendiri berlompat
ke darat sebelum air memenuhi perahu itu, maka ia
melihat perahu Perlahan-lahan masuk ke
dalam air dan lenyap. Ia berjalan tanpa tujuan. Ia
mampir di rumah seorang tani di mana ia membeli
beras untuk masak nasi, guna menangsal
perut. Habis dahar, setelah menanya jalanan untuk
Kee-hin, ia berangkat menuju ke kota itu.
Malam itu pemuda ini bermalam di tepi sungai Cian
Tong Kang, ketika ia tengah mengawasi permukaan
air, tiba-tiba ia melihat bayangan rembulan.
Ia terkejut, la memang telah lupa tanggal. Tentu
sekali ia khawatir nanti melewati janji pertemuan di
Yan Ie Lauw. Lantas ia menanya tuan
rumah. Lega sedikit hatinya ketika ia diberitahukan
hari itu tanggal tigabelas. Karena ini malam ini juga, ia
menyeberangi sungai, terus ia
menyewa keledai guna melanjuti perjalanannya,
untuk lega hatinya, ia tiba di kota Kee-hin selebatnya
tengah hari. Di sini segera ia menanya
orang di mana pernahnya Cui Sian Lauw, rumah
makan Dewa Mabuk. Itulah rumah makan yang Paling
berkesan untuknya. Semenjak ia masih kecil,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
guru-gurunya telah menuturkan kepadanya tentang
pertempuran mereka dengan Khu Cie Kie di rumah
makan itu. Ia tidak diberitahukan sebab
musababnya tetapi ia ketarik sama caranya
Pertempuran, mengadu minum arak memakai
jambangan perunggu. Kemudian lagi ia ketahui
tentang asal
usul dirinya, maka tahulah ia, rumah makan itu ada
hubungannya sama kehidupannya. Ketika orang
menunjuki dia bahwa rumah makan itu berada di
tepi telaga Lam Ouw, segera ia pergi ke sana.
Setibanya, ia mengangkat kepala, mengawasi rumah
makan itu. Ia mendapatkan c0cok apa yang
dijelaskan Han Siauw Eng. Setelah sepuluh tahun
lebih mengingat-ingat rumah makan itu, baru sekarang
ia melihatnya dengan matanya sendiri.
Memang rumah makan itu indah dengan
lauwtengnya yang berukiran, sedang di tengah-tengah
ada berdiri sepotong bokpay, atau papan, yang
bertuliskan empat huruf besar: "Tay Pek Ie Hong",
artinya, peninggalan kebiasaan dari Lie Thay pek si
sastrawan yang dijuluki Dewa Mabuk,
sedang nama "Cui Sian Lauw", yang memakai leter
emas, ada tulisannya Souw Tong Po. Bersih dan
berkilap tiga huruf emas itu.
Dengan hati berdebar, Kwee Ceng naik dengan
tindakan cepat ke atas lauwteng. Segera ia dipapaki
seorang palayan, yang memberitahukan bahwa
hari itu sudah ada yang memborong rumah
makannya. Ia heran, hendak ia minta keterangan, atau
segera ia mendengar panggilan: "Anak Cengl Kau
sudah datang?" Ia lantas mengangkat kepalanya. Ia
terkejut akan mengenali orang yang memanggilnya itu,
sebab ialah Khu Cie Kie, yang lagi
duduk bersila- Ia lari rnenghampirkan, ia lantas
berlutut dengan cuma dapat memanggil: "Khu Totiang
a Sa S!"
Khu Cie Kie mengasih orang bangun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah keenam gurumu juga sudah sampai?" ia
tanya. "Aku telah memesan barang santapan untuk
kita a Sa S" ia menunjuk ke kanan, di mana Kwee
Ceng melihat telah disiapkan sembilan buah meja
yang diperlengkapi sama sumpit dan cangkirnya. Ia
berkata pula. "Ketika delapanbelas tahun
yang lalu untuk pertama kali aku bertemu di sini
dengan ketujuh gurumu, mereka mengatur meja begini
rupa. Ini satu meja kepunyaan Ciauw Bok
Taysu, maka sayang ia dan gurumu yang nomor
lima sudah tidak dapat berkumpul pula di sini a Sa S"
Kelihatannya imam itu sangat berduka.
Kwee Ceng berpaling ke lain arah, tidak berani ia
mengawasi langsung imam itu.
Khu Cie Kie tidak melihat sikap orang, ia berkata
lagi: "Jambangan perunggu yang dulu hari itu kita
pakai untuk minum arak, hari ini aku telah
mengambilnya dari kuil, maka kalau sebentar
semua gurumu datang, kita boleh minum arak pula."
Kwee Ceng melihat jambangan itu di samping
sekosol. Karena usianya sudah tua, warnanya
jambangan itu sudah hijau gelap, pula jambangan itu
sudah dimuati arak hingga dari sana tersiar baunya
minuman itu. Ia terus mengawasi dengan mata
mendelong. Kemudian ia mengawasi delapan meja
yang masih kosong itu. Ia pikir, kecuali guruuya
yang nomor satu, tidak ada orang lainnya yang dapat
duduk di situ untuk minum arak. Ia
menjadi ngelamun: "Asal aku bisa memandang satu
kali saja tujuh guruku duduk pula di sini dan minum
arak dengan gembira, mati pun aku puas a
Sa S"
Kembali terdengar suara Khu Cie Kie; "Tadinya
telah dijanjikan untuk tahun ini bulan tiga tanggai
duapuluh empat kau berdua Yo Kang mengadu
kepandaian di sini. Aku mengagumi gurumu semua
yang hatinya mulia itu, mengharap-harap kaulah yang
nanti menang, supaya dengan begitu nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kanglam Cit Koay menjadi bertambah kesohor. Aku
sendiri senantiasa merantau, tidak dapat aku
mencurahkan perhatianku sepenuhnya kepada Yo
Kang, tidak dapat aku mengajari ia ilmu silat dengan
baik. Sudah begitu, aku juga tidak berhasil mendidik
sifatnya agar dia menjadi seorang
gagah. Berhubung dengan ini aku menyesal
terhadap pamanmu, Yo Tiat Sim. Benar Yo Kang
membilang dia sudah menyesal akan tetapi untuknya
sangat
sukar untuk merubah sipatnya itu a Sa S"
Sebenarnya Kwee Ceng hendak memberitahukan
halnya Yo Kang telah mati tetapi ia tidak tahu
bagaimana harus mulai bicara, dari itu si imam
kembali melanjutkan kata-katanya: "Dalam
hidupnya manusia, kepandaian ilmu surat dan ilmu
silat untuknya ialah soal terakhir yang paling utama
ialah Tiong Gie - kesetiaan dan kejujuran. Boleh
dianggap Yo Kang lebih kosen seratus kali daripada
kau akan tetapi dalam perilaku, gurumuiah
yang menang. Kau tahu aku kalah dengan puas."
Habis berkata, saking puasnya itu, Khu Cie Kie
tertawa lebar. Sebaliknya Kwee Ceng, anak muda ini
lantas mengucurkan air mata deras. "Eh,
kenapa kau berduka?" tanya si imam heran.
Anak muda itu maju lebih dekat, lantas ia
menjatuhkan dirinya, untuk berlutut. Ia menangis*
"Kelima guruku sudah meninggal dunia a Sa S"
katanya sukar. Khu Cie Kie terkejut- "Apa?" dia tanya
keras.
"Kecuali guruku yang nomor satu, yang lainnya
yang lima lagi, semua sudah meninggal
dunia," kata pula Kwee Ceng.
Khu Cie Kie melengak, ia bagaikan disambar
guntur, inilah ia tidak sangka, sedang ia mengharap
sangat pertemuan ini. Sebagai seorang jujur; ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat menghargai Kangiam Cit Koay, yang ia
anggap sebagai sahabat-sahabat sejati, ia telah tak
melupai mereka itu selama deiapanbelas tahun,
meskipun benar mereka sangat jarang bertemu.
Maka ia pergi ke loneng matanya mengawasi ke
telaga, kemudian ia dongak dan mengeluarkan napas
panjang. Segera berbayang romannya Cit Koay.
Kemudian ia menoleh, ia Pergi mengangkat
jambangan perunggu untuk berkata; "Sahabatsahabatku
telah menutup mata, kau ini untuk apa?" dengan
mengerahkan tenaganya, ia melemparkannya.
Hebat ketika jambangan itu tercebur ke telaga,
suaranya nyaring, airnya muncrat tinggi. Kemudian ia
dekati K^ee Ceng, untuk mencekal keras
sekali tangan anak muda itu-
"Bagaimana meninggalnya mereka itu?" ia tanya.
"Lekas tuturkan!"
Kwee Ceng mau memberikan keterangan, hanya
belum lagi ia membuka mulutnya, mendadak ia melihat
tubuh seorang berkelebat, di antara mereka
lantas tertampak seorang lain, yang bajunya hijau,
yang sikapnya tenang. Ia menjadi kaget ketika ia telah
mengenalinya, ia mengawasi, ia tidak
salah mata. Orang itu Oey Yok Su, tocu, atau
pemilik dari Tho Hoa To. Juga Oey Yok Su melengak
melihat anak muda ini. Selagi ia berdiam
mengawasi, dengan mendadak datang serangan
untuknya. Sebab Kwee Ceng, dengan melompati meja
menerjang
dengan jurusnya Hang liong yoe hui", itulah
serangan sangat hebat. Tapi ia tabah dan awas,
dengan sebat ia berkelit, tangan kirinya dipakai
menolak-
Hebat serangannya si anak muda, hebat
perlawanan majikan dari Tho Hoa To itu, hebat juga
kesudahannya. Anak muda itu terjerunuk ke depan, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menerjang papan lauwteng yang menjadi ruang di
situ, terus tubuhnya jatuh ke bawah lauwteng, sedang
di bawah ia menimpa para_para cangkir,
maka dengan suara sangat berisik hancurlah
perabotan itu -cangkir, piring, mangkok dan lainnya.
Pemilik rumah makan lantas saja mengeluh.
Ingatlah ia akan kejadian delapanbelas tahun yang
lampau. Tadi juga, melihat Khu Cie Kie mengambil
jambangan, hatinya sudah berkhawatir, sekarang
kekhawatirannya itu berbukti.
Kwee Ceng takut ia terlukakan pecahan cangkir itu,
dengan lantas ia berlompat naik pula ke lauwteng. Di
lain pihak, Oey Yok Su dan Khu Cie Kie
telah berbareng berlompat turun, hanya mereka itu
mengambil jalan dari jendela- Dengan terpaksa anak
muda ini lompat dari jendela, untuk
menyusul, hanya kali ini ia menyiapkan senjatanya,
karena ia pikir; "Si tua itu lihay, tidak dapat aku
melawan ia dengan tangan kosong." Maka
ia mengeluarkan tiga rupa senjata: Dengan
mulutnya ia menggigit pedang pendek dari Khu Cie
Kie, tangan kanannya mencekal kim-too, golok emas,
pemberian jenghiz Khan, dan tangan kirinya
memegang tombak pendek warisan ayahnya- Ia pikir
juga; "Biar bagaimana, mesti aku dapat menikam dia
dua lubang a sa s"
Ketika itu lagi banyak orang, maka kagetlah mereka
itu menampak si anak muda lompat turun dari jendela
dengan menghunus senjata, sedang
tadinya mereka berkumpul untuk menonton karena
mendengar suara ribut disusul dengan lompat
turunnya dua orang.
Kwee Ceng, setibanya ia di bauiah tidak melihat
Oey Yok Su dan Khu Cie Kie. Ia melepaskan pedang
pendek, ia menanya seorang tua di dekatnya ke
mana perginya itu dua orang yang barusan turun
dari laUuiteng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang tua itu kaget dan ketakutan. Ia salah
menduga. "Ampun, hoohan," katanya- "Aku tidak tahu
urusan mereka itu a Sa S"
"Sebenarnya mereka Pergi ke mana?" Kwee Ceng
tanya pula.
Orang tua itu makin ketakutan, ia minta-minta
ampun, sudah lama si anak muda tinggal di gurun
pasir, sekarang pun hatinya lagi tegang, maka
itu suaranya menjadi keras luar biasa. Saking sebal,
si anak muda menolak si empeh, ia pergi mencari, tapi
tanpa hasilnya, maka ia naik pula
ke lauwteng rumah makan. Dari sini ia memandang
ke telaga, maka terlihatlah olehnya sebuah perahu
kecil, yang memuat Cie Kie dan Yok Su, yang
tengah menuju ke Yan Ie Lauw. Khu Cie Kie duduk
di buntut perahu di mana dia mengayuh.
"Tentu mereka berdua pergi ke Yan Ie iauui untuk
bertempur mati dan hidup," pikir Kwee
Ceng." Meskipun Khu Totiang lihay, mana dia
sanggup melawan itu bangsat tua?" Maka ia lantas
mengambil putusan, ia lari turun dari lauwteng,
lari ke tepi telaga, untuk menyambar sebuah perahu
kecil, yang ia terus kayuh ke arah Yan Ie Lauw juga,
menyusul dua orang itu.
Adalah maksudnya si anak muda untuk dapat
menyandak, di luar tahunya lantaran ia menggunakan
tenaga terlalu besar, pengayuhnya patah
sendirinya. Terpaksa ia memakai selembar papan
sebagai pengganti Pengayuh itu, maka sekarang
Perahunya laju ayal sekali. Dengan lantas ia
ketinggalan jauh, lalu ia kehilangan mereka. Ia
mengayuh terus. Ketika ia akhirnya tiba di darat, ia
menyesal. Di saat seperti itu, ia dapat
mengendalikan diri-
"Aku mesti sabar," demikian pikirnya- Ia bertindak
ke arah iauwteng- Ketika ia sudah datang dekat, ia
mendengar di belakang situ suara senjata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beradu, suara sambar menyambarnya angin serta
bentakan berulang-ulang. Kalau orang bertempur, itu
mestinya
bukan cuma Khu Cie Kie dan Oey Yok Su.
Sesudah melihat ke sekitarnya, dengan berindapindap
si anak muda bertindak masuk ke lauwteng. Di
bagian bawah ia tidak melihat seorang juga,
maka ia lantas naik di tangga-Segera ia melihat
seorang lagi menyender di jendela, mulutnya
menggayam hingga terdengar suara menggayamnya
itu.
Ia menjadi heran.
"Suhu!" ia memanggil seraya menghampirkan.
Orang itu benar Ang Cit Kong. Dia mengasih lihat
roman sungguh-sungguh, tangannya menunjuk ke
bawah jendela- Dengan lain tangannya ia
mengangkat sepaha kambing untuk digerogoti.
Kwee Ceng lari ke tepi jendela, untuk melongok. Ia
lantas melihat satu permandangan yang
mengherankan ia.
Oey Yok Su lagi bertempur, dia dikurung oleh enam
anggota dari Coan Gin Pay. Menyaksikan pemilik Tho
Hoa To itu dikepung, pemuda ini merasa
lega juga. Ia hanya kaget ketika ia melihat di situ
pun ada gurunya yang nomor satu, guru itu lagi
menyerang dengan tongkatnya, di belakangnya
ada In Cie Peng. Dia ini berdiri membelakangi,
tangannya memegang pedang, dia tidak turut
berkelahi.
"Heran, kenapa toasuhu ada di sini?"
Kwee Ceng tidak usah menanti lama, lantas ia
mengetahui Coan Cin Liok Cu lagi berkelahi dengan
mengatur barisannya yang istimewa, ialah Thian
K0ng Pak Tauw Tin- Hanya karena Tam Cie Toan
telah meninggal dunia, dia digantikan Kwa Tin Ok,
yang mengambil kedudukan thain-soan- Sebab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketua Kanglam Cit Koay ini cacat matanya, ia
ditunjang oleh In Cie Peng supaya ia tidak usah
mengkhawatirkan serangan dari belakang.
Demikian Oey Yok Su dikurung. Ketika pertempuran
di Gu-kee-cun, cuma dua orang Goan Gin Pay yang
menggunai pedang, yang lainnya bertangan
kosong, tetapi sekarang mereka, bertujuh sama
Kwa Tin Ok atau berdelapan sama In Cie Peng,
semuanya bersenjatakan pedang. Yok Su tetap
bertangan kosong, hebat ia diserang hingga
nampaknya ia tidak bisa melakukan penyerangan
membalas, bahkan membela diri pun kewalahan-
Melihat
demikian, Kwee Ceng kata dalam hatinya; "Biar kau
sangat lihay, hari ini kau tidak bakal dapat lolos lagi!"
Disaat ia terdesak itu, mendadak terlihat Oey Yok
Su menekuk kaki kiri dan kaki kanan menyambar,
menyapu kaki lawannya semua. Rengkasan itu
sangat berbahaya. Dengan serentak, delapan lawan
itu berlompat mundur tiga tindak-
"Bagusi" Kwee Ceng berseru dengan Pujiannya-
Rengkasan itu dilakukan sambil berputar, maka itu
semua musuh mesti menyingkir dengan hampir
berbareng.
Habis menyerang, Oey Yok Su mengangkat kepala
sambil mengulapkan tangan ke atas lauwteng kepada
Ang Cit Kong berdua Kwee Ceng, tandanya ia
senang dengan pujian si anak muda.
Menyaksikan sikap orang itu, Kwee Ceng kagum.
Walaupun terdesak, tocu dari Tho Hoa To itu tetap
tenang dan napasnya juga tidak memburu. Ia pun
heran. Dari heran, ia menjadi bercuriga. Bukankah
Oey Yok Su tengah berakal muslihat?
Selang sekian lama, datanglah ketika yang
mendebarkan hati- Mendadak tangannya ketua Tho
Hoa To itu menyambar ke embun-embunannya Tiang
Seng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cu Lauw Cie Hian. Kalau serangan itu mengenai
sasarannya, pecahlah batok kepalanya si imam yang
nomor tiga itu. Dengan itu pun teranglah Oey
Yok Su sudah memulai dengan serangan
membalasnya.
Oey Yok su menyerang dengan dua tangannya
berbareng- Seharusnya LaUui Cie Hian tidak boleh
menangkis, ia mestinya ditolongi oleh Khu Cie Kie
di kedudukan Thian-koan dan Kuia Tin ok di
kedudukan thian-soan di pinggir. Apa mau, Hui Thian
Pian-hok tidak dapat melihat, dia cuma
mengandali kupingnya, maka ketika ia menyerang
dari kiri ia terlambat, ia kena didului Khu Cie Kie.
Dengan begitu, Oey Yok Su jadi tidak
terancam bahaya. Cie Hian melihat ancaman
datang, terpaksa ia menjatuhkan diri dengan
bergulingan.
Ma Giok dan Ong Cie It melihat saudaranya itu
terancam, mereka maju bersama, menyerang
lawannya itu.
Semua gerakan berlaku sangat cepat- Lauw Cie
Hian lolos dari bahaya, tetapi dengan begitu, Pak
Tauw menjadi kacau. Oey Yok su tertawa
terbahak, lantas ia menyerang kepada Ceng Ceng
Sanjin Sun Put Jie, imam yang termuda, hanya begitu
ia maju begitu lekas juga ia berlompat
mundur, guna berbalik menyerang Kong Leng Cu
Cek Tay Thong.
Serangan itu luar biasa, Sun Put Jie heran, Cek Tay
Thong melengak. Ketika Ceng Ceng
Sanjin menangkis, untuk terus menyerang, Oey Yok
Su sudah keluar dari kepungan dan berdiri diam di
tempat dua tombak jaraknya-
"Hebat Oey Yok Su!" Ang Cit Kong memuji-
"Biar aku Pergi!" berkata Kwee Ceng, yang terus
memutar tubuh, untuk lari turun di tangga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sabar, sabar!" mencegah Cit Kong. "Semenjak tadi
mertuamu itu tidak melakukan Perlawanan, aku
sebenarnya berkhaWatir untuk gurumu yang nomor
satu, tetapi sekarang aku melihat dia tidak ada
niatnya mencelakai orang."
Kwee Ceng kembali ke jendela-
"Kenapa begitu, suhu?" ia tanya.
"Kalau dia hendak mencelakai orang, barusan itu si
imam kurus seperti kera tidak bakal ketolongan
jiwanya, menyahut sang guru. "Semua imam itu
bukannya tandingan dari Oey Lao Shia, bukan
tandingannya!" Ia menggigit daging kambingnya dan
mengganyam, lalu menambahkan. "Ketika mertuamu
dan Kim Coa Long-kun belum datang, aku melihat
beberapa imam itu serta gurumu mengatur barisan,
agaknya mereka masih menantikan satu orang
guna membantui gurumu itu, agar tiga orang
bersama menjaga garis thian-soan. Entah kenapa,
sampai sekarang orang itu tetap tidak muncul-
Sekarang garis tnian-soan dijaga hanya
dua orang, tak cukup itu guna bertahan dari
mertuamu itu a Sa S" Dia bukannya mertuaku I" kata
Kwee Ceng sengit. Eh!" Cit Kong heran- "Kenapa
bukan mertuamu?!" Dia! Dia! Hm!"
Bagaimana dengan Yong-jie? Apakah kamu berdua
bercedera?"
inilah tidak ada hubungannya dia, dia telah
membikin mati kelima guruku! Aku bermusuh
dengannya, dalamnya bagaikan lautan!"
Cit Kong heran hingga ia berjingrak. "Benarkah?"
dia menegasi.
Kwee Ceng tidak mendengar pertanyaan itu, ia lagi
menumpieki perhatiannya kepada pertempuran di
bauiah.
Oey Yok Su menggunai Pek Khong Ciang, ilmu silat
Menyerang Udara Kosong, anginnya itu seperti
menderu-deru, ia membuatnya semua musuhnya tidak
bisa dating dekat. Tapi Pak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tauui Tin telah diatur rapi pula. ia tidak bisa lantas
membebaskan diri seanteronya. Hanya terpisahnya
mereka sedikit jauh. Dengan begitu,
selagi pedang C0an Cin Cit Cu tidak sampai kepada
lawan, sebaliknya pihak lawan, kalau dia
menghendakinya, dia dapat berlompat mendekati.
"Ah, kiranya begitu?" kata Cit Kong tiba-tiba-"Apa
suhu?"
'oey Yok Su sengaja memancing Cit Cu menggunai
barisannya itu, untuk ia memahami sifatnya,"
menyahut sang guru. "Itulah sebabnya kenapa ia
berayal menurunkan tangan. Ia hendak
memperkecil garis."
Cit Kong telah kehilangan ilmu silatnya tetapi tidak
pikiran atau Pandangannya yang tajam. Benarlah,
makin lama kalangannya Coan Cin Cit Cu
makin rapat, makin rapat, hingga ada
membahayakan mereka sendiri kalau mereka
menggeraki pedangnya masing-masing. Pernah Lauw
Cie Hian, Khu
Cie Kie, Ong Cie It dan Cek Tay Th0ng menyerang
berbareng, tempo Oey Yok Su berkelit, hampir mereka
saling menikam sendiri.
Hatinya Kwee Ceng menjadi tegang pula, ia cemas.
Ia mengerti, begitu lekas Oey Yok Su turun tangan,
gurunya yang nomor satu itu bisa menjadi
korban yang pertama. Ia berada jauh, mana bisa ia
menolong?
"Biarlah teecu turun!" katanya seraya terus ia lari
turun Pula- Hanya ketika ia mulai mendekati kalangan
pertempuran itu, di antara mereka itu
terlihat pula perubahan.
Oey Yok Su maju dengan tetap ke arah kiri dari Ma
Giok, ia seperti memisahkan diri nampaknya hendak ia
mengangkat kaki.
Menampak demikian, Kwee Ceng lantas bersiap
sedia, asal tocu dari Tho Hoa To itu berlompat
menyingkir, hendak ia menyerang dengan Pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pendeknya-
Tiba-tiba terdengar suitannya Ong Cie It, lalu
bersama Cek Tay Thong dan SUn Put Jie, dia
bergerak dari kiri dengan begitu, mereka tetap
mengurung lawannya yang tangguh dan lihay itu.
Oey Yok Su mencoba hingga tiga kali, tidak bisa dia
mendekati Ma Giok- Ada saja, Khu Cie Kie atau Ong
Cie It atau Cek Tay Thong berempat, yang
mengganggu padanya, yang melindungi Ma Giok»
ketua dari Coan Cin Pay itu-
Setelah percobaan Oey Yok Su yang keempat kali,
Kwee Ceng pun sadar, hingga ia berseru di dalam
hatinya: "Ah, benar! Dia hendak merampas
kedudukan bintang utara Pak-kek-chee!"
Bintang Pak-kek-chee berada di utara di tengah
sekali, sedang barisan Pak Tauw Tin itu
berpokok pada bintang utara itu (Pak Tayui).
Setelah Oey Yok Su menginsyafi sifatnya tin atau
barisan lawan itu, ia memusatkan perhatiannya
kepada garis tengah itu. Ia mengerti, asal ia bisa
merangsak tengah, tin akan pecah, atau kalau tidak, ia
akan bertahan di situ, hingga ia
tidak dapat dikalahkan.
Juga Ma Giok semua dapat menerka maksud
lawan, mereka menjadi cemas hati. Coba Tam Cie
Toan masih hidup, mereka tidak usah terlalu
berkhawatir, mereka tidak nanti membiarkan lawan
merangsak ke utara itu, sekarang tidaklah demikian, di
sebabkan lemahnya Kwa Tin Ok meskipun
Tin Ok dibantu in Cie Peng. Tin Ok bercacad dan
Cie Peng lemah, sudah begitu, keduanya masih asing
dengan tin itu.
juga kawanan Coan Cin Pay ini telah melihat Kwee
Ceng. Mereka menduga setiap waktu Kwee Ceng
bakal membantui mertuanya itu. Maka itu, mereka
bingung. Mereka menantikan saat orang, guna
mengambil tempatnya Tin Ok di garis thian-soan itu
akan tetapi orang yang dinanti-nanti belum juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kunjung tiba. Mereka percaya, asal orang itu
datang, garis thian-soan bakal jadi kuat sekali-
Sembari berkelahi oey Yok Su kata sambil tertawa:
"Sungguh aku tidak menyangka, murid-muridnya Ong
Tiong Yang ada begini tidak tahu selatan!"
Kata-kata ini dibarengi rangsakan kepada Sun put
Jie, yang diserang saling susul hingga tiga kali, hingga
imam itu repot. Ma Giok bersama Cek
Tay Thong segera maju membantui, guna
menolongi.
Oey Yok Su berkelit, setelah pedang kedua orang
itu lolos, ia maju pula. Lagi tiga kali beruntun ia
menyerang Sun put Jie. Hebat serangannya itu,
sekalipun Ong Ti0ng Yang atau Cit Kong sembuh, sulit
untuk melayani itu- Karena itu, Sun Put Jie terpaksa
hanya membela diri. Atas itu, Oey Yok Su mengubah
siasatnya, ialah lantas ia menyerang di bawah, kedua
kakinva bekerja bergantian enam kali menyapu kaki
lawannya itu. Jadi beruntun tocu Tho Hoa To itu
sudah menggunai ilmu silatnya tangan kosong "Lok
Eng Ciang" dan tendangan "Sauw Yap Twie".
Ma Giok beramai menjadi bingung. Seranganserangan
itu membahayakan Sun Put Jie- Pula,
dengan Kwa Tin Ok tidak dapat melihat, mereka jadi
bergerak lambat. Hebat akibatnya kalau Pak Tauw Tin
kacau. Sebaliknya Oey Yok Su ia tidak mengambil
mumat apa yang dipikir lawan, ia merangsak
www.kangzusi.com terus. Mendadak ia tertawa
panjang dan tubuhnya melesat, terus terdengar jeritan
yang keras dari satu orang yang tubuhnya terlempar
ke ujung Yan Ie Lauw.
Itulah in Cie Peng, yang punggungnya kena
disambar, hingga tanpa berdaya, tubuhnya kena
dilemparkan Oey Yok Su. Setelah itu, tanpa menanti
ketika, jago Tho Hoa To ini maju ke arah Ma Giok.
Ia Percaya ia bakal berhasil. Tidak tahunya, imam itu
tidak berkisar dari kedudukannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
malah dengan pedangnya dia membalas menikam
ke alis.
"Bagus!" berseru Yok Su dengan pujiannya sambil
ia berkelit. "Tidak kecewa kau menjadi murid kepala
dari coan Cin Pay!"
Meski juga ia memuji, Oey Yok Su tidak
menghentikan gerakannya. Mendadak ia menendang
Cek Tay Thong hingga imam itu terguling, pedangnya
terlepas, maka ia menubruk pedang itu, untuk
dipakai menikam lawannya yang roboh itu.
Layui Cie Hian kaget, ia lantas menangkis guna
menolongi saudaranya itu.
Oey Yok Su melihat datangnya bantuan untuk Tay
Thong, ia tertawa, sembari tertawa, pedangnya dipakai
menangkis Cie Hian- Dengan begitu
bentroklah kedua senjata itu- Yang hebat ialah
kedua-duanya pedang patah sambil mengasih dengan
suara keras.
Bagaikan bayangan berkelebat gesit sekali tocu dari
Tho Hoa To merangsak ke arah Pak-kek-chee.
Sejenak itu, kacaulah pak Tauw Tin. Coan Cin Cit
Cu mengeluh saking berdukanya. Ma Giok menghela
napas panjang, hendak ia melemparkan
pedangnya, guna menyerah kalah. justru itu satu
bayangan berkelebat di antara mereka, lantas digaris
utara itu tambah satu orang - itulah Kwee
Ceng!
Khu Cie Kie menjadi girang sekali. Ia telah
menyaksikannya di Cui Sian Lauw di mana mertua dan
menantunya itu bertempur mati-matian.
Ma Giok dan Ong Cie It juga lantas mengenali si
anak muda, yang mereka tahu adalah seorang jujur,
maka mereka percaya, anak muda itu tentunya
bakal membantui mertuanya itu- Habislah Cian Cin
Cit Cu - atau Coan Cit Liok Cu - kalau mertua dan
mantu bekerja sama. Tentang Kuia Tin Ok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak dikhawatirkan, sebab tidak nanti Kwee Ceng
mencelakai gurunya itu. Tapi selagi mereka itu
berkhawatir dan berputus asa, lantas mereka
menampak kenyataan yang luar biasa. Kwee Ceng
bukannya membantui mertuanya, ia justru menempur
mertuanya itu!
Oey Yok Su percaya ia bakal dapat mengacau Pak
Tauw Tin dan memecahnya, supaya dengan begitu
Coan Cin Pay menyerah dan minta-minta ampun,
maka
heran ia atas datangnya bala bantuan kepada
musuhnya itu, tidak menanti sampai ia memutar tubuh,
ia segera menyerang ke belakang, ke arah
dada, dengan pukulan Pek Khong Ciang. Serangan
ini dihalau orang tanpa orang itu berkelit, cuma tangan
kirinya dipakai menangkis. Ia terkejut-
"Cuma beberapa orang saja yang dapat menangkis
seranganku semacam ini," pikirnya. "Siapakah dia?"
Maka ia segera menoleh, akan mengenali Kwee
Ceng, hingga ia menjadi mendongkol berbareng
menyesal. Dengan penasaran, ia menyerang pula,
beruntun tiga kali. Ia tahu tanpa dapat
mengundurkan si anak muda, ia terancam bahaya
terkepung, ia menyerang dengan tiap pukulannya
bertambah hebat, tetapi tiga"tiga kalinya,
serangannya itu dapat dihindarkan. Untuk keempat
kalinya, ia menyerang pula, dengan siasat berPurapura
dan benar-benar. Siasat ini dapat
membingungkan lawan.
Kwee Ceng tidak kena diakali, ia menjaga diri, ia
tidak menyerang - Pedangnya menjaga dada, tangan
kirinya melindungi perut.
Oey Yok Su menjadi heran.
"Terang bocah ini mengenal baik sifat Pak Tamu
Tin," pikirnya. "Dia tahu bagaimana harus membelai
atau memukul pecah a Sa S Lihatlah, dan
tidak berkisar dari Pak-kek-chee! Rupanya dia telah
diminta bantuannya untuk menentang aku a Sa s"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dugaan pemilik Tho Hoa To ini benar separuh,
salah separuh. Benar ialah karena Kwee Ceng
memang mengerti baik barisan pak Tauui Tin itu,
hanya
itu didapat bukan dari pengajarannya Coan Cin Cit
Cu tetapi dari kitab Kiu Im Cin-keng. Dia salah
menduga, sebab Kwee Ceng bukan diminta
bantuannya oleh Coan Cin Pay hanya dia bertindak
atas kehendak sendiri. Tidak saja di situ ada Tin Ok,
dia pun telah dianggap si anak muda
sebagai musunnya, karena dipercaya dialah yang
membinasakan Cu Cong berlima. Hanya karena
mengetahui lawannya lihay, Kwee Ceng mengambil
sikap
membela diri, sama sekali anak muda ini tidak
mengambil mumat orang menyerang benar-benar atau
menggertak saja.
Akhirnya Oey Yok Su mengeluh sendirinya:
"Anak ini tidak tahu maju atau mundur," pikirnya.
"Hm! Biarlah, biar aku disesalkan Yong-jie, mesti aku
hajar dia, sebab kalau tidak, tidak
nanti aku daPat lolos dari tin
ini!" Ia pun lantas bergerak, tenaganya dikerahkan
di kedua tangannya. Tepat di saat ia hendak
menyerang, ia berpikir; "Kalau dia tetap
berdiri diam dan tidak menyingkir, dia bakal terluka
parah, kalau dia sampai kenapa~napa, mana Yong-jie
mau mengerti?"
Kwee Ceng telah melihat gerakan lawannya yang
tangguh itu, akan tetapi ia tidak mau berkisar dari
tempat jagaannya itu- Ia menggertak gigi. ia
menangkis dengan jurusan "Kian Liong Cay Thian",
atau "Melihat naga di sawah". Dengan Hang Liong Sippat
Ciang hendak ia bertahan, agar Pak
Tauw Tin dapat dilindungi.
Dengan mendadak, Oey Yok Su menunda
serangannya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bocah tolol, lekas menyingkir?" ia membentak.
"Mengapa kau menentang aku?"
Kwee Ceng bersiap dengan pedangnya, ia
mengawasi dengan tajam. Ia takut jago itu menggunai
akal. Ia tidak menyahuti.
Pihak Khu Cie Kie sudah lantas memperkokoh lagi
barisannya. "Di mana Yong-jie?" 0ey Yok Su tanya.
Kwee Ceng berdiam, matanya merah bagaikan api,
romannya bengis.
Yok Su he^an. Ia lantas mau menduga telah terjadi
sesuatu kepada putrinya-
"Kau perbuat apa atas Yong-jie?" ia membentak, ia
mulai berkhawatir. "Lekas bilang!" Masih si anak muda
berdiam, hanya tangannya yang mencekal
pedang bergemetar. Oey Yok Su terus mengawasi
dengan tajam, maka heranlah ia. Ia menjadi curiga.
"Kenapa tanganmu bergemetar?" ia tanya.
"Kenapa kau tidak mau bicara?"
Kwee Ceng tengah mengingat kebinasaan hebat
dari kelima gurunya di pulau Tho Hoa To, ia lagi
menahan hawa amarahnya, getaran hatinya, maka ia
bergemetar.
Oey Yok Su bercuriga berbareng berkhawatir sekali.
Hanya ia berkhawatir, mungkin sebab perebutan di
antara putrinya itu dan putri Mongolia, si
anak muda telah membunuh Yong-jie, anaknya.
Dengan menjejak kedua kaki, ia lompat maju.
Khu Cie Kie melihat gerakan pemilik Tho Hoa To
itu, ia segera menggeraki barisannya. Ong Cie It
bersama Cek Tay Thong menyerang dari kiri dan
kanan.
Kwee Ceng tidak menyingkir, ia cuma berkelit,
pedangnya terus ditikamkan. Oey Yok Su pun tidak
menyingkir, bahkan dengan satu tekukan tangan,
ia menangkap tangan si anak muda,
guna merampas pedangnya. Tapi ia gagal- Kecuali
pedangnya Ong Cie It mengancam punggungnya,
pedang Kwee Ceng pun bisa diegos, dipakai menikam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pula.
Setelah segebrak itu, pertempuran terulang pula,
jauh terlebih hebat daripada yang semula. Selagi Kwee
Ceng panas hatinya, Khu Cie Kie semua
tidak kurang gusarnya. Mereka ini hendak menuntut
balas untuk Ciu Pek Thong dan Tam Cie Toan.
Oey Yok Su merasa bahuia di sini telah terbit salah
mengerti tetapi ia beradat keras dan jumawa, ia tidak
suka mengalah, sedang juga, ia
berderajat lebih tua, lebih tinggi. Ia ingin menghajar
mereka itu, supaya mereka menyerah kalah, sampai
itu waktu babulah ia mau memberi
keterangan, untuk sekalian memberikan
tegurannya. Begitulah, dua-dua pihak sama kerasnya.
Oey Yok Su ingin mendesak Kwee Ceng, yang ia
berniat membekuknya, guna didengar keterangannya.
Kalau benar dugaannya, Oey Yong terbinasa di
tangan pemuda ini, hendak ia menghukum picis.
Tapi Kwee Ceng berjaga diri di garis utara, teguh
kedudukannya.
Ketika itu In Cie Peng, yang dilemparkan ke atas
lauwteng Yan Ie Lauw, masih belum dapat merayap
bangun, tetapi tanpa dia, Kwee Ceng tidak
menjadi lemah.
Oey Yok Su menghadapi kesulitan. Kalau ia
mendesak Kwee Ceng, Khu Cie Kie beramai
mendesak padanya- Ingin ia menggempur Khu Cie Kie
semua,
tetapi malang dengan si anak
muda.
Kapan pertempuran telah berlangsung lima puluh
jurus, maka terlihatlah Oey Yok su kena terdesak-
Kepungan nampak menjadi ciut-
"Tahan!" berseru Ma Giok disaat sangat tegang itu-
Seruan itu ditaati, lima saudaranya lantas berhenti
menyerang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oey Tocu!" berkata tertua dari Coan Cit Liok Cu.
"Kaulah seorang kenamaan dan juga dari golongan
tua, maka itu kami orang-orang dari golongan
lebih muda tidak berani berlaku kurang ajar
terhadapmu, kalau toh sekarang kami mengurung
padamu, itulah saking terpaksa. Sekarang aku hendak
menanya kau, apa katamu berhubung dengan
hutang darah dari paman kami Ciu Pek Thong dan
sutee kami Tam Cie Than?"
Orang yang ditanya tertawa dingin.
"Apa lagi yang hendak diperkatakan?" katanya.
"Lekas kau bunuh Oey Yok Su, untuk melindungi
namanya Coan Cin Pay! Tidakkah itu bagus?
Lihatlah!"
Tahu-tahu tangan kanannya majikan dari Tho Hoa
To ini melayang ke muka Ma Giok!
inilah satu jursu dari Lok Eng Ciang, yang Oey Yok
Su sudah melatihnya belasan tahun, gerak-geriknya
sangat gesit, seperti juga tidak dapat
terlihat.
Dalam kagetnya, Ma Giok berkelit ke kanan. Justru
ia berkelit, justru itulah kehendaknya Oey Yok Su,
yang serangannya mempunyai dua maksud
berbareng benar- benar dan berpura-pura. Maka itu
ia bukannya kena ditinju hanya terjambak dadanya.
Asal Oey Yok Su mengerahkan tenaganya
gempurlah dadanya itu.
Semua orang terkejut, semua maju untuk
menolongi, tetapi mereka terlambat.
Hanya disaat Ma Giok itu bakal menerima nasibnya,
Oey Yok Su tertawa dan jambakannya dilepaskan. Ia
pun berkata: "Jikalau dengan caraku ini
aku memukul pecah barisan kamu, tentulah kamu
tidak puas! Oey Lao Shia boleh mati tetapi tidak nanti
dia mau menyebabkan tertawanya semua
orang gagah di kolong langit ini! Kawanan imam
yang baik, kamu majulah semua!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lauw Cie Hian mendongkol, tinjunya melayang,
disusul sama pedangnya Ong Cie It. Maka itu,
bergerak pula Thian Kong Pak Tauw Tin. Kali ini yang
digeraki ialah rintasan yang ketujuhbelas. Setelah
Ong Cie It, serangan mesti disusul Ma Giok. Hanya
setelah Ong Cie It menikam dia lompat
mundur, Ma Giok bukannya menggantikan
menyerang, dia malah lompat mundur juga.
"Tahan! ' serunya.
Lagi sekali semUa orang berhenti bergerak.
"Oey Tocu, aku menghaturkan terima kasih untuk
kebaikanmu," berkata Ma Giok. "itulah kata-kata bagus
dari kau," jawab yok su.
"Sebenarnya disaat ini jiwa aku yang rendah sudah
tidak ada," kata Ma Giok, "Sedang barisan warisan
guru kami ini telah terpecahkan olehmu,
dengan begitu sudah seharusnya saja kami
menyerah kalah, kami mesti menyerah terhadap
keputusan tocu. Tapi, sakit hati kami tidak dapat tidak
dibalaskan! Oey Tocu, aku yang rendah, aku
bersedia akan menggorok leherku sendiri untuk
menghaturkan terima kasih padamu a Sa S"
"Sudahlah!" berseru Oey Yok Su, wajahnya guram-
"Tidak usah kita banyak 0mong lagi! Kamu boleh turun
tangan! Memang juga, perkara sakit hati
sukar sekali dijelaskannya a Sa S"
Kwee Ceng telah mendengar semua itu, ia menjadi
berpikir; Ma Totiang membilang dia bertempur guna
membalas sakit hati paman guru dan saudara
seperguruannya. Apakah artinya itu? Bukankah
Toako Ci Pek Thong masih hidup? Pula kematiannya
Tam Cie Toan, bukankah itu tidak ada hubungannya
Oey Tocu? Hanya kalau aku menjelaskan semua
ini, apabila Coan Cin Liok Cu mengundurkan diri,
hingga tinggal aku berdua guruku, mana
sanggup aku melawan dia? Jangan kata soal sakit
hati, buat melindungi jiwa sendiri pun sukar a sa s"
Baru ia berpikir demikian atau segera ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpikir lain: "jikalau aku menutup mulut, apakah
aku bukannya menjadi si hina dina? Bukankah semua
guruku sering mengajari, kepala boleh
kutung tetapi kejujuran tidak?" Karena ini segera ia
mengasih dengar suaranya yang nyaring; "Ma totiang,
paman guru kamu tidak mati! Tam
Totiang pun dibinasakan oleh AuWyang Hong!"
Belum lagi Oey Yok Su membilang apa-apa, Khu
Cie Kee telah mendahuluinya. "Apakah kau bilang?"
imam itu tanya.
"Toako Ciu Pek Thong tidak mati dan Tam Totiang
dibinasakan Auwyang Hong," Kwee Ceng menjawab
seraya terus ia menjelaskan apa yang ia dengar
selama ia sembunyi sembari merawat diri di kamar
rahasia, bagaimana Khiu Cian Jin melepas cerita
burung dan fitnahnya Auwyang Hong.
Cerita itu luar biasa.
"Apakah kau omong sebenar-benarnya?" Khu Cie
Kee menegaskan.
'Teecu sangat membenci dia, ingin teecu
menelannya, maka itu apa perlunya teecu membantui
dia?" kata Kwee Ceng dengan sengit sambil ia
menuding Oey Yok Su. "Kenyataan
ada demikian rupa maka itu teecu tidak dapat tidak
bicara dari hal yang benar." Oey Yok Su menjadi
heran- Sungguh ia tidak menyangka Kwee Ceng
mau membelai dia-"Kenapa kau membenci aku
sampai begini?" ia tanya pemuda itu. "Mana Yong-jie?"
Tapi Kuia Tin Ok panas hatinya.
"Apakah kau tidak tahu perbuatanmu sendiri?" dia
membentak. "Anak Ceng, biarnya kita kalah mari kita
mengadu jiwa kita!" Ia terus menyerang.
Kwee Ceng lantas mengucurkan air mata. ia
mengerti, dengan Perkataannya itu, sikapnya Oey Yok
Su sudah berubah sedikit. Tapi di situ ada
gurunya, yang bergusar tak kepalang ituTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toasuhu, jiesuhu semua mati secara sangat
menyedihkan a Sa s" katanya-Oey Yok Su menyambar
tongkatnya Kwa Tin Ok yang dihajarkan kepadanya.
"Apa kau bilang?" ia tanya Kwee Ceng, suaranya
keras. "Cu Cong berlima baik-baik berada di Pulauku
menjadi tetamu, kenapa mereka pada mati?"
Kuia Tin Ok tidak menanti jawaban muridnya, ia
membetot tongkatnya. Tetapi tongkat itu tidak
bergeming.
"Kau kurang ajar sekali, di depanmu seperti tidak
ada orang yang terlebih tua, kau juga ngoceh tidak
karuan, bahkan kau menggepaki tangan dan
kakimu, adakah itu untuk Cu Cong semua?" Oey
Yok Su tanya pula Kwee Ceng.
Matanya si anak muda seperti mau mencelos, mata
itu merah.
"Dengan tanganmu sendiri kau membinasakan
kelima guruku, kau masih hendak berpura-pura tidak
tahu?" membentak dia. Dia mengangkat pedang
pendeknya dan menikam-
Oey Yok Su menangkis dengan tongkatnya Kwa Tin
Ok, maka Pedang dan tongkat beradu nyaring, ujung
tongkat somplak.
"Siapakah yang menyaksikan itu?" ia tanya.
"Kelima guruku itu aku yang menguburnya dengan
tanganku sendiri, apakah dengan begini aku masih
memfitnah padamu?" Kwee Ceng balik menanya.
Yok Su tertawa dingin. Kelakuan anak muda itu
membangkitkan hawa amarahnya. Ia memang besar
kepala, tidak Pernah ia suka mengalah.
"Fitnah atau bukan, masa bodoh!" kata pemilik Tho
Hoa To. "Semur hidup Oey Lao Shia suka orang
pandang keliru maka itu dengan hanya membunuh
beberapa jiwa, mungkinkah aku menyangkal? Tidak
salah, semua gurumu akulah yang membunuhnya!"
Tepat disaat habisnya ucapan Tong Shia, di situ
terdengar suaranya seorang perempuan: "Bukan,
ayah, bukannya kau yang membunuh mereka! Jangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kau sembarang bertanggung jawab!"
Semua orang terkejut, semua lantas berpaling.
Di sana muncul Oey Yong, yang orang tak ketahui
datangnya sebab mereka terlalu repot bertarung dan
mengadu mulut-
Kwee Ceng melongo. Ia tidak tahu mesti bergirang
atau berduka-
Oey Yok Su kaget sebentaran, lantas dia sadar-
Bukan main girangnya ia menyaksikan putri
tunggalnya tidak kurang suatu apa. Dengan begitu
juga
lenyap semua kemendongkolannya kepada Kwee
Ceng. Ia tertawa berkakakkan.
"Anak yang baik, ke mari!" ia kata. "Ayah sangat
menyayangi kau!"
Sudah banyak hari Oey Yong berduka, sekarang ia
mendengar suara demikian manis, lantas
ia lari kepada ayahnya itu, untuk menubruk,
melepaskan diri dalam rangkulan orang tua itu. Ia
menangis-
"Ayah a Sa S" katanya, "Anak tolol itu membikin kau
penasaran, dia pun menghina aku a sa S"
Oey Yok Su merangkul putrinya itu, ia tidak gusar,
malah ia tertawa-
"Oey Lao Shia pergi, dia Pergi ke mana dia suka,
dia bikin apa dia mau!" katanya. "Untukku, selama
beberapa puluh tahun, pengalamanku luar
biasa! Mereka yang tidak ketahui apa-apa, semua
menimpahkan kesalahan di atas kepala ayahmu, maka
kalau itu ditambah lagi sama beberapa
fitnah, apakah artinya itu? Lima anggota dari
Kanglam Cit Koay itu musuh besar dari kakakmu
seperguruan, memang aku yang telah membinasakan
mereka!"
"Bukan, bukan!" berteriak Oey Yong cepat. "Aku
tahu betul, bukannya ayah yang membunuh mereka
itu!"
Oey Yok Su bersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Si tolol itu sangat besar nyalinya, dia berani
menghina anakku yang baik!" ia berkata. "Kau lihat
ayahmu membereskan dia!"
Benar seperti perkataannya, pemilik jho Hoa jo itu
lantas bekerja, sebat seperti tadi ia mencekuk Ma
Giok.
Kwee Ceng tengah memikirkan pembicaraannya
ayah dan anak itu tahu~tahu pipinya yang kiri kena
ditampar, nyaring hingga ia merasakan pipinya
itu panas. Ia mau mengangkat tangannya, guna
menangkis, atau orang telah menarik pulang
tangannya itu, untuk dipakai mengusap-usap rambut
indah dari putrinya. Ia menjadi bingung, tidak tahu ia
mesti menyerang terus atau bagaimana. Tamparan itu
keras suaranya tetapi tidak terlalu
sakit.
Kuia Tin Ok kaget- Ia tahu muridnya dihajar tetapi ia
tidak melihat itu.
"Anak Ceng bagaimana?" ia lantas menanya-
"Tidak apa-apa," menyahut sang murid-
"Kau jangan dengari ocehannya siluman serta anak
silumannya!" kata pula Tin Ok. "Aku telah
mendengarnya sendiri keterangan soe-suhu kau
bahwa
dia melihatnya sendiri bangsat tua itu membunuh
jiesuhumu dan memaksakan kematiannya Cit a sa s"
Kwee Ceng tidak menanti habisnya perkataan
gurunya itu, ia menerjang kepada Oey Y0k su, sedang
Tin Ok turut menyerang dengan tongkatnya.
Oey Yok Su melihat datangnya serangan, ia
melepaskan anaknya, sambil berkelit dari sepangan
Kwee Ceng, ia maju untuk menanggapi tongkat si
jago yang buta.
Kali ini Kuia Tin Ok sudah bersedia, tongkatnya itu
tidak kena dirampas, maka itu berdua muridnya itu, ia
menyerang terus, hingga mereka jadi
berkelahi bertiga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng telah menemui banyak orang lihay,
yang memberikan ia pelajaran, akan tetapi untuk
melayani Oey Yok Su, ia masih kalah jauh, meski ia
dibantu Kuia Tin Ok, ia masih tidak bisa berbuat
banyak. Baru tigapuluh jurus ia dan gurunya itu sudah
terdesak. Khu Cie Kie semua berdiam
sejak tadi. Mereka dibikin bingung dengan
keterangannya Kwee Ceng itu- Belum mereka bisa
berpikir, mereka melihat orang bertempur, maka yang
pertama dipikir mereka ialah; "Tadi Coan Cin pay
terancam bahaya, mereka guru dan murid membantui,
maka sekarang sekali mereka terdesak apa
kami mesti berdiam saja? Biarlah urusan Ciu
Susiok, dia benar masih hidup atau sudah mati,
baiklah Oey Yok Su ini dibikin tunduk dulu!" Maka
ia mengangkat pedangnya dan berseru: "Kwa
Tayhiap, kembalilah ke kedudukanmu!"
Baru itu waktu, In Cie peng merayap bangun untuk
turun dapi lauwteng. ia kaget dan terbanting keras
tetapi tidak teriuka Parah, cuma mukanya
bengap dan matang biru- Ia lantas kembali ke
belakang Tin Ok dengan pedang terhunus.
Lagi sekali Oey Yok Su terkurung, hingga ia
menjadi sangat gusar.
"Tadinya cuma salah mengerti, masih ada alasan
kenapa orang menyerang aku," pikirnya, "Sekarang
setelah si bocah bicara, kawanan bulu campur
aduk ini masih mengepung aku! Apakah mereka
kira Oey Lao Shia takut membunuh orang?"
Maka ia lantas merangsak ke arah Kwa Tin Ok-
Oey Yong berkhawatir melihat air muka ayahnya. Ia
tahu kalau ayah itu sudah gusar, dia benar-benar tidak
mengenal kasihan-
Ong Cie It bersama Ma Giok lantas menghadang di
depan tertua Cit Koay itu.
Kwa Tin Ok mendongkol sekali, ia menyerang si
nona sambil mendamprat: "Manusia hina jahat yang
tidak berampun, siluman perempuan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menjadi sangat gusar-
"He, tua bangka, beranikah kau mencaci pula
padaku?" ia berseru.
Untuk Kangiam Cit Koay, memaki bukan pekerjaan
sukar, maka itu Tin Ok mengulangi dampratannya-
Untuk Oey Yong, itulah hal langka- Ia tidak
bisa mencaci orang, maka
sambil berludah, ia kata; "Cis! Tak malukah kau
menjadi guru orang sedang mulutmu begini kotor?"
Tapi Kuia Tin Ok kata; "Aku bicara baik-baik sama
orang baik, aku bicara kotor sama manusia hina dinai"
Oey Yong habis sabar, ia segera menyerang.
Tin Ok mengetahui datangnya serangan, ia
menangkis, tetapi ia belum kenal l_ek-tiok-thung yang
luar biasa itu, begitu kedua tongkat beradu,
tongkatnya lantas seperti ditempel, tongkat itu kena
diputar sekehendak n0na, ia seperti kehilangan
kendali- Ia berdiam di garis thian-soan,
dengan ia kena dipengaruhi si nona, Pak Tauui Tin
menjadi macet.
Khu Cie Kie lantas menyerang si nona, punggung
siapa ia arah, dengan begitu ia hendak membebaskan
Tin Ok. Si nona tidak menghiraukan serangan
itu. Ia mengandal pada baju lapisnya.
Ketika ujung Pedangnya hampir mengenai
sasarannya, imam dari Coan Cin Pay itu berpikir. Ia
ingat kepada derajatnya yang tinggi, maka mana
dapat ia melayani seorang bocah. Karena ini,
Pedangnya tidak diteruskan menikam. Justru ketika
yang baik itu digunai Oey Yong, maka dengan
satu sontekan, ia membuatnya tongkat Tin Ok
terlepas dari cekalan, mental tinggi, nyemplung ke Lam
Ouui, Telaga Selatan!
Khu Cie Kie khawatir si nona nanti menyerang terus
kepada tertua Kanglam cit Koay it, ia lompat untuk
menghalang. Sementara itu ia heran atas
lihaynya si nona, ilmu tongkat siapa ia tidak kenalTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng juga melihat gurunya terancam, ia ber
seru: "Suhu, silahkan mengaso, aku nanti
menggantikan kaul" Dan ia lompat ke garis thian-soan
itu. Begitu ia bertindak, begitu tin menjadi hidup
pula, bahkan ke dudukan thian-soan ini lantas
menggantikan kedudukan thian-kie.
0ey Y0k Su kembali terdesak. Biar ia dibantu
gadisnya, ia tidak bisa berbuat banyak. Ia belum bisa
menyelami arti atau sipatnya Thian Kong Pak
Tauw Tin itu. Syukur untuknya, di antara lawannya
itu cuma Kwee Ceng yang paling hebat, hingga ia
seperti harus melayani satu orang saja.
Hanya sulitnya untuknya, ia tidak berniat
mencelakai anak muda itu.
Oey Yong mendapat lihat Kwee Ceng berkelahi
hebat sekali dan air muka orang juga guram, Pemuda
itu seperti dikurung sinar pembunuhan, ia
terkejut. Belum pernah ia menyaksikan perubahan
air muka semacam itu. Karena ini, ia maju ke depan
ayahnya, ia kata pada itu anak muda; "Kau
bunuhlah aku lebih duluj"
"Minggir!" membentak si anak muda, bentakannya
keras, romannya bengis.
Oey Yong heran hingga ia tercengang. Pikirnya;
"Kenapa kau bicara begini rupa terhadapku?"
Kwee Ceng maju terus, ia menolak tubuh si nona
untuk dikepinggirkan, habis mana, ia terus merangsak
Oey Yok Su.
Disaat tegang itu, di belakang mereka yang lagi
bertarung itu terdengar suara tertawa terbahak disusul
kata-kata nyaring; "Saudara Yok, jangan
berduka, mari saudaramu membantu Padamu'"
Suara itu tajam, untuk kuping tak sedap
terdengarnya.
Orang semua heran, tetapi mereka tidak lantas
menoleh, sesudah Oey Yok su terdorong. Cie Kie
semua baru berpaling. Maka mereka melihat di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tepian telaga ada lima atau enam orang dengan
satu diantaranya Panjang kaki dan tangannya, sebab
dialah See Tok Auwyang Hong, si Bisa dari
Barat.
Coan cin Cit Cu lantas bertindak, sedang Khu Cie
Kie kata kepada Kwee Ceng; "Anak Ceng, mari kita
membikin perhitungan pada See Tok dulu! 1 Ia
mengulapkan pedangnya, terus ia lompat, guna
mencoba mengurung Auwyang Hong.
Ketika itu Kwee Ceng tengah memperhatikan Oey
Yok su, ia sampai mendengar suaranya Khu
Cie Kie, ia terus menerjang ayahnya Oey yong itu,
bahkan sebentar saja, mereka sudah bertempur lima
enam jurus, hebat pertempuran mereka.
Beberapa kali mereka sama-sama maju pula,
kembali mereka mundur lagi.
Khu Cie Kie berenam sudah mengatur barisannya,
ketika ia melihat ke arah Kuia Tin Ok, orang buta itu
lagi memasang kuping, guna mendengar
suara pertempurannya Kwee Ceng. Tin Ok bersedia
akan berlompat menubruk Oey Y0k Su, guna memeluk
keras-keras, agar muridnya bisa membinasakan
musuh ini, untuk itu ia bersedia mengorbankan
dirinya.
Menampak demikian, Khu Cie Kie memerintahkan
In Cie Peng menggantikan Tin ok mengambil
kedudukan thian-soan.
Ruuiyang Hong juga telah bersiap- Ia berjongkok
dengan sikap ilmu kodoknya, tangan kanannya
memegang tongkatnya. Sebagaimana biasanya, ia
berlaku tenang, tidak mau ia lancang bergerak. Ia
pula memangnya rada jeri untuk barisan Pak Tauw Tin
dari Coan Cin Pay itu. Adalah setelah
Khu Cie Kie bergerak, terpaksa ia melayani. Ia
bermata jeli, segera ia merasa kelemahan tin itu ada di
pihak In Cie Peng, maka ia memasang
mata ke garis thian-soan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menaruh diri di antara Kuia Tin ok dan
ayahnya serta Kwee Ceng yang lagi bertempur itu, ia
masgul-
"Tahan dulu!" ia berseru. "Dengar perkataanku!"
Kwee Ceng tidak memperdulikan itu, ia menyerang
terus, tetap hebat. Sikapnya ini membikin hilang
sabarnya Oey Yok Su, dari bergerak dengan
setengah hati, ia mulai menggunai tenaganya.
Di pihak Auwyang Hong, si Bisa dari Barat itu lagi
mencoba mendesak Coan Cin Cit Cu, saban-saban ia
mengasih dengar suaranya berkerak kerok
mirip kodok- Itu artinya, bahaya tengah
mengancam.
Si nona menjadi bingung- Kalau dua-dua ayahnya
dan Auwyang Hong sudah turun tangan benar-benar,
itulah akan hebat akibatnya. Ketika ia
berpaling ke Van Ie Lauw, di sana Ang Cit Kong
masih duduk meioneng, menonton pertempuran itu.
"Suhu, suhu!" ia lantas memanggil- "Suhu, tolong
kau bicara!"
Sebenarnya, Cit Kong pun berkhawatir. Kalau ia
masih gagah, ia tentu sudah maju sama tengah. Maka
ia menonton saja, sampai ia mendengar suara
si nona. Ia lantas berpikir; "Asal 0ey |_ao Shia
masih suka memandang aku, inilah gampang."
Dengan menekan loneng, Pak Kay lantas
menurunkan diri. ia terus berseru; "Tuan-tuan, tahan!
Aku si pengemis tua hendak bicara!"
Kiu Cie Sin Kay kesohor sekali, melihat datangnya
orang lantas berhenti berkelahi. Tapi yang berkhawatir
sekali ialah Auwyang Hong, hingga
dia berkata di dalam hatinya: "Kenapa
kepandaiannya si pengemis tua dapat pulih kembali?"
See Tok tidak ketahui, dengan dapat bantuan Kiu
Im Cin-keng menurut keterangannya Kwee Ceng, Ang
Cit Kong memperoleh sedikit kefaedahannya,
jalan darahnya mulai lurus sendirinya, di dalam ilmu
ringan tubuh, kepandaiannya itu sudah pulih lima atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
enam bagian. Cuma dalam ilmu silat, semua
kepandaiannya itu masih terhilang, ia mirip orang yang
tidak mengerti silat sama sekali.
Bab 71. Si buta membuka jalan
Melihat orang bersikap memandang mata
kepadanya, cit Kong pikir bahwa ia harus sedikit
beraksi, hanya ia belum dapat pikir, apa yang ia mesti
katakan agar Auwyang Hong suka mengundurkan diri.
Karena lagi memikir, ia dongak, terus ia tertawa
terbahak. Ia melihat rembulan mulai muncul, lantas ia
mendapat pikiran, maka ia kata dengan nyaring, "Yang
ada di depan mata ini, semuanya orang-orang pandai
dari Rimba Persilatan, tidak disangka lagaknya mirip
lagak buaya darat, kata-katanya seperti angin busuk"
Mendengar itu semua orang melengak. Memang
orang tahu, cit Kong suka bilang apa yang ia pikir. Ma
Giok lantas memberi hormat. "Tolong Cianpwee
memberikan pengajaran," katanya.
Ang cit Kong berpura gusar, ia kata dengan nyaring:
"Aku si pengemis tua telah mendengar dari siang-siang
bahwa pada Pee-gwee Tiong ciu bakal ada orang
bertarung di pinggir lauteng Yan Ie Lauw ini, maka itu
hendak aku menyaksikannya. Tapi aku adalah seorang
yang kupingnya paling tidak suka mendengar suara
berisik, maka itu justru waktunya masih siang, hendak
aku tidur pulas dan nyenyak di sini, siapa tahu pagi ini
lantas saja aku mendengar suara berisik dari anjing
mau mampus, orang rebut mengatur barisan
rombongan kuda atau tahang air kencing, juga ada
suami memukul istri, ada menantu menyerang
mertuanya, ada yang memotong ayam dan
menyembelih anjing, ributnya bukan buatan, sampai
aku si pengemis tua tidak dapat tidur tenang Coba
kamu angkat kepala kamu dan lihat, hari ini tanggal
berapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, orang lantas ingat bahwa hari itu
ada Pee-gwee Capsie, ialah bulan delapan tanggal
empat belas,jadi hari pibu, harian mengadu
kepandaian, adalah besok. Jadi tidaklah tepat akan
bertempur mendahului hari yang dijanjikan.
"Locianpwee benar," kata Khu Cie Kie kemudian,
"Memang tidak selayaknya hari ini kami membuat
berisik di sini."
Ia menoleh pada Auwyang Hong, untuk berkata "
orang she Auwyang, mari kita mencari tempat lain di
mana kita bisa bertempur terus mati-matian"
"Bagus, bagus" Auwyang Hong tertawa. "Memang
harus aku menemani kamu"
Mendengar itu Ang Cit Kong mengasih lihat roman
bengis, ia kata keras-"satu kali ong Tiong Yang
menutup mata, kawanan bulu campur aduk dari Coan
Cin Kauw lantas main gila tidak karuan Aku bilang
terus-terang kepada kamu, enam imam pria ditambah
sama satu imam wanita, kamu semua masih bukan
tandingannya si bisa bangkotan ong Tiong Yang tidak
mewariskan apa-apa kepadaku, aku pun perlu
memikirkan kamu, hanya sekarang aku hendak tanya
kamu, Kamu telah membuat janji, habis bagaimana
kamu akan memenuhkan janji kamu itu? Apakah yang
bakal memenuhkan janji ada imam-imam yang mati?"
Kata-kata itu berupa teguran atau dampratan tetapi
di balik itu adalah pemberian ingat untuk menyadarkan
kawanan imam itu bahwa dengan melawan Auwyang
Hong, mereka adalah bagian mati, bukannya bagian
hidup, Liok Cu menginsyafi itu tetapi mereka lagi
menghadapi musuh besar, tidak dapat mereka memikir
jauh
Selagi orang berdiam, cit Kong melirik kepada Kwee
Ceng dan oey Yok Su. Si anak muda tetap mengawasi
dengan kemurkaannya yang hebat. oey Yong mau
menangis, air matanya mengembang, tandanya dia
sangat berduka. Ia lantas berpikir, setelah itu ia
berkata pula dengan keras-"sekarang aku si pengemis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tua hendak pergi tidur siapa yang bertempur pula, itu
artinya dia tidak memandang lagi padaku, maka kalau
besok malam kamu mengamuk hingga langit ambruk
dan bumi gempa, aku tidak akan membantu siapa juga
Ma Giok. hayo kau ajak kawanan bulu campur aduk
dari kamu naik ke lauwteng, di sana tinggallah kamu
dengan tenang Anak Ceng, anak Yong, mari turut aku,
kau tumbuki pahaku"
Auwyang Hong jeri. Ia tahu kalau Cit Kong
membantu Coan Cin Pay, sulit ia melawannya, maka
ia pun berkata "Eh, pengemis tua, saudara Yok
bersama aku bentrok sama Coan cin Kauw, kalau
kata-katamu bukan angin busuk belaka, baiklah hari ini
aku memberi muka padamu, tetapi ingat, besok tidak
dapat kau membantu siapa juga"
Di dalam hatinya, Ang Cit Kong tertawa. Ternyata
orang telah kena digertak. Pikirnya: " Kalau sekarang
kau menolak aku dengan jari kelingkingmu, tentu aku
roboh, siapa nyana kau takut"
Maka ia kata pula dengan nyaringo "Kalau aku
sipengemis tua melepaskan angin busuk, bila itu
dibandingkan sama kata-katamu, masih terlebih harum
Aku telah bilang, aku tidak akan membantu, pasti aku
tidak akan membantu Apakah kau merasa pasti bahwa
kau bakal menang"
ia tertawa dan melengak, kepalanya sampai
mengenai tanah, tempat araknya dijadikan bantal. Ia
berkata pula: "Anak-anak, mari kau memukuli pahaku"
Paha kambing Cit Kong tinggal tulangnya saja tetapi
ia sayang untuk membuang itu, ia masih
menggerogotinya, baru kemudian, ia masuki tulang itu
ke dalam sakunya. Ia mengawasi langit di mana awan
putih melayang-layang. Katanya perlahan: "Janganjangan
bakal terjadi perubahan udara "
Ia terus menoleh pada oey Yoksu, untuk berkata
"saudara Yok, dapatkah kau meminjamkan putrimu
supaya dia menumbuki pahaku?" Ditanya begitu, Tong
shia bersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
oey Yong lantas menghampirkan, ia duduk di sisi
orang, terus ia menggebuki perlahan paha pengemis
tua itu.
"Ah," kata Cit Kong sambil menghela napas.
"Beberapa tulang tuaku ini belum pernah mendapat
rejeki seperti kali ini " ia terus memandang Kwee Ceng,
untuk mengatakan."Eh, anak tolol, apakah tanganmu
tidak kena dibikin patah oleh oey Loshia?"
"Ya," menyahut si anak muda itu. Ia juga duduk di
sisi si pengemis, untuk menumbuki pahanya.
Kwa Tin ok pergi menyenderkan tubuhnya di
sebuah pohon yang liu di tepi telaga, sepasang
matanya yang tidak ada bijinya diarahkan kepada oey
Yok su. Ia menggunai kupingnya sebagai matanya.
oey Yok su berjalan mondar-mandir di tepi telaga
itu, ia pergi ke timur atau ke barat, matanya Tin ok
terus mengikuti padanya. Ia ketahui itu, ia tidak
mengambil mumat, ia cuma bersenyum mewah.
Khu Cie Kie berenam, bertujuh sama In cie Peng,
duduk numprah di tanah dengan kedudukannya tetap
seperti barisan rahasia itu. Kepala mereka tunduk. alis
mereka turun. Mereka bersemedhi sambil berlatih
secara diam-diam.
Budak-budaknya Auwyang Hong telah lantas
bekerja. Dari perahu mereka, mereka mengeluarkan
meja dan kursi, mengatur itu di bawah Yan ie Lauw,
mereka terus menyajikan barang hidangan serta
araknya. seorang diri see Tok bersantap dan minum,
matanya memandang ke telaga. Ia duduk dengan
membelakangi orang banyak.
Ang Cit Kong secara diam-diam memperhatikan
Kwee Ceng dan oey Yong. Keduanya saling
menghindarkan pandangan mata mereka. selama
hampir satu jam, Pak Kay belum pernah melihat
mereka memandang ataupun melirik satu pada lain. ia
heran. ia telah menanyakan sebabnya, senantiasa dua
orang itu menjawab dengan mengalihkan pertanyaan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, saudara Yok," akhirnya Cit Kong tanya Tong
shia, "Apa nama lainnya dari telaga Lam ouw ini?"
"Dipanggiljuga Wan Yo ouw," oey Yok su
menjawab. Itu berarti "Telaga burung wanyoh".
" Kalau begitu, kau lihatlah" kata si Pengemis dari
Utara.
"Di telaga burung wanyoh ini anakmu dengan
menantumu sudah main berdiam-diam, kenapa kau
yang menjadi orang tua atau mertua, tidak hendak
mengasih atau membujuki mereka?"
Mendengar itu, belum lagi oey Yok su menjawab,
Kwee Ceng sudah mendahului. Ia berlompat bangun,
ia menuding Tong shia seraya berkata dengan keras:
"Dia dia telah membinasakan kelima guruku, cara
bagaimana dapat aku masih memanggil dia mertua?"
"Toh tidak aneh, bukan?" kata Tong shia tertawa
dingin.
"Kang Lam Cit Koay belum mati habis, masih
ketinggalan satu si buta Dan dia ini, aku akan
membikin dia hidup tidak sampai besok"
Kwa Tin ok bertabiat keras, ia menjadi gusar sekali,
maka ia berlompat akan menyerang si Bisa dari Timur.
Tetapi Kwee Ceng telah mendahului, sebab biarnya
dia bergerak belakangan, murid ini gesit sekali,
serangannya sampai terlebih dulu. oey Yok su
menangkis serangan itu, hingga si anak muda mundur
setindak.
"Telah aku bilang jangan menggeraki tangan" Ang
cit Kong berseru.
"Apakah kamu kira perkataanku si pengemis tua
angin busuk belaka?"
Kwee Ceng tidak berani maju lebih jauh, cuma
dengan sorot bengis ia mengawasi oey Yok su.
"oey Lao shia," berkata Cit Kong.
" Kang Lam Cit Koay itu laki-laki semuanya,
mengapa kau bolehnya membinasakan mereka itu?
Aku si pengemis tua melihatmu, aku merasa tidak
puas"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"siapa aku suka, dapat aku membunuhnya" Yok su
menyahuti. "Dapatkah kau menguasai aku?"
"Ayah" oey Yong menyelak. "Lima guru, dari dia ini
bukannya kau yang membinasakannya Inilah aku tahu
betul Ayah, bilanglah bahwa bukannya kau yang
membunuh mereka"
oey Yok su mengawasi anaknya, yang mukanya
kucal, ia merasa kasihan sekali. Ia pun lantas
mengawasi Kwee Ceng, atas mana hatinya yang
barusan lunak lantas menjadi keras pula.
"Memang aku yang membunuh mereka" kata ia
keras. oey Yong lantas menangis.
"Ayah " katanya, "Ayah mengapa kau membunuh
orang?"
"Di dalam dunia ini orang mengatakan ayahmu
sesat, kau tahu tidak?" si ayah tanya.
" Kalau seorang jahat, dapatkah dia berbuat baik?
semua perbuatan jahat di kolong langit ini, semua itu
perbuatan ayahmu Kang Lam Cit Koay menganggap
diri mereka orang-orang gagah yang mulia tetapi aku,
melihat lagak gagah perkasa dari mereka, tak senang
hatiku"
Auwyang Hong mendengar pembicaraan itu, dia
tertawa terbahak.
"saudara Yok. mari aku menghadiahkan suatu
tanda padamu" katanya. Ia lantas melemparkan satu
bungkusan.
Jarak di antara Auwyang Hong dan oey Yok su ada
dua puluh tombak lebih akan tetapi hebat gerakan
tangan dari siBisa dari Barat, cepat melesatnya
bungkusan itu, segera sampai kepada si sesat dari
Timur, yang menyambutinya dengan gampang.
Tong shia merasa memegang barang yang keras, ia
menduga kepada kepala manusia. Ia lantas membuka
itu, maka tepatlah dugaannya. Itulah satu kepala
orang, yang baru dikutungi dari lehernya. Kepala itu
memakai kopiah persegi, ada kumisnya, hanya
mukanya tidak dikenali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selagi Tong shia memandang kepala orang itu, see
Tok tertawa dan kata
"Pagi ini aku datang dari Barat, aku singgah di
sebuah kamar buku, di sana aku mendengar dia ini
lagi berceramah di hadapan sekumpulan pelajar, dia
mengajar orang untuk menjadi menteri yang setia atau
anak yang berbakti. Aku sebal mendengarnya, aku
menghunus senjataku dan aku mengUtungi kepalanya.
Maka itu kamu Tong shia dan Aku see Tok. kita berdua
cocok satu dengan lain" Lantas ia tertawa bergelakgelak.
Mendengar itu, air muka si sesat dari Timur
berubah. Ia kata "Aku justru paling menghormati
menteri setia dan anak berbakti" Maka ia
membungkuk, ia menggali tanah, di situ ia kubur
kepala orang itu, lantas ia menjura dengan dalam tiga
kali.
see Tok kecele, hilang kegembiraannya barusan,
tetapi ia tertawa lebar.
"Nama besar dari oey Lao shia kosong belaka^
katanya.
"Kiranya kaujuga orang yang dikekang adat sopan
santun"
" Kesetiaan dan kebaktian itu adalah kesucian hati,
kehormatan besar, itu bukannya adat istiadat" berkata
oey Yok su, suaranya berpengaruh.
Baru Tong shia menutup mulutnya atau di udara
terdengar guntur hebat, kapan orang banyak
berdongak. mereka melihat mega tebal seperti
menutupi langit, tandanya hujan besar bakal segera
turun. Lalu itu disusul sama suara tetabuhan yang
nyaring dan ramai, yang datangnya dari tujuh atau
delapan buah perahu besar, yang mendatang ke
tepian. Di atas semua perahu itu ada lentera
merahnya. Itulah tanda dari perahunya orang
berpangkat.
Begitu lekas perahu-perahu telah di kepinggirkan,
dari sana lompat ke darat kira-kira tigapuluh orang, di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
antara siapa nampak Pheng Lian Houw dan kawankawannya.
Yang paling belakang mendarat ialah dua
orang, satu jangkung dan yang lain kate. Yang
jangkung itu Chao Wang Wanyen Lieh, pangeran dari
negeri Kim, dan yang kate Pangcu Khiu Cian Jin dari
Tiat Ciang Pang, partai Tangan Besi.
Teranglah, karena mengandal pada Auwyang Hong
dan Khiu Cian Jin, pangeran Kim ini berani datang
sendiri ke selatan. Rupanya ia percaya betul, dalam
pibu di Hoa san itu, pasti pihaknya yang bakal
menang.
Begitu melihat Khiu Cian Jin, oey Yong menuding
dia seraya berkata kepada ayahnya^ "Anak telah
terkena tangan jahat dia, hingga hampir hilang jiwa
anak"
oey Yok su heran. Di Kwie-in-chung ia melihat
sendiri orang she Khiu itu mempertontonkan
keburukannya, maka itu kenapa anaknya dapat
dilukakan dia?
Ketika itu Wanyen Lieh berkumpul bersama
Auwyang Hong, kelihatan mereka memasang omong
dengan asyik, mereka kasak kusuk sambil tunduk.
setelah itu Auwyang Hong menghampirkan Ang cit
Kong, untuk berkata
"saudara Cit kalau sebentar kita mulai pibu, kau
tidak bakal membantu pihak yang mana juga,
bukankah itu kata-katamu sendiri?"
Cit Kong kata di dalam hatinya: "Aku cuma
mempunyai niat tetapi tidak punya tenaga, ada niatku
membantu"
Maka ia menjawab: "Aku tidak tahu sebentar atau
bukan sebentar, aku hanya membilang Pee-gwee Capgouw"
"Benar begitu" berkata see Tok, yang terus berkata
kepada oey Yok su^
"saudara Yok, orang-orang Coan cin Pay dan Kang
Lam Cit Koay menghina padamu tetapi kaulah seorang
tertua, jikalau kau melayani mereka, kau merendahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehormatanmu, maka itu sebentar biarlah aku yang
memberi hajaran kepada mereka itu, kau sendiri boleh
menonton saja Akurkah kau?"
oey Yok su sudah lantas berpikir. Ia telah melihat
keadaan dua-dua pihak. Kalau Ang Cit Kong tidak
turun tangan, coan cin Pay pasti bakal kena dibikin
mampus hingga sulit mencari tempat untuk mengubur
mayat mereka. Dengan begitu maka akan musnahlah
partai yang dulu hari itu dibangun ong Tiong Yang.
sebaliknya kalau Kwee Ceng tetap membantu dengan
terus mengambil kedudukannya di garis utara, di
kedudukan thian-soan itu, mungkin Auwyang Hong
tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya ia mendapatkan
bocah itu terus memusuhkan padanya. Maka itu,
dapatkah ia berpeluk tangan saja? Maka ia pikir di
akhirnya^ "Hidup atau mati, senang atau susah inilah
saat keputusannya "
Auwyang Hong mengawasi, ia tidak memperoleh
jawaban, ia cuma menampak air muka orang muram.
Ia pikir, sang tempo pendek sekali, sekaranglah
saatnya untuk turun tangan. Kalau sampai Ciu Pek
Thong keburu datang, sulit untuk melayaninya. Maka
itu, ia lantas bersiul panjang dan berkata nyaringo
"Turun tanganlah sekarang Hendak menanti apa lagi?"
Mendengar suara itu, Ang Cit Kong gusar.
"Eh, apa yang kau keluarkan dari mulutmu itu katakatanya
manusia atau angin busuknya seekor anjing?"
dia menegur. Auwyang Hong menunjuk ke langit, ia
tertawa.
"Bukankah jam Cu-sie telah lewat?" kata ia.
"Bukankah ini sudah termasuk saat dari fajar Peegwee
Capgouw?"
Pak Kay dongak. Ia melihat si Putri Malam mulai
doyong ke barat, ada mega yang menutupinya
sedikit.Jadi benarlah itu waktu ada detik perlintasan
dari jam Cu-sie ke jam Tiu-sie.
Auwyang Hong tidak menanti orang membilang apa
juga, dengan menekankan tongkat kepala ularnya ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanah, ia berlompat ke depan Khu Cie Kie, untuk
menyerang imam dari Coan cin Pay itu.
Coan cin Liok Cu menginsyafi suasana itu atau
kedudukan mereka. Di pihak sana pun berkumpul
rombongan dari Pheng Lian Houw, yang menanti
ketika untuk turun tangan, maka kalau mereka
sembrono, pasti akan termusnahlah mereka. Tapi
sembrono atau tidak. setelah beberapa gebrak.
mereka merasai kesulitan mereka. inilah sebab
lihaynya si Bisa dari Barat dengan tongkat ularnya -di
ujung tongkat ada dua ekor ular berbisanya yang jahat,
yang saban-saban memainkan lidahnya. Beberapa
kali ular itu ditikam Cie Kie beramai, keduanya terus
dapat berkelit.
oey Yong menyaksikan pertempuran itu tetapi ia
tidak pernah lepas mata dari Kwee Ceng. ia
mendapatkan si anak muda terus mengawasi dengan
bengis pada ayahnya. Mungkin malang kepada Cit
Kong, Kwee Ceng dapat mengendalikan dirinya. Tibatiba
ia mendapat pikiran, maka ia berkata^
"setiap hari membilang hendak menuntut balas, h m
sekarang musuh benar-benar datang tetapi berbalik
menjadi jeri"
Kwee Ceng ketahui ialah yang diejek. Ia sadar. ia
melirik kepada nona itu, hatinya berkata^ "Baiklah aku
bunuh dulu si anjing Kim, kemudian masih ada tempo
untukku berurusan sama oey Yoksu" Maka itu ia
menghunus tombak pendek warisan ayahnya, ia lari
kepada Wanyen Lieh untuk menyerang.
see Thong Thian dan Pheng Lian Houw melihat
majunya si anak muda, keduanya lantas merintangi
dengan mereka maju ke depan pangeran Kim.
Kwee Ceng menyerang terus dengan tombaknya itu
Pheng Lian Houwcun lantas menangkis dengan paonkoan-
pit, semacam senjata mirip alat tulis. Ketika
senjata mereka bentrok, dia merasakan tangannya
bergemetar dan kesemutan justru begitu, Kwee Ceng
dapat melewati dia, lalu juga see Thong Thian, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalah sebat. Mereka itu menjadi kaget dan
mendongkol dan berkhawatir untuk pangeran Kim itu.
segera mereka menyusul. Tapi di sana, sudah ada
Leng Tie siangjin dan Tio Cu ong, yang menggantikan
mereka memegat kepada pemuda itu, bahkan Nio cu
ong dengan bengis sudah lantas menimpuk dengan
dua batang paku rahasianya.
Kwee Ceng berkelit sambil terus menyerang
dengan tangan kirinya, dengan jurus "in liong sam
hian" atau "Naga muncul tiga kali". serangan itu adalah
serangan berantai tiga kali.
Nio Cu ong berkelit dengan menjatuhkan diri
burgulingan di tanah.
Leng Tie siangjin bertubuh besar, ia kurang gesit, ia
pun bersangsi menangkis, maka itu, selama ia ayalayal,
Kwee Ceng sudah sampai di depan si pangeran.
sampai itu waktu, terpaksa pendeta ini mengangkat
kedua cecernya untuk menangkis.
Benar hebat serangannya si anak muda, dengan
suara nyaring ia membikin kedua cecer
penghadangnya mental tinggi, menyusul mana
serangannya yang ketiga telah menyusul yang
pertama dan yang kedua.
Dalam keadaan seperti itu Leng Tie membela terus.
Ia sekarang mau mengandalkan tangannya yang lihay,
yang juga ada racunnya. Demikian ia menyampok
serangan berantai dari lawannya. Tapi kesudahannya
juga hebat untuknya. Ketika kedua tangan bentrok, ia
merasakan lengannya seperti mati, lengannya itu
lantas turun sendirinya, tidak bisa digunai lagi
Wanyen Lieh terkejut menyaksikan pemuda yang
gagah itu, yang di dalam sekejap saja telah membikin
empat jagoan menjadi tidak berdaya, maka ia lantas
memutar tubuhnya untuk melarikan diri
Kwee Ceng tidak mau menyia-nyiakan ketikanya, ia
lompat untuk mengejar. Belum ia menyusul, atau ia
menampak berkelebatnya satu bayangan kuning, yang
disusul sama sambarannya dua tangan dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sampingnya. Ia berkelit, ia menyerang dengan
tombaknya tapi serangannya itu gagal, bahkan
senjatanya seperti kena tertarik. Maka lekas-lekas ia
menahan dirinya. segera ia mengenali lawannya yang
baru, yang lihay sekali dialah Khiu Cian Jin. Dari itu, ia
melawan dengan sungguh-sungguh, dengan tangan
kanan ia menombak. dengan tangan kiri ia meninju
atau menyambar.
Pheng Lian Houw melihat Kwee ceng telah dilibat
Khiu Cian Jin dan Wanyen Lieh sudah dilindungi see
Thong Thiandan^io cu ong, ia maju pada Kwa Tin ok,
yang ia tegur sambil ia tertawa: "Kwa Tayhiap. kenapa
Kang Lam cit Koay cuma datang satu orang saja?"
Tin ok telah kehilangan tongkatnya yang oleh oey
Yong kena dibikin mental ke telaga, maka itu, tanpa
menyahuti ejekan itu, ia menyerang dengan tiat-leng,
leng kak rahasianya, hanya sambil menimpuk. la
lompat mundur tiga tindak.
Lian Houw tahu lihaynya leng kak besi itu, ia berkelit
sambil berlompat. Maka senjata rahasia itu lewat di
bawah kakinya. Pernah ia terkena lengkak itu, benar ia
tahu cara mengobatinya dan ia tidak terbinasa, tetapi
Lamesti menderita sakit dan berobat selama beberapa
bulan. Karena itu juga, ia menjadi bersakit hati dan
segera menyerang si jago buta, untuk melampiaskan
kemendongkolannya. Habis berkelit, ia merangsak
pula.
Kwa Tin ok bercacad di kaki, ia biasa jalan dengan
mengandali tongkat, sekarang tongkatnya itu lenyap. ia
menghadapi musuh tangguh, terpaksa ia berlompat
Pula. Hanya ketika kaki kirinya menginjak tanah,
hampir ia terguling roboh.
Lian Houw melihat tubuh lawannya limbung, dalam
girangnya ia maju pula. Ia maju sambil menjaga diri
dengan tangan kirinya yang mencekal pitnya, ia
menyerang dengan tangan kanan ke arah punggung.
Kuping Tin ok jeli sekali, terancam bahaya, ia juga
bisa menggulingkan diri Maka juga pitnya Lian Houw
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenai batu, Tapi Lian Houw gusar dan penasaran,
ia menyerang pula sambil mendamprat, "Bangsat buta,
kenapa kau begini licin?" Kali ini ia menotok dengan
tangan kirinya.
Kwa Tin ok berguling pula, sambil membuang diri, ia
membarengi mengayun tangannya, menerbangkan
sebatang leng kak besi.
Ketika itu Leng Tie siangjin lagi berjaga-jaga seraya
ia memegangi lengan kanannya, justru Kwa Tin ok
berguling ke dekatnya, tidak ayal lagi, ia menjejak.
Tin ok terkejut. Ia mendengar nyata angin jejakan
itu. Kebetulan tangan kirinya tertindih tubuhnya, ia
mengerahkan itu, untuk membikin tubuhnya melesat
menyingkir dari bahaya. Hanya, selagi ia berhasil lolos
darijejakan si pendeta, pitnya Lian Houw sudah tiba
pula, hingga ia merasakan punggungnya sedikit kaku.
Ia mengeluh, "celaka" di dalam hatinya, kulit matanya
terus dirapati, untuk menerima binasa.
"Pergilah" mendadak kupingnya dengar bentakan
halus tapi nyaring, bentakan mana disusul sama
jeritan, "aduh" yang disusul pula sama suara robohnya
tubuh yang berat.
Itulah oey Yong, yang turun tangan dengan tibatiba.
Mulanya dengan tongkatnya ia menangkis poan
koan-pit, menyusul itu, tongkat itu bergerak pula ke
kaki, maka robohlah Lian Houw, yang terguling cuma
kedua senjatanya tidak sampai terlepas dari
cekalannya.
Lian Houw kaget dan gusar. ia lantas merayap
bangun. Hanya sekarang ia melihat oey Yong
menghalang di depan Kang Lam cit Koay yang nomor
satu itu. Untuk herannya, ia mendengar Tin ok
membentak: "siluman perempuan cilik siapa yang
kesudian ditolongimu?"
oey Yong tidak menggubris teguran itu, ia berseru
kepada ayahnya^ "Ayah, kau jagai ini si buta yang
tolol, supaya orang tidak mencelakai dia" segera
setelah itu, ia lari kepada Kwee Ceng, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membantui anak muda itu melawan Khiu Cian jin. Tin
ok berdiri menjublak, ia bingung.
Pheng Lian Houw melihat gerak-geriknya oey Yok
su. Itu waktu Tong shia berdiri jauh dan membelakangi
ia, si sesat dari Timur itu seperti tidak mendengar
suara putrinya tadi. Ia menjadi berani, diam-diam ia
bertindak ke arah Hui Thian Pian-hok. lalu dengan
diam-diamjuga ia menyerang dengan pitnya. ia telah
mengerahkan tenaganya dan bersungguh-sungguh .
Jangan kata Tin ok dibokong, biarnya tidak dan
umpama kata dia memegang tongkatnya, diserang
begitu dekat, belum tentu dia sanggup menolong
dirinya, akan tetapi disaat Lian Houw menyerang,
mendadak terdengar suara menggaung serupa
barang, yang terus membentur poankoan-pit. Begitu
membentur, barang kecil itu hancur. Meski begitu,
orang she Pheng itu kaget dan kesakitan tangannya,
tanpa ia merasa, pitnya terlepas jatuh. Herannya, ia
tidak tahu dari mana datangnya serangan. Ketika ia
berpaling kepada oey Yok su, ia mendapatkan Tong
shia lagi menggendong kedua tangannya dan matanya
memandangi awan hitam di langit. Pemilik dari
Tho Hoa To itu tidak pernah menoleh ke arahnya
Tin ok si buta, yang kupingnya mendengar segala
apa, menjadi mendelu sekali. Ia tahu siapa yang
menolongi padanya, karena semasa di Kwie-in-chung,
ia mengenal kepandaian Tan cie sin-thong dari oey
Yok su. Maka ia bertindak cepat ke belakang Tong
shia, ia kata dengan nyaring, dengan nada
mendongkolnya: "Dari antara tujuh saudaraku tinggal
aku satu orang, buat apa aku hidup lama pula?"
oey Yok su mendengar suara itu, ia tetap tidak
memutar tubuhnya, hanya ketika ia merasa orang telah
berada kira tiga kaki darinya, mendadak ia menoleh ke
belakang dengan tangan kirinya atas mana Tin ok
lantas roboh terjengkang, karena Tiat sim sanggup dia
mem-pertahankan diri. Bahkan dia roboh untuk tidak
segera dapat bangun pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika itu Kwee Ceng, dengan dapat bantuannya
oey Yong, dapat melayani seimbang kepada Khiu Cian
Jin. Tentu sekali sekarang mereka tidak berani
memandang enteng kepada ketua dari Tiat Ciang
Pang itu, sebab dia bukan lagi Khiu Cian Lie si
pembual.
Perlawanan coan cin cit Cu juga menemui satunya
yang hebat sekali. Pahanya Cek Tay Thong telah kena
kesabet tongkat kepala ular dan jubahnya sun putJie
telah tersontek robek. ong cie It gentar hatinya, sebab
ia mengerti, apabila pertempuran berlangsung terus,
daLam tempo tiga puluh jurus, mesti ada saudaranya
yang terbinasa. Ia menjadi sangat berkhawatir, karena
orang yang mereka buat andalan tetap belumjuga
muncul. Terpaksa, selagi Ma Giok dan Lauw Cie Hian
menyerang dengan berbareng, ia mengeluarkan dan
menyulut hu-sen pertandaannya, yang ia
meluncurkannya ke udara bagaikan kembang api.
Ketika itu udara gelap dan kabut pun tebal, kaki
mereka seperti tertutup kabut itu. Makin lama, kabut
makin tebal dan hidung orang mencium bau demak
yang keras. Udara gelap itu membikin rembulan
hampir tidak dapat memancarkan sinarnya. Maka lagi
sekian saat, benar-benar lenyap binarnya si putri
malam itu. Dengan cuaca gelap itu, sukar orang
melihat tegas satu pada lain. Karena ini, semua pihak
menggunai siasat membela diri
Kwee Ceng dan oey Yong terus mengurung Khiu
Cian Cian. Si anak muda melihat si nona dan
musuhnya itu, yang seperti terliput kabut. Ia menjadi
girang sekali. Diam-diam ia mengambil ketika akan
meninggalkan mereka itu, untuk pergi mencari Wanyen
Lieh. Di dalam tempat yang gelap itu,ia mementang
matanya lebar-lebat. Di luar jarak tiga kaki tidak bisa ia
melihat orang, maka ia berlaku teliti. Ia mencari
kelilingan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba, di dalam gelap itu, terdengar suara
nyaring: "Di sini Ciu Pek Thong siapa yang mencari
aku untuk mengajak berkelahi?"
Mendengar suara itu, Kwee Ceng girang sekali,
hanya ketika ia hendak menyahuti, lain orang sudah
mendahului ia.
Di sana terdengar suaranya Khu Cie Kie: "Ciu
susiok baik?"
Kebetulan itu waktu, awan gelap terbuka sedikit,
maka kedua pihak dapat melihat satu pada lain. Nyata
mereka terpisah dekat sekali satu pada lain, asal
mereka menyerang, dapat mereka mengenai
sasarannya. Tentu sekali mereka sama-sama terkejut,
dengan sendirinya mereka pada lompat mundur. Awan
gelap membikin pertempuran berhenti sendirinya dan
mereka pada berdiam diri
Ciu Pek Thong terlihat berdiri di antara kedua pihak,
ia tertawa dan berkata dengan gembira: "sungguh
ramai Bagus, bagus" Terus tangan kanannya digeraki,
mulanya ke tangan kirinya, lalu sambil berkata^ "Nah,
ini kau makan obat beracun" ia menyuapi ke arah see
Thong Thian
orang she see itu lihay, dia mengerti ilmu kegesitan
"le heng hoan wie" atau Memindah diri menukar
kedudukan, tidak urung dia masih kalah sebat,
lengannya yang dipakai menangkis kena ditangkap
Pek Thong, maka lain tangannya orang she ciu itu
berhasil menjejalkan "obat beracun" yang ia sebutkan
itu, ialah lumpur. Dia pernah merasai kesengsaraan
dari Pek Thong kalau dia melepehkan lumpur itu, dia
bakal dihajar, dengan terpaksa dia mengemut itu di
dalam mulutnya.
ong cie It mendapatkan, pertandaannya itu bukan
mengasih datang orang yang mereka harap-harap
hanya Ciu Pek Thong, sang paman guru, kala itu
membuatnva girang luar biasa. Maka ia berseru
"susiok, kiranya kau tidak dibinasakan oey Tocu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar suara keponakan muridnya itu, Ciu Pek
Thong gusar.
"siapa bilang aku sudah mati?" ia berteriak.
"Memang oey Lao shia berniat membinasakan aku
tetapi sudah berselang sepuluh tahun lebih, tidak
pernah dia berhasil Ha, oey Lao shia, kau lihatlah"
Lantas ia menyerang ke pundaknya oey Yok su. Ia
menggunai ilmu silat Khong Beng un terdiri dari tujUh
puluh dua jurus, yang ia menciptakan selama
terkurung di pulau Tho Hoa To. Itulah ilmu yang
berdasarkan kelunakan, lemas luar biasa.
oey Yok su tidak berani memandang enteng, ia
menangkis dengan Lok Eng ciang, terus ia membalas
menyerang. Tapi ia pun menyahuti. Katanya:
" Kawanan imam-imam tua bulu campur aduk dari
Coan Cin Pay mengatakan aku membunuh kau,
mereka itu hendak mencari balas untukmu" Pek Thong
masih gusar.
"Apakah kau dapat membunuh aku?" dia berteriak.
"Jangan meniup kerbau"
sembari mengoceh, Pek Thong menyerang terus,
makin lama makin hebat, karenanya terpaksa oey Yok
su melayani, untuk membela dirinya.
Coan cin Liok Cu menjadi kecele. Mereka
menghadap. dengan datangnya sang paman guru, dia
bersama oey Yok su nanti membantu mereka melawan
rombongan dari Auwyang Hong, siapa tahu, paman
guru itu tidak dapat diajak bicara, dia berlaku sangat
sembrono. "susiok. jangan menempur oey Tocu" Ma
Giok berteriak.
"Benar, Loo Boan Tong" Auwyang Hong turut
berkata. "Kau bukan tandingannya saudara Yok, lekas
kau lari sipat kuping"
Inilah kata-kata yang berbisa yang membikin Pek
Thong menyerang makin kalap.
oey Yong masgul melihat itu, maka ia lantas kata
pada si tua bangka berandalan itu^ "ciu Toako, kau
menggunai kepandaian dari Kiu Im cin-keng melayani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ayahku, maka bagaimana nanti kau membilangnya
kepada ong Cinjin di dunia baka?" Pek Thong tertawa
berkakak.
"Apakah kau melihat aku menggunai ilmu silat dari
kitab itu?" ia kata.
"Aku telah berikhtiar mati-matian untuk melupakan
bunyinya kitab itu Hm, mempelajariya gampang,
melupakannya sukar sekali"
oey Yok su heran dan masgul mendengar
perkataannya si orang tua kebocah-bocahan itu. Ketika
ia menempurnya di pulaunya, ia mendapat kenyataan
Pek Thong hebat sekali. sekarang ia merasakan orang
jauh terlebih lemah tetapi aneh, ia melayani dia
seimbang kosennya. Kenapa begini, lebih lunak tetapi
tebih lihay? Ia juga tidak mengerti, kenapa Pek Thong
membuang ilmu silatnya yang lama itu.
Auwyang Hong, yang menyembunyikan diri di
dalam kabut, senang menyaksikan pertempuran di
antara dua jago itu, hanya ia berkhawatir juga,
umpama Pek Thong menang, dia nanti membantu
rombongannya Khu Cie Kie. Karena ini ia memikir,
baiklah ia lekas-lekas memukul pecah.Thian Kong Pak
Tauw Tin. Ia berpikir dan bekerja, ia lantas mulai
dengan penyerangannya lebih jauh.
ong Cie It dan Lauw Cie Hian menjadi bergelisah.
"Ciu susiok, mari membinasakan Auwyang Hong dulu"
mereka berteriak.
Ciu Pek Thong juga melihat kawanan keponakan
muridnya itu terancam bahaya, ia segera merangsak
oey Yok su, tangan kirinya terbuka, tangan kanannya
terkepal, lalu satu kali, ketika kepalanya hampir
mengenai muka lawannya itu, mendadak ia
mengubah, kepalan menjadi tangan terbuka, tangan
terbuka menjadi kepalan, sambil tertawa, ia
menyambar dan langsung.
oey Yok su terperanjat. Inilah ia tidak sangka. Ia
lantas mengeluarkan tangannya, untuk menangkis,
atau ia terlambat sedikit, ujung alisnya telah kena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebentur ujung tangan lawan, meski benar ia tidak
terluka, ia merasakan panas sekali.
Habis berhasil dengan serangannya itu, Ciu Pek
Thong sadar, segera dengan tangan kirinya ia
menghajar lengan kanannya sambil mendamprat, "
Harus mampus Harus mampus Inilah jurus dari Kiu Im
Cin-keng"
oey Yok su tengah membalas menyerang ketika ia
mendengar perkataannya Pek Thong itu, ia terkejut,
hendak ia membatalkan penyerangannya itu atau
sudah kasep. tangannya sudah mampir di pundak
orang, atas mana, si berandalan itu berseru^ "Ah,
hebat, pembalasan datang cepat sekali"
Di dalam keadaan kacau itu, kacau karena
keberandalannya Ciu Pek Thong, Kwee Ceng
mengingat kedua gurunya, ia khawatir mereka itu nanti
mendapat celaka, maka ia menghampirkan Kwa Tin
ok. Ia memimpinnya ke dekat Ang cit Kong, supaya
keduanya berdiam bersama. Dengan perlahan sekali,
ia kata kepada mereka itu: "Jiewi suhu, mari pergi
beristirahat di Yan ie Lauw, sebentar sebuyarnya kabut
baru kita lihat bagaimana baiknya:"
Ketika itu, kembali terdengar suaranya oey Yong:
"Eh, Loo Boan Tong, kau dengar perkataanku atau
tidak?"
"Aku tidak bakal mengalahkan ayahmu, kau jangan
khawatir" menyahut sijenaka.
"Aku menghendaki kau lekas menghajar si bisa
bangkotan" berkata si nona. "Hanya aku melarang kau
membinasakan dia"
" Kenapa begitu?" tanya Pek Thong, yang kaki
tangannya bekerja terus.
"Jikalau kau tidak mau dengar .perkataanku, nanti
aku beber riwayatmu yang busuk" berkata si nona.
"Riwayat busuk apa itu?" tanya si tua. "Kau ngaco
belo"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baik" menyahut si nona, yang membikin suaranya
keras dan panjang "Empat buah perkakas tenun maka
tenunan burung wanyoh bakal terbang berpasangan"
Pek Thong kaget mendengar itu.
"Baik, baik" ia lekas berkata, "Aku suka dengar
perkataanmu Eh, bisa bangkotan, kau ada di mana?"
Auwyang Hong tidak memberikan penyahutannya.
Adalah Ma Giok yang berkata: "ciu susiok, kau ambil
kedudukan di Pak Kek chee untuk mengurung dia"
oey Yong tidak bicara pula sama Pek Thong, hanya
ia membilang pada ayahnya^ "Ayah, Khiu Cian Jin
bersekongkol sama bangsa asing, dialah satu
pengkhianat besar, lekas kau bunuh padanya"
"Anak. mari kau ke sampingku" ada jawabannya si
orang tua.
Di dalam kabut itu, Khiu Cian Jin tidak nampak di
mana adanya. Hanya segera terdengar tertawa
nyaring dari Ciu Pek Thong yang berseru: "Bisa
bangkotan, lekas kau bertekuk lutut di depan kakekmu,
nanti aku beri ampun padamu" Dari suara itu dapat
diduga pihak Coan Cin Pay telah menang unggul.
Kwee Ceng sementara itu sudah mengantarkan
kedua gurunya ke pinggiran lauwteng Ya Ie Lauw,
setelah mana ia pergi pula, guna melanjuti mencari
Wanyen Lieh. Ia telah pergi ke segala penjuru, masih
ia tidak memperoleh hasil. Entah ke mana perginya
pangeran bangsa Kim itu. Bahkan see Thong Thian
semua, berikut Khiu Cian Jin, setahu telah menyingkir
ke mana.
"Hai, bisa bangkotan, kau hendak lari ke mana?"
kembali terdengar suaranya Ciu Pek Thong.
Ketika itu kabut nampak makin tebal, tidak ada
lowongan seperti tadi. suara orang juga terdengar
semakin berat, menjadi kurang nyata. Karena ini orang
menjadi jeri sendirinya.
oey Yong menempelkan rapat tubuhnya kepada
tubuh ayahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ma Giok telah memberikan titahnya perlahan sekali,
untuk kawan-kawannya memperciut lingkaran mereka,
supaya mereka memasang kuping untuk mendengar
gerak-gerik lawan. Maka itu, sejenak itu, segala apa
menjadi sunyi senyap.
Tidak antara lama, terdengarlah suara Khu Cie Kie:
"Dengar suara apakah itu?"
Di sekitar mereka, mereka mendengar suara sarser,
atau sas-sus, suara itu darijauh mendatangi
semakin dekat, semakin dekat.
oey Yong berteriako "si bisa bangkotan melepaskan
ularnya Tidak tahu malu"
oey Yok su pun telah mendengar suara itu dan
mengenalinya, ia sebenarnya ketahui ilmu mengusir
ular tetapi sekarang ia tidak dapat menggunai itu. Asal
ia meniup serulingnya, ular bakal menari-nari secara
kalap. Hanya sekarang ia telah tidak mempunyai
serulingnya itu. Ia telah membikin patah alat
tetabuhannya itu ketika ia mendengar warta paisu
tentang putrinya sudah mati kelelep. Maka sekarang ia
turut menjadi bingung.
Ang cit Kong telah naik ke atas lauwteng Yan ie
lauw, ia mendengar segala apa, ia berteriako "si bisa
bangkotan mengatur barisan ularnya semua naik ke
lauwteng"
Ciu Pek Thong lihay ilmu silatnya tetapi la paling
takut sama ular, maka itu begitu lekas ia mendengar
suaranya oey Yong, ialah yang paling dulu ngiprit ke
lauwteng, bahkan karena khawatir ular nanti menyantol
kakinya, di tangga lauwteng ia tidak bertindak lagi
hanya berlompat, maka di lain saat tibalah ia di
wuwungan paling tinggi dari lauwteng itu di mana
hatinya berdebaran sekian lama. suara ular terdengar
makin keras.
"sayang hiat-niauw tidak ada di sini," kata oey Yong
seraya ia menarik tangan ayahnya untuk diajak naik ke
lauwteng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kawanan coan Cin Pay juga naik ke lauwteng,
mereka jalan sambil berpegangan tangan satu dengan
lain dan naiknya merayap. In cie Peng kejeblos, ia
jatuh terguling hingga kepalanya benjut, ia merayap
bangun untuk merayap naik kembali. oey Yong tidak
terdengar suaranya Kwee Ceng, ia bingung.
"Engko Ceng, kau di mana?" ia tanya. Tetapi
beberapa kali ia memanggil, ia tidak memperoleh
jawaban. ia jadi semakin berkhawatir.
"Ayah, aku hendak cari dia," ia kata pada ayahnya.
"Perlu apa kau mencari aku?" terdengar suara
Kwee Ceng dingini "Lain kali tidak usah kau mencari
aku, aku pun tidak akan menyahuti"
Kiranya pemuda ini berada di samping si pemudi.
"Anak busuk" membentak oey Yoksu sengit seraya
tangannya menyampok.
Kwee Ceng berkelit sambil menunduk. justru ia
hendak membalas, ia mendengar suaranya beberapa
panah nyaring, yang menyambar ke kayu jendela,
hingga semua orang menjadi kaget. suara panah itu
diikuti teriakan-teriakan dari banyak orang, disusul,
pula hujan anak panah. Teranglah itu suaranya satu
pasukan tentara, entah berapa besarnya. Kemudian
terdengar lagi teriakan-teriakan "Jangan kasih lobos
semua pemberontak" Khu cie Kie menjadi gusar sekali.
"Pastilah kawanan anjing Kim itu sudah
bersekongkol sama pembesar negeri" katanya sengit.
"Pastilah pembesar di Kee-hin ini yang datang
untuk menawan kita"
"Mari kita menerjang turun" kata ong cie It panas
hatinya.
"Kita labrak mereka"
cek Tay Thong justru berteriak-teriako " celaka Ular
Ular"
orang semua kaget, berkhawatir dan gusar sekali.
sekarang mereka mengerti, untuk pertempuran ini,
Wanyen Lleh dan Auwyang Hong sudah melakukan
persiapan, bahkan mereka berlaku curang dan hina.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat semua itu, Ang cit Kong segera mengasih
dengar suaranya^ "Kita dapat melawan panah, tidak
dapat kita melawan ular Dapat kita menyingkir dari
ular, tidak dapat kita menyingkir dari panah Maka itu,
semua lekaslah mengangkat kaki"
Di atas wuwungan, ciu Pek Thong mencaci kalang
kabutan. Dia telah menyambuti dua batang anak
panah dengan apa ia menangkis setiap anak panah
lainnya yang menyambar-nyambar ke arahnya.
Lauwteng Yan ie Lauw terkurung air di tiga penjuru
dan tentara negeri dengan menggunai perahu-perahu
kecil telah datang dari tiga penjuru itu sambil mereka
menyerang dengan panah: disebabkan kabut tebal,
mereka tidak berani datang terlalu dekat. "Kita menuju
ke barat, kita ambil jalan darat" terdengar pula suara
Cit Kong.
Dalam kekacauan itu, dengan sendirinya Pak Kay
menjadi komandan di antara rombongan orang gagah
itu, semua orang telah mendengar perkataannya itu,
semua lantas turun dari lauwteng. Kembali mereka
rapah-repeh, sebab kabut masih tetap tebal dan
dijarak satu kaki, sukar mereka melihat satu pada lain.
Disaat seperti itu, mereka melupai permusuhan,
bahkan mereka berjalan sambil saling tuntun.
Khu Cie Kie bersama ong cie It, dengan pedang di
tangan masing-msing berjalan di paling depan. Mereka
memutar rapat pedang mereka dalam jurus siang-kiam
Hap-pek, sepasang pedang bersatu padu.
Kwee Ceng menuntun Ang cit Kong dengan tangan
kanannya, tangan kirinya dipakai bergedangan dengan
lain orang. ia justru kena memegang tangan yang
halus dan lunak. Itulah tangannya oey Yong, maka ia
terkejut. Dengan lantas ia melepaskan cekalannya.
oey Yong terdengar berkata: "siapa menghendaki
kau memperhatikan aku?" Dingin suaranya itu.
Ketika itu terdengar seruannya Khu Cie Kie: " Lekas
kembali Di depan kita, semuanya ular"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang cit Kong bersama oey Yoksu berada di paling
belakang, terdengarlah suara ular yang berisik sekali,
sedang baunya yang memuakkan lantas menyambar
hidung. oey Yong tidak tahan, ia lantas muntah. oey
Yoksu menyambar putrinya, untuk dipeluk.
orang semua bingung. panah hebat masih dapat
ditangkis tetapi barisan ular berbisa itu?
Disaat berbahaya itu, tiba-tiba terdengar suara
keras dan dingin dari satu orang: "siluman perempuan
cilik mari serahkan tongkat bambumu pada si buta"
orang mengenali, itulah suaranya Kwa Tin ok.
Mendengar suara itu, oey Yok su dan oey Yong
lega hatinya. si nona tidak menghiraukan yang ia
dicaci sebagai "siluman perempuan cilik", ia lantas
menyerahkan tongkatnya.
Kwa Tin ok menyambuti tongkat sambil ia berkata
"semua orang mari mengikuti si buta menyingkir dari
sini"
Hui Thian pian-hok ada orang Kee-hin asli, ia me
ngenal baik kampung halamannya itu, meski benar
matanya buta, kabut tidak menjadi rintangan untuknya.
Ia sekarang cuma mengandalkan kupingnya, akan
mendengar suara ular. Maka itu, is memasang kuping
akan mencari tahu di mana tidak ada suara panah atau
ular. ia memang ketahui di sebelah barat ada sebuah
jalan kecil, justru dari sana tidak terdengar suara apaapa.
Demikian dengan dingkluk-dingkluk ia menuju ke
barat itu.
Jalanan kecil itu ada jalanan yang tak terpakai
umum, sudah beberapa tahun ini di sana juga tumbuh
pohon bambu, maka itulah sebuah jalan mati. Maka
juga dengan lantas mereka terintang p^hon-pohon
bambu.
Khu Cie Kie bersama ong cie It menggunai pedang
mereka merobohkan setiap pohon yang menghadang,
di belakangnya, semua orang lainnya mengikuti
mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ciu susiok. kau di mana?" tanya Ma Giok. "Lekas
ke mari"
Pek Thong duduk berdiam di alas wuwungan, ia
mendengar panggilan itu, tetapi ia jeri sama ular, ia
berdiam saja.
sesudah berjalan belasan tombak, orang telah
berhasil melewati rujuk bambu itu. Di situ terlihat nyata
sebuah jalan kecil. Di sana suara ular tidak terdengar
nyata, sebaliknya seruan-seruan tentara agak semakin
nyaring. Rupanya ada rombongan tentara yang
mencoba jalan mutar untuk memegat.
semua orang tidak takut sama tentara negeri.
Bahkan Lauw Cie Hian lantas berkata: "Cek sutee,
mari kita maju bersama, kita mampusi beberapa
pembesar anjing itu"
"Baik" menyambut Tay Thong.
Maka keduanya lantas maju di depan, mereka
menangkis setiap anak panah.
orang maju terus, maka tidak lama kemudian,
tibalah mereka dijalan besar. Di sini mereka disambut
hujan yang lebat dan guntur yang menulikan kuping.
Turunnya hujan menyebabkan kabut tersapu habis.
Benar cuaca tetap gelap. tetapi sekarang mereka
dapat melihat samar-samar satu pada lain.
"Marah bahaya telah lewat, tuan-tuan, persilahkan"
berkata Kwa Tin ok. Artinya ia mempersilahkan orang
mengambil jalan sendiri-sendiri ia pun membayar
pulang tongkatnya oey Yong, seorang diri ia bertindak
ke timur tanpa berpaling lagi.
"suhu" Kwee Ceng memanggil.
"Kau bawa Ang Loohiap ke tempat yang sunyi,
untuk dia berobat," berkata guru itu,
"setelah beres kau pergi ke dusun Kwa-kee-cun
mencari aku"
"Baik, suhu" menyahut sang murid.
oey Yok su menyambut sebatang panah yang
melayang ke arahnya, ia bertindak ke depan Tin ok
seraya berkata: "Jikalau bukannya hari ini kau telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menolong jiwaku, sebenarnya tidak sudi aku
menjelaskan kepadamu "
Belum habis kata-kata itu, Tin ok sudah berludah
hingga ludahnya itu mengenai hidung orang. Dia
berkata dengan sengit, "Berhubung dengan kejadian
ini hari maka kalau nanti aku menutup mata, aku tidak
mempunyai muka untuk menemui keenam saudara
angkatku"
oey Yok su gusar sekali, ia lantas mengayun
tangannya. Kalau Tin ok kena dihajar, pasti terbanglah
jiwanya. Tapi Kwee Ceng berlompat maju, ia
mewakilkan gurunya menangkis.
Terpisahnya oey Yok Su dan Kwee Ceng belasan
tindak. tidak keburu si anak muda menolongi gurunya,
akan tetapi oey Yoksu batal menyerang, dengan
perlahan-lahan dia mengasih turun tangannya, untuk
ditarik pulang, lalu sambil tertawa lebar dia berkata^
"Kamu kira aku oey Yok su orang macam apa?
Maka dapat aku berpandangan serupa sebagai
kamu?" Ia lantas memutar tubuhnya kepada putrinya
seraya berkata^
"Yong-jie, mari kita pergi" Ia juga berpaling kepada
Ang cit Kong, untuk menjura, habis mana, dengan
hanya satu kali berkelebat, ia sudah lantas
memisahkan diri beberapa tombak jauhnya
Mendengar suaranya oey Yok su itu, Kwee Ceng
melengak. Ia menjadi ragu-ragu. Tapi ia tidak dapat
memikir lagi.Justru itu, dengan suara berisiknya,
terlihat tibanya satu pasukan serdadu untuk menerjang
mereka.
Coan cin Liok Cu lantas maju, guna menyambuti
terjangan, untuk membalas menghajar.
oey Yok su sebaliknya tidak sudi berkelahi, ia
menghampirkan Ang cit Kong tangan siapa ia pegang
untuk ditarik, sambil ia berkata: "saudara Cit, mari kita
pergi ke depan untuk minum beberapa cangkir arak
Nanti kita bicara di sana" cit Kong setuju sekali dengan
ajakan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus Bagus" sahutnya, terus ia mengikut, maka
sebentar kemudian, mereka berdua sudah menghilang
di tempat yang gelap.
Kwee Ceng membiarkan gurunya itu pergi,
sekarang ia hendak membantui gurunya yang tertua
Justru itu, serangan tentara kembali datang. ia tidak
berniat mencelakai banyak orang, maka ia menggunai
tangan kosong merobohkan siapa yang berada paling
dekat dengannya.
Di dalam kekalutan itu lalu terdengar suara nyaring
dari Khu Cie Kie berarnai. Itulah disebabkan di antara
tentara negeri ada orang-orangnya Wanyen Lieh, ialah
kawanan Tiat elang Pang dari Khiu Cian jin, maka
mereka itu tidak selemah serdadu negeri, hingga
mereka tidak gampang-gampang dapat dipukul
mundur.
Kwee Ceng berkhawatir untuk gurunya yang paling
tua, ia lantas memanggil-manggil: "Toasuhu Toasuhu
Toasuhu di mana?" tapi suaranya itu tidak
mendapatkan jawaban.
Ketika itu oey Yong berdiri menyender di sebuah
pohon. ia tidak mengikuti ayahnya. Habis menyambut,
tongkatnya dari Tin ok, pikirannya kusut. Ia telah
melihat ayahnya diludahi tertua dari Kang Lam cit
Koay, ia masgul bukan main. impiannya yang manis
telah menjadi seperti buyar. Maka juga ia berdiam saja
menyaksikan tentara negeri lewat di dekatnya. Tapi
selagi ia berdiam, ia mendengar teriakannya Tin ok. Ia
terkejut. Tanpa me-rasa, ia berlompat, akan lari ke
tempat dari mana teriakan itu datang. Ketika ia sampai,
tepat ia melihat Tin ok rebah di tanah dan seorang
punggawa mengayun golok panjangnya ke punggung
si buta itu. Tapi opsir itu tidak berhasil membinasakan
jago Kanglam itu. Tin ok dapat berkelit dengan
menggulingkan tubuh, terus ia bangun berduduk
seraya membalas menyerang.
opsir itu menjerit dan roboh pingsan. Tin ok
mencoba bangun pula, tetapi ia gagal, rupanya ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terluka, baru ia melempangkan tubuh, kembali ia
roboh. oey Yong lari menghampirkan, ia melihat kaki
orang terkena panah. Ia mengulur tangannya, untuk
memberikan bantuannya.
Kwa Tin ok rupanya mendapat tahu siapa yang
menolongi ia, ia menarik tangannya hingga terlepas,
tetapi ia kembali jatuh, sebab sebatang panah
menyambar kaki yang lain.
" Untuk apa berlagak menjadi enghiong atau
hoohan?" kata oey Yong dengan mengejek. Ia lantas
menotok dengan ilmu totoknya "Lan-hoa Hut-hiat ciu",
ia menotok jalan darah di pundak si buta, atas mana
jago Kanglam itu tidak berdaya lagi, dia lantas bisa
dipegangi untuk tidak jatuh pula. Dia masih mau
berontak tetapi dia gagal, separuh tubuhnya tidak
dapat digeraki lagi. Hanya sambil terpaksa dia
membiarkan dipepayang pergi, mulutnya mencaci
kalang kabutan.
Belasan tombak jauhnya oey Yong membawa pergi
gurunya Kwee Ceng itu, lalu ia singgah di sebuah
pohon, untuk beristirahat. Di sini ia terlihat sejumlah
serdadu, mereka itu lantas menyerang dengan belasan
batang anak panah. Terpaksa ia maju, untuk
menangkis mundur serangan itu. Tin ok ia biarkan
sembunyi di belakang pohon.
Jago Kanglam itu mendengar suara datangnya
anak-anak panah, ia tahu oey Yong lagi berkelahi
untuk menolongi padanya, pikirannya menjadi
berubah, maka itu ia berhenti mencaci, ia berkata^
"Jangan kau perdulikan aku Pergilah kau lari sendiri"
sekarang ia bicara dengan perlahan.
"Hm" bersuara si nona. "Aku justru hendak
menolongi kau Aku mau lihat, apa dayamu
menolaknya"
Keduanya menyingkir ke belakang tembok kate di
dekat situ. Penyerangan telah terhentikan, tetapi oey
Yong dibikin capai sekali oleh tubuh yang berat dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwa Tin ok, maka itu dengan napas sengal-sengal ia
menyender di tembok itu.
"Habislah sudah" kata Tin ok sambil menghela
napas. Ia seperti putus asa. "Di antara kita, budi telah
habis semuanya, maka kau pergilah semenjak ini
anggap saja aku si bula she Kwa sudah mati"
oey Yong berkata dengan dingini "Terang-terang
kau belum mati, mengapa kau menganggap dirimu
sudah tidak ada di dalam dunia ini?jikalau kau tidak
mencari aku untuk membalas sakit hati, nanti aku yang
mencari padamu"
Dengan mendadak si nona menotok dua kali
dengan tongkatnya, dua-duanya dijalan darah wietiong
di tekukan dengkul. Tin ok tidak menyangka sama
sekali, segera ia roboh mendelepok di tanah. Di dalam
hatinya, ia lantas mencaci si nona. Ia tidak tahu nona
itu hendak menyiksa bagaimana atas dirinya. Ia
memasang kuping, ia mendengar orang telah berjalan
pergi.
Ketika itu suara pertempuran terdengar semakin
jauh, rupanya Coan Cin Liok Cu telah berhasil
menghajar tentara negeri. Hanya sekarang Tin ok
mendengar suara-nya Kwee Ceng memanggilmanggil.
"Toasuhu" suara itu makin lama makin
perlahan. Itulah tanda yang Kwee Ceng telah pergi
mencari ke lain jurusan.
Lagi sekian lama, sunyilah di sekitarnya. Cuma di
kejauhan terdengar keruyuknya ayam-ayam jago.
"Inilah yang terakhir aku mendengar keruyuk ayam,"
pikir ketua Kanglam Cit Koay ini. "Kalau besok pagi
ayam berbunyi di sekitar kola Kee-hin, aku Kwa Tin ok.
aku bakal tidak mempunyai kuping untuk
mendengarnya lagi"
Tengah ia berpikir itu, ia mendengar tindakan kaki
dari tiga orang. Tindakan kaki yang satu enteng sekali
yang dua sangat berat. Ia lantas menduga kepada oey
Yong. Dugaan ini nyata tidak meleset.
"Ini toaya" kata si nona, "Lekas gotong padanya"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kata-kata itu dibarengi sama totokan,
membebaskan jago Kang Lam itu, yang merasa
tubuhnya lantas diangkat dinaiki di alas bale-bale,
untuk digotong pergi. la berdiam saja. Ia merasa
heran, hendak ia menanya, tetapi ia kata nanti
disenggapi si nona.
Mendadak seorang yang jalan di sebelah depan,
menjerit kesakitan. Rupanya orang itu dihajar si nona,
yang terdengar berkata bengis^ "Jalan lekas Kamu
semua tukang mengganggu rakyat, tidak ada satu dari
kamu yang baik" Lalu yang di belakang pun menjerit.
"Terang sudah, dia telah menawan dua serdadu
untuk menggotong aku," Tin ok berpikir.
"Benar dia pintar dia mendapat pikiran semacam
ini"
Tin ok menggigit rapat giginya alas dan bawah. Ia
menahan sakit hebat sekali disebabkan rasa nyeri
yang dahsyat di kedua kakinya yang terpanah tadi. Ia
malu kalau ia merintih dan si nona nanti mengejeknya.
Ia merasa bahwa ia dibawa di jalanan yang sukar,
yang turun dan naik. Kemudian ia merasa ada cabangcabang
pohon yang melanggar mukanya. Jadi mereka
berada di tempat yang pepohonannya lebat. Dua
tukang gotong itu tetap berjalan tidak tetap. sabansaban
mereka terhuyung, tandanya mereka letih
sekali. Mereka jalan terus karena tongkat si nona
seperti tidak mengenal kasihan
Tin ok menduga ia telah dibawa pergi sekira tiga
puluh lie. Ia percaya hari sudah tengah hari.
Pakaiannya kuyup bekas ditimpa hujan tetapi sekarang
pakaian itu sudah hampir kering tersorot matahari dan
terkena angin. Lalu ia mendengar suara tonggeret dan
anjing, juga nyanyiannya sipetani pria dan wanita.
suasana tenang sekali, beda dengan tadi di waktu
terjadi pertempuran kacau.
oey Yong membeli buah labu dan masak itu dengan
nasi. Ia makan satu mangkuk, yang semangkuk lagi ia
letaki di depan Kwa Tin ok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak lapar" kata jago Kanglam itu.
"Kakimu sakit, apa kau kira aku tidak tahu?" kata si
nona.
"Apa sih lapar atau tidak lapar? sengaja aku hendak
membikin kau merasai sakit, baru aku akan
mengobatimu"
Tin ok gusar, ia menjeblok dengan mangkuk
labunya.
si nona tertawa dingin, satu serdadu sebaliknya
menjerit kesakitan, sebab ia bisa berkelit dan si
serdadu tidak.
"Buat apa menjerit-jerit" kata si nona.
"Kau tahu, Kwa Tayhiap membagi sayur labu
padamu Kau tidak tahu terima kasih Lekas bikin
bersih"
serdadu itu takut, ia lapar dan kesakitan, ia lantas
bekerja memunguti, ia dahar itu. Ia kesakitan karena
mukanya yang kena sayur panas itu.
Bab 72. Mulut Si Tolol
Tin Ok mendongkol bukan main, ia mendongkol dan
bergusar tanpa dapat melampiaskan itu. Ia duduk
separuh menyender, mukanya menyeringai. Ia berniat
mencabut anak panah di kakinya itu, ia tidak berani. Ia
khawatir nanti darahnya menyembur dan ia sukar
menyumbatnya. Memang celaka kalau si nona tidak
menolongi ia membalut lukanya itu. Dengan terpaksa,
ia menutup mulut. "Lekas ambil air dingin" menitah si
nona bengis. "Lekas"
Perintah itu dibarengi sama tamparan nyaring ke
muka serdadu yang diperintah itu.
Tin Ok mendengar itu, ia pikir. "Hebat ini siluman
perempuan. Kalau dia tidak bicara, tidak apa asal dia
membuka mulutnya, tentulah orang bercelaka"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ambil pisau" memerintah pula si nona. "Kau potong
ujung bajunya Kwa Tayhiap di dekat lukanya itu"
Perintah itu dilakukan satu serdadu.
"Orang she Kwa, kalau benar laki-laki, jangan kau
menjerit kesakitan" kata si nona. "Jangan kau
membikin nonamu mendongkol, nanti dia tidak mau
memperdulikan lagi padamu"
"Memangnya siapa yang kesudian kau
memperdulikannya?" kata Tin Ok sengit. "Lekas kau
pergi,jauh-jauh" Tapi belum ia bicara habis, mendadak
ia merasakan pahanya sangat sakit. orang telah
memegang gagang panah, bukan panah itu dicabut
hanya ditusukkan sakit
dan kaget, sebelah tangannya melayang. Lagi
sekali ia merasakan sakit, kali ini pada tangannya,
sebab pada tangannya itu dibelesaki anak panah.
oey Yong mencabut anak panah dan menyerahkan
itu pada siterluka.
"Jikalau kau bergerak lagi satu kali, aku akan
gaplok padamu" terdengar pula suara si nona.
Tin ok sangat mendongkol tetapi ia berdiam. Ia
tahu, si nona berbuat apa yang dia katakan. sekarang
ini ia bukan tandingan nona itu. sungguh hina kalau ia
sampai digaploki oey Yong. Dengan muka merah
padam, ia menutup mulut. Ia mendengar orang
membeset beberapa kali pada potongan bajunya, ia
merasa lukanya dibalut keras sekali, guna mencegah
keluarnya darah. Habis itu ia merasakan dingin. si
nona lagi mencuci lukanya itu. Ia menjadi heran.
" Kalau dia mau bikin aku celaka, kenapa dia
menolongi? Kalau dia mau mendongi aku Hm Hm
Ayah dan anaknya ini, siluman-siluman dari Tho Hoa
To, benarkah mereka suka mendongi aku? Boleh jadi
dia lagi menggunai akal jahatnya" Dilain saat, oey
Yong sudah selesai mengobati.
Tin ok segera merasakan sakitnya berkurang
sebagian besar. Ia tidak tahu oey Yong telah memakai
obat siauw Hoan Tan dari Tho Hoa To, obat mustajab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nomor satu untuk luka-luka. setelah itu, ia merasakan
lapar, perutnya berbunyi keruyukan.
"Aku kira laparmu lapar paisu, kiranya lapar tulen"
kata si nona mengejek, tertawanya dingin. "Baiklah,
mari kita berangkat"
Ia bukan mengasih makanan, ia mengajak pergi.
Pula ia telah mengayun tangannya, maka kedua
serdadu tukang gotong itu kembali merasa sakitnya
tongkat dari Partai Pengemis. Mereka ini menggotong
pula orang yang luka itu, yang mereka diperintah
memanggilnya "toaya" atau "tuan besar".
Kali ini orang berjalan kira empat puluh lie, sang
magrib telah mendatangi, burung-burung gagak pada
berbunyi berisik sekali. Entah ada berapa ribu gagak di
situ.
Tin ok kenal baik kota Kee-hin, maka tahulah ia
yang ia telah dibawa ke dekat Tiat ciang Bio, kuil di
mana ada dipuja Tiat Ciang ong Gan ciang si Tombak
Besi, panglima perang yang kesohor di jaman Ngo
Tay. Di samping kuil itu ada sebuah menara besar,
yang sudah semenjak lama menjadi sarang gagah.
Penduduk menyangka burung itu burung malaikat,
mereka tidak berani mengganggu, maka juga, makin
lama burung hitam itu jadi makin banyak.
"Ah, hari sudah gelap. di mana di sini kita mencari
pondokan?" berkata si nona.
Tin ok lantas berpikir: "Kalau kita menumpang di
rumah penduduk. ada kemungkinan rahasia nanti
bocor dan tentara negeri bisa datang untuk melakukan
penangkapan" Karena ini, ia menyahuti: "Di sebelah
depan, tidak terlalu jauh, ada sebuah kuil tua lainnya."
si nona tidak menjawab, hanya ia kata bengis:
"Apakah bagusnya burung gagak untuk dipandang?
Memangnya kamu belum pernah melihatnya? Lekas
jalan" Kedua serdadu lantas berjalan pula, kesakitan
dan ketakutan dan lelah sekali.
Tidak lama sampailah mereka di Tiat Ciang Bio.
Kwa Tin ok mendengar oey Yong menolak pintu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
segera hidung mereka tersampok bau kotoran gagak.
Itulah tanda yang kuil itu sudah lama tertinggal kosong
dan tidak terurus. Ia tadinya menduda nona itu bakal
menggerutu karena kuil kotor, tidak tahunya si nona
tidak memperdulikannya. Ia lantas mendengar kedua
serdadu diperintah menyapu kotoran dan kemudian
masak air.
oey Yong sendiri mengganti obatnya si jago Kang
Lam, habis itu baru dia sendiri pergi mencuci muka
dan kaki. Tin ok merebahkan diri di ujung meja.
Belum lama, terdengarlah suara si nona: "Perlu apa
kamu memandangi kakiku? Memangnya kakiku
dipertontonkan kepada kamu? Awas, aku nanti korek
biji matamu"
Kedua serdadu itu ketakutan, mereka menjatuhkan
diri dan mengangguk-angguk hingga jidatnya nyaring
mengenai lantai.
"Bilang, perlu apa kamu mengawasi aku mencuci
kaki?" si nona bertanya pula.
"Maafkan, nona," kata satu serdadu sambil
mengangguk pula. "sebenarnya hambamu melihat kaki
nona bagus bagus sekali"
"Celaka betul," pikir Tin ok. "sampai ini waktu
mereka masih main gila Entah mereka bakal dikeset
kulitnya dan dibetot otot-ototnya atau tidak oleh si
nona"
Tapi oey Yong tertawa, katanya: "Macam tolol
sebagai kamu masih mengetahui apa yang bagus dan
apa yang tidak? Hm"
Dan satu serdadu jumpalitan, karena dihajar tongkat
si nona. setelah itu kedua serdadu itu pergi
bersembunyi di belakang. Tin ok berdiam saja, ia ingin
ketahui apa bakal terjadi pula.
oey Yong berjalan mondar mandir, kemudian
terdengar ia mengoceh seorang diri: "ong Tiat Ciang
gagah luar biasa, diakhirnya ia toh kepala terpisah dari
tubuhnya Apakah artinya seorang enghiong? Apakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
artinya seorang hoohan? Ah, tombak besinya ini
tentulah tombak karatan"
Di masa mudanya, sebelum matanya buta, Tin ok
bersama Han Po Kie dan yang lainnya pernah memain
di kuil ong Gan ciang ini, meski mereka masih kecil,
mereka pernah bergantian mencoba mengangkat
tombak besi itu, maka itu mendengar perkataannya
nona itu, ia menyahuti: "sudah pasti tombak itu tombak
besi, bukannya tombak palsu"
"Ah" berkata si nona, yang terus mengangkat
tombak itu. "Beratnya tombak ini kira-kira tiga puluh
kati Aku telah membikin tongkatmu hilang, aku belum
sempat menggantinya, karena besok kita bakal
berpisah, untuk pergi masing-masing, sebab kau tidak
mempunyai senjata, baiklah kau ambil tombak ini
untuk dipakai sebagai gantinya tongkat."
Tanpa menanti persetujuan oey Yong pergi
membikin patah ujung tombak yang tajam, lalu ia
menyerahkan tombak yang tinggal gagangnya itu,
yang menjadi semacam toya atau tongkat.
Tin ok berduka ketika ia mendengar si nona
membilang besok mereka bakal berpisahan. sekarang
ini ia sebatang kara. Pula aneh, setelah berkumpul
seharian itu sama si nona, ia sekarang merasa berat
untuk berpisahan. Ia memegangi tombak itu, yang
antap beratnya, ia merasa senjata itu cocok untuknya.
Ia pun berpikiri "la memberikan senjata kepadaku,
nyata ia tidak bermaksud jahat."
Lalu ia mendengar si nona berkata kepadanya:
"Inilah obat siauw Hoan Tan bikinan ayahku. obat ini
ada faedahnya untuk lukamu. Kau membenci kami
ayah dan anak. terserah kepadamu untuk memakainya
atau tidak"
Tin ok merasakan tangannya dijejalkan sebuah
bungkusan, ia menyambuti itu dan memasukinya
perlahan-lahan ke dalam sakunya. la tidak dapat
membilang suatu apa. Lamengharap si nona masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata-kata pula, tapi apa yang ia dengar hanya ini:
"Nah, sekarang tidurlah" Lalu sunyi segala apa.
Jago Kanglam ini merebahkan dirinya, tombaknya
diletaki di sisinya. Tidak bisa ia lantas tidur pulas. Ada
saja pikiran yang menyandingi padanya. Lamendengar
suara gagak yang berisik, suara mana makin lama
makin reda, lalu sunyi segala apa. Mengenai si nona,
ia merasa orang tidak tidur hanya duduk terus, duduk
tanpa berkutik. Adalah kemudian, terdengar nona itu
mengatakan seorang diri, suaranya perlahan,
bersenandung. Dia membacakan syairnya Eng Kouw,
yang Tin ok tidak mengerti maksudnya. Hanya jago
Kanglam ini merasa suara orang sedih, hingga ia
menjadi terharu.
Tidak lama dari itu barulah si nona bergerak.
rupanya dia merebahkan diri Kemudian lagi, suara
napasnya menjadi perlahan lalu berhenti.
Tin ok meraba tombak di sisinya. Kesunyian
membuatnya ia berpikir. Di depan matanya lantas
bagaikan berpeta Cu Cong lagi membaca kitab
bututnya dan Han Po Kie dan coan Kim Hoat seperti
lagi menarik-narik kumis patung malaikat.
Lamerasakan seperti bermimpi bersama Lam Hie Jin
dan Thio A seng tengah saling menarik tombak besi
itu, sedang siauw Eng - sananya - baru berumur empat
atau lima tahun, dua kuncirnya ngacir, selagi dia
tertawa haha-hihi, kuncirnya itu memain dengan
benang merahnya. Hanya sekejap. segala apa menjadi
gelap. Lenyap segala pertanyaan itu sebaliknya,
timbullah hawa amarahnya, muncul kebenciannya
yang hebat terhadap si nona. Maka ia berbangkit,
sambil membawa tombaknya, ia berindap-indap
mendekati si nona. Lamendengar suara napas yang
enteng, bukti bahwa nona itu lagi tidur nyenyak.
"Jikalau aku hajar dia, dia akan mati tanpa merasa,"
pikirnya jago ini, yang pikirannya seperti waswas itu.
"Tanpa bersikap begini, karena oey Lao shia sangat
kosen, mana bisa aku menuntut balas? Anaknya ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi tidur, inilah ketika yang baik pemberian Thian
Biarlah Tong shia merasakan enaknya orang kematian
anak" Cuma sebentar ia berpikir begitu, atau ia ingat
pula: "Anak ini pernah menolongi jiwa ku, dapatkah
aku membalas kebaikan dengan kejahatan? Ah,
biarlah Habis membunuh dia, aku pun membunuh diri
di sampingnya, guna membalas budinya"
Cuma bersangsi sebentar, Tin ok segera
mengangkat tombaknya. la telah pikir pula: "Aku Kwa
Tin ok. seumurku aku jujur dan pemurah, selama
beberapa puluh tahun dari hidupku, tidak pernah aku
melakukan apa-apa yang tidak pantas. sekarang aku
dapat kembali ke kampung halamanku, meski mati,
tidak ada yang dibuat sesalan lagi"
Tepat sekali ia mengerahkan tenaganya, mendadak
ia mendengar suara tertawa nyaring dari kejauhan,
suara itu menyeramkan, membangunkan bulu roma.
oey Yong terbangunkan tertawa itu, ia terus
berlompat. Maka kagetlah, ia menyaksikan Kwa Tin ok
lagi mengancam ia dengan tombaknya ong Gan cian
itu Tapi ia berteriak. "Auwyang Hong"
Tin ok kecele. Tidak dapat ia meneruskan
serangannya itu. la pun segera mendengar suara
bicaranya beberapa orang, yang terus mendatangi ke
arah kuil. setelah itu, ia mendengar tindakan kaki,
mungkin dari tiga sampai empatpuluh orang,
terdengarnya di depan dan belakang kuil, di kedua
samping.
setelah mendengari sekian lama, Tin ok berkata
dengan perlahan: "Terang mereka datang kemari
karena mereka mendapat dengar suara burung gagak.
Mari kita sembunyi" oey Yong setuju, ia memberikan
penyahutannya.
Tin ok menuntun tangan orang untuk diajak pergi ke
belakang tapi di pintu pendopo bagian belakang itu, ia
mengutuk kedua serdadu tadi. Pintu itu dikuncikan
mereka itu. sedang begitu, di depan terdengar suara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pintu ditolak,Jadi untuk mereka, tidak ada tempo untuk
pergi keluar.
"Mari kita bersembunyi di belakang patung,"
katanya. oey Yong menurut. la pun tidak melihat lain
tempat sembunyi.
Baru mereka memernahkan diri Tin ok mencium
bau belerang, maka tahulah ia yang orang telah
menyalakan api.
"Paduka yang mulia Chao Wang," lalu terdengar
suaranya Auwyang Hong. "Kali ini dalam pertempuran
di Yan le Lauw kita tidak memperoleh hasil tetapi
kesudahannya kita telah memberi hajaran juga
kepada semangatnya musuh" Chao Wang atau
Wanyen Lieh, tertawa.
"Di dalam segala hal aku mengandal kepada
sianseng," ia kata. "Begitu juga di lain hari, dalam
urusan mengambil kitab di Tiat Ciang Pang, aku
mengharap sangat bantuan sianseng."
"ltulah pasti" kata Auwyang Hong. "sebenarnya,
kalau bukan paduka yang mulia telah mengalami
bahaya besar ini, siapa menyangka kitabnya Gak Bu
Bok itu adanya di puncak Tiat Ciang Hong?"
"Beberapa budak sianseng telah menolongi jiwanya
anakku, aku berterima kasih sekali," berkata pula Chao
Wang si pangeran Kim. "Aku telah kirim mereka ke
kota raja, untuk di sana mereka dirawat seumur
hidupnya."
"ltu semua menandakan kebaikan paduka yang
mulia," kata Auwyang Hong tertawa.
"Khiu Pang cu telah menjadi gusar danpulang ke
gunungnya," kemudian Wanyen Lieh berkata pula, "Di
sana pasti dia bakal melakukan penjagaan kuat sekali,
maka itu sianseng ada mempunyai akal apa untuk
mendapatkan kitabnya Gak Hui itu?"
"Paduka yang mulia mempunyai banyak orang
pandai, apakah artinya satu partai Tiat Ciang Pang?"
berkata see Tok. "Biarnya Khiu Cian Jin lihay,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong merasa sanggup untuk melayani dia"
la lantas tertawa kering.
Lalu terdengar suaranya Nio Cu ong, Pheng Lian
Houw, see Thong Thian dan lainnya, yang
mengumpak-umpak see Tok, sebaliknya Khiu Cian Jin
tidak dipandang mata sama sekali.
setelah itu terdengar suaranya seorang muda:
"Tuan-tuan, kata-katamu tidak tepat. Khiu Pangcu lihay
sekali, aku telah melihatnya dengan mataku sendiri
Aku percaya, selain Auwyang sianseng, tidak sanggup
menandingi dia." Tin ok mengenal suaranya Yo Kang,
hatinya panas sekali. Perkataannya Yo Kang itu
membikin Nio Cu ong semua kecele dan malu.
"Khiu Cian Jin si tua bangka seperti ampas,
sekalipun Kwee Ceng si bocah dia tidak dapat
mengalahkannya" tiba-tiba terdengar suaranya Leng
Tie siangjin. " Kepandaian dia itu biasa saja"
Mendengar itu, Auwyang Hong tertawa dingin. "
Kalau begitu, dapatkah sianjin mengalahkan Kwee
Ceng?" ia tanya.
Diam-diam orang tertawa. Mereka ingat peristiwa itu
hari di Ci Han Tong di istana di mana Leng Tie siangjin
telah dibikin terlempar dari dalam air tumpah.
"Bukan aku memandang rendah kepada siangjin,"
berkata pula Auwyang Hong. "orang dengan
kepandaian sebagai kau, meski kau belajar lagi
sepuluh tahun, belum tentu kau dapat menjadi
tandingannya Khiu Pangcu. Nama Tiat Ciang suisiang-
pauw menggetarkan dua propinsi Lian ouw,
hingga sekalipun aku, tidak berani aku memandang
enteng terhadapnya" Lagi sekali see Tok tertawa
kering.
Leng Tie siangjin mendongkol bukan main, ia malu,
akan tetapi ia tidak berani membuka mulut guna
melawan bicara. Mukanya menjadi merah.
Kwa Tin ok mendengar orang bicara, ia menahan
napas. Lamengenali semua orang tangguh itu. Kalau
tadi ia ingin mati bersama oey Yong, sekarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebaliknya ia khawatir dirinya dan si nona nanti
terbinasakan mereka.
Habis itu terdengar hamba-hambanya Wanyen Lieh
mengatur tatakan untuk Wanyen Lieh bersama Yo
Kang dan Auwyang Hong beristirahat.
"Auwyang sianseng," terdengar suaranya Yo Kang.
"Di dalam bukunya siangkoan Kiam Lam, boanpwee
melihat ada catatan tentang ilmu untuk memecahkan
pukulan Tangan Besi itu."
Auwyang Hong girang mendengar keterangan itu
hingga ia berlompat bangun sambil menegasi:
"Benarkah itu?"
"Boanpwee tidak berani mendusta," kata Yo Kang,
yang menyebut diri "boanpwee", yang terlebih muda.
"Hanya sayang, bagian pelajaran itu termuat di dalam
halaman-halaman yang justru kena dirobek-robek si
perempuan hina dina"
Auwyang Hong menyesal sekali. Ia tidak takuti Khiu
Cian Jin tetapi kepandaian orang itu ia malui. Maka
sayang ilmu memecahkan ilmu silat Tangan Besi itu
telah lenyap dan musnah.
"Boanpwee telah membaca itu, bunyinya masih
boanpwee ingat samar-samar," berkata pula Yo Kang,
"sayang kepandaianku tidak berarti dan aku tidak
dapat menyelami catatan itu. Di dalam hal ini
boanpwee mengharap petunjuk sianseng." Mendengar
ini, timbul harapannya see Tok.
"Bagus, bagus" serunya. Hanya sejenak, ia terus
menghela napas. Kemudian ia kata: " Keponakanku
telah terbinasa di tangannya oey Yok su dan orangorang
Coan Cin Pay, dengan begitu Pek To san
menjadi tidak ada ahli warisnya lagi. Aku pikir baiklah
aku ambil kau sebagai muridku."
Yo Kang girang bukan main. Inilah justru
pengharapannya. Tidak ayal lagi, ia berlutut di
hadapan see Tok, untuk paykui. Tin ok menyesal dan
mendongkol bukan main.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia turunan baik-baik, mengapa sekarang dia
mengakui musuh sebagai ayahnya?" pikirnya. "sudah
begitu, mengapa dia juga mengangkat orang jahat
sebagai gurunya? Dia tenggelam semakin dalam,
mungkin tidak ada harapan untuk ia berbalik pikir."
Melihat putranya mengangkat guru, Wanyen Lieh
berkata: "Di sini di tanah asing tidak dapat disediakan
hadiah untuk upacara mengangkat guru ini, baiklah itu
ditunda sampai lain hari."
Auwyang Hong tertawa dan berkata "Tentang
barang permata, di Pek To San telah tersedia cukup,
Auwyang Hong cuma mengharap bakat baik dari anak
ini, supaya dia menjadi ahli warisku yang berarti."
"Sianseng, maaf," berkata Wanyen Lieh.
Nio Cu ong beramai lantas memberi selamat
kepada Auwyang Hong, Yo Kang dan pangeran Kim
itu. yang pertama karena mendapat murid, yang kedua
karena mendapat guru, dan yang ketiga karena
putranya mendapat guru pandai.
"Tengah ramai mereka itu memberi selamat,
mereka mendengar seorang berkata-kata nyaring: "sa
Kouw sudah lapar sa Kouw sudah lapar sekali Kenapa
aku tidak diberi makan?"
Kwa Tin ok mendengar suara itu yang ia
mengenalinya, ia menjadi heran. "Kenapa anak itu
berada bersama Wanyen Lieh dan Auwyang Hong?"
pikirnya.
"Benar" terdengar saranya Yo Kang, yang tertawa.
"Lekas cari barang makanan untuk si nona, jangan
bikin ia kelaparan hingga nanti mendapat sakit"
Tidak lama setelah suaranya pangeran muda itu, sa
Kouw terdengar sudah mulai memakan apa-apa
sembari makan maka terdengar pula suaranya
"saudara yang baik, kau bilang kau hendak mengajak
aku pulang, kau minta aku selalu mendengar
perkataanmu, tetapi kenapa sampai sekarang aku
masih belum sampai di rumahku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Besok kita akan sampai di rumahmu," kata Yo
Kang. "Sekarang kau dahar biar kenyang dan lantas
tidur baik-baik," sa Kouw berdiam, hanya sebentar.
"saudara yang baik," katanya pula, "suara apa itu di
atas menara?"
" Kalau bukannya burung tentulah tikus," sahut si
pangeran muda.
"Aku takut," kata si nona tolol.
"Ah, nona tolol, takut apa?" Yo Kang kata tertawa.
"Aku takut setan" sahut si nona.
"Di sini ada begini banyak orang, mana setan berani
datang ke mari?" bilang pangeran muda itu.
Tin ok mendengar nyata, suaranya Yo Kang sedikit
menggetar dan tertawanya pun tidak wajar.
"Aku takut setannya si kate dan gemuk itu," berkata
si nona pula.
"Hus, jangan ngaco belo" kata Yo Kang, kembali
tertawa.
"Apa sih si kate gemuk? Buat apa kau menyebut
nyebut"
"Hm, jangan kau kira tidak tahu" berkata sa Kouw
"si kate gemuk itu mati di dalam kuburan dari nenekku
maka arwahnya nenek bisa mengusir dia pergi dari
pekuburan itu, untuk melarang dia tinggal di dalam
kuburan setelah diusir, dia nanti pergi mencari kau"
"Tutup mulut" Yo Kang membentak. " Kalau kau
terus banyak bacot, nanti aku panggil kakekmu, biar
dia nanti membawa kau kembali ke Tho Hoa To"
Ancaman itu rupanya memakan, sa Kouw lantas
menutup mulutnya.
"Hai, kau menginjak kakiku" tiba-tiba see Thong
Thian membentak. Rupanya si tolol, karena takutnya
kepada setan, telah menggeraki kakinya.
Tin ok segera berpikir. la percaya dengan si kate
gemuk itu tentulah dimaksudkan Han Pe Kie,
saudaranya yang nomor tiga. saudara itu terbinasa di
Tho Hoa To, terang dia dibunuh oey Yok su, maka
kenapa setannya hendak mencari Yo Kang? la heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sa Kouw memang tolol tetapi kata-katanya itu mesti
ada sebabnya, itu bukannya ocehan belaka. Karena di
situ ada banyak musuh, biarnya ia hendak
menanyakan si nona tolol, tidak dapat ia melakukan itu
Lalu ia ingat kata-kata oey Yok su selama di Yan le
Lauw bahwa dia ada manusia macam apa dan
bagaimana dia bisa sama pendapat sama mereka.
"Oey Yok su tidak mau membunuh aku, maka
bagaimana d la dapat membunuh kelima saudaraku?
Kalau bukan oey Yok su yang membunuhnya, kenapa
adik yang nomor empat membilang dia melihat sendiri
oey Yok su membunuh saudaraku yang nomor dua
dan nomor tujuh?"
Tengah ia berpikir, Tin ok merasa oey Yong
menarik tangan kirinya dan di telapakan tangannya
lantas mencoret beberapa huruf, mulanya huruf "kiu" =
minta, lalu yang lain: " satu hal." la lantas membalasi
dengan menuliskan pertanyaan: " urusan apa itu?" oey
Yong menulis pula: "Membilangi ayahku slapa
membunuh aku."
Mengetahui pertanyaan itu, Tin ok melengak. la
tidak mengerti maksud si nona. sedangkan ia berpikir,
Ia merasakan angin bergerak di sisinya, lalu oey Yong
lompat keluar dari tempatnya sembunyi, sambil
tertawa, nona itu kata "Auwyang Peehu, kau baik?"
Mendengar suara orang itu, Nio Cu ong semua
terkejut, dengan serentak, mereka menghunus senjata
mereka masing-masing, lantas mereka mengambil
sikap mengurung. Di antaranya ada yang berseru:
"siapa kau?" oey Yong tidak takut, ia bahkan tertawa
terus.
"Ayahku menitahkan aku menantikan Auwyang
Peehu di sini" katanya keras.
"Perlu apa kamu membikin banyak berisik tidak
karuan?" Auwyang Hong tertawa.
"Bagaimana ayahmu ketahui aku bakal tiba di sini?"
ia menanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayahku mengerti ilmu bintang dan meramalkan
tidak ada apa-apa yang ia tidak tahu,"
menyahut si nona. "Asal dia menghitung-hitung
menuruti ilmu hitung Bun ong Kwa lantas dia tahu
segala apa."
Auwyang Hong tidak menanyakan lagi, meski ia
hanya percaya satu bagian dari perkataan si nona dan
tidak mempercayainya yang sembilan bagian.
see Thong Thian sendiri berlaku cerdik. Ia sudah
lantas pergi ke luar kuil, kekelilingan, memeriksa, habis
mana, ia masuk kembali dengan hati lega. Ia tidak
mendapatkan kawan si nona. sesudah menyimpan
senjata masing-masing, orang merubungi Wanyen
Lieh.
oey Yong menghampirkan tempat duduk. untuk
bersila di situ. "Auwyang Peehu, kau membikin ayahku
bersengsara" katanya, tertawa.
Auwyang Hong tidak menyahuti. Ia tahu bocah in
lihay mulutnya, kalau ia salah omong, di depan orang
banyak itu ia bisa mendapat malu. Maka ia menantikan
perkataan lebih jauh dari si nona.
"Auwyang Peehu," berkata pula oey Yong. "Ayahku
telah terkurung imam-imam dari coan cin Kauw di
dusur Sinteng-tin di Siauw Hong Lay, jikalau kau tidak
menolongi, dia sukar meloloskan dirinya."
See Tok bersenyum. "Mana bisa jadi" katanya.
"Enak sekali kau bicara, Auwyang Peehu" berkata
pula si nona. "Satu laki-laki, dia berbuat, dia
bertanggung jawab Terang-terang kaulah yang
membinasakan Tam cie Hian, si imam dari coan cin
Kauw, entah kenapa sekarang itu kawanan imam telah
menggerembengi ayahku itu. Sudah begitu muncul
juga Loo Boan Tong ciu Pek Thong, yang mengacau.
Ayahku tidak mau mengaku atau menyangkal semua
itu, maka juga, habis bagaimana?"
Di dalam hatinya, Auwyang Hong girang. Tapi ia
kata, "Ayahmu lihay sekali, apa yang mereka bisa bikin
itu beberapa bulu campur aduk?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sengaja See Tok menyebutnya imam-imam dari
coan cin Kauw itu sebagai "bulu campur aduk".
"Tetapi ayahku juga bukannya menghendaki kau
datang sendiri untuk membantui padanya," berkata
pula si nona, "Hanya ayahku menyuruh aku
menyampaikan kepada kau bahwa setelah ia
memikirkan susah payah selama tujuh hari dan tujuh
malam, ia telah berhasil dengan pemahamannya.
Inilah mengenai sebuah kata-kata"
"Apakah itu?" Auwyang I Hong tanya.
oey Yong menyahuti. Ia membacakan serintasan
kata-kata Sansekerta.
Kwa Tin ok dan Wanyen Lieh serta rombongannya
tidak mengerti ucapan si nona itu,
sebaliknya Auwyang Hong menjadi terkejut.
"Benarkah oey Yok su berhasil memahamkan
bagian terakhir dari Kiu Im Cin-keng" pikirnya. Tapi
karena ia seorang berpengalaman, ia tidak mengasih
kentara akan kagetnya itu. Ia malah berlagak tenang.
"Bocah cilik, kau gemar mendustai orang" katanya.
"Kau ngaco belo, siapakah yang mengerti?"
"Ayahku telah berhasil menyalin semua itu, aku
melihatnya sendiri," kata oey Yong. "siapa
mendustakan kau?"
Auwyang Hong tergoncang ketenangan hatinya. Ia
tahu oey Yok su sangat cerdas. Memang orang yang
dapat memahamkan Kiu Im Cin-keng cuma si sesat
dari Timur itu, tidak ada orang lainnya lagi.
"Kalau begitu, hendak aku memberi selamat kepada
ayahmu" katanya. Ia tetap berlaku tenang.
oey Yong bisa menduga kesangsian orang. Ia kata
pula, "Aku telah melihat terjemahan itu, sekarang aku
masih mengingatnya. Tidak ada halangannya untuk
aku membacakannya mengasih kau dengar" Benarbenar
ia membacakan: " Kalau tubuh bergerak, kalau
tubuh berat seperti ketindihan barang, atau kalau
tubuh enteng seperti hendak terbang, atau tubuh
terikat, atau panas atau dingin, atau girang atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergelisah, atau kaget, atau sangat girang dan mabuk.
semua itu harus disalurkan menurut ilmu yang di
bawah ini, guna memperoleh ketenangannya dan
menjadi sempurna"
Auwyang Hong sangat tertarik. Memang ilmu itu
mesti didapat secara tenang, kalau tidak, orang bisa
tersesat dan menghadapi akibatnya yang
membahayakan. Ia tidak tahu si nona menyebutkan
terjemahannya It Teng Taysu jadi Kiu Im Cin-keng
yang tulen, ia hanya percaya itu sebab ia menganggap
masuk di akal.
"Habis bagaimana sadurannya itu?" ia tanya.
"Bagaimana bawahnya itu aku lupa," berkata si
nona.
Auwyang Hong bersangsi. Ia tahu nona ini sangat
cerdik, tidak nanti dia lupa. Ia mau percaya orang
mendustai ia. Maka ia memikirkan, kenapa si nona
menyebut-nyebut bunyinya kitab itu.
"Ayah menyuruh menanya kau, Auwyang Peehu,"
kata oey Yong pula. "Kau menghendaki lima ribu huruf
atau tiga ribu?"
"Coba kau menjelaskan dulu," menjawab see Tok.
"Jikalau kau suka membantu ayah hingga kamu
berdua bersama memusnahkan Coan Cin Kauw, maka
semua lima ribu huruf dari Kiu Im Cin-keng akan aku
baca habis untuk kau mendengarkannya . "
Auwyang Hong bersenyum. "Jikalau aku tidak suka
membantu ayahmu?"
"Maka ayah mau minta kau tolong membalaskan
sakit hatinya saja. setelah kau membinasakan Coan
cin Liok Cu beserta Ciu Pek Thong, akan aku
membacakan yang tiga ribu huruf itu." see Tok tertawa.
"sebenarnya perhubungan ayahmu denganku tidak
erat, mengapa sekarang dia begini menghargai aku?"
ia tanya.
"Ayah membilang, pertama-tama, yang
membinasakan keponakanmu itu ialah muridnya Coan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cin cit Cu, maka ayah pikir kau tentunya akan
membalaskan sakit hatinya"
Yo Kang menggigil sendirinya mendengar
perkataan nona. Ialah muridnya Khu Cie Kie. Jadi si
nona pasti maksudkan dia.
"Eh, saudara yang baik, kau kedinginan?" tanya sa
Kouw kepada pangeran muda itu. Ia melihat tubuh
orang bergemetaran. Yo Kang menyahuti
sembarangan saja.
"Kedua," berkata pula oey Yong. "setelah berhasil
memahamkan kitab, ayah lantas bertempur sama
kawanan imam itu, ia jadi belum sempat menjelaskan
semua. Kitab itu kitab aneh dan langka, mana dapat itu
dibikin lenyap? sekarang ini cuma kau seorang yang
tabiatnya mirip ayahku, maka itu ayah ingin
mewariskan itu padamu, nanti baru kau mengajari
aku."
"Kata-kata ini dapat dipercaya," Auwyang Hong
pikir. "Tanpa penjelasan, biar budak ini sangat cerdas,
tidak nanti dia dapat menangkap artinya kitab itu." Tapi
ia mengutarakan kesangsiannya. Ia kata: "Mana aku
ketahui kau membacakan yang asli atau yang palsu?"
"Kwee Ceng si tolol telah mengasihkan kitab yang
tertulis," berkata si nona, "Maka kalau kau
mengakurkannya dengan apa yang aku bacakan, kau
bakal mengetahui tulen atau paisunya."
"Kau benar juga. sekarang kau memberikan ketika
untuk aku beristirahat, besok aku nanti pergi
menolongi ayahmu itu," berkata Auwyang Hong. oey
Yong tidak mau mengerti.
"Menolongi orang kesusahan seperti tolongi orang
kebakaran, bagaimana kau bisa menanti sampai
besok? "
"Kalau begitu, nanti saja aku membalaskan sakit
hati ayahmu? sama bukan?"
see Tok tertawa. Ia telah berpikir, di mana kitab
sudah ada di tangannya, ia tinggal memaksa saja si
nona memberikan penjelasan kepadanya, nanti ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan mendapat mengerti sendiri Bukankah bagus ia
membiarkan oey Yok su dan Coan Cin Kauw
bertempur mati-matian?
Kwa Tin ok memasang kuping. orang
membicarakan melulu soal kitab, ia tidak mengerti. Ia
pun heran untuk tulisannya oey Yong di telapakan
tangannya itu: "Bilangi ayahku siapa yang membunuh
aku."
Lalu terdengar suara oey Yong pula: "Bagaimana
kalau kau pergi besok pagi-pagi? Dapatkah?" si nona
agak kewalahan.
"Tentu" see Tok tertawa. "sekarang kau
beristirahatlah"
oey Yong menurut, akan tetapi Lamendekati sa
Kouw.
"Eh, sa Kouw ayahku membawa kau ke Tho Hoa
To, kenapa sekarang kau ada di sini?" ia tanya.
"Aku tidak suka berdiam di Tho Hoa To, hendak aku
pulang ke rumah sendiri," menyahut si tolol.
"Bukankah ini saudara she Yo yang telah pergi ke
Tho Hoa To dan lalu membawa kau pergi? Benar
bukan?" oey Yong tanya pula.
"Benar. Dia benar-benar seorang baik hati" Kwa Tin
ok mendengar itu Ia heran.
" Kapannya Yo Kang pergi ke Tho Hoa To?" ia
tanya dirinya sendiri.
" Habis, ke mana perginya ayahku?" oey Yong
tanya. sa Kouw nampak kaget.
"Jangan membilangi aku buron, ya?" katanya.
"Kakek bakal menghajar aku.."
"Aku tidak akan memberitahukan," kata oey Yong
tertawa.
"Cuma hendak aku menanya kau dan kau harus
menjawabnya dengan baik."
"Kau jangan membilangi kakek. ya. Kakek hendak
menangkap aku, buat dibawa pulang. Dia mau
mengajari surat pada ku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu aku tidak memberitahukan" kata oey Yong
tertawa pula. "Kau bilang kakek mau mengajari surat?"
"Benar. Hari itu di kamar tulis kakek mengajari aku
menulis surat. Pula aku diberitahu bahwa ayahku
orang she Kiok dan namanya entah apa Hong. Benarbenar
aku sukar mengingati itu, lantas kakek gusar, dia
mengatakan aku tolol hebat sekali. Aku memang juga
dipanggil sa Kouw"
"sa Kouw memang tolol," kata oey Yong tertawa
manis. "Ayah memaki kau, itulah keliru" sa Kouw
senang mendengar perkataannya nona ini.
"Bagaimana kemudiannya?"
"Aku mengasih tahu niatku ingin pulang, kakek jadi
semakin gusar selagi begitu, satu budak gagu datang
masuk. Ia bicara sama kakek, tangannya digerakgeraki.
Kakek kata, 'Aku tidak mau menemui tetamu,
suruh mereka pergi kembali' Budak itu mengundurkan
diri, tapi sebentar lagi ia kembali sambil membawa
sepotong kertas. Kapan kakek melihat itu, ia lantas
menitahkan aku ikut si gagu menyambut sekalian
tetamunya itu. Aku melihat si kate gemuk itu, muak aku
melihatnya. Aku mendelik terhadapnya, dia mendelik
terhadapku."
Tin ok membayangi halnya itu hari ia dan saudarasaudaranya
berkunjung ke Tho Hoa To.
Keterangannya nona tolol ini cocok sama keadaan itu
waktu. Mulanya mereka ditolak, setelah Cu Cong
menulis surat, mereka diterima. Memang benar, sa
Kouw yang menyambut mereka. Hanya sekarang Han
Po Kie telah tidak ada bersama ia, ia menjadi sedih.
"Apakah kakekmu menemui mereka itu?" oey Yong
bertanya pula.
" Kakek memerintah aku menemani mereka
bersantap. kakek sendiri mengundurkan diri. Aku tak
senang melihat si kate gemuk itu, diam-diam aku
meninggalkan mereka. Aku melihat kakek di belakang,
lagi duduk di batu mengawasi laut. Aku pun turut
memandangnya. Di ana nampak sebuah perahu layar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi mendatangi. Yang duduk diperahu itu ialah bangsa
imam."
Kwa Tin ok berpikir: "Itu hari kami mendengar kabar
Coan cin Pay bakal menyatroni Tho Hoa To untuk
menuntut balas, kami lantas mendahului datang guna
mengasih kisikan, buat minta dia suka menyingkir
untuk sementara waktu, supaya kami yang menemui
pihak Coan cin Pay guna memberikan penjelasan,
hanya di pulau itu kami tidak mendapatkan tibanya
orang-orang coan Cin Kauw itu Kenapa sekarang sa
Kouw membilang dari hal tibanya imam-imam itu yang
naik perahu?"
"Bagaimana dengan kakek?"
"Kakek menggapaikan aku. Aku kaget. Aku mengira
kakek tidak tahu aku meninggalkan tetamu. Aku takut
menghampirkan kakek. aku khawatir nanti dihajar.
Kakek kata, 'Aku tidak pukul padamu kau ke mari.' Aku
menghampirkan. Kakek lantas membilangi aku dia
mau pergi mancing dengan naik perahu, maka dia
memesan kalau kawanan imam itu mendarat, aku
mesti menyambut mereka, untuk mengajak mereka
masuk dan bersantap bersama-sama rombongannya
si kate gemuk itu. Aku bilang bahwa akupun ingin pergi
mancing. Lantas air mukanya kakek menjadi guram.
Terpaksa aku diam saja. "
"Kemudian lagi, bagaimana?"
"Kakek pergi ke belakang untuk mengambil
perahunya. Aku mendapat kenyataan, wajahnya
semua imam itu tak sedap dipandangnya, pantas
kakek tidak sudi menemui mereka."
"Benar, benar apa yang kau bilang. Kapan
kembalinya kakek?"
"Apa, kembali? Dia tidak pulang lagi."
Tin ok terkejut hingga tubuhnya bergerak.
"Apakah kau tidak salah ingat? Kemudian lagi
bagaimana?" oey Yong menanya, suaranya rada
bergemetar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"selagi kakek hendak melayarkan perahunya untuk
berangkat, mendadak datang sepasang burung besar.
Itulah sepasang burungmu. Kakek menggapai kepada
kedua burung itu. Mereka itu terbang turun. Ada apaapa
yang diikat di kaki burung, bagus barang itu. Aku
teriaki kakek: "Kakek, kakek kasih aku"
selagi mengucap itu, benar-benar sa Kouw
berteriak-teriak.
"sudah, jangan omong saja" Yo Kang membentak. "
orang mau tidur"
"Jangan perdulikan dia," berkata oey Yong. " Kau
omong terus."
"Aku akan bicara perlahan," katanya si tolol. Dan ia
benar memperlahankan suaranya. "Kakek tidak
meladeni aku, dia menyobek ujung bajunya, dia ikat itu
di kaki burung, yang dia lantas lepaskan pergi pula."
oey Yong berpikiri "Ayah hendak menyingkir dari
Coan Cin cit Cu, pantas dia tidak sempat mengambil
ikan emas. Hanya panah di tubuhnya burungku yang
jantan, siapakah yang memanahnya?" Maka ia lantas
menanya: "siapakah yang memanah burung itu?"
"Memanah burung? Tidak." selagi mengatakan itu,
si tolol melongo.
"Baik. Nah, kau cerita terus."
"Melihat bajunya robek. kakek menyuruh aku
pulang untuk mengambil sepotong yang lain. Ketika
kemudian aku kembali bersama baju, kakek sudah
tidak ada. Perahu kawanan imam juga tidak nampak.
Cuma baju robek itu ditinggalkan di tanah." oey Yong
tidak menanya lagi, ia berdiam.
"Ke mana perginya mereka?" katanya selang sekian
lama.
"Aku melihatnya. Mulanya aku memanggil-manggil
kakek. dia tidak menyahut. Lantas aku naik ke atas
pohon, memandang ke laut. Aku melihat perahu kakek
di depan perahu si imam di belakang. Perahu kakek
kecil, perahu si imam besar. Perlahan-lahan kedua
perahu itu tak terlihat lagi. Aku tidak sudi melihat pula
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si kate gemuk. aku terus berdiam di tepi laut mainmain
menendangi batu. sampai hari sudah malam baru
aku pulang dengan mengajak kakek itu serta ini
saudara yang baik," Ia menunjuk Auwyang Hong dan
Yo Kang.
"Jadi kakek ini, bukannya kakek yang mengajari kau
surat?" oey Yong menegaskan. sa Kouw tertawa.
"Ya, kakek ini baik sekali," sahutnya. "Dia tidak mau
mengajari aku surat, dia bahkan membagi aku kue, Eh,
kakek. kuemu masih ada atau tidak?"
"Ada" sahut Auwyang Hong sambil tertawa
menyeringai. "Ini aku bagi pula padamu"
Hati Kwa Tin ok seperti melonjak. Kiranya itu hari
Auwyang Hong berada di pulau Tho Hoa To.
Justru itu sa Kouw menjerit keras, menyusul mana
terdengar bentrokan tangan dua kali, tanda dari satu
pertempuran, sebagaimana nampak tubuh orang
berlompatan. "Kau hendak membunuh dia untuk
menutup mulutnya? Baiklah kau bunuh dulu padaku"
Auwyang Hong tertawa, dia kata: " Urusan ini dapat
dikilangi untuk orang luar, tidak ayahmu, maka perlu
apa aku membunuh dia? Jikalau kau hendak
menanyakannya, pergilah kau menanya sepuasnya"
sa Kouw merintih- rintih kesakitan tidak dapat ia
bicara. Entah ia telah ditotok jalan darah apanya oleh
seeTok. siBisa dari Barat.
"Tidak usah aku menanyakan dia, telah dapat aku
menduganya," kata oey Yong. "Aku cuma
menghendaki dia mengucapkannya sendiri"
"Budak perempuan, kau sangat cerdik" kata
Auwyang Hong tertawa. "Kenapa kau dapat menduga
itu? Coba kaujelaskan kasih aku dengar."
"Ketika pertama kali aku melihat keadaan di
pulauku itu," menyahut si nona mengasih
keterangannya, "Aku juga menyangka adalah ayahku
yang membinasakan Kang Lam Ngo Koay."
Baru kemudian, setelah memikirkannya, aku
mendapat anggapan lain. coba kau pikir, cara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimana ayahku dapat membiarkan mayatnya
semua orang busuk itu berada di dalam kuburan untuk
menemani ibuku? Lagi pula mana bisa jadi ayahku
keluar dari kuburan tanpa mengunci pula pintunya?"
Auwyang Hong menepuk pahanya.
"Ah, benar, itulah kealpaanku" serunya. "Anak
Kang, benar bukan?"
Mendengar sampai di situ, Tin ok merasakan
hatinya mau meledak. Sekarang baru ia mengerti
kiranya sejak siang-siang oey Yong telah menduga si
pembunuh adalah Auwyang Hong, siBisa dari Barat
yang kejam ini serta Yo Kang. si nona bermaksud baik,
Ia sendiri yang menyangka keliru .Jadi nona ini
barusan keluar dari tempatnya sembunyi melulu untuk
membeber duduknya hal guna membersihkan
ayahnya. Itulah perbuatan berbahaya sekali. Ia
menduga, suratnya si nona adalah untuk ia nanti
memberitahukan ayahnya, ialah oey Yok su, tentang
orang yang membunuh padanya andaikata nona itu
menemui bencana. Maka ia jadi sangat berduka dan
menyesal.
"Ah, nona, nona," ia mengeluh di dalam hatinya,
"Bukankah cukupj ikalau kau memberitahukan aku
siapa pembunuhnya semua saudaraku itu? Kenapa
kau bertindak begini rupa?" Kemudian ia ingat
tabiatnya sendiri Pikirnya pula: "Aku Hui Thian Pianhok,
kenapa aku sangat sembrono? Kenapa aku
berkukuh menuduh itu ayah dan putrinya? Memang,
kalau ia memberi keterangan padaku, mana bisa aku
gampang mempercayainya? Kwa Tin ok. oh Kwa Tin
ok, kau pantas dihukum picis si buta yang busuk. kau
memaksa si nona kepada kebinasaannya "
Dalam sengitnya, Tin ok hendak menghajar dirinya
sendiri. Baiklah ia lantas mendengar pula suaranya
Auwyang Hong, yang menanya si nona: "Bagaimana
caranya kau menduga padaku?"
"Tidaklah sukar menerkamu" menjawab si nona.
"Menghajar mati kuda dan mematahkan dacin, itulah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perbuatan yang di jaman ini cuma dapat dilakukan
beberapa gelintir manusia. Hanya mula-mula aku
masih menduga lain orang. Ketika Lam Hie Jin hendak
menghembuskan napasnya yang terakhir, dengan jari
tangannya ia masih dapat mencoret beberapa huruf di
tanah, 'Yang membunuh aku ialah' Huruf yang terakhir
ini tidak keburu menuliskan lengkap. baru pada bagian
sampingnya, yang merupakan huruf 'sip' yang berarti
'sepuluh'. Aku pikirkan huruf belum lengkap itu. she
namamu tidak memakai permulaan huruf sIP itu, maka
aku menduga kepada Khiu Cian Jin" Auwyang Hong
tertawa terbahak-bahak.
"Hebat Lam Hie Jin" katanya. "Dia dapat menanti
hingga tibamu"
"Aku melihat keadaannya sewaktu dia mau mati itu,
aku menduga dia terkena racun." oey Yong berkata
pula. "Karena ini, aku menduga keras kepada orang
she Khiu itu. Bukankah Tiat Ciang Pang memelihara
banyak kodok dan ular berbisa?" see Tok tertawa pula.
"Tiat Ciang Pang memelihara banyak binatang
berbisa tetapi tidak ada yang luar biasa," ia berkata.
"Ketika Lam Hie Jin mau mati, bukankah dari mulutnya
keluar suara tetapi tanpa dapat bicara? Bukankah ia
mati dengan wajah tertawa?"
"Benar sebenarnya dia terkena racun apa?"
Auwyang Hong tidak menjawab, hanya ia menanya
pula: "Bukankah tubuhnya meringkuk dan dia
bergulingan di tanah, tenaganya besar luar biasa?
Benar tidak?"
"Benar Bisa semacam itu, aku pikir, kecuali Tiat
Ciang pang, lain orang tidak memilikinya"
Kata-kata yang terakhir ini ada pancingan
membangkitkan kemarahan. Auwyang Hong
menginsyafi itu tetapi ia tidak dapat menahan
meledaknya kemurkaannya. Ia berseru dalam
kemurkaannya itu: " orang menyebutnya aku si bisa
bangkotan, apakah itu panggilan kosong belaka?" Ia
mengetok lantai dengan tongkat ularnya. Ia kata pula
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nyaring: "Itulah ular di tongkatku ini yang menggigitnya
Dan lidahnyalah yang dicatok itu Karena itu, tubuh dia
menjadi tidak meninggalkan bekas dan dia tidak dapat
bicara" Tin ok merasakan sesak dadanya hingga
hampir ia pingsan.
oey Yong mendengar suara apa-apa di belakang
patung, ia dapat menduga, maka ia lantas batuk-batuk
guna menyaruhkan suara itu, kemudian ia berkata pula
dengan sabar: "Ketika itu kau telah berhasil
membinasakan lima anggota dari Kanglam Cit Koay
yang lolos hanya Kwa Tin ok seorang, yang kedua
matanya buta, maka itu menjadi tidak ketahuan siapa
yang melakukan pembunuhan hebat itu"
Tin ok mendengar perkataan ini, ia mengerti katakata
itu ditunjuki kepadanya. Ia pikiri "Ia mengisiki aku
untuk jangan sembarang bergerak. supaya kita berdua
tak usah mati secara gelap"
Auwyang Hong berkata sambil tertawa kering:
"Apakah seorang buta dapat lolos dari tanganku? Hm
Memang sengaja aku meloloskan dia"
"Kau benar Kau membunuh yang lima, kau sengaja
mau membikin dia percaya ayahkulah yang
membunuhnya supaya dia mengoarkannya, supaya
nanti semua orang gagah datang mengepung ayahku"
Lagi-lagi Auwyang Hong tertawa.
" Itulah bukan pikiranku hanya pikiran anak Kang
Benar bukan, anak?" Yo Kang menyahuti seperti tadi,
sepintas lalu.
"sungguh suatu pikiran yang bagus luar biasa"
berkata oey Yong. "Aku kagum sekali" Tentu saja
itulah pujian ejekan.
"Kita bicara balik lagi," kata Auwyang Hong.
"Bagaimana maka kemudian kau dapat menduga
aku?"
"Aku pikir Khiu Cian Jin itu pernah bertempur
denganku di selatan Liang ouw. Dalam keadaan biasa,
memang dapat dia mendahului aku tiba di Tho Hoa To,
akan tetapi aku mempunyai kuda merahku, tidak bias
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi dia dapat melawan kudaku itu. Lalu aku ingat
suaranya Cu Cong. Di situ ia memesan untuk berjagajaga.
Ia pun belum menulis lengkap. Huruf yang tidak
lengkap itu dapat diteruskan menjadi 'Tong'. Dapat
juga dijadikan 'see'. Maka itu, kalau bukannya Tong
shia tentulah see Tok. selama di Tho Hoa To telah aku
dapat memikir itu hanya aku belum dapat
memastikannya sebab masih ada beberapa hal
lainnya."
Auwyang Hong menghela napas.
"Aku kira babwa aku telah menjabit rapat sekali,
tidak tahunya masih ada yang bolong," katanya. "si
mahasiswa dekil itu sangat sebat, aku tidak dapat
melihat dia menulis suratnya."
"Dia digelarkan Biauw ciu sie-seng, si mahasiswa
Tangan Lihay, pasti sekali dia menulis tanpa
memberikan ketika kau melihatnya Aku telah
memikirkan keras huruf 'sip' dari Lam Hie Jin itu
Karena aku mendengar kabar yang ini saudara Yo
telah terkena racun dan mati, sama sekali aku tidak
pernah memikirkan dia." Yo Kang heran.
" Kenapa kau ketahui aku terkena racun dan mati?"
ia tanya. "siapa yang memberitahukan itu pada mu? "
"Banyak sekali hal-hal yang aku ketahui" menjawab
si nona. "Hari itu aku berada sendirian di pula u Tho
Hoa To, aku tidur tanpa merasa, aku mendusin, aku
tidur pula, aku mendusin lagi, masih aku tidak dapat
menerka. selama tidur itu, aku pun banyak mimpi, dan
didalam mimpiku, aku melihat banyak orang Akhirnya
aku mimpi melihat enci Bok. Aku mimpikan dia di
Pakhia di sana dia mengadu ilmu silat untuk
merangkapi jodohnya. Mimpi sampai di situ aku
mendusin dengan kaget, hingga aku berlompat bangun
Itu waktu baru aku tahu si pembunuh itu ialah, kau"
Bab 73. Bisa Bekerja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kata-kata itu cepat dan tajam, Yo Kang
mengeluarkan peluh dingin tanpa ia merasa. Ia
mencoba menentramkan diri dengan memaksa
tertawa. "Mustahilkah Bok Liam cu mengasih mimpi
kepadamu?" katanya.
"Memang Tanpa impian itu, mana aku ingat kau"
menjawab si nona. "Nah, mana sepatumu yang kecil
mungil yang tertabur batu permata?" Yo Kang kaget
hingga ia melengak.
"Bagaimana kau ketahui itu?" serunya. "Kembalikah
Bok Liam cu yang mengasih impian padamu?"
"Buat apa menyebutkan itu pula" si nona membaliki
sambil tertawa dingin, "Ketika kau telah membunuh cu
cong, kau masuki barang-barang permata ibuku ke
dalam sakunya korbanmu itu, supaya kalau orang luar
melihatnya, mereka bisa menyangka dia telah
dipergoki ayahku dan karenanya dia menerima
kebinasaannya Ini tipu daya keji memang bagus sekali,
hanya kau telah melupakan satu hal, yaitu gelarannya
cu cong, ialah Biauw ciu Sie-seng, si Mahasiswa
Tangan lihay"
Auwyang Hong pintar sekali akan tetapi ia tidak
dapat mengerti maksudnya perkataan nona itu.
"Kalau dia Biauw Ciu sie-seng, habis bagaimana?"
tanyanya heran.
"Hm" menyahut nona itu. "saudara Yo ini cuma tahu
menjejalkan barang permata ke dalam saku orang, dia
tidak tahu yang Cu Cong pun telah mengambil barang
permata dari sakunya sendiri"
"Barang permata apakah itu?" tanya Auwyang Hong
masih heran.
"Di dalam ilmu silat Cu Cong memang kalah
daripada kau," oey Yong menerangkan, "Tetapi dia
pun seorang lihay, di saat dari tarikan napasnya yang
penghabisan, dia telah mengambil serupa barang,
barang mana dia genggam di tangannya. Tentu sekali
kamu tidak dapat ketahui itu, tidak dari bermula hingga
di akhirnya .Jika bukan karena adanya permata itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pastilah aku tidak menyangka yang paduka pangeran
yang muda ini sudah mati tetapi hidup pula dan
bahkan berkunjung ke pulau Tho Hoa To"
"sungguh menarik" Auwyang Hong tertawa.
"sungguh lihay Biauw Ciu sie-seng Dia telah
kehilangan jiwanya tetapi dia dapat meninggalkan bukti
Kalau begitu, barang yang dia ambil itu mestinya
sepatu yang kau sebutkan itu"
"Tidak salah Barang-barang permata ibuku yang
disimpan di dalam kuburannya itu, aku telah
melihatnya semenjak aku kecil, aku ingat dan
mengenali semuanya, hanya ini sepatu mungil belum
pernah aku melihatnya. Cu Cong menggenggam ini
erat-erat, mesti ada sebabnya. Pula sepatu ini ada
ukiran hurufnya, yang dasarnya huruf Pie yang di
baliknya huruf Ciauw. Lama aku pikirkan artinya kedua
huruf itu, tidak dapat aku jawabannya, maka ketika
malam itu aku bermimpi, memimpikan enci Bok
menjual silat di kota Pakhia dengan dia memancar
bendera yang bersulamkan empat huruf Pie Bu Ciauw
Cin, baru aku ingat dan sadar, baru aku mengerti
Bukankah Pie Bu Ciauw Cin itu berarti mengadu silat
untuk mengamproki jodoh? Bukankah kedua huruf Pie
dan ciauw itu diambil dari empat huruf itu?" Auwyang
Hong tertawa bergelak.
"sepatu ini mempunyai riwayat asmara demikian
bagus. Ha ha Ha ha"
see Tok tertawa berulang-ulang, agaknya dia
sangat gembira, sebaliknya Kwa Tin ok,
kemurkaannya tidak terkira- kirakan. Ia menjadi
mendapat tahu semakin jelas nasib saudarasaudaranya,
lelakon yang hebat dan menyedihkan
sekali dipulau Tho Hoa To itu. Ia hanya heran
mengapa oey Yong dapat menerka demikian jitu.
Putrinya oey Yok su percaya Tin ok masih belum
mengerti jelas, maka ia sengaja berkata pula. Tapi
sebab Tin ok lagi bersembunyi, ia menjelaskannya
kepada Auwyang Hong, yang juga tentunya masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bingung. Ia kata " Ketika itu hari enci Bok mengadakan
pertunjukan silat, buat mengadu kepandaian untuk
merangkap jodohnya, maka paduka pangeran yang
muda telah turun ke dalam gelanggang di mana ia
telah memperlihatkan kepandaiannya. Aku berada di
itu tempat, aku menyaksikannya sendiri pertandingan
itu. Diakhirnya pertempuran, paduka pangeran yang
muda telah merampas sebelah sepatunya enci Bok. Itu
artinya, di dalam pertandingan itu dialah yang menang
Hanya mengenai perang kapan jodoh, urusan itu ruwet
sekali"
Mendengar keterangan oey Yong sampai di situ,
mereka yang hadir lantas pada berpikir sendirinya.
Ketika itu saksi-saksi terdiri antaranya dari Nio Cu ong
dan see Thong Thian. Mereka menjadi teringat akan
peristiwa yang telah lewat itu, yang ada hubungannya
sama halnya Wanyen Lieh kematian istrinya dan Yo
Kang menemui ayahnya.
oey Yong tidak memperdulikan mereka yang lagi
berpikir itu, ia melanjuti keterangannya "sampai di sini,
maka teranglah sudah duduknya hal. Paduka
pangeran yang muda dan enci Bok telah mengikat
janji, tanda mata dari pertunangan mereka ialah
sepasang sepatunya enci Bok itu, sepatu kumala yang
berukiran huruf-huruf Pie Bu Ciauw Cin. sepatu yang
sebelah memakai huruf-huruf Pie dan ciauw itu, dan
yang sebelah lagi tentulah Bu dan cin. Paduka
pangeran muda bukankah terkaanku ini tidak salah?"
Yo Kang berdiam, tidak dapat ia berbicara.
"setelah mengerti ini, yang lainnya tak sulit lagi," si
nona masih meneruskan. "Han Po Kie terbinasa
karena cengkeraman ilmu silat Kiu Im Pek kut Jiauw.
Di dalam dunia ini, yang meyakinkan ilmu yang
dahsyat itu cuma Hek Hong siang sat berdua, tetapi
dua-duanya mereka sudah mati maka itu orang luar
pastilah lantas mengingat kepada guru mereka, yang
mestinya pandai ilmu itu. Guru itu bukan lain daripada
oey Yok su ayahku siapa tahu semasa hidupnya Tiat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sie Bwee Tiauw Hong, si Mayat Perunggu, telah
mengambil seorang murid yang pandai Tentang huruf
sip yang ditulis Lam Hie Jin huruf tidak lengkap itu
pastilah diartikan huruf Yo, hanya sungguh aku tidak
nyana Kwee Ceng si bocah dungu itu, dia memaksa
membilangnya huruf oey"
Di waktu mengucapkan kata-katanya yang terakhir
ini, nona itu muram mukanya, tandanya ia sangat
berduka. Auwyang Hong tertawa pula terbahak dan
lama.
"Kalau begitu tidaklah heran Kwee Ceng si bocah
itu selama di Yan Ie Lauw telah hendak mengadu
jiwanya dengan ayahmu" katanya.
"Memang tipu daya keji kamu ini sangat bagus,"
kata oey Yong. "Dan dia, dalam murka dan sedihnya,
sukar dapat menerkanya. Aku juga mulanya
menyangka kau telah menawan budak-budak gagu
dan memaksanya mereka menunjuki jalan, tetapi hari
ini barulah aku ketahui sebenarnya sa Kouw adalah
orang yang mengajak kamu masuk ke dalam. Di dalam
ini hal tentunya, ini engko Yo telah menjanjikan dia
untuk membawanya pulang ke Gu-kee-cun. Sa Kouw
sangat girang maka ia lantas menuruti saja kata-kata
kamu. Sekarang aku mengerti, pasti kamu telah
menyembunyikan diri di dalam kuburan ibuku, lalu
kamu menyuruh mengundang Kanglam Liok Koay
datang ke situ. Pasti sekali kamu memakai alasan
ayahkulah yang mengundang mereka. Setelah Liok
Koay masuk, terang sudah Auwyang Peehu yang
menjaga pintu Mana Liok Koay dapat meloloskan diri
lagi dari tangan beracun? Ini dia yang dinamakan akan
menangkap pie di dalam keranjang." (pie = sejenis
kura-kura).
Tin ok merasakan hatinya menggetar. Ia heran dan
kagum sekali. Si nona bercerita seperti dia
menyaksikan sendiri peristiwa hebat di dalam liang
kubur itu. Di dalam otaknya maka berbayangkan
kejadian hari itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Auwyang Peehu," berkata pula oey Yong. "Ketika
di tepi laut, kau telah menemukan baju dan topengnya
ayahku, kau mengenakan itu untuk menyamarkan diri.
Di dalam kuburan, cahaya memang remang-remang.
Begitu bergebrak, beberapa orang dari Liok Koay telah
terluka atau terbinasa. Di dalam keadaan seperti itu,
maka bisa mereka mengenali baik-baik siapa musuh
mereka? Demikian sudah terjadi Lam Hie Jin
mengatakan kepada Kwa Tin ok bahwa musuh mereka
ialah ayahku. Yang benar ialah Cu Cong dan Coan
Kim Hoat terbinasakan di tangan peehu, Han Po Kie
dibunuh engko Yo. Dan Han Siauw Eng mati
membunuh diri. Kwa Tin ok dan Lam Hie Jin telah
mencoba melarikan diri. Mereka bertempur pula di
kamar semedhi ayahku, di sana kamu sengaja
melepaskan Tin ok satu orang. Ketika Lam Hie Jin
mengetahui babwa si penjahat ialah si orang she Yo,
ia telah menjadi korbannya racun hingga ia tidak
sempat menyelesaikan suratnya." Auwyang Hong
menghela napas.
"Eh, budak cilik, dugaanmu lihay sekali," ia berkata,
memuji. "Sebenarnya kejadian ada hal yang sangat
kebetulan. Itulah dasar nasibnya Liok Koay Ketika aku
bersama anak Kang pergi ke pulau Tho Hoa To itu,
kami tidak tahu yang mereka berada juga di pulau itu."
"Nasib Itulah benar" berkata oey Yong. "Kang Lam
Cit Koay itu tersohor namanya, itu disebabkan
perbuatan-perbuatan mereka yang mulia. Bicara
tentang ilmu silat, dia mana ada di pandangan mata
peehu Maka itu, kalau kamu berdua sampai bertindak
demikian rupa, bercapai lelah secara demikian, mesti
ada maksud tujuannya."
"Melihat kecerdikan kau, bocah, kau tentu tidak
dapat dikelabui" kata Auwyang Hong tertawa.
"Nanti aku menerka," berkata oey Yong, "Kalau aku
menerka keliru, harap peehu tidak buat kecil hati. Aku
menduga pada permulaannya kamu datang ke Tho
Hoa To, kamu mengharap- harap Coan Cin Cit Cu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serta ayahku nanti bertarung hebat hingga. duaduanya
sama terbinasa, supaya kau yang menjadi
Pian Chong yang menikam harimau, agar dengan satu
kali bergebrak saja, dapat kau memusnahkan Coan
Cin Cit Cu dan Tho Hoa To. Sayang kamu datang
terlambat satu tindak. Ialah ayahku bersama-sama
Coan Cin Cit Cu sudah berangkat meninggalkan pulau.
Tempo ini engko Yo bicara sama sa Kouw, ia
mendapat tahu kehadirannya Liok Koay, maka lantas
saja kamu berdua menunjuki kepandaian kamu yang
lihay, kamu membunuh lima di antaranya, kamu
membuatnya segala apa seperti juga mereka
terbinasakan ayahku. Kamu juga membunuh habis
semua bujang gagu di situ, guna melenyapkan saksisaksi.
Dengan begitu bukankah kemudian akan terjadi
Ang Cit Kong, Toan Hongya dan yang lainnya nanti
membikin susah ayahku? Engko Yo ini cerdik, dia
khawatir ayahku nanti keburu pulang lebih dulu dan
ayahku mungkin akan melenyapkan segala bukti,
maka itu ialah yang mengusulkan supaya Kwa Tin ok
dibiarkan dapat lari. Tin ok buta tetapi lidahnya tidak
kurang suatu apa, benar dia tidak dapat melihat, dia
dapat ngoceh tidak karuan"
Tin ok menjadi bersedih dan bergusar dan malu
sekali, ia menyesalkan kesembronoannya telah
menduga yang tidak-tidak terhadap oey Yoksu dan
putrinya ini.
Auwyang Hong menghela napas. Ia berkata pula
saking kagumnya: "Aku sangat mengagumi oey
Laoshia yang telah mempunyai anak dara begini
cerdas dan pintar, setiap kata-katanya tepat mengenai
ulu hatiku"
oey Yong tidak membilang apa-apa atas
kekaguman see Tok itu, ia hanya bilang: "sekarang ini
Kwee Ceng telah kena tipu daya kamu, dia
memusuhkan aku dan ayahku, dia sampai seperti tidak
mau hidup bersama kami di dalam dunia ini. Tapi
biarkanlah dia. sekarang urusan di antara kita. Kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
besok kau menolong ayahku, apabila keponakanmu
masih hidup, ah, pembicaraan dulu hari tentang
perjodohan, tidakkah itu dapat ditimbulkan pula? "
Auwyang Hong heran.
"Mau apa dia menimbulkan urusan perjodohan itu?"
pikirnya.
"sa Kouw," menanya oey Yong kepada si nona tolol
tanpa ia menantikan perkataannya see Tok. "Ini
saudara she Yo orang baik sekali, bukan?"
"Benar," menyahut si tolol itu. "Dia hendak
membawa aku pulang ke rumahku. Aku tidak suka
berdiam di pulau."
"Kau mau pulang, kau hendak bikin apa di rumah?"
tanya putrinya Tong shia. "Di rumahmu itu telah ada
orang yang mati, di sana ada setan"
"oh, ya" berseru si tolol itu. "Benar sekali Tidak. aku
tidak mau pulang"
"Kau tahu siapa yang membunuh orang yang mati
di rumahmu itu?"
"Aku tahu, aku melihatnya sendiri, ialah ini saudara
yang baik"
Menyusul perkataannya sa Kouw ini, di situ
terdengar dua kali suara nyaring, dari beradu dan
jatuhnya dua rupa senjata rahasia, lalu oey Yong
tertawa dan berkata " Engko Yo, biarkanlah dia bicara
terus Kenapa kau menggunai senjata rahasia untuk
mengambil jiwanya?"
"si tolol ini ngaco belo" berseru Yo Kang, yang
barusan menyerang sa Kouw. "Dia dapat menyebutkan
segala omongan yang tidak-tidak"
"sa Kouw bicara terus" berkata nona oey kepada si
tolol itu. "Kau bicaralah, kakek ini sangat suka
mendengarkannya."
"Tidak aku tidak mau bicara," menyahut sa Kouw.
"saudara yang baik ini melarang aku bicara"
"Benar," berkata Yo Kang cepat. "Kau rebahkan
dirimu dan tidurlah Jikalau kau membuka mulutmu satu
kali saja, nanti aku menyuruh setan makan padamu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona itu ketakutan, ia menyahuti, "Ya," berulangulang.
Kwa Tin ok mendengar suara seperti orang
mengerebongi diri,
"Sa Kouw," berkata oey Yong, yang tidak berputus
asa, "Jikalau kau tidak suka bicara sama aku, untuk
menghilangi saat iseng ini, nanti aku menyuruh kakek
membawa kau pergi"
Belum ada tanggapan untuk "Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng"
Posting Komentar