-
"Buat apa terburu nafsu?" Oey Yong mencegah. Ia
loloskan gelang rambutnya, ia masuk ke dalam rumah
gadai itu, untuk menggadaikan itu buat empatbelas tail
perak, kemudian mereka mencari hotel dimana mereka
beristirahat. Sehabis bersantap, Kwee Ceng bertiga
tidak melihat Oey Yong ada bersama.
Berkata Pek Thong kepada adik angkatnya: "Itu istrimu
yang lihay, kalau aku Loo Boan Tong melihat padanya,
aku takut sekali!"
Kwee Ceng tersenyum.
Tidak lama terlihat Oey Yong muncul dari luar dengan
wajahnya berseri-seri.
"Kenapa kau takut padaku?" tanyanya pada si tua
berandalan.
Pek Thong mengawasi, ia melihat rambut orang ada
gelang emasnya.
"Eh, kenapa kau lantas menebusnya kembali?" ia
tanya heran. "Kalau begitu, kita mesti mencari daya
untuk membayar uang sewaan kamar dan makanan
kita ini…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tidak segera menjawab, hanya dari sakunya
ia tarik keluar empat kantung uang.
"Untuk apa mesti ditebus?" katanya tertawa. "Rumah
gadai itu akulah yang usahakan, maka berapa banyak
aku menghendaki, berapa banyak aku boleh ambil!"
Pek Thong kagum bukan main orang dapat pergi dan
pulang dengan cepat untuk mengambil balik gelangnya
berikut uang, maka ia memberikan pujiannya. Katanya:
"Ini nona kecil benar-benar dapat mewariskan
kepandaian keluarganya, dia pandai sekali!"
"Jikalau aku dibandingkan sama Biauw Ciu Sie-seng
yang menjadi guru nomor dua dari engko Ceng,
kepandaianku ini sungguh tidak berharga setengah
peser juga!" kata si nona tertawa.
"Oh, ada orang yang demikian lihay?" kata Pek Thong.
"Aku ingin bertemu dengannya!"
Sementara itu terlihat sakitnya Ang Cit Kong
bertambah berat sedang di kota itu tidak ada tabib
terkenal, maka Kwee Ceng bertiga menyewa sebuah
kereta keledai untuk Pak Kay, dengan itu mereka
berangkat menuju ke utara, ke kota Lim-an. Pada
suatu hari tibalah mereka di sungai Cian Tong,
darimana mereka pergi ke luar kota Lim-an. Mereka
tidak keburu masuk ke dalam kota karena cuaca mulai
gelap, burung-burung gowak tengah terbang pulang.
Karena itu mereka memikir mencari rumah penduduk,
buat menumpang bermalam. Mereka melihat sedikit
jauh dari situ ada aliran air yang mengitari tujuh atau
delapan rumah.
"Kampung itu bagus, mari kita singgah di sana?" Oey
Yong mengajak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus apa?" tanya Pek Thong, matanya mencilak.
"Kau lihat, bukankah pemandangannya indah bagaikan
gambar?" si nona bilang.
"Kalau indah bagaikan gambar, habis bagaimana?"
tanya Loo Boan Tong.
Si nona heran, hingga ia melengak.
"Jikalau kau bilang jelek, kita jangan singgah di sini,"
katanya kemudian. "Tapi kita tidak dapat pergi ke lain
tempat…"
"Kalau kamu tidak pergi perlu apa aku pergi sendiri?"
berkata si orang tua yang lagi kumat berandalannya.
Sementara itu mereka sudah tiba di kampung itu.
Nyata itulah sebuah kampung rudin, sebab di sana sini
telihat tembok-tembok runtuh. Di muka kampung
sebelah timur terlihat sebuah warung arak, maka
mereka menuju ke sana. Di bawah payon ada dua
buah meja papan, mejanya tebal debunya.
"Hallo!" Pek Thong lantas memanggil.
Dari dalam lantas muncul satu nona umur tujuh - atau
delapanbelas tahun, rambutnya awut-awutan tetapi
rambut itu ditancap sebatang tusuk konde. Dia
mementang matanya lebar-lebar mengawasi ketiga
orang itu.
"Kasihkan aku nasi dan arak," Oey Yong minta.
Si nona menggeleng kepalanya.
"Kau tidak punya arak dan nasi, habis untuk apa kau
membuka rumah makan?" menegur Pek Thong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu," sahut si nona, yang kembali
menggoyang kepalanya.
"Ah, kau benar-benar nona tolol!" kata Pek Thong.
Si nona tertawa.
"Memang aku si Sa Kouw!" sahut nona itu.
"Sa Kouw" berarti "nona tolol"!
Mendengar jawaban itu Oey Yong bertiga girang. Oey
Yong terus masuk ke dalam terus ke dapur untuk
melihat-lihat. Ia mendapatkan banyak galagasi. Nasi
tinggal nasi dingin. Di atas pembaringan, tikarnya pun
tikar butut. Itulah tanda kemelaratan, maka ia terharu.
"Apakah kau bersendirian saja di sini?" ia menanya si
nona rumah.
Sa Kouw mengangguk sambil tersenyum.
"Ibumu?" Oey Yong tanya pula.
"Sudah mati," sahut si nona. Ia mengusap matanya,
seperti mau menangis.
"Ayahmu?"
Nona itu menggeleng kepala tanda tak tahu.
Oey Yong melihat tangan dan muka orang kotor,
seperti sudah beberapa bulan tidak pernah ketemu air,
maka di dalam hatinya ia berkata: "Taruh kata dia
masak nasi, tentulah aku tak dapat emndaharnya…."
Tapi ia toh menanya: "Ada beras?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona itu mengangguk, kembali ia tersenyum. Ia pergi
mengeluarkan paso besar, yang isinya separuh.
Oey Yong lantas turun tangan sendiri, mencuci beras
dan memasaknya.
Kwee Ceng lantas pergi ke kampung sebelah barat
dimana ia membeli dua ekor ikan serta seekor ayam,
terus bersama Oey Yong ia kerjakan itu. Tempo nasi
dan barang makanan itu matang dan disajikan, sang
malam tiba.
Oey Yong minta minyak, untuk memasang lampu, tapi
Sa Kouw menggeleng kepala.
Terpaksa nona Oey mencari sebatang cemara, ia sulut
itu. Ia pergi ke dapur, akan mencari mangkok dan
sumpit. Ketika ia membuka lemari, ia dapat cium bau
busuk. Ia menyuluhi, maka terlihatlah tujuh atau
delapan mangkok hijau yang sudah sombeng di sana
sini. Di sininya ada belasan bangkai cecurut….
Kwee Ceng membantui mengambil mangkok.
"Pergi kau cuci bersih sekalian ambil beberapa batang
cabang pohon untuk dipakai sebagai sumpit," berkata
Oey Yong.
Si anak muda menurut, ia berlalu dengan mangkok
kotornya itu.
Oey Yong menjumput mangkok yang terakhir ketika ia
merasakan mangkok itu dingin seperti es, beda dari
mangkok biasa. Ia mengangkatnya, tapi mangkok itu
diam di tempatnya seperti terpaku. Ia menjadi terlebih
heran. Ia tidak berani memaksa mengambil, khawatir
mangkok itu pecah. Ia hanya mencoba lagi tetapi
kembali gagal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mustahilkah karena dibiarkan lama di sini, mangkok
ini penuh debu dan jadi nempel lengket karenanya?" ia
berpikir. Maka itu ia mengawasi terus, sampai ia lihat
mangkok itu karatan, sebab mangkok itu ternyata
terbuat dari besi.
Sendirinya nona itu tertawa geli.
"Mangkok emas, mangkok perak, mangkok kumala,
semuanya aku pernah lihat," katanya di dalam hati.
"Tetapi belum pernah aku dengar ada mangkok besi."
Ia mencoba menarik dengan menggunai sedikit
tenaga, tetap mangkok itu tak bergeming. Ia heran
bukan main. Mestinya mangkok itu dapat terangkat
berikut papannya. Maka ia mau menduga papannya itu
pun besi. Ia lantas menyentil. Ia mendengar suara
nyaring. Benarlah dugaannya.
Oey Yong pegang mangkok itu, ia memutar ke kiri.
Mangkok diam saja. Ia mencoba memutar ke kanan,
mangkok itu bergerak sedikit. Ia memutar terus. Tibatiba
ia mendengar suara keras, sebagian tembok
memutar ke kanan, mangkok itu bergerak sedikit. Ia
memutar terus. Tiba-tiba ia mendengar suara keras,
sebagian tembol dapur itu terbelah dua,
memperlihatkan suatu lobang yang gelap. Dari situ
lantas menghembus bau busuk, sampai si nona mau
muntah, lekas-lekas ia lompat ke samping.
Kwee Ceng bersama Ciu Pek Thong mendengar suara
si nona, mereka lantas datang melihat.
"Jangan-jangan inilah rumah makan gelap," berkata
Oey Yong, yang menjadi curiga. "Mungkin Sa Kouw
berpura-pura tolol." Tiba-tiba ia berlompat ke samping
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nona tolol itu, yang berada di ruang dapur itu, kedua
tangannya diulur untuk menangkap lengan orang.
Ruang itu gelap tetapi Sa Kouw mendengar suara
angin, ia menarik tangannya dengan jurus "Melepas
jubah menyerahkan kedudukan," setelah bebas, ia
membalas menyerang, ke arah pundak orang.
Oey Yong menduga orang mungkin tidak bermaksud
jahat hanya ia tidak menyangka nona itu demikian
gesit dan serangannya pun ganas, ia menjadi kaget.
Dengan tangan kiri ia menangkis, terus membangkol
dengan tangan kanan ia menyerang dua kali beruntun.
Setelah menyakinkan Ie-kin Toan-kut-pian, ia menjadi
sebat sekali dan tenaganya bertambah, maka itu Sa
Kouw lantas saja menjerit kesakitan karena lengannya
kena terpukul, meski begitu, ia melawan terus.
Sungguh Oey Yong tidak menyangka, di dusun sepi itu
ada rumah makan gelap, bahkan pelayan seorang
nona jorok itu, bahkan dia cukup gagah karena dia
dapat bertahan sampai tujuh atau delapan jurus.
Kwee Ceng dan Pek Thong turut menjadi heran.
Kemudian Pek Thong dengar suara anginnya Oey
Yong berubah hebat, lanats ia berteriak: "Eh, nona
Oey, jangan kau ambil jiwanya!"
Selagi begitu, Kwee Ceng berjaga-jaga di sisinya Ang
Cit Kong, ia khawatir ada penghuni jahat lainnya, yang
bisa membokong gurunya itu.
Lagi beberapa jurus, Oey Yong menghajar lengan
orang hingga lengan itu dikasih turun, tak dapat
digeraki lagi. Kalau mau, ia dapat membinasakan,
tetapi ia merasa kasihan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berlutut!" ia menitah. "Akan aku beri ampun padamu!"
"Aku tidak sudi!" menjawab nona itu, yang mendadak
menyerang pula dengan tangan kanannya, bahkan
jurusnya ada jurus "Lok Eng Ciang-hoat" ajarannya
Oey Yok Su.
Oey Yong kaget dan heran. Sambil menangkis, ia
menanya: "Darimana kau pelajarkan ini jurus Lok Eng
Ciang-hoat? Siapakah gurumu?"
Nona tolol itu tertawa.
"Aku tidak suka menjawab. Habis kau mau apa?" ia
menantang.
Melihat suara orang tak lagi seperti orang tolol, Oey
Yong mengulang serangannya, kedua tangannya
bergerak saling susul dua kali, kemudian itu disusul
sama serangan yang kelima, untuk menggertak, sebab
berbareng dengan itu, kakinya bekerja.
"Bruk!" demikian Sa Kouw roboh terguling.
"Ah, kau memakai akal!" serunya. "Mari kita bertempur
pula!" Ia terus merayap bangun.
Oey Yong tidak sudi memberi ketika, ia menubruk dan
menindih, lalu ia merobek baju orang untuk dipakai
mengikat tangannya dia itu.
"Bukankah Lok Eng Ciang-hoatku lebih baik daripada
kepunyaanmu?" ia bilang.
"Kau menggunai akal, aku tidak terima!" nona itu
membelar. Dan ia mengulanginya perkataannya itu.
Melihat si tolol sudah kena dibikin tidak berdaya, Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng lari keluar, untuk terus melompat naik ke atas
wuwungan, untuk mengawasi sekelilingnya. Ia tidak
melihat apa juga. Tapi ia turun ke bawah, ia jalan
mengitari rumah makan itu. Rumah itu mencil sendirian
dan pintunya pun cuma satu. Dengan merasa lega, ia
masuk pula ke dalam.
Oey Yong tengah mengancam Sa Kouw dengan
pisaunya diarahkan ke mata orang.
"Siapa yang mengajari kau ilmu silat?" demikian
tanyanya. "Lekas bilang! Kalau kau tidak suka bicara,
aku nanti tikam mampus padamu!"
Bab 47. Tempat rahasia
Sa Kouw tidak menjadi takut, bahkan ia tertawa
haha-hihi. Dia seperti tidak kenal bahaya, dia rupanya
menyangka nona tetamunya tengah main-main
dengannya.
Oey Yong penasaran, ia ulangi pertanyaannya.
"Aku tidak mempunya guru," sahut si tolol akhirnya.
"Siapa yang membilang ada orang yang mengajar
aku?"
"Budak ini tidak suka bicara, mari kita masuk ke dalam
lobang ini untuk memeriksa," berkata Oey Yong
kemudian. "Ciu Toako, tolong kau lindungi guruku
serta menjagai budak ini. Engko Ceng, mari kau
bersama aku…"
"Tidak, tidak!" Pek Thong menggoyangi tangannya.
"Aku pergi bersama kau!"
Si nona mengkerutkan keningnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak, aku tidak mau pergi bersama kau!" ia menolak.
Pek Thong lihay, usianya pun tinggi, entah kenapa,
terhadap si nona tak berani ia membantah, bahkan
sebaliknya, ia lantas memohon.
"Nona yang baik, lain kali aku tidak berani pula…"
katanya.
Oey Yong lantas saja tertawa untuk kejenakan orang
tua itu. Ia mengangguk. Pek Thong jadi sangat girang,
lekas ia mencari dua cabang cemara, untuk disulut
menyala, untuk dipakai ia menyuluhi ke dalam gua,
yang ia asapkan sekian lama.
Oey Yong sendiri malah melemparkan sebatang
cemara yang apinya menyala ke dalam lobang itu,
setelah itu ia mendengar suara bentroknya batang itu
dengan dinding. Maka teranglah tempat rahasia itu
tidak dalam.
Dengan memimjam penerangan obor kayu cemara itu
orang memandang ke dalam gua. Tidak ada bayangan
orang di dalam situ, tidak ada suara apa-apa. Maka itu
tanpa bersangsi lagi, Ciu Pek Thong lantas lantas
bertindak masuk. Dia disusul oleh Oey Yong.
Setelah memperhatikan seketika, nyata gua itu ada
sebuah kamar kecil.
"Kita terjebak, kita terjebak!" Pek Thong berseru-seru.
"Tak bagus!"
Oey Yong sebaliknya mengeluarkan suara kaget. Dia
melihat ke bawah dan ia menampak tulang belulang
seorang manusia, yang rebah celentang. Pakaiannya
sudah rusak, hingga tak dapat dikenali, semasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hidupnya dia orang macam apa. Di pojok timur pun
ada tulang-belulang serupa, terletak di atas sebuah
peti besi. Sebatang golok tajam panjang satu kaki
tengah menancap di punggung di atas tutup peti besi
itu.
Pek Thong mendapatkan ruang kecil dan kotor dan
seram dengan adanya tulang-belulang itu, tidak ada
apa-apa yang luar biasa, tetapi karena Oey Yong
masih memperhatikan segala apa, ia berlaku sabar
untuk menemani, hanya kemudian, ia tak dapat
menahan sabar pula.
"Nona yang baik," katanya, "Hendak aku pergi keluar,
bolehkah?"
"Baiklah," menjawab si nona. "Pergi kau menggantikan
engko Ceng, supaya ia datang ke mari."
Pek Thong girang bukan main, ia keluar seperti burung
terbang, akan dilain saat Kwee Ceng datang masuk.
Oey Yong mengangkat obor kayu cemaranya, untuk
menyuluhi, supaya Kwee Ceng dapat melihat segala
apa terutama itu tulang-belulang manusia, kemudian ia
menanya bagaimana atau apa yang menyebabkan
kematiannya dua orang itu.
"Dia ini tentu lagi hendak membuka besi itu, lantas ada
orang yang hendak membokong dari belakang," kata
Kwee Ceng seraya menunjuk tulang-tulang di atas peti
besi. "Yang di tanah itu, karena tulang-tulangnya pada
patah, mestinya diserang dengan tangan kosong."
"Aku juga menduga demikian, hanya duduknya hal-hal
disini membuatnya aku tidak mengerti," menyatakan si
nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa yang kau maksudkan?"
"Umpama Sa Kouw," sahut si nona. "Dia mengerti ilmu
silat Lok Eng Ciang-hoat, benar ia menyakininya belum
sempurna tetapi itu ada pelajaran yang sejati.
Darimana ia dapatkan itu? Dua orang ini mati disini,
ada hubungan apakah di antara mereka dan Sa
Kouw? Sebelum ketahui jelas semua ini, tak tentram
hatiku…"
"Baiklah kita tanya pula nona itu," Kwee Ceng
mengusulkan. Ia tidak mau menyebutnya nona itu
nona tolol, karena ia sendiri sering dikatakan tolol.
"Menurut penglihatanku, dia memang benar-benar
tolol," kata Oey Yong. "Dia tidak suka bicara, percuma
kita menanya pula padanya. Mari kita memeriksa pula
dengan seksama, barangkali saja kita mendapati
sesuatu."
Maka ia angkat obornya, menyuluhi pula dua
perangkat tulang-belulang manusia itu. Ketika ia
menyuluhi ke peti besi, di kaki itu ada suatu benda
yang bergemerlap. Ia lanta jumput itu, ialah sebuah
pay emas dan di tengahnya ditabur dengan sebutir
batu permata sebesar jempot tangan. Ia membalik pay
itu, maka ia menampak sebaris ukiran huruf-huruf,
bunyinya: "Cio Gan Keng, panglima kota Tiongciu,
gelar Bu Kong Tayhu".
"Pay ini kepunyaannya ini setan mati, pangkatnya
bukan kecil," kata si nona.
"Seorang berpangkat tinggi terbinasa di sini, sungguh
aneh," Kwee Ceng mengutarakan keherannnya.
Oey Yong memeriksa pula tulang-tulang di tanah, ia
tidak dapatkan apa, hanya tulang punggung itu rada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
munjul, maka ia mengoreknya dengan ujung cabang
cemara, tempo debunya sudah berkisar, di bawah itu
ada selembar besi. Ia kaget hingga ia berseru, cepat
sekali ia sambar besi lempangan itu.
Kwee Ceng pun berseru saking heran kapan ia telah
melihat benda itu.
"Kau kenal ini?" Oey Yong tanya.
"Ya. Inilah patkwa besi kepunyaannya Liok Chungcu di
Kwie-in-chung."
"Tapi belum tentu kepunyaannya Liok Suheng sendiri."
"Mungkin. Melihat rusaknya pakaian, mayat ini
mestinya sudah berada di sini sepuluh tahun."
Oey Yong berdiam akan tetapi otaknya bekerja. Habis
itu ia sambar golok di atas peti besi itu, ia bawa itu ke
depan matanya, untuk melihat dengan teliti. Ia
mendapatkan ukiran sebuah huruf "Kiok". Atas itu
dengan kaget ia berseru: "Yang rebah di tanah ini
adalah kakak seperguruanku!"
Kembali Kwee Ceng memperdengarkan suara heran.
"Menurut Liok Suheng, Kiok Suheng masih hidup,
siapa tahu dia telah terbinasa di sini," berkata Oey
Yong kemudian. "Engko Ceng, coba kau lihat ini tulang
kakinya."
Kwee Ceng berdongko.
"Kedua tulang pahanya patah," ia berkata. "Ah, ia telah
dihajar patah oelh ayahmu…"
Si nona mengangguk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kakak seperguruan ini bernama Liok Leng Hong," ia
memberi keterangan. "Pernah ayah menerangkan, di
antara enam muridnya, Kiok Suheng ini paling pandai
dan ia pun paling disayangi…"
Belum habis ia berkata, Oey Yong sudah lompat untuk
lari ke luar dari ruang rahasia itu. Kwee Ceng, yang
merasa heran lari mengikuti.
Oey Yong lari kepada Sa Kouw.
"Kau she Kiok, bukankah?" ia menanya.
Sa Kouw tidak menyahuti, ia hanya tertawa geli.
"Nona, apakah shemu?" Kwee Ceng menanya, sabar.
"Aku tidak tahu," menyahut nona itu menggeleng
kepala.
Selagi dua orang itu hendak menanyakan terlebih jauh,
Pek Thong menjerit-jerit; "Aku sudah lapar! Aku sudah
lapar! Aku bisa mati kelaparan!"
"Benar," berkata Oey Yong. "Mari kita bersantap dulu."
Ia membukai ikatannya Sa Kouw, ia ajak nona itu
bersantap bersama.
Sa Kouw tidak menampik, ia tertawa, ia angkat
mangkoknya dan dahar.
Sembari bersantap Oey Yong tuturkan Cit Kong apa
yang ia dapatkan di dalam kamar rahasia itu.
Pak Kay pun heran.
"Rupanya orang she Cio itu menghajar mati suhengmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, lantas ia hendak membuka peti besi itu," katanya,
mengutarkan dugaannya. "Tidak tahunya suhengmu
itu belum mati dan ia menimpuk dengan golok itu."
"Melihat keletakannya, mungkin begitu kejadiannya,"
Oey Yong membenarkan. Ia lantas memperlihatkan
golok lancip itu serta patkwa besi pada si nona tolol. Ia
menanya, "Apakah kau tahu siapa punya ini?"
Melihat itu, wajahnya Sa Kouw berubah. Ia berpaling,
agaknya ia berpikir, tapi ia tidak dapat mengingat apaapa.
Akhirnya ia menggeleng kepalanya, hanya
tangannya memegangi golok itu, tak mau dilepaskan.
"Rupanya pernah ia melihat golok ini, sekarang dia
tidak ingat," bilang Oey Yong.
Habis bersantap, sesudah memernahkan Ang Cit
Kong, yang merebahkan diri untuk tidur, Oey Yong
ajak Kwee Ceng pergi pula ke kamar gelap itu, untuk
memeriksa terlebih jauh. Sekarang perhatian mereka
ditujukan kepada peti besi itu, yang entah apa isinya.
Semua tulang di atas tutup peti disingkirkan. Gampang
sekali mengangkatnya, sebab peti tidak dikunci. Peti
itu menyinarkan cahaya bergemerlapan, sebab isinya
adalah pelbagai macam batu permata.
Kwee Ceng hanya merasa aneh, tetapi Oey Yong
ketahui itulah harta besar sekali. Ayahnya biasa
mengumpulkan permata tetapi tak sebanyak ini.
Nona Oey meraup permata itu, lalu ia melepaskan
pula. Batu-batu itu mengasih dengar suara nyaring.
"Semua permata ini mestinya ada riwayatnya," kata si
nona kemudian. "Kalau ayahku ada disini, ia tentu
mengetahuinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lalu ia menjelaskan kepada Kwee Ceng namanya
setiap batu permata itu.
Kwee Ceng gelap untuk semua permata itu, belum
pernah ia melihatnya, belum pernah ia mendengarnya.
Oey Yong meraup pula, sampai dalam. Tangannya
membentur dasarnya peti besi. Ia merasakan lantai
yang keras. Ia jadi menduga peti besi itu ada
lapisannya. Ia lantas meneliti pinggirannya peti itu.
Sekarang ia melihat gelang kecil di kira dan di kanan,
yang tadinya kealingan batu-batu permata. Ia
menggunai kedua tangannya memegang sepasang
gelang itu, lalu ia mengangkat. Untuk herannya, ia
mendapatkan di dasar peti itu sejumlah barang kuno
dari perunggung dan lainnya dan mestinya pun dari
pelbagai jaman yang telah lampau. Jadi inilah bendabenda
yang lebih berharga daripada batu-batu
permata itu.
Masih ada lagi lain lapisan peti itu. Ketika lapisan ini
pun diangkat, di dalam situ terlihat pelbagai gambar
lukisan dan tulisan huruf segulung demi segulung.
"Mari bantui aku," si nona minta pada Kwee Ceng,
untuk membeber gambar-gambar itu. Kesudahannya,
ia menjadi heran dan kagum. Sebab ia melihat lukisanlukisan
dari Gouw Too Cu, Co Pa, Kie Jian dan Lie
Houw-cu kaisar dari dinasti Tong Selatan, dan lainnya
lagi, jumlahnya duapuluh lembar lebih. Dan semua itu
pun barang-barang yang harganya luar biasa.
Saking kagum, Oey Yong tidak mau melihat lebig
lama, semua itu ia masuki ke dalam peti itu, lalu
ditutup dengan rapi, kemudian sambil memeluk
dengkul, ia duduk bercokol di atasnya. Ia berpikir
keras.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayahku pengumpul semua permata dan barang kuno,
tetapi apa yang ia peroleh tidak ada satu sepersepuluh
dari harta karun ini," pikirnya. "Kenapa Kiok Suheng
ada demikian lihay hingga ia dapat memeproleh
semua ini?"
Tidak sempat nona ini berpikir terus, ia mendengar
suara nyaring Ciu Pek Thong, "He, keluar kamu
semua! Mari kita pergi ke rumahnya kaisar untuk dahar
Wanyoh Ngo-tin-kwee!"
"Kita pergi malam ini?" tanya Kwee Ceng.
"Lebih cepat satu hari lebih baik," berkata Cit Kong.
"Kalau kita berlambat, aku khawatir aku tak dapat
bertahan lebih lama pula…"
"Suhu," berkata Oey Yong, "Paling cepat juga baru
besok pagi kita dapat masuk ke dalam kota. Suhu
jangan dengarkan ocehannya Loo Boan Tong!"
"Ya, sudah, sudahlah!" berkata Ciu Pek Thong.
"Memang sagalanya aku yang salah!"
Terus ia menutup mulutnya.
Besoknya pagi, Oey Yong berdua dengan Kwee Ceng
mematangi nasi, lalu mereka sarapan bersama-sama
Sa Kouw. Oey Yong memikirkan tempat yang aman
untuk menyimpan harta karun itu.
"Sudah, mari kita lekas pergi!" Pek Thong mengajaki.
"Itu toh bukannya bendamu! Perlu apa kau capaikan
hati?"
Si nona memikir, memang tempat itu adalah tempat
yang paling aman. Bukankah harta karun itu sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdiam di dalam kamar rahasia itu untuk belasan
tahun? Maka ia lantas bekerja, menutup rapat pula
pintu rahasia dan benahkan segala apa yang seperti
bermula mereka datang.
Selama itu Sa Kouw tidak memperdulikan perbuatan
orang, ia tidak tahu menahu, ia hanya lebih suka
membuat main golok tajam itu.
Ketika mau pergi, Oey Yong memberikan uang perak
dua potong.
Sa Kouw menerimanya untuk terus dilempar secara
sembarangan ke atas meja.
"Jikalau kau lapar, pakailah uang ini untuk membeli
beras dan daging," pesan Oey Yong.
Nona itu acuh tak acuh, ia cuma tertawa saja.
Oey Yong berduka sangat, ia mengasihi nona tolol itu
ini. Ia mau percaya dia ada hubungannya sama Kiok
Leng Hong, mungkin sanak atau muridnya suheng itu.
Ia pun tidak mengerti, orang tolol semenjak kecil atau
hanya baru belakangan saja karena sesuatu serangan
otak. Tadinya ia hendak mencari keterangan di
kampung itu tetapi Ciu Pek Thong mendesak tak
hentinya, terpaksa ia turut juga. Maka berempat
mereka pergi menuju ke kota. Cit Kong tetap naik
kereta.
Kota Lim-an ialah kota Hangciu yang tersohor indah,
kota ini dijadikan kota raja oleh karena pemerintahan
Song berpindah ke Selatan. Oey Yong berempat
memasuki pintu kota timur, Cit Kong mendesak untuk
pergi ke istana kaisar, dari itu mereka menuju ke pintu
Lee-ceng-mui.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek Thong bertiga memandang istana, yang indah,
yang berukir dan bergambar dan juga dicat merah dan
air emas. Wuwungannya ditutup dengan genteng
kuningan yang berkilauan, yang pun diukir dengan
naga-nagaan dan burung hong.
"Bagus!" Pek Thong berseru, kagum. "Mari kita
masuk!"
Di muka istana ada serdadu-serdadu pengawal,
mereka mendengar suara berisik itu, mereka melihat
seorang tua dan sepasang muda-mudi mengiringi
kereta keledai, empat diantaranya lantas maju
mendekati untuk menangkap. Mereka semua
bergenggaman kampak.
Pek Thong si berandalan gembira sekali, tidak perduli
orang bertibih kekar dan romannya garang, ia hendak
maju melayani mereka itu.
"Jangan!" mencegah Oey Yong. "Mari kita lekas pergi!"
"Takut apa?!" mata Pek Thong mencelik. "Masa
mereka dapat gegares aku?"
"Jikalau kau tidak mau dengar aku, lain kali aku tidak
mau memperdulikan pula padamu!" kata Oey Yong
yang terus mencambuk kedelai hingga keretanya
menggelinding cepat ke arah barat.
Kwee Ceng lantas menyusul.
Pek Thong takut juga nanti ditinggal pergi hingga ia
tidak dapat turut pesiar, ia turut pula berlalu dengan
meninggalkan keempat pengawal pintu itu. Mereka ini
tidak mengejar, hanya mereka menertawai. Mereka
menduga itulah rombongan orang desa….
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong larikan keretanya ke tempat sepi di mana
tidak ada lain orang, di situ ia berhenti.
"Kenapa tidak menerjang masuk ke istana?" kata Pek
Thong. "Itu segala kantung nasi, mana mereka bisa
mencegah kita?"
"Menerjang masuk memang tidak sukar," menyahut
Oey Yong. "Tetapi kita datang ke mari untuk bertarung
atau untuk pergi ke dapur raja untuk mencari barang
makanan? Dengan menerjang masuk, kau
membuatnya gaduh, dengan begitu, mana bisa kau
mendapatkan Wanyon Ngo-tin-kwee untuk guruku?"
Pek Thong berdiam, tak dapat ia menjawab.
"Baiklah, kembali aku yang salah!" katanya kemudian.
"Dasarnya salah!" kata Oey Yong.
"Ya, sudahlah!" kata pula si tua berandalan itu. Ia terus
perbaling kepada Kwee Ceng untuk mengatakan:
"Wanita di kolong langit semuanya galak-galak, maka
itu juga Loo Boan Tong tidak sudi menikah seumur
hidupnya…"
Oey Yong tertawa.
"Engko Ceng orang baik, orang tidak nanti menggalaki
dia!" katanya.
"Kalau begitu, apakah aku bukannya orang baik?"
"Habis apa kau sebenarnya orang baik? Coba bilang,
kau yang tidak hendak menikah atau si nona yang tak
sudi menikah denganmu?"
Pek Thong miringkan kepalanya, ia tidak menjawab.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita mencari penginapan dulu," Kwee Ceng
datang sama tengah. "Sebentar malam baru kita
memasuki istana."
"Benar," kata Oey Yong. "Setelah suhu berdiam di
hotel, nanti aku masak unntuk kamu dahar."
"Bagus, bagus!" Cit Kong memuji. Ia girang sekali.
Mereka lantas menuju ke Jalan Gie-gay, untuk
menyewa kamar di penginapan Kim Hoa. Oey Yong
benar saja lantas pergi ke dapur itu untuk memasak
tiga rupa barang hidangan, yang baunya lantas tersiar,
hingga orang-orang di penginapan itu menanyakan
pelayan, koki kesohor yang mana yang pandai masak
itu.
Diwaktu bersantap, Pek Thong tidak turut. Ia
mendongkol dikatakan tak ada wanita yang sudi
menikah dengannya. Tapi dia dibiarkan saja
ngambek….!
Habis bersantap, Cit Kong masuk untuk tidur, Kwee
Ceng mengajak Pek Thong jalan-jalan, Loo boan Tong
tetap ngambek.
"Kalau begitu, baik-baiklah kau temani guruku," kata
Oey Yong tertawa. "Sebentar aku belikan kau
beberapa rupa barang bagus untuk kau buat main."
Mendengar itu, bangkit kegembiraan si berandalan tua
itu.
"Apakah kau tidak mendustakan aku?" tanyanya.
"Pasti tidak!" si nona memberikan perkataannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika Oey Yong berlalu dari rumahnya di musim semi,
pernah ia pergi ke kota Hangciu ini, yang letaknya
dekat dengan Tho Hoa To, hanya karena khawatir
dapat disusul ayahnya, ia tidak berani berdiam lamalama
di situ, sekarang ia luang tempo, dia mengajak
Kwee Ceng pesiar ke telaga See Ouw yang tersohor
itu.
Biar bagaimana, Kwee Ceng nampak tidak terlalu
gembira. Oey Yong melihat itu, ia menduga itulah
disebabkan si pemuda memikirkan sakitnya Cit Kong.
Maka ia berkata: "Suhu bilang ada serupa barang yang
dapat menyembuhkan penyakitnya, hanya itu sangat
sukar didapatkannya, bahkan ia melarang kita
menanya barang apa itu. Biar bagaimana, aku hendak
berdaya untuk mendapatkannya, buat mengobati dia
hingga sembuh!"
"Yong-jie, itulah paling bagus!" kata Kwee Ceng
girang. "Apakah kau merasa pasti akan bisa
mendapatkannya itu?"
"Aku tengah memikirkan jalannya. Tadi sebelum
bersantap, pernah aku menanyakan keterangan suhu.
Disaat suhu hendak memberitahu, tiba-tiba ia sadar,
lantas ia bungkam. Tapi aku akan berdaya mengorek
keterangannya."
Kwee Ceng tahu kekasihnya cerdik, hatinya menjadi
lega.
Sembari berbicara, mereka tiba di Toan-kio, jembatan
buntung di tepi telaga. Inilah salah satu tempat yang
kesohor di See Ouw, dimana orang bisa mendapat
lihat sisa salju, cuma karena sekarangt musim panas,
yang terlihat ialah pohon-pohon teratai dengan
bunganya yang tumbuh di kolong jembatan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita minum di sana sambil memandangi bunga
teratai," Oey Yong mengajak. Di tepian itu ia melihat
sebuah rumah makan kecil yang nampaknya resik.
Kwee Ceng akur, maka berdua mereka pergi ke rumah
makan itu. Mereka meminta arak dan beberapa rupa
barang santapan yang rasanya lezat.
Sembari minum, Oey Yong memandang ke sekitarnya.
Ia mendapatkan di jendela timur ada sebuah kesokol,
yang ditutupi dengan kain indah. Ia lantas mendekati
itu. Nyata di bawahnya itu ada tulisan yang berupa
syair.
"Syairnya indah juga," katanya.
"Apakah artinya itu?" tanya Kwee Ceng.
Oey Yong memberi penjelasan, tetapi anak muda itu
tak ketarik hatinya. Ia kata; "Di sini kota raja, segala
menteri luang temponya, mereka main minum arak
dan pesiar saja. Rupanya urusan negara mereka
kesampingkan…."
"Benar begitu," sahut Oey Yong. "Maka itu ayahku
paling jemu semua orang semacam mereka. Umpama
ayah dapat membaca syair ini, mungkin ia cari
penulisnya untuk menebas tubuhnya menjadi dua
potong…."
Tiba-tiba di belakang mereka ada orang tertawa dingin
yang berkata: "Jiwi tahu apa maka kamu bicara
semabarangan di sini?"
Kwee Ceng berdua menoleh dengan cepat. Mereka
melihat seorang dengan dandanan sebagai sastrawan,
umurnya kurang lebih empatpuluh tahun, yang masih
saja tertawa dingin. Kwee Ceng lantas memberi
hormat dan berkata: "Aku yang rendah tidak mengerti,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tolong tuan menjelaskannya."
"Kau tahu inilah buah kalam istimewa dari Thayhaksu
Jie Kok Po dari tahun Sun-hie," kata orang itu. "Ketika
itu Kaisar Hauw Cong datang ke mari untuk minum
arak, dia dapat melihat syair itu, dia puji tinggi, lalu di
itu hari juga ia memberikan pangkat kepada Jie Kok Po
karena karyanya itu. Itulah untuk bagus dari seorang
sastrawan. Maka kenapa jiwi bicara sembarangan
saja?"
"Jadi kesokol ini pernah dilihat kaisar maka tuan rumah
menutupinya?" tanya Oey Yong.
"Bukan itu saja!" kata orang itu, tetap tertawa dingin.
"Coba lihat itu bagian kata-kata 'Besok datang kembali
dengan sisa mabuk': Bukankah pada itu ada dua tanda
hurufnya yang diubah?"
Oey Yong berdua Kwee Ceng mengawasi. Benar
mereka mendapatkan dua huruf perubahan itu.
"Sebenarnya Jie Kok Po menulis, 'Besok datang pula
dengan membawa sisa arak,' tetapi kaisar cela itu,
katanya pandangannya cupat, lalu ia mengubahnya
yaitu huruf 'bawa' ditukar dengan huruf 'mendukung'
dan huruf ' arak' ditukar dengan huruf 'mabok'.
Sebenarnya Jie Kok Po menulis, 'Besok datang pula
dengan membawa sisa arak'. Kalau kaisar tidak pintar,
mana dapat ia mengubah itu?"
Habis berkata orang itu menggeleng kepala dan
menghela napas.
"Ha, satu kaisar begitu gila arak!" seru Kwee Ceng
dengan gusar, dan ia dupak terbalik kekosol itu, hingga
rusak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak masih kecil Kwee Ceng telah mendengar
keterangan ibunya perihal kekejaman bangsa Kim, ia
menyangka itu hanya disebabkan kelemahannya
kerajaan Song, maka ia mengharap, sepindahnya ke
Selatan, raja nanti bergiat memajukan negera, untuk
menuntut balas, siapa tahu, raja gila pelesiran. Maka
dalam gusarnya, ia hajar sekosol ini, terus ia jambak si
sastrawan, untuk dijoroki, hingga ia roboh masuk ke
jambangan arak. Kepala di bawah, kaki di atas!
"Bagus!" Oey Yong berseru. Ia sambar kedua kaki
meja dan patahkan itu, lalu dengan sepasang kaki
meja itu, ia menghajar kalang-kabutan.
Pemilik rumah makan dan tetamu lainnya, yang tidak
tahu telah terjadi apa, lari keluar dengan ketakutan.
Kwee Ceng lantas mengamuk seperti Oey Yong,
akhirnya ia hajar sebuah tiang hingga tiang itu patah
dan rumah makan itu ambruk. Setelah itu keduanya
tertawa, sambil berpegangan tangan, mereka ngeloyor
ke Utara. Tidak ada orang yang berani menyusul
mereka.
"Puas juga sekarang!" kata Kwee Ceng di tengah
jalan. Ia tertawa pula.
"Ya, apa yang kita lihat dan tak menyenangi, mari kita
hajar!" Oey Yong membenarkan.
"Bagus begitu!"
Jalan lebih jauh di sepanjang jalan itu mereka nampak
banyak syair, di batu, di pohon, di tembok. Melihat itu,
Kwee Ceng menghela napas.
"Kalau begini, tak bisa kita menghajar semua," ia
bilang. "Kau cerdik, Yong-jie, kau ada punya daya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa?"
"Aku lihat ada syairnya yang baik," sahut si nona.
"Ah, peduli apa!"
Selagi bicara, mereka tiba di puncak Hui Lay Hong. Di
tengah itu ada paseban Cui Bie Teng tulisannya
Jenderal Han See Tiong. Girang Kwee Ceng melihat
itu, sebab Han See Tong ialah panglima tersohor yang
menentang bangsa Kim. Ia bertindak masuk ke dalam
paseban itu.
Di dalam itu ada sebuah syair tulisan Han See Tiong.
"Bagus syair ini!" Kwee Ceng memuji.
"Sebenarnya itulah syairnya Bu Bok Ong Gak Hui,"
kata Oey Yong.
"Eh, mengapa kau ketahui itu?"
"Ayah pernah menuturkan itu padaku. Tempo tahun
Ciauw-hin ke 11 di musim dingin, Gak Bu Bok difitnah
dan dihukum mati oleh Cin Kwee, lalu di lain tahunnya
di musim semi, Han See Tiong membangun paseban
ini sebagai tanda peringatan dan ia menuliskan
syairnya Bu Bok itu, yang terus diukir."
Kwee Ceng mengagumi panglima kenamaan itu, lama
ia berdiri diam mengawasi syairnya, yang pun ia usapusap.
Sedang begitu, mendadak Oey Yong mendak
seraya menarik ujung bajunya, hingga ia mesti
mengikuti, masuk ke dalam gombolan pohon bunga. Di
situ pundaknya di tekan, hingga ia berjongkok seperti
si nona.
Hampir di itu waktu, mereka mendengar tindakan kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memasuki paseban itu.
"Han See Tiong itu memang seorang enghiong,"
berkata seorang. "Tetapi istrinya pun gagah meski istri
itu asal bunga raja. Bukankah ia telah turut maju di
medan perang dan telah memukul tambur untuk
mengajurkan suaminya memperoleh kemenangan?"
Kwee Ceng mengenali suara itu tetapi tak ingat ia
suara siapa itu.
"Gak Hui dan See Tiong memang enghiong tetapi
mereka kalah dengan kaisar," kata seorang lain.
"Bukankah kaisar menghendaki kematiannya dan
semua kekuasaannya atas angkatan perang telah
ditarik pulang? Mereka gagah tetapi mereka mesti
menerima nasib. Demikian pengaruh kaisar, yang tak
dapat ditentang!"
Sekarang Kwee Ceng ingat suaranya Yo Kang. Ia
heran. Ia menduga-duga, mengapa pemuda ini berada
di tempat ini.
Justru itu terdengar satu suara lain, yang seperti cecer
pecah, hingga ia bertambah heran dan kaget. Itulah
suaranya See Tok Auwyang Hong si Bisa dari Barat.
Kata Auwyang Hong: "Benar! Asal kaisar gelap pikiran
yang bertahta dan segala dorna memegang
kekuasaan atas pemerintahan tak peduli satu
enghiong terbesar, ia tak ada gunanya!"
"Maka kalau raja bijaksana," berkata orang yang
pertama, "Pastilah orang-orang seperti Auwyang
Sianseng bakal dapat memperlihatkan kegagahan dan
kepandaiannya!"
Kwee Ceng mengenali suara orang ini, ialah Wanyen
Lieh, putra keenam dari negara Kim atau musuh yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh ayahnya. Tadi, dalam tempo pebdek, ia tak
segera mendapat ingat.
Mereka berdiam tidak lama di dalam paseban, habis
bicara dan tertawa, mereka berlalu pula.
"Coba duga," kata Kwee Ceng pada Oey Yong setelah
mereka itu pergi jauh, "Apa maksud mereka datang ke
Lim-an ini? Dan adik Kang, kenapa ia ada bersama
mereka itu?"
"Memang sudah lama aku melihatnya adikmu itu
bukan orang baik-baik, kau tetap membilang ia turunan
orang gagah," menyahut si nona. "Baru sekarang kau
mengerti! Kalau ia benar orang baik, kenapa dia
bergaul sama See Tok dan pangeran musuh itu?"
"Aku juga tidak mengerti," kata Kwee Ceng.
Oey Yong lantas menyebut hal yang ia dengar di
ranggon Hoa Cui Kok di istana Chao Wang baru-baru
ini. Ia menambahkan: "Wanyen Lieh telah
mengumpulkan Pheng Lian Houw dan kambratkambratnya,
maksudnya untuk mencari surat wasiat
Gak Bu Bok, maka mau aku menduga surat wasiat itu
mesti berada di dalam kota Lim-an ini. Sungguh celaka
rakyat Song kita apabila surat wasiat itu benar-benar
terjatuh di tangan mereka itu!"
Tergetar hatinya Kwee Ceng. Memang itulah hebat.
"Yong-jie," katanya. "Kita mesti mencegah mereka
berhasil mencuri surat wasiat itu!"
"Hanya sulitnya mereka itu ada bersama si Bisa dari
Barat itu…"
"Apakah kau jeri?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah kau sendiri tidak takut?"
"Memang aku takut terhadap See Tok, tetapi urusan
ada begini besar, karenanya tak dapat kita main takut
saja."
Oey Yong tertawa.
"Kau tidak takut, aku juga tidak takut!" katanya.
"Bagus! Sekarang mari kita susul mereka!"
Mereka berlalu dari paseban itu, tetapi mereka tak
dapat menyandak Wanyen Lieh bertiga, dan sia-sia
saja mereka ubak-ubakan di dalam kota. Hangciu kota
besar, dalam tempo yang singkat, kota itu tak dapat
diputari seluruhnya. Maka itu setelah setengah harian
dan sang sore mendatangi, mereka pergi ke taman Bu
Lim Wan di Tiong-wa-cu.
Oey Yong melihat sebuah toko yang menjual pelbagai
macam topeng, yang lukisannya bagus dan hidup, ia
menjadi ketarik hatinya. Ia ingat janjinya kepada Ciu
Pek Thong, yang ia hendah membelikan sesuatu,
maka ia masuk ke dalam toko itu, dengan
mengeluarkan lima chie, ia dapat membeli belasan
topeng, seperti dari Ciong Hiok si raja setan, hakim
neraka, toapekkong dapur, malaikat tani, serdadu
langitdan hantu lainnya. Semua itu dibungkus jadi satu.
"Entah rumah makan apa itu?" kata Oey Yong. Ia
mendapat cium bau makanan lezat dari restoran di
sebelah toko topeng itu.
"Rupanya jiwi bukan orang sini maka jiwi tidak
ketahui," berkata pelayan toko tertawa. "Itulah restoran
Sam Goan Lauw, yang kesohor nomor satu di kota
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kita. Jangan jiwi melewatkan kesempatanmu ini!"
Oey Yong ketarik hatinya, ia menyambuti topengnya,
lantas ia tarik tangan Kwee Ceng untuk diajak pergi.
Rumah makan itu dipajang indah, catnya pun bagus.
Diatas lauwtengnya ada dipanjar banyak tengloleng. Di
pekarangannya dalam ada pohon-pohon bunga dan
lainnya. Setibanya mereka di lauwteng, pelayan
menyambut mereka dengan manis, menunjuki mereka
tempat duduk. Kemudian, setelah dapat pesanan
makanan, pelayan itu mengundurkan diri.
Dari terangnya api, Kwee Ceng melihat beberapa
puluh bunga raja dengan pakaiannya yang mewah
berkumpul di samping lorong. Ia heran. Ia hendak
menanyakan pelayan atau mendadak ia tunda
maksudnya itu, sebab kupingnya segera mendapat
dengar satu suara dari balik tembok: "Baik juga! Coba
suruh mereka bernyanyi menemani kita minum arak!"
Itulah suaranya Wanyen Lieh.
Kwee Ceng dan Oey Yong saling merilik. Di dalam
hatinya mereka kata: "Bagus!"
Mereka telah mencari berputaran, tak tahunya orang
ada disini.
Lalu terdengar suara memanggil dari pelayan, atas
mana satu nona bunga raja menyahuti lantas datang
menghampirkan. Dia bertindak elok dan tangannya
memegang kecrek. Tidak lama kemudian, sudah
terdengar suara bernyanyi yang merdu, nyanyian yang
memujikan sungai Cian-tong dan kotanya yang indah.
"Bagus!" demikian terdengar pujiannya Wanyen Lieh
dan Yo Kang diakhirnya lagu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis itu terdengar ucapan terima kasih dari si tukang
nyanyi, yang lantas mengundurkan diri dengan
gembira, rupanya ia mendapat persenan besar.
"Anak," kemudian terdengar suara Wanyen Lieh. "Kau
tahu tidak, syairnya Liu Eng itu ada hubungannya
sama negara Kim yang besar?"
"Anak tidak tahu, coba ayah menjelaskannya,"
terdengar jawabannya Yo Kang.
Mendengar orang saling memanggil anak dan ayah,
Kwee Ceng dan Oey Yong saling melirik. Kwee Ceng
berdongkol berbareng masgul. Kalau bisa, ingin ia
menjambak Yo Kang, untuk paksa ia memberi
keterangan.
Yang dibilang syairnya Liu Eng itu ialah syair "Bong
Hay Tiauw" atau "Memandang gelombang" yang tadi
dinyanyikan si nona tukang nyanyi itu.
Lantas terdengar penjelasan Wanyen Lieh. "Di dalam
tahun Ceng-liong dari negara Kim yang agung.
Junjungan kita Liang telah melihat syairnya Liu Eng itu
yang memuji telaga See Ouw. Karena ini, ketika dikirim
utusan ke Selatan, sekalian dikirim juga seorang
pelukis, buat dia menggambar panorama kota Lim-an
dalam mana dilukiskan juga Junjungan kita lagi berdiri
bersama kudanya di puncak bukit Gouw San,
kemudian Junjungan sendiri yang menulis syair di
dalam gambar itu, syair yang menguraikan ia
membawa angkatan perang ke See Ouw dan ia berdiri
di puncak ke satu dari bukit Gouw San itu."
"Sungguh bagus!" Yo Kang memuji.
Kwee Ceng meremas tangannya sendiri saking
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendongkolnya.
Lalu terdengar Wanyen Lieh menghela napas yang
berkata dengan menyesal: "Sayang tak tercapai citacita
Junjungan Lian membawa angkatan perang ke
Selatan untuk mendaki puncak Gouw San itu, meski
begitu, cita-cita itu sekarang akan ditelad oleh anak
cucunya. Cita-cita luhur dari Junjungan itu terbukti
dengan syair yang ia tulis pada sebuah kipas,
bunyinya, 'Kalau gagang kipas ada di tangan, maka
angin sejuk akan memenuhi kolong langit'."
Di waktu mengucap begitu, pastilah semangat Wanyen
Lieh tengah tersengsam.
Setelah itu terdengar tertawa nyaring dari Auwyang
Hong, yang berkata: "Kalau di lain hari ongya yang
memegang kekuasaan besar pastilah akan tercapai itu
cita-cita berdiri di puncak gunung Gouw Wan!"
"Semoga terjadi apa yang sianseng katakan," kata
Wanyen Lieh perlahan. "Di sini ada banyak mata dan
kuping, mari kita minum saja."
Sampai di situ, bertukarlah pokok pembicaraan mereka
itu bertiga. Mereka berbicara tentang keindahan
tempat dan adat kebiasaan penduduknya.
"Mereka minum dengan gembira sekali, aku justru
akan membikin mereka tidak gembira!"
Oey Yong berbisik di telinga Kwee Ceng, yang ia terus
ajak pergi ke taman belakang. Di sini si nona menyulut
api, untuk membakar gudang kayu di empat penjuru,
maka di lain saat, berkobarlah api itu merupakan satu
kebakaran!
Dalam sekejap berisiklah suara orang yang berteriakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
teriak dari berlari-larian: "Kebakaran! Kebakaran!
Tolong! Padamkan api!"
"Mari lekas ke depan!" si nona membisiki lawannya.
"Nanti mereka keburu lenyap lagi!"
"Malam ini mesti aku berhasil menikam mampus
Wanyen Lieh!" kata Kwee Ceng sengit.
"Tapi kita mesti temani suhu masuk dulu ke istana,"
kata Oey Yong. "Kemudian kita minta Ciu Toako layani
See Tok, supaya kita leluasa menghadap itu sepasang
manusia celaka!"
"Benar!" kata Kwee Ceng setuju.
Mereka lantas turut berdesakan pergi ke depan
dimana justru Wanyen Lieh bersama Yo Kang dan
Auwyang Hong terlihat lagi keluar dari rumah makan.
Mereka menguntit dari kejauhan, melintasi sejumlah
jalan dan gang, sampai di penginapan Siang Hong di
See-sie-tiang. Sekian lama mereka menantikan, tidak
juga Wanyen Lieh keluar, maka mereka menduga
tentulah tiga orang itu mondok di hotel itu.
"Mari kita pulang, setelah mengajak Ciu Toako, baru
kita satroni pula mereka!" kata Oey Yong.
Kwee Ceng menurut.
Mereka pulang ke penginapan Kim Hoa. Baru sampai
di depan penginapan, mereka sudah dengar suara
berisik dari Ciu Pek Thong, Kwee Ceng kaget, ia
khawatirkan luka gurunya. Ia lari masuk. Tiba di
pekarangan, hatinya lega. Di sana Pek Thong lagi
berselisih sama beberapa anak-anak. Nyata dia kalah
bertaruh dan hendak menganglap dan anak-anak itu
tidak mau mengerti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat Oey Yong, karena takut ditegur, Pek Thong
lantas ngeloyor masuk.
Oey Yong berdua Kwee Ceng mengikuti, sesampainya
di dalam, si nona mengeluarkan macam-macam
topeng yang ia beli itu, ia perlihatkan pada si orang
tua.
Pek Thong gembira, ia pakai itu satu demi satu, hingga
sebentar ia jadi hakim neraka, sebentar ia jadi hantu.
Oey Yong lantas bicara. Ia minta sebentar si tua itu
membantu ia untuk menghadapi Auwyang Hong.
"Baik!" Pek Thong menjawab. "Sebentar aku lawan dia
dengan kedua tanganku, dengan dua macam ilmu silat
juga!"
Oey Yong khawatir si tua ini nanti berlaku seperti di
Tho Hoa To, sebab menghukum diri disebabkan
menggunai ilmu silat Kiu Im Cin-keng, dia sudah ikat
kedua tangannya untuk bertempur sama ayahnya.
Maka itu ia lantas berkata: "See Tok itu manusia
sangat busuk, kalau kau gunai Kiu Im Cin-keng untuk
menghajar dia, kau tentu tidak melanggar larangan
kakak seperguruanmu!"
"Ah, itu tidak dapat!" menampik Ciu Pek Thong sambil
membuka lebar matanya. "Aku toh sudah menyakinkan
ilmu silat baru tanpa menggunai Kim Im Cin-keng itu."
Oey Yong tidak mau memaksa. Ia khawatir si tua itu
nanti ngambek.
Siang hari itu, hatinya Ciu Pek Thong sudah seperti
berada di dalam dapur istana. Maka begitu tiba jam
dua, Kwee Ceng lantas menggendong gurunya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan sambil jalan diatas genteng, berempat mereka
pergi ke istana, menuju langsung ke dapur, yang
berada di belakang bukit Liok Pouw San dan dekat
dengan pendopo istana Kee-beng-thian. Pendopo ini
ialah tempat menyiapkan barang hidangan untuk raja.
Istana terjaga kuat tapi di tengah malam seperti itu,
dapur sepi, cuma apinya yang terang menderang.
Beberapa orang kebiri menjaga di situ tapi mereka ini
sudah keburu tidur pulas.
Kwee Ceng mendudukkan Ang Cit Kong di atas
penglari. Oey Yong bersama Ciu Pek Thong
menggerataki almari untuk mencari barang hidangan
seadanya, maka dilain saat, berempat mereka sudah
menggoyang janggut.
"Ah, pengemis bangkotan, barang makanan di sini
mana lebih lezat daripada masakannya Nona Oey,"
kata Pek Tong menggeleng kepala. "Jauh-jauh kau
datang kemari, habisnya tak menggembirakan…."
"Sebenarnya aku ingin dahar Wanyon Ngo-tin-kwee,
sayang kokinya entah pergi kemana," sahut Ang Cit
Kong. "Yang ada di sini ialah barang makanan biasa,
ini memang kurang lezat. Baik besok kita bekuk itu
koki dan suruh ia memasaki."
"Aku tidak percaya dia dapat menangkan masakan
Nona Oey!" kata pula Pek Thong.
Oey Yong tertawa. Ia tahu dia dipuji, sebab Pek Thong
bersyukur sudah dibelikan topeng.
"Aku mau berdiam di sini menantikan koki itu," kata Cit
Kong. "Kalau kau tidak gembira, pergilah kau bersama
anak Ceng, biar anak Yong menemani aku. Besok
malam baru kau datang menyambut aku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek Thong membekal topengnya, ia pakai topeng
malaikat kota.
"Tidak, aku akan ebrdiam di sini menemani kau!"
katanya tertawa. "Besok aku akan pakai topeng ini
untuk menemui raja! Saudara Kwee dan nona Oey,
kamu awasi See Tok jangan sampai ia berhasil
mencuri surat wasiatnya Gak Bu Bok."
"Loo Boan Tong benar, maka pergilah kamu lekas,"
kata Ang Cit Kong. "Asal kamu waspada."
Muda-mudi iru menyahuti bahwa mereka akan taati
pesan itu.
"Malam itu jangan tempur si tua bangkotan yang
berbisa, tunggu saja besok, lihar aku!" Pek Thong
memesan pula.
"Meskipun kita tidak menang, kita mesti tempur dia,"
Oey Yong bilang. Lalu bersama Kwee Ceng ia berlalu,
maksudnya pergi ke penginapan Siang Hong untuk
mengintai Wanyen Lieh bertiga. Dua pendopo istana
telah dilewati ketika si nona merasakan hawa dingin
serta kupingnya mendengar suara air. Angin halus pun
membawa datang harumnya bunga.
Oey Yong memang paling menggemari bunga,
mendapat cium bau semerbak itu, ia lantas berpikir di
istana ini, di dekatnya, bunga-bunga di istana mestinya
beraneka warna, maka itu, mesti ia melihatnya. Karena
ini ia tarik tangannya Kwee Ceng, buat ajak si anak
muda pergi mencari pohon bunga itu.
Tidak gampang untuk muda-mudi ini sampai di tempat
tujuannya, mereka hanya merasai hawa semakin
dingin dan suara air makin keras dan berisik. Mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jalan terus sampai melewati dua lorong panjang dan
menikung, lalu sampai di satu tempat di mana ada
ditaman rapi banyak pohon cemara dan pohon bambu,
hingga suasana di situ menjadi teduh ayem.
Oey Yong bergembira. Ia dapatkan jalanan di dalam
istana ini kalah dengan jalanan di Tho Hoa To,
pulaunya itu, tetapi pepohonannya tidak usah
menyerah. Ketika ia jalan beberapa tindak, di
hadapannya ia melihat air tumpah turun dari gunung
putih bagaikan rantai perak, jatuhnya ke sebuah
pengempang lebar. Di dalam empang itu kedapatan
banyak pohon teratai dengan bunganya yang merah
dan putih. Di depan empang ada sebuah paseban
indah dengan merknya Cui Han Tong.
Tanpa sangsi-sangsi, Oey Yong bertindak masuk ke
dalam paseban itu di mana di bagian depannya terlihat
banyak macam bunga musim panas, seperti melati,
giokkui dan ang-ciauw yang harum, dan di sebelah
belakangnya ada di pasang hio wangi dan dupa, yang
menambah harumnya pesaben itu. Di atas meja pun
tersajikan banyak macam buah, seperti obi teratai,
semangka, tho dan lainnya. Di atas kursi ada beberapa
buah kipas. Mungkin tempat raja berangin sebelum
raja itu masuk tidur.
"Sungguh raja berbahagia!" Kwee Ceng mengeluh.
"Nah, kau pun mencobai menjadi raja barang satu
kali!" kata Oey Yong tertawa seraya ia tarik tangan si
anak muda itu, untuk orang bercokol di atas
pembaringan, kemudian ia ambil beberapa rupa buah,
ia menyuguhinya sambil berlutut dan berkata:
"Silahkan Sri baginda bahar bebuahan!"
Kwee Ceng tertawa, sambil tangannya mengambil
buah piepee, ia berkata: "Silahkan bangun!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Salah!" berkata Oey Yong. "Raja tidak pernah
mengatakan silahkan bangun, itu terlalu sungkan!"
Kwee Ceng tertawa pula, begitu pun si nona.
Selagi mereka gembira itu, hingga mereka seperti lupa
daratan, dari kejauhan terdengar bentakan: "Siapa di
sana?!" Keduanya menjadi kaget, serentak mereka
berlompat, untuk terus sembunyi di belakang gununggunungan.
Teguran itu disusul sama tindakan cepat dan berat dari
dua orang, mendengar tindakan mana lega hatinya si
pemuda dan pemudi itu.
"Jangan pedulikan mereka!" Oey Yong berbisik. "Dua
kantong nasi itu tidak bakal menemui kita!"
Itu waktu lantas terlihat dua orang, yang tubuhnya
besar, tiba di paseban, tangan mereka masing-masing
mencekal sebatang golok. Mereka itu lantas
celingukan. Cuma sebentar, yang satu lantas tertawa.
"Ah. Lao Su, kau melihat setan!" katanya.
"Ya, dalam beberapa hari ini mataku seperti lamur!"
sahut kawannya yang dipanggil Lao Su itu, artinya Su
si tua.
Kemudian dua orang itu mengundurkan diri.
Oey Yong tertawa di dalam hatinya, lalu ia menarik
tangan Kwee Ceng niatnya untuk diajak keluar, tetapi
belum lagi mereka muncul dari tempat
persembunyiannya mereka itu, kuping mereka
mendapat dengar seruan tertahan dari dua centeng
istana itu, benar suara itu perlahan akan tetapi si noa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan si pemuda mengerti, itulah suara dari orang yang
kena ditotok jalan darahnya. Mereka lantas berpikir:
"Tentu Ciu Toako tak sabaran, dia pun lantas keluar
pesiar!"
"Itu paseban di samping air tumpah ialah Cui Han
Tong!" tiba-tiba Oey Yong dan Kwee Ceng mendnegar
suara orang, perlahan. "Mari kita pergi ke sana."
Muda-mudi ini terperanjat. Mereka mengenali
suaranya Wanyen Lieh. keduanya saling menjabat
tangan erat-erat, terus mereka menyembunyikan diri
mereka. Tubuh mereka tidak berkutik, tetpai mata
mereka dipasang, diincarkan ke depan.
Di antara sinar bintang-bintang terlihat beberapa tubuh
orang, bahkan lantas dikenali, kecuali Wanyen Lieh
dan Auwyang Hong, ada Pheng Lian Houw, See
Thong Thian, Leng Tie Siangjin dan Nio Cu Ong.
"Heran, mau apa mereka datang ke istana…" pikir
muda mudi ini. "Tak mungkin mereka pun hendak
mencuri barangan makanan raja…"
"Siauw-ong telah meneliti surat yang ditinggalkan Gak
Bu Bok," terdengar suaranya Wanyen Lieh, "Juga
siauw-ong telah periksa surat-surat dua kaisar Kho
Cong dan Hauw Cong, mak aitu berani siauw-ong
memastikan surat wasiat Gak Bu Bok itu mestinya
disimpan di sini, lima belas tindak di Timur Cui Han
Tong ini."
Sembari berkata pangeran Kim itu menunjuk dengan
tangannya, maka semua kawannya memandang ke
arah tempat yang di tunjuk itu. Di sana adalah air
tumpah, tidak ada benda lainnya.
"Di dalam air tumpah mana bisa di simpan barang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata Wanyen Lieh heran, "Toh bukti-bukti
memastikan demikian…"
See Thong Thian pandai berenang, julukannya pun
Kwie-bun Liong Ong, si Raja Naga Pintu Setan, maka
ia lantas berkata: "Nanti aku terjun akan memeriksa air
tumpah ini."
Cepat ia bersiap, atau ia sudah terjun ke dalam air.
Tidak lama, ia sudah timbul pula dan terus mendarat.
Semua kawannya menghampirkan padanya.
"Ongya benar pandai!" kata orang she See ini. "Di
belakang air tumpah ini ada sebuah gua dengan
pintunya besi yang terkunci."
Wanyen Lieh menjadi sangat girang.
"Surat wasiat Gak Bu Bok mesti di simpan di dalam
gua itu!" katanya nyaring. "Sekarang siauw-ongya
minta tuan-tuan suka pergi membuka pintu besi itu."
Titah ini tak usah diulangi atau orang sudah lantas
berlompat maju untuk memasuki air tumpah itu, kecuali
Auwyang Hong yang dengan tertawa dingin berdiam
terus di sisinya si pangeran Kim itu. Ia merasa
derajatnya lain, tak sudi ia berbuat seperti kawankawan
itu.
See Thong Thian maju paling dulu. Begitu ia melewati
air tumpah, mendadak ada angin menyambar
padanya. Dia lihay tetapi dia tidak menyangka jelek,
maka itu hendak ia berkelit, atau segera tangan kirinya
kena orang cekal terus ditolak dengan keras, hingga ia
terpental balik menubruk Nio Cu Ong!
Syukur, dua-dua mereka lihay, keduanya tidak terluka,
mereka melainkan terhuyung mundur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang heran, tetapi sementara itu, untuk kedua
kalinya, See Thong Thian sudah menyerbu pula air
tumpah itu. Ia penasaran dan kali ini ia berseiap sedia.
Ia melindungi mukanya. Benar saja, baru ia lewati air,
atau sebuah kepalan sudah meninju kepadanya.
Karena ia sudah bersedia, ia menangkis dengan
tangan kirinya seraya kepalan tangan kanan dipakai
membarengi menyerang membalas.
Ketika itu Nio Cu Ong pun menyerbu air tumpah itu,
hanya untuk kagetnya, ia dipapaki tongkat. Ia kaget, ia
tidak sempat menangkis, maka itu ia berkelit dengan
melenggakan tubuhnya. Tentu sekali, karenanya, ia
roboh ke air dan kena ditarik. Celaka untuknya,
kakinya kena tergaet. Dasar lihay, ia masih sempat
lompat keluar dari air tumpah.
Berbareng dengan itu, See Thong Thian pun mesti
keluar lagi karena ia kena didesak tinju yang dahsyat.
Hauw Thong Hay telah menyaksikan semua itu. Ia
sembrono, maka itu ia tidak ingat bahwa ilmu silat ia
kalah dari See Thong Thian, sang kakak seperguruan,
ia lantas maju. Ia mau mengandalkan kepandaiannya
bisa berenang dan di dalam air bisa membuka
matanya.
Pheng Lian Houw menginsyafi bahaya yang
mengancam bahaya yang mengancam kawan ini,
hendak ia memberikan bantuannya, tapi belum sempat
ia maju, atau suatu benda besar dan hitam sudah
mental keluar dari air tumpah itu, jatuh ke tanah
dengan suara gedebuk nyaring, yang mana disusl
sama jeritannya Hauw Thong Hay, sebab dialah yang
melayang dan roboh itu.
Lian Houw lantas lompat menghampirkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perlahan, saudara Hauw!" ia memperingati, berbisik.
"Kau kenapa?"
"Celaka, kempolanku kena terhajar!" sahut Sam-tauwkauw
Si Ular Naga Kepala Tiga.
Lian Houw kaget dan heran dan merasa lucu juga.
"Sebenarnya telah terjadi apa?" ia menegasi. Ia
meraba kempolan orang, di situ ia tidak merasa ada
yang luar biasa. Ia teliti, tentu ia tidak mau sembarang
menyerbu air tumpah itu. Maka ia menanya pula: "Ada
orang di dalam? Siapakah dia?"
"Mana aku tahu?" sahut Thong Hay ketus. Ia kesakitan
dan mendongkol. "Begitu aku masuk begitu aku
terhajar keluar!"
Lian Houw tercengang.
Justru itu Leng Tie Siangjin, dengan jubahnya
berkibaran, memasuki air tumpah itu, atau dilain saat
dia perdengarkan suaranya dalam bahasa Tibet, dia
berbicara sambil berseru-seru dan terdengar juga
suara pertarungannya.
Maka teranglah ia pun dapat sambutan dan jadi
berkelahi.
Wanyen Lieh semua saling mengawasi, mereka
terbenam dalam keheranan. Tidak tahu mereka, ada
musuh siapa di dalam air tumpah itu. Menurut See
Thong Thian dan Nio Cu Ong, mereka samar-samar
melihat sepasang pemuda-pemudi, si pemuda dengan
tangan kosong, si pemudi dengan tongkat.
Kembali terdengar teriakan Leng Tie Siangjin, teriakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemurkaan. Rupanya dia pun "menderita"…
"Kenapa Siangjin juga begini tidak tahu selatan?" kata
Wanyen Lieh sambil mengerutkan kening. "Dia
membikin banyak berisik, bagaimana kalau pahlawanpahlawan
raja dapat mendengarnya? Dengan begitu
masih bisakah kita mencuri wasiat?"
Baru berhenti suaranya pangeran ini atau mereka
melihat air tumpah membawa serupa benda merah,
yang segera juga dikenali jubah suci dari Leng Tie
Siangjin, menyusul mana, dengan diberikuti suara air,
dua cecernya orang suci ini terlempar keluar dari
dalam air tumpah itu.
Hauw Thong Hay khawatir cecer itu jatuh dengan
menerbitkan suara berisik, ia lomat untuk
menangkapinya.
Dari dalam air tumpah lagi sekali terdengar dampratan
Leng Tie Siangjin, hanya kali ini disusul sama
mencelatnya tubuhnya yang besar, akan tetapi karena
ia lihay, ketika ia tiba di luar, ia dapat berdiri dengan
tegar.
"Itulah bocah dan budak yang kita ketemukan di
perahu!" Leng Tie kata dengan sengit.
Bab 48. Apa yang nampak dari tempat sembunyi
Kwee Ceng dan Oey Yong, yang bersembunyi di
belakang gunung, mendengar nyata pembicaraannya
Wanyen Lieh beramai. Karena mereka itu hendak
mencuri surat wasiat Gak Hui, mereka takut sekali
surat wasiat itu kena didapatkan pangeran itu. Inilah
hebat. Dengan menggunai siasatnya Gak Hui itu, pasti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bangsa Kim bakal berhasil menyerbu negara Song.
Bagaimana itu bisa dicegah? Diantara orang-orangnya
Wanyen Lieh pun ada Auwyang Hong yang lihay. Oey
Yong mencoba mencari akal, untuk membikin mereka
itu kaget dan nanti lari kabur. Kwee Ceng sebaliknya
tidak sabaran, karena tidak ada tempo lagi untuk
berpikir lama-lama atau mengatur tipu. Akhirnya
pemudi ini menarik tangan si pemuda, untuk diajak
pergi ke belakang air tumpah. Mereka sampai di sana
tanpa ada yang lihat dan tanpa ada yang dengar,
sebab tumpahnya air sangat berisik.
Muda-mudi ini telah siap sedia ketika See Thong Hay
mencoba memasuki air tumpah itu, dengan gampang
dia dihajar kembali. Hasilnya penolakan ini membikin
mereka berdua jadi heran dan kagum, girang sekali.
Itulah buahnya pernyakinan mereka atas ilmu Ie-kin
Toan-kut Pian.
Demikian mereka menghajar Hauw Thong Hay dan
akhirnya Leng Tie Siangjin hingga pendeta Tibet ini
mencaci kalang kabutan.
"Engko Ceng, mari lekas!" Oey Yong mengajak. "Mari
kita keluar dan berteriak-teriak, biar kawanan
pahlawan pada datang kemari, dengan begitu mereka
ini tentulah tak dapat bekerja terlebih jauh melakukan
pencurian!"
Oey Yong berkata berpikir demikian sebab ia percaya,
habis Leng Tie Siangjin, Auwyang Hong bakal turun
tangan, kalau See Tok yang maju, pasti mereka tidak
berdaya lagi.
"Pergi kau keluar dan berteriak-teriak, aku sendiri akan
berjaga di sini!"
"Tapi ingat, jangan tempur si bangkotan yang berbisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu!" Oey Yong memesan.
"Aku mengerti! Nah, keluarlah! Keluarlah lekas!"
Baru Oey Yong mau keluar atau mendadak mereka
merasakan tolakan angin keras sekali. Mereka kaget
tetapi mereka tidak mau menangkis, hanya dengan
berbareng keduanya lompat ke samping masingmasing.
Hebat tolakan itu, yang ada Kap-mo-kang, pukulam
Kuntauw Kodok dari Auwyang Hong. Karena tidak
memperoleh perlawanan, serangan itu mengenai tepat
pintu besai dari gua, maka itu terdengarlah satu suara
nyaring sedang air muncrat ke segala penjuru.
Oey Yong melompat tetapi ia kalah sebat,
punggungnya kena tersampok angin. Dalam sekejap
itu ia merasakan sulit bernapas, kepalanya pusing,
matanya berkunang-kunang, akan tetapi ia masih ingat
tugasnya, hanya berdiam sejenak, untuk memusatkan
pikiran, segera ia melompat keluar, akan berteriakteriak
sekeras-kerasnya: "Ada pembunuh gelap! Ada
pembunuh gelap! Tangkap! Tangkap!" Dan sembari
berteriak-teriak, ia kabur ke depan.
Wanyen Lieh semua kaget.
"Marilah kita hajar mampus dulu budak ini!" Pheng
Lian Houw berseru bahna mendongkolnya. Ia gusar
dan penasaran. Segera ia melompat, untuk mengejar.
Suaranya Oey Yong mendengung dalam malam yang
sunyai itu, suara itu dapat didengar rombonganrombongan
Siewie atau pahlawan kaisar di empat
penjuru istana. Paling dulu terdengar seruan mereka
berulang-ulang, untuk saling memberi tanda, habis itu
mereka lantas bergerak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong berlompat naik ke atas genting, ia
mencabuti genting dengan apa ia menimpuk kalangkabutan.
Perbuatannya ini pun menambah suara
berisik.
Pheng Lian Houw, disusul Nio Cu Ong, merangsak,
untuk mendekati si nona.
Dalam keadaan seperti itu, Wanyen Lieh masih dapat
bersikap tenang. Ia menoleh ke sisinya, kepada
seorang yang mengenakan pakaian hitam dan
bertopeng hitam juga.
"Anak Kang, pergilah kau bersama Auwyang Sianseng
masuk ke air tumpah untuk mengambil surat wasiat
itu!" katanya. Pangeran itu masih belum mau
melepaskan ikhtiarnya mencuri surat yang dia sangat
harapkan itu.
Orang dismapingnya itu, yang memakai topeng,
memang Yo Kang adanya, putra pungutnya .
Auwyang Hong sendiri sudah lantas nongkrong di
tanah, untuk mengerahkan tenaganya, guna
menggunai Kuntauw Kodok menyerang pula ke arah
air tumpah, maka itu, begitu ia menyerang, terdengar
pula suara berisik seperti tadi. Bahkan kali ini kedua
daun pintu gua tertolak mundur ke dalam.
Setelah berhasil dengan serangannya itu, Auwyang
Hong mau berlompat maju guna masuk ke dalam air
tumpah, guna memasuki gua dan mengambil surat
wasiat yang diarah itu. Justru ia bertindak, matanya
melihat bayangan orang yang berkelebat dari samping,
dan belum lagi bayangan itu tiba, angin serangannya
sudah mendahului. Ia mengenali, itulah pukulan Hui
Liong Thay-thian, Naga Terbang ke Langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hm!" pikir See Tok sambil ia berkelit. "Memang aku
hendak tanyakan dia keterangan kitab Kiu Im Cinkeng,
kebetulan sekali, sekarang baik aku sekalian
membekuk dia…!"
Karena ini, sambil berkelit ke samping, sebelah
tangannya diulur, guna menjambak penyerang itu.
Si penyerang benar Kwee Ceng adanya. Anak muda
ini sudah nekat. Ia bertekad membelai surat wasiatnya
Gak Hui, maka itu, ia tidak peduli musuh lihay dan Oey
Yong telah melarang ia menempur See Tok. Ia harap,
dalam tempo yang pendek, kawanan siewie akan
sudah tiba di situ. Ketika ia menampak gerakannya
Auwyang Hong, ia menduga orang tidak niat berbuat
telengas, ia hanya hendak ditangkap. Ia sebenarnya
heran. Tapi tak ada ketika untuk menduga-duga
maksud orang. Dengan tangan kirinya ia menangkis,
dengan tangan kanan ia menyerang ke pundak. Ia
menggunai satu jurus dari Khong-beng-kun, yaitu
Pukulan Kosong.
Kwee Ceng menggunai ilmu silatnya ajaran Ciu Pek
Thong, yaitu sepasang tangan saling berkelahi sendiri
dan jurus yang ia pakai ialah jurus Khong-beng-kun,
meskipun itu tak sehebat Hang Liong Sip-pat Ciang,
toh tak dapat dipandang enteng. Tidak heran kalau
Auwyang Hong terkejut.
"Bagus!" berseru See Tok yang lihay. Ia mendak
dengan pundaknya, sebelah tangannya dilonjorkan,
guna menangkap lengannya si penyerang. Biar
bagaimana, ia berkelahi dengan waspada, sebab ia
dapat kenyataan, tiap hari kepandaiannya pemuda ini
bertambah terus.
Auwyang Hong penasaran yang ia belum berhasil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyakinkan Kiu Im Cin-keng, ia ingin mengerti jelas
kitab itu, keinginannya bertambah ketika ia dengar
ocehan Ang Cit Kong di atas getek. Ia hanya tak insyaf
bahwa ia tengah dipermainkan bocah she Kwee itu,
sebab kitab Kiu Im Cin-keng yang berada di tangannya
ialah kitab yang tidak karuan macam, yang Kwee Ceng
kacaukan urutan huruf-hurufnya, hingga tak dapat
diartikan lagi.
Sementara itu di empat penjuru Cui Han Tong sudah
terlihat obor api terang bagaikan siang. Pelbagai
siewie muncul dalam satu-satu rombangan, mereka itu
lari ke arah darimana terdengar teriakan-teriakan, ialah
teriakannya Oey Yong.
Wanyen Lieh melihat terangnya obor, ia menjadi
bingung juga. Sejak masuknya Auwyang Hong dan Yo
Kang ke dalam air tumpah, mereka tidak kelihatan
muncul kembali. Syukur untuknya, semua siewie lari
ke arah Oey Yong, siapa sedang menungkuli dua-dua
Pheng Lian Houw dan Nio Cu Ong yang terus
mengejar padanya. Untuk sementara, wilayah air
tumpah itu masih selamat. Walapun begitu, pangeran
ini membanting-banting kakinya, tangannya
menggapai-gapai tak hentinya.
"Lekas! Lekas!" ia memanggil Leng Tie Siangjin dan
putranya.
"Jangan sibuk, ongya!" berkata Leng Tie. "Nanti
siauwceng masuk pula!"
Pendeta Tibet ini lantas masuk ke air tumpah, dimana
ia melihat Auwyang Hong sedang menempur Kwee
Ceng, sedang Yo Kang yang hendak menerobos
masuk, tidak mendapatkan ketikanya.
Leng Tie Siangjin tidak puas mengawasi pertempuran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Bukankah tempo mereka sudah sangat mendesak?
Kenapa Auwyang Hong bersikap seperti sedang
berlatih?
"Auwyang Sianseng, mari aku bantu kau!" ia berseru.
"Minggir jauh-jauh!" Auwyang Hong membentak.
Leng Tie menjadi tidak puas. Di dalam hatinya ia kata:
"Disaat seperti ini mana dapat kau masih bertingkah
seperti satu enghiong? Jangan kau masih bawa
lagakmu sebagai guru besar!" Lantas ia maju ke
samping, ke arah Kwee Ceng, sebelah tangannya
melayang ke tempilingan kiri si bocah.
Menampak demikian, Auwyang Hong menjadi gusar
sekali. Ia maju sambil menjambil pundaknya pendeta
Tibet itu, terus ia mengangkatnya, terus ia
melemparkannya!
Tepat serangannya See Tok ini. leng ie Siangjin itu
lihay dan tangannya pun ada racunnya, maka untuk
melayani dia, anggota tubuhnya yang tak
berbahayayang mesti dihadapi.
Bukan main murkanya pendeta Tibet itu, tidak
memperdulikan pula orang lihay dan dipandang
Wanyen Lieh, ia mencaci kalang-kabutan, cuma ia
memakai bahasa Tibet, Auwyang Hong tidak mengerti.
Ia pun tak bisa mencaci lama-lama atau segera ia tak
dapat bersuara lagi, sebab mulutnya lantas
kemasukan air. Karena oleh Auwyang Hong ia
dilemparkan ke air tumpah, hingga mulutnya tersumpal
air!
Wanyen Lieh terkejut akan melihat tubuh Leng Tie
Siangjin terlempar keluar air tumpah. Justru itu
kupingnya juga mendengar suara berisik dari arah Cui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Tong di mana ternyata, pot kembang yang besar
di depan paseban itu telah jatuh hancur. Menyusul itu,
ia menampak munculnya sejumlah siwi.
"Celaka!" ia mengeluh dalam hati. Tidak ayal lagi,
dengan menjinjing jubahnya, dia berlompat ke air
tumpah, untuk masuk ke situ, guna menyembunyikan
diri. Ia mengerti ilmu silat, tetapi di tempat begitu,
kepandaiannya masih belum berarti, begitu kakinya
menginjak tanah, begitu ia terpeleset jatuh. Syukur
untuknya, Yo Kang dapat melihatnya dan putra ini
segera lompat menyambar, menolongi padanya.
Dengan melongo pangeran Kim itu melihat ke
sekitarnya.
"Auwyang Sianseng, apakah bocah ini dapat kau
usir?" ia tanya See Tok.
Pertanyaan ini menandakan Wanyen Lieh seorang
besar. Ia bukan memerintah, ia hanya menanya.
Pertanyaannya itu membangkitkan hawa amarah
orang. Hatinya Auwyang Hong menjadi panas.
"Kenapa tidak bisa?" menjawab Auwyang Hong, yang
terus berjongkok seraya mulutnya mengasih dengar
suara seperti kerak-keroknya kodok. Dengan begitu ia
bersiap dengan Kuntauw Kodoknya, lalu terus kedua
tangannya dimajukan ke depan.
Si Bisa dari Barat ini telah mengerahkan tenaganya,
umpama di situ ada Ang Cit Kong atau Tong Shia Oey
Yok Su, tidak nanti mereka berani melawannya dari
depan, apa pula seorang seperti Kwee Ceng.
Sebenarnya juga, Auwyang Hong melayani Kwee
Ceng sebagai lagi berlatih, tidak heran Leng Tie
Siangjin melihatnya menjadi muak. Ada sebabnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kenapa See Tok berbuat demikian. Itulah disebabkan
Kwee Ceng menggunai Khong-beng-kun. Maka See
Tok melayani, untuk menanti sampai anak muda itu
habis menjalankan semua jurus dari ilmu silatnya itu,
habis itu baru ia hendak turun tangan, mencekuk si
pemuda. Sayang maksudnya tak segera kesampaian.
Mendadak Wanyen Lieh masuk ke air tumpah itu dan
ia mesti dengarb itu pertanyaan yang seperti serupa
ejekan, hingga hatinya menjadi panas. Ia lantas
bertindak. Meski begitu, ia tidak mau membinasakan
Kwee Ceng, sebab si bocah masih dibutuhkan
olehnya. Dilain pihak, ia tidak menginsyafi bocah yang
polos dan jujur itu, yang taat dengan tugasnya.
Kwee Ceng tidak mau mundur, sekalipun ia mesti mati
terbinasa. Hendak ia melindungi surat wasiatnya Gak
Bu Bok. Begitu ia menyingkir, pasti Auwyang Hong
akan mendapatkan surat wasiat itu, di situ ada banyak
pahlawan raja tetapi menghadapi Auwyang Hong,
pastilah mereka tidak berdaya. Di dalam keadaan
seperti itu, selagi bahaya mengancam - sebab ia tahu
ia tidak sanggup menangkis- ia mengenjot kedua
kakinya, akan mengapungi diri tinggi empat kaki.
Secara begitu, ia bebas dari serangan. Ketika turun
pula, ia tetap berada di muka gua di mana ia
menghadang seperti semula.
"Bagus!" berseru Auwyang Hong kagum. Segera ia
menarik pulang kedua tangannya.
See Tok ada sangat hebat. Kalau serangannya
bertenaga beberapa ratus kati, tarikan pulang
tangannya pun masih bertenaga besar, ada tenaga
menariknya.
Kwee Ceng terkejut akan merasakan angin menolak
punggungnya. Ia mengerti ancaman bahaya. Ia
memutar balik tangannya, untuk membela diri. Kali ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia menggunai jurus "Sin liong pa bwee" atau "Naga
sakti menggoyang ekor" Tentu saja itulah gerakan
keras lawan keras. Seharusnya ia mencoba berkelit,
sebaliknya, ia menangkis. Siapa kalah tenaga dalam,
dialah yang bakal bercelaka.
Wanyen Lieh berdiri menjublak menonton cara orang
berkelahi itu, yang mengherankan ia. Kenapa
Auwyang Hong berdiam saja sebagai patung, cuma
kedua tangannya yang ditolakkan ke depan dan ditarik
pulang? Kenapa Kwee Ceng main berlompatan dan
hanya mengawasi See Tok? Kenapa See Tok menarik
pulang tangannya dan si bocah menangkis ke
belakang, hingga keduanya berdiam bagaikan patung?
Kedua pihak sebenarnya tengah mengadu tenaga
dalam, Auwyang Hong tetap menarik, Kwee Ceng
tetap mempertahankan diri. Lekas juga bocah ini
bermandikan keringat. Ia telah mesti mengeluarkan
seluruh tenaganya untuk dapat bertahan itu.
Kembali Auwyang Hong menjadi kagum. Ia tahu benar,
lagi sejenak Kwee Ceng bakal terluka parah. Ia
membutuhkan bocah itu, tidak dapat ia mencelakainya.
Maka ia memikir untuk mengalah. Lantas mengurangi
tenaga manriknya itu. Tapi berbareng sama
dikuranginya tenaganya, ia merasakan tolakan keras
pada dadanya. Ia terkejut. Syukur tenaga dalamnya
mahir, kalau tidak tentulah ia roboh terguling. Benarbenar
ia tidak menyangka, begitu muda Kwee Ceng,
tenaganya besar sekali. Segera ia menahan napas,
tangannya menolak. Dengan begitu, lenyaplah tenaga
mendorong tadi.
Kalau Auwyang Hong terus menyerang, robohlah
Kwee Ceng. Tapi ini tidak dilakukan See Tok. Dia
masih mengharap habisnya tenaga si bocah, untuk
menangkap hidup padanya, guna menggorek
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keterangan hal Kiu Im Cin-keng dari mulut orang….
Sesaat kemudian mulailah terlihat tenaganya dua
orang itu, yang satu berlebihan, yang lainnya
berkurang. Tapi Wanyen Lieh dan Yo Kang, yang tetap
menonton, tidak mendapat tahu kapan akan
selesainya pertempuran macam itu, karenanya mereka
menjadi cemas sendirinya. Mereka bingung
mendengar suara berisik, satu tanda rombongan siwi
tengah bekerja keras mencari si orang jahat…
Sekonyong-konyong dari dalam air tumpah terlihat dua
siwi menerjang keluar. Yo Kang berlaku sangat sebat,
sebelum kedua siwi itu tahu apa-apa, mereka sudah
diterjang pangeran muda ini, yang kedua tangannya
menyambar ke masing-masing ulu hati mereka, hingga
menancap, dengan begitu robohlah mereka denagn
jiwa mereka melayang. Yo Kang dengan bengis sudah
menggunai cengkeraman Kiu Im Pek-kut Jiauw.
Setelah itu Yo Kang menghunus pisau belatinya, lalu
dengan menggenjot diri, ia lompat kepada Kwee Ceng,
untuk menikam pinggangnya si anak muda.
Dalam keadaan seperti itu, Kwee Ceng tidak dapat
berkelit. Kalau ia mencoba menyingkirkan tubuhnya,
segera ia bakal terbinasa pukulan Kodok dari
Auwyaang Hong. Maka itu dalam sekejap saja ia
merasakan sakit pada pinggangnya, hingga ia
berbareng merasa juga pernapasannya berhenti
berjalan. Maka lupalah ia segala apa, tanpa merasa ia
menghajar lengannya si penyerangnya itu, si
pembokong.
Yo Kang merasakan sakit sekali. Ia bukan lagi
tandingannya Kwee Ceng, walaupun ia mencoba
menarik pulang tangannya, lengannya menjadi korban
pula. Tapi itu waktu separuh pisaunya sudah masuk ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pinggang si anak muda.
Karena bergeraknya itu, tenaga Kwee Ceng menjadi
semakin berkurang, dari itu, ia lantas terkena dorongan
tenaganya Auwyang hong. Tanpa bisa menjerit lagi ia
roboh terkulai.
"Sayang!" berseru Auwyang Hong, yanga akhirnya toh
juga melukai bocah lawannya itu. "Ia bakal mampus,
baiklah aku tak usah pedulikan lagi padanya. Paling
üerlu aku lekas mencari surat wasiatnya Gak Bu
Bok…."
Maka tanpa bersangsi lagi, ia berlompat ke dalam air
tumpah.
Wanyen Lieh bersama-sama Yo Kang, lantas mengintil
di belakang See Tok.
Auwyang Hong sudah lantas dirintangi sejumlah siwi,
tetapi ia seperti tidak menghiraukan mereka itu, siapa
datang dekat, ia sambar dan lempar, setelah mana,
siwi lainnya tak dapat maju terlebih jauh, hingga tak
lagi ada yang bisa mendekati pintu gua.
Yo Kang turut masuk ke dalam gua. Ia menyalakan api
untuk dipakai menyuluhi. Di tanah ada banyak tanda
debu, suatu tanda tak pernah ada orang yang datang
ke situ. Di tengah-tengah gua ada sebuah meja batu,
di atas mana ada satu kotak batu persegi dua kaki,
kotak mana tersegel. Lainnya barang tak nampak di
situ.
Dengan membawa apinya, Yo Kang menyuluhi hingga
dekat. Di segelan ada suratnya tetapi, rupanya karena
sudah terlalu tua, huruf-hurufnya tak dapat terbaca
lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Surat wasiat itu ada di dalam kotak ini," berkata
Wanyen Lieh.
Yo Kang menjadi sangat girang, ia ulur tangannya
akan mengambil peti itu.
Melihat gerakan orang, Auwyang Hong menggeraki
tangan kirinya ke pundak orang, atas mana tidak
tetaplah berdirinya Yo Kang, tubuhnya terhuyung
berberapa tindak. Pemuda ini tak mengerti, ia melongo
mengawasi orang.
Auwyang Hong sebaliknya sudah lantas mengempit
kotak itu.
"Kita sudah berhasil, mari kita lekas mengundurkan
diri!" kata Wanyen Lieh nyaring.
Auwyang Hong bertindak di depan, diikuti oleh
Wanyen Lieh dan Yo Kang.
Selagi lewat di dekat Kwee Ceng, Yo Kang melihat
tubuh orang mandi darah dan rebah tak bergeming di
antara siwi korbannya See Tok, ia lantas menghela
napas.
"Dasar kau tidak tahu selatan, suka kau usilan,"
katanya perlahan. "Maka itu janganlah kau sesalkan
aku…"
Sebelum jalan terus, Yo Kang ingat pisau belatinya
masih nancap di pinggang mangsanya, maka ingin ia
mencabut senjatanya itu. Selagi ia membungkuk,
untuk mengambil pisau itu, di air tumpah itu terlihat
satu bayangan berkelebat di susul sama pertanyaan
ini: "Engko Ceng, kau di mana?"
Yo Kang terkejut. Ia mengenali suaranya Oey Yong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lupa pada pisau belatinya, ia lompat melewati
tubuhnya Kwee Ceng, terus lari keluar air tumpah,
akan menyusul Auwyang hong dan Wanyen Lieh.
Oey Yong mencari Kwee Ceng setelah ia permainkan
Nio Cu Ong, yang ia tinggalkan begitu lekas terlihat
siwi muncul disana-sini. Sebaliknya, Pheng Lian Houw
berdua tidak berani mengejar terus sebab takut
keperogok kawanan siwi. Mereka kembali ke dekat air
tumpah, akan menggabungkan diri dengan See Thong
Thian dan lainnya. Di sini mereka bertempur sama
beberapa siwi sampai Auwyang Hong muncul, maka
beramai-ramai mereka mengangkat kaki.
Oey Yong sia-sia mencari Kwee Ceng, ia lantas masuk
ke dalam air tumpah. Ia menyalakan api, dari itu ia
segera melihat tubuh Kwee Ceng yang mandi darah
rebah di antara beberapa siwi. Ia kaget sekali -
rebahnya si pemuda tepat di sampingnya. Saking
kagetnya, tubuhnya gemetaran, sampai api terlepas
jatuh dari tangannya. Di itu waktu di luar gua terdengar
riuh suaranya kawanan siwi yang berteriak-teriak,
"Tangkap orang jahat! Tangkap orang jahat!" Tapi
mereka itu cuma berteriak-teriak, tidak ada satu pun
yang berani maju akan merintangi Auwyang Hong
beramai. Sebabnya ialah, lebih dulu dari itu, beberapa
kawannya sudah menjadi korban See Tok hingga
mereka menjadi kecil hatinya, terpaksa mereka
mementang bacot saja.
Oey Yong sadar dengan cepat. Ia membungkuk akan
memeluk tubuhnya Kwee ceng. Ia merasakan tubuh itu
hangat. Ia memanggil beberapa kali, ia tidak
memperoleh jawaban. Ia menjadi bingung sekali. Maka
itu ia lantas panggul tubuh engko itu, untuk dibawa
menyingkir ke belakang gunung-gunungan.
Di Cui Han Tong sendiri telah berkumpul banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang, sebab ada datang juga siwi dari lain-lain bagian
istana. Obor di situ terang bagaikan siang hari. Maka
ketika Oey Yong berkelebat - tak peduli ia sangat gesit
- ada siwi yang melihatnya. Siwi itu lantas berteriak,
terus ia memburu diikuti beberapa kawannya.
Dalam mendongkolnya, Oey Yong mencaci dalam
hatinya: "Ah, kawanan kantung nasi! Sungguh, kamu
tidak punya guna! Kenapa kau bukan pergi mengejar
orang jahat hanya orang baik-baik?" Ia menggertak
gigi, tapi ia lari terus.
Ada beberapa siwi yang lihay, yang larinya cepat,
mereka sudah lantas datang dekat.
Oey Yong menjadi bertambah mendongkol, ia meraup
jarum rahasianya, ia menimpuk ke belakang, ke arah
pengejar-pengejar itu.
"Aduh!" demikian terdengar etriakan, saling susul.
Itulah tanda robohnya beberapa siwi, karena mana
yang lainnya tidak berani mengejar terlebih jauh. Maka
si nona bersama engko Cengnya terus lari keluar dari
tembok istana.
Keributan itu membikin istana menjadi kacau balau.
Orang pun bingung, sebab tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Ada huru-hara di dalam untuk
merampas tahta kerajaan atau ada menteri yang
berontak guna merampas pemerintahan? Toh setelah
itu, orang berisik sendirinya. Tidak ada kejadian
lainnya lagi. Di situ telah berkumpul semua siwi,
semua serdadu Gie-lim-kun.
Dari tengah malam itu, hingga pagi, orang bergelisah
tidak karuan. Sedatangnya fajar, tentara penunggang
kuda di kirim ke pelbagai jurusan, untuk mencari si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang jahat, antaranya dengan melakukan
penggeledahan secara besar-besaran.
Tentu saja di itu waktu Wanyen Lieh semua telah
kabur keluar kota, bahkan Oey Yong bersama Kwee
Ceng telah tiba di dusun kemarinnya mereka mondok.
Sebenarnya Oey Yong kabur tanpa pilih arah, baru
setelah melihat tidak ada yang mengejar, ia tidak lari
keras seperti semula.Lebih dulu ia sembunyi di dalam
sebuah gang kecil. Di sini ia pegang hidungnya Kwee
Ceng. Ia merasakan hembusan napas. Di situ tidak
ada api, tak jelas ia melihat muka si anak muda. Ia
mengerti diwaktu siang tidak dapat ia berkeliaran di
dalam kota dengan membawa-bawa orang terluka,
karena ini, ia terus lari ke tembok kota, untuk
melompatinya. Maka dilain saat tibalah ia ditempatnya
Sa Kouw, si nona tolol.
Walaupun ia kuat, setelah berlari-lari setengah
malaman, mana hatinya pun berkhawatir dan bingung.
Oey Yong toh tersengal-sengal. Ia lantas menjatuhkan
diri akan berduduk, guna meluruskan jalan napasnya
itu. Dengan begitu, dengan perasaannya pulih hatinya
pun menjadi terang. Sekarang ia lantas menyalakan
sebatang kayu cemara dengan apa ia menyuluhi
mukanya Kwee Ceng. Apa yang ia lihat membikin ia
kaget, melebihi kagetnya di dalam gua tadi.
Kwee Ceng rebah tak bergeming, kedua matanya
tertutup rapat, mukanya sangat pucat. Taklah ia
ketahui apakah ia masih hidup atau sudah mati. Inilah
pukulan sangat hebat untuk Oey Yong, hingga hatinya
goncang keras. Ia berdiri bengong dengan tangannya
memegangi obor kayunya itu. Ia merasakan ketika ada
orang datang mendekati padanya, ia baru sadar tempo
obor kayunya itu ada yang sambar. Segera ia
menoleh, akan mengenali Sa Kouw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si tolol muncul karena ia dengar suara tak seperti
biasanya.
Sa Kouw pun cemas menyaksikan keadaan Kwee
Ceng itu. Ia lari ke dapur, untuk mengambil air dingin.
Oey Yong mengerti apa yang harus ia kerjakan. Ia
keluarkan sapu tangannya, ia celupkan itu ke dalam
air, untuk dilain saat mulut menyusut muka yang
keciprutan darah dari si anak muda. Dari lubang
hidung ia merasakan hembusan napas yang semakin
lemah. Setelah itu ia hendak memeriksa luka, atau
matanya bentrok sama sinar berkilauan warna kuning
emas dari pinggangnya Kwee Ceng. Karena ini
sekarang ia melihat sebuah pisau belati nacap di
pinggang!
Baru sekarang Oey Yong dapat menyabarkan diri.
Dengan hati-hati ia membukai baju dalam dari si anak
muda, dengan begitu ia melihat jelas nancapnya pisau
itu. Darah disitu sudah mulai bergumpal. Kelihatannya
pisau masuk kira tiga dim dalamnya.
Nona ini menjadi bersangsi. Ia tidak berani lantas
mencabut pisau itu, khawatir nanti Kwee Ceng lantas
menghembuskan napasnya yang terakhir. Kalau ia
tidak mencabut, sebaliknya ia memperlambat tempo.
Ini pun membahayakan untuk si anak muda. Ia berpikir
keras. Akhirnya ia menggertak gigi, tangannya
diulurkan. Ingin ia mencabut, mendadak ia menarik
pulang tangannya itu. Tiba-tiba saja ia bimbang
sendirinya.
Kesangsian si nona berjalan terus, maka beberapa kali
ia hendak mencobanya mencabut pisau belati itu,
saban-saban ia gagal pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sa Kouw menyaksikan kesangsian orang, ia menjadi
tidak sabaran. Tiba-tiba saja ia mengulurkan
tangannya dengan sebat ia mencabut pisau itu.
Kwee Ceng menjerit, begitu pun Oey Yong. Si pemuda
bahna sakit, si pemudi saking kaget. Si tolol sebaliknya
girang sekali, ia tertawa tebahak-bahak. Ia masih
tertawa ketika Oey Yong kaget melihat darah mengalir
keluar dari lukanya engkonya itu. Saking berkhawatir
dan mendongkol, ia sampok si tolol itu hingga dia
terguling, setelah mana ia menggunai sapu tangannya
menyumpat luka Kwee Ceng, untuk mencegah
keluarnya terus darah itu.
Dengan jatuhnya Sa Kouw, obor cemara di tangannya
pun padam. Si tolol menjadi gusar, ketika ia berlompat
bangun, ia menendang. Oey Yong tidak menangkis, ia
membiarkan pahanya kena ditendang. Sa Kouw
khawatir si nona nanti membalas, ia memutar
tubuhnya untuk berlalri. Tidak lama ia mendengar nona
Oey menangis. Ia menjadi heran, maka ia kembali. Ia
menyalakan lagi obor cemaranya.
"Apakah kau kena tertendang sakit?" ia menanya Oey
Yong.
Nona itu tidak menyahut, ia hanya berlutut
mendampingi Kwee Ceng. Pemuda itu pingsan karena
rasa nyerinya, sesaat kemudian ia baru mendusin.
"Apakah surat wasiatnya Gak Bu Bok kena mereka
curi?" Kwee Ceng menanya. Itulah hal yang ia ingat
paling dulu.
Oey Yong girang mendengar orang dapat bicara,
meskipun suaranya lemah.
"Jangan khawatir, penjahat itu tak dapat turun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan…" ia menyahut. Ia tentu saja berdusta, karena
ia tidak ingin orang menjadi kaget dan bersusaah hati.
Sebenarnya ia ingin menanyakan lukanya si anak
muda, ketika ia merasakan tangannya hangat-hangat,
disebabkan darah yang baru keluar dari pinggang
Kwee Ceng itu.
"Eh, Yong-jie, kenapa kau menangis?" menanya Kwee
Ceng yang baru sekarang melihat si nona berlinanglinang
air matanya.
"Aku tidak menangis," kata Oey Yong, yang paksakan
diri untuk tertawa.
"Dia menangis tadi!" Sa Kouw campur mulut. "Kau
hendak menyangkal? Apakah kau tidak malu? Lihat,
mukamu masih ada air matanya!"
"Yong-jie, jangan takut," Kwee Ceng menghibur. "Di
dalam Kiu Im Cin-keng ada terdapat cara-cara untuk
mengobati luka, aku tidak bakalan mati."
Mendengar itu, Oey Yong merasakan di dalam
kegelapannya ia memperoleh pelita. ia girang. Tadinya
ia mau minta penjelasan tentang obat itu, niat ini ia
batalkan, khawatir si anak muda nanti menjadi letih.
Maka ia ambil obor dari tangannya si tolol.
"Enci, tadi aku kena serang kau, apakah kau sakit?" ia
menanya sambil tertawa.
"Ah, kau menangis, tidak dapat kau menyangkal!" kata
si tolol yang tidak memperdulikan pertanyaan orang. Ia
hanya mengingat penyangkalan nona ini.
"Ya, benar, aku menangis," kata Oey Yong tersenyum.
"Kau sendiri tidak menangis, kau baik sekali."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar dirinya di puji, Sa Kouw menjadi sangat
girang.
Kwee Ceng sendiri repot meluruskan pernapasannya,
dengan begitu rasa sakitnya berkurang.
"Coba kau memakai jarum emasmu menusuk
beberapa kali jalan darahku ceng-ciok dan siauwyauw,"
katanya perlahan pada Oey Yong.
"Ah, aku menjadi bodoh!" kata si nona, terperanjat.
Dengan lekas ia mengeluarkan sebatang jarumnya
dan terus bekerja. Tiga kali ia menusuk di pinggang kiri
di mana ada dua jalan darah yang disebutkan itu.
Tusukan ini membantu memperlambat mengalirnya
darah dan pun mengurangi rasa nyeri.
"Luka di pinggangku ini, Yong-jie, meskipun dalam,
tetapi tidak berbahaya," Kwee Ceng kata pula,
suaranya tetap perlahan. "Yang hebat ialah serangan
Kap-mo-kang dari si Bisa bangkotan, syukurlah ia tidak
menggunai sepenuhnya tenaganya, dengan begitu aku
masih dapat ditolong, cumalah dengan begitu kau
bakal menderita merawati aku tujuh hari tujuh
malam…"
"Biarnya aku bersengsara tujuhpulh tahun, untukmu
aku senang," menyahut si nona, cepat.
Kwee Ceng terharu sekali, hatinya menggetar hampir
ia pingsan pula. Ia berdiam akan menenangkan diri.
"Sayang suhu pun terluka," katanya kemudian.
"Sudahlah, kau jangan terlalu banyak pikir," mencegah
Oey Yong sekalian menghibur. "Sekarang ini kau mesti
berdaya mengobati lukamu sendiri, supaya orang lega
hatinya…."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang perlu kita mendapatkan dulu tempat yang
tenang," berkata Kwee Ceng. "Disana aku nanti
mengobati diriku dengan bantuanmu. Menurut ajaran
kitab, kita mesti mengadu tenaga bergantian dengan
sama-sama mengendalikan napas. Dengan jalan
begitu kau membantu aku dengan tenaga dalammu.
Seperti aku bilang tdai, sulitnya ialah tempo yang mesti
digunakan mesti tujuh hari tujuh malam, selama mana
tak boleh kedua tangan kita berpisahan. Pikiran kita
berdua bersatu padu, dapat kita berbicara tetapi tidak
boleh ada orang yang ketiga yang menyelak
menyampur bicara. Pula tidak dapat kita bangun atau
berjalan sekalipun setengah tindak. Jikalau ada orang
yang mengganggu kita, maka…."
Oey Yong mengerti cara pengobatan itu, yang sama
dengan orang semadhi, ialah sebelumnya berhasil
tidak boleh ada gangguan, gangguan menggagalkan
dan bisa mendatangkan bahaya juga. Ini sebabnya,
siapa tengah bersemadhi, ia membutuhkan kawan
yang menjaga di sampingnya, guna mencegah
gangguan yang tidak diinginkan itu. Ia jadi berpikir:
"Aku perlu membantu dia, di sini tidak ada orang lain,
siapa yang dapat melindungi? Sa Kouw tidak dapat
diandalkan, dia terlalu tolol, malah mungkin dialah
yang nanti merecoki. Juga di mana bisa didapatkan
tempat sunyi di dalam waktu sesingkat ini? Umpama
kata Ciu Toako datang kemari masih belum tentu ia
sanggup menjagai kita selama tujuh hari tujuh
malam…Bagaimana baiknya sekarang?"
Kembali ia berpikir keras, matanya memandang tajam
ke sekelilingnya. Mendadak ia melihat tempat
menyimpan mangkok dan lainnya.
"Ada!" pikirnya sejenak. "Kenapa aku tidak mau
sembunyi di dalam kamar rahasia itu? Dulu hari Bwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiauw Hong tidak mempunyai pembela, dia sembunyi
di dalam gua…"
Ketika itu sang pagi mulai terang dan Sa Kouw pergi
ke dapur untuk masak bubur.
"Engko Ceng, kau boleh beristirahat," berkata Oey
Yong. "Aku hendak pergi sebentar untuk membeli
barang makanan, sekembalinya aku, kita mulai berlatih
sambil menyembunyikan diri."
Kwee Ceng menurut, ia membiarkan kekasihnya itu
pergi.
Oey Yong pergi ke kampung. Sembari jalan ia pikirkan
apa yang ia mesti beli. Tidak sembarang barang dapat
disimpan selama tujuh hari tujuh malam, atau barang
itu bakal rusak dan bau dan tidak dapat dimakan lagi.
Ia tidak usah berpikir lama atau menjadi bingung
karenanya. Ia lantas membeli dua pikul semangka,
yang ia minta tukang jualnya pikul ke rumah Sa Kouw.
Setelah menerima uang, si tukang semangka berkata:
"Nona, inilah semangka Gu-kee-cun, manis dan lezat
rasanya, bila kau sudah mencobainya, baru kau tahu!"
Terperanjat Oey Yong akan mendengar nama desa ini,
ialah Gu-kee-cun.
"Kalau begitu, inilah kampung halamannya engko
Ceng," pikirnya. Ia menjadi berkhawatir pemuda itu
terganggu pikirannya apabila dia ketahui ini
kampungnya, maka ia lantas menyahuti sembarangan
saja asal si tukang semangka lekas pergi. kemudian
lekas-lekas ia masuk ke dalam. Ia mendapatkan Kwee
Ceng lagi tidur dan darah dari lukanya sudah berhenti
mengalir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sedangnya pemuda itu tidur, ia lantas bekerja. Ia
membuka pintu dapur, terus ia putar pesawat
rahasianya, akan masuk ke dalam kamar rahasia. Ke
dalam situ ia angkut masuk semua semangkanya.
Kepada Sa Kouw ia memesan wanta-wanti agar si tolol
jangan beritahukan siapa juga yang mereka berdua
berada di dalam kamar rahasia itu, dan meski ada
peristiwa bagaimana hebat, si nona dilarang
menerbitkan suara berisik.
Sa Kouw tidak mengerti maksud orang akan tetapi ia
menginsyafi, karena ia menampak bicara dan gerakgerik
tamunya ini sangat sungguh-sungguh.
"Baik," katanya mengangguk. "Kamu hendak makan
semangka sambil menyembunyikan diri di kamar ini,
kamu hendak memakan habis dulu semua semangka,
baru kamu akan keluar lagi. Baiklah, sekarang tidak
akan bicara!"
"Memang, Sa Kouw tidak akan bicara!" kata Oey Yong,
sengaja mengangkat. "Sa Kouw memang anak baik,
kalau Sa Kouw bicara, dia anak buruk…!"
"Sa Kouw tidak akan bicara, Sa Kouw anak baik!" si
tolol mengulangi.
Tidak lama Kwee Ceng sadar, ia diberikan bubur satu
mangkok besar. Oey Yong pun memakannya
semangkok. Habis dahar, nona ini mendukung
pemuda itu masuk ke dalam kamar rahasia. Ketika ia
menoleh keluar pintu, ia lihat Sa Kouw mengawasi
mereka sambil tertawa si tolo berkata: "Sa Kouw tidak
akan bicara!"
Mendapatkan orang demikian tolol, Oey Yong menjadi
berkhawatir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia begini tolol, ada kemungkinan dia nanti
sembarangan bicara sama siapa saja. Bagaimana
kalau dia membilangnya, 'Mereka sembunyi di dalam
sini memakan semangka, Sa Kouw tidak akan bicara'?
Kelihatannya cuma dengan dibunuhnya baru lenyap
ancaman untuk kita…"
Biarnya ia jujur dan polos Oey Yong tidak
menghiraukan tentang wales asih atau kepantasan,
sesat atau sadar, maka itu ia pun tidak pernah mau
pikir, ada hubungan apa di antara Sa Kouw dan Kiok
Leng Hong. Sekarang ia melainkan pikirkan
keselamatannya Kwee Ceng, yang mesti ditolongi dan
dilindungi. Untuk Kwee Ceng, ia bersedia umpama
kata mesti membunuh Sa Kouw. Maka ia lantas ambil
pisau belatinya si anak muda. Disaat ia hendak pergi
keluar, matanya bentrok sama sinar mata si pemuda
itu, sinar kaget atau luar biasa. Ia memikir,
"Mungkinkah dia dapat melihat sinar pembunuhan
pada wajahku?" Lantas ia ingat: "Tidak apa aku
membunuh Sa Kouw, hanya bagaimana nantinya,
engko Ceng sembuh? Bagaimana aku harus
membilangnya apabila ia menanyakan? Mesti dia
bakal membikin banyak berisik………"
Nona ini menjadi ragu-ragu.
"Engko Ceng baik dan halus budi pekertinya," ia
berpikir lebih jauh. "Ada kemungkinan dia bakal tak
menyebut-nyebut Sa Kouw, tetapi siapa tahu apabila ia
terus-menerus membenci aku? Ah, sudahlah, biarlah
kita mencoba menempuh bahaya…….!"
Oey Yong lantas mengunci pintu. Kemudian ia meneliti
seluruh ruang itu. Di ujung barat ada sebuah lobang
angin atau dari mana masuk sinar terang, maka di
siang hari, sinar terang itu dapat menerangi ruang. Di
tembok ada sebuah lobang angin kecil, yang ketutupan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
debu, lalu debu itu disingkirkan.
Kwee Ceng duduk menyender di tembok. Ia
bersenyum.
"Tidak ada tempat yang baik untuk beristirahat
daraipada ini," katanya. "Kau bakal menemani dua
mayat, apakah kau tidak takut?"
Oey Yong tertawa meskipun sebenarnya ia risi juga.
"Yang satu kakak seperguruanku, tidak nanti ia
mengganggu aku," sahutnya. "Yang satu lagi perwira
kantung nasi, hidupnya aku tidak takuti, apapula
sesudah dia mati!" Sembari berkata, ia mendupaki
jerangkong itu ke pojok Utara, kemudian ia
menghampasr rumput kering. Kemudian lagi ia geser
semua semangka, untuk didekati kepada mereka
berdua, supaya gampang diambil dengan mengulur
tangan saja.
"Bagus tidak begini?" ia tanya Kwee Ceng akhirnya.
"Bagus!" menjawab orang yang ditanya. "Sekarang
mari kita mulai berlatih!"
Oey Yong membantui pemuda itu mengambil tempat
duduk di atas rumput, ia sendiri lantas duduk besila di
depannya, sedikit di sebelah kiri, darimana, dengan
berpaling, ia bisa mengintai ke lobang angin di tembok
itu. Untuk girangnya, ia mendapatkan sebuah kaca
rasa di sana, dengan perantaraan kaca itu, ia bisa
melihat ke luar. Maka itu, ia memuji si pembangun
kamar rahasia, yang demikian teliti dengan pembuatan
kamarnya itu. Orang sembunyi tapi berbareng orang
pun bisa melihat ke luar.
So Kouw duduk seorang diri di tanah sambil tangannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggapai kaca ular sutera, mulutnya bergantian
ditutup dan dibuka, suaranya perlahan. Oey Yong
memasang kupingnya, mendengari, maka tahulah ia,
si tolol lagi menyanyikan lagu meninabobokan anak
kecil supaya tiudr. Mulanya ia merasa lucu tetapi
kemudian ia merasakan suara itu halus dan
mengharukan. Tanpa merasa ia berpikir; "Adakah ini
nyanyian ibunya dulu hari untuk ia mendengarinya?
Kalau ibuku tidak telah menutup mata, ibupun akan
menyanyikan aku begini rupa…."
"Yong-jie, kau memikirkan apa?" tanya Kwee Ceng
mendapatkan orang berdiam saja. "Lukaku tidak
berbahaya, kau jangan bersusah hati."
Oey Yong mengusap-usap matanya, ia tertawa.
"Sekarang lekas kau ajari aku caranya menyembuhkan
lukamu," ia berkata.
Kwee Ceng menurut, dengan perlahan ia membaca di
luar kepala kitab Kiu Im Cin-keng bagian pengobatan
luka-luka. Isinya pasal ini menjelaskan luka
disebabkan serangan tenaga dalam, bagaimana ia
harus dilawan untuk memulihkan kesehatan.
Cuma mendengar satu kali saja, Oey Yong telah dapat
menghapalkan itu. Cuma beberapa bagian yang
kurang jelas, dengan menyakinkan bersama, ia pun
akan dapat mengerti. Maka itu, dilain saat, mereka
sudah mulai berkatih. Dua orang ini cocok satu sama
lain, sebab si pemuda berbakat baik, si pemudi cerdas
sekali. Mereka berlatih dengan Oey Yong
mengeluarkan tangan kanannya, yang mana ditahan
oleh Kwee Ceng dengan telapakan tangan kirinya,
kemudian mereka saling menolak dengan menukar
tangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Latihan ini dilakukan dua jam sekali maka itu, diwaktu
beristirahat dengan tangan kirinya Oey Yong
memotong semangka, yang separuh untuk Kwee
Ceng, yang separuh lagi untuknya sendiri. Selagi
makan buah itu, tangan mereka yang sebelah
ditempelkan terus satu pada lain.
Sesudah berlatih hingga jam bie-sie, satu atau dua
lohor, Kwee Ceng merasakan dadanya sedikit lega, tak
pepat seperti semula. Terang itu tanda telah
berjalannya hawa hangat dari tangann Oey Yong, yang
masuk ke dalam tubuhnya sendiri. Dengan begitu, rasa
nyeri di pinggangnya turut berkurang juga. Hal ini
membuatnya girang, hingga ia jadi berlatih semakin
bersungguh-sungguh.
Ketika tiba pada istirahat yang ketiga kali, dari lobang
di atas terlihat masuknya sinar matahari yang lemah.
Itulah tanda dari telah datangnya sang sore. Cuaca
jadi semakin guram. Denga berlalunya sang tempo,
Kwee Ceng merasa semakin lega pernapasannya, dan
Oey Yong pun bertambah segar. Dengan begitu,
mereka bisa melewati tempo beristirahat itu dengan
memasang omong.
Tidak lama keduanya hendak mulai latihannya terlebih
jauh, kuping mereka mendapat dengar suara berlarilari
keras ke arah rumah makan dan berhenti di depan
pondokan. Setelah itu terdengar masuknya beberapa
orang, sebagaimana itu ternyata dari tindakan kaki
mereka yang ramai.
"Lekas sediakan nasi dan lauk pauknya!" begitu
terdengar satu suara keras dan kasar. "Tuan-tuan
besarmu sudah kelaparan hingga mau mati…."
Kwee Ceng dan Oey Yong saling mengawasi. Mereka
mengenali suaranya Sam tauw-kauw Hauw Thong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hay. Si nona lantas mengintai dari liang kecil di
tembok di sisinya. Sekarang ia mendapat kepastian
itulah rombangan musuh mereka sebab mereka
adalah Wanyen Lieh bersama Yo Kang, Auwyang
Hong, Pheng Lian Houw, Nio Cu Ong dan See Thong
Thian. Sa Kouw tidak kelihatan, setahu mana perginya
si tolol itu.
Hauw Thong Hay menghajar meja kalang kabutan,
masih tidak ada suara penyahutan untuknya.
Pheng Lian Houw dan Nio Cu Ong memperhatikan
rumah itu, lalu mereka mengerutkan kening mereka.
"Tidak ada orang di sini…" kata Cu Ong.
"Kalau begitu, biarlah pada pergi ke kampung untuk
membeli makanan!" kata Thong Hay, ia mendongkol
tetapi ia sudi gawe.
Pheng Lian Houw tertawa, dia kata: "Hebat kawanan
Gie-lim-kun itu, mereka ada kawanan kantung nasi
tetapi mereka bisa telasap-telusup di segela tempat,
mereka membuatnya arwah-arwah pun tak man,
hingga sekarang kitalah yang untuk satu hari lamanya
tak dapat gegares! Ongya adalah orang Utara tetapi
ongya ketahui di sini ada ini dusun sunyi senyap.
Hebat!"
Wanyen Lieh tahu orang mengangkat-angkat padanya
tetapi ia tidak jadi kegirangan hingga terkentarakan
pada air mukanya, sebaliknya, ia nampak masgul.
"Pada sembilanbelas tahun yang lalu, pernah aku
datang ke mari," katanya sambil menghela napas.
Orang melihat wajah pangeran ini, yang agaknya
berduka, mereka heran. tentu sekali mereka tidak tahu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada sembilanbelas tahun yang lampau itu, di situ
Pauw Sek Yok telah menolongi jiwanya dari ancaman
bahaya maut.
Mereka ini tidak usah menanti lama atau Hauw Thong
Thay telah kembali bersama arak dan barang
makanan, maka Pheng Lian Houw segera menuangi
arak untuk mereka masing-masing, kemudian ia
berkata pada si pangeran: "Hari ini ongya
mendapatkan surat wasiat, itulah bukti yang Negara
Kim yang terbesar bakal menggentarkan pengaruhnya
di kolong langit, dari itu kami semua hendak memberi
selamat kepada ongya! Saudara-saudara mari minum!"
Ia pun mengangkat cawanya, untuk cegluk kering
isinya.
Nyaringnya suara Pheng Lian Houw ini, Kwee Ceng
dari tempatnya sembunyi dapat mendengar itu.
Pemuda ini menjadi terkejut.
"Kalau begitu berhasillah mereka mencuri surat wasiat
Gak Ongya!" pikirnya.
Begitu ia berpikir demikian begitu ia merasakan
napasnya sesak.
Oey Yong terkejut. Kagetnya si pemuda ia dapat
merasakan pada tangannya, yang terus menempel
sama tangannya si pemuda itu. Ia mengerti sebabnya
gangguan itu. Itulah berbahaya untuk si anak muda.
Maka lekas-lekas ia geser kepalanya, untuk mendekati
kuping orang untuk berbisik: "Ingat kesehatanmu!
Mereka dapat mencuri pulang! Asal gurumu yang
kedua turun tangan, lagi sepuluh surat wasiat pun ia
dapat curi!"
Kwee Ceng anggap kata-kata itu benar. Ia mengetahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baik kepandaiannya gurunya yang nomor dua itu ialah
Biauw Ciu Sie-seng Cu Cong si Mahasiswa Tangan
Lihay. Maka itu ia berdaya untuk menentramkan diri,
tak suka ia mendengari lebih jauh pembicaraan
mereka itu. Ia meramkan kedua matanya.
Oey Yong mengintai pula, justru Wanyen Lieh
mengangkat cawan araknya. Habis mencegluk,
pangeran ini kata dengan gembira: "Semuanya siauwong
mengandal kepada tuan-tuan. Jasa Auwyang
Sianseng ialah yang nomor satu! Jikalau tidak
sianseng mengusir bocah she Kwee itu pastilah kita
mesti bekerja lebih sulit lagi."
Auwyang Hong tertawa kering, suaranya bagaikan
cecer pecah. Kwee Ceng berdenyut hatinya
mendengar tertawanya orang itu.
Oey Yong pun bingung, hingga ia berkata seorang diri.
"Berterima kasih kepada langit dan bumi, biarlah ini
makhluk berbisa tua bangka jangan ngoceh lebih lama
di sini, bisa-bisa engko Ceng nanti bercelaka
karenanya…"
"Tempat ini sangat mencil dan sunyi," berkata
Auwyang Hong, "Tidak nanti tentara Song dapat
menyusul kita sampai di sini. Sebenarnya apa itu surat
wasiat Gak Bu Bok, baiklah kita sama melihatnya,
untuk menambah pemandangan kita."
Sembari berkata, ia merogoh sakunya untuk
mengeluarkan itu kotak batu, yang mana ia letaki di
atas meja. Di mulut See Tok mengatakan demikian, di
dalam hatinya ia sudah mengambil kepastian apabila
ia mendapatkan surat wasiat itu berfaedah, hendak ia
merampasnya untuk menjadi miliknya sendiri, kalau itu
hanya ilmu perang biasa, yang baginya tak ada
pentingnya, suka ia mengalah dan menyerahkannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Wanyen Lieh, dengan begitu ia menjadi
berbuat jasa untuk pangeran itu…….
Sejenak itu, semua mata diarhkan kepada kotak batu
itu.,
Oey Yong melihat semua itu, segera otaknya bekerja.
"Cara apa aku mesti ambil untuk dapat memusnahkan
surat wasiat itu?" demikian pikirnya. "Kemusnahan
adalah yang terlebih baik daripada surat wasiat itu
jatuh ke dalam tangannya ini manusi-manusia jahat
dan berbahaya….!"
Lalu terdengar suaranya Wanyen Lieh: "Ketika siauwong
memeriksa surat peninggalannya Gak Hui itu,
yang bunyinya seperti teka-teki, lalu itu dihubungi
sama catatan hikayat beberapa kaisar di dalam
istananya kaisar she Tio itu, maka tahulah siauw-ong
surat wasiat ini disimpan di Cui Han Tong, di simpan di
dalam kotak batu yang berada limabelas tindak di arah
Timurnya. Buktinya sekarang, duagaanku itu tidak
salah. Aku mau percaya, tak ada orang yang ketahui
kenapa telah terjadi pengacauan kita di dalam istana
semalam…….."
Kelihatannya pangeran ini sangat puas, lebih-lebih
setelah kembali orang memuji padanya.
Wanyen Lieh mengurut kumisnya.
"Anak Kang, kau bukalah kotak itu!" ia memerintah.
Yo Kang menurut perintah. Ia maju, menghampirkan.
Lebih dulu ia menyingkirkan segelannya kotak, habis
itu ia membuka tutupnya. Maka ke dalam situ
menyorotlah sinar matanya semua orang. Apa yang
dilihat membuatnya semua hadiran menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tercengang bahna herannya, sehingga untuk sesaat itu
tak ada seorang jua yang dapat membuka suaranya.
Semua mata diarahkan tajam ke dalam kotak batu,
yang diharap isinya istimewa, siapa tahu kotak itu
ternyata kosong melompong, tidak ada serupa benda
juga di dalam situ, jangan kata surat wasiat tentang
siasat perang, sehelai kertas kosong pun tidak
kedapatan.
Oey Yong tidak dapat turut melihat isinya kotak, tetapi
ia melihat tegas wajah semua orang, maka maulah ia
menduga untuk kosongnya kotak itu. Diam-diam ia
bersyukur.
Wanyen Lieh menjadi sangat lesu, ia duduk dengan
memegangi meja, sebelah tangannya menunjang
janggut. Ia berpikir keras sekali. Di dalam hatinya ia
kata: "Aku telah memikir matang, aku menduga surat
wasiat itu berada di dalam kotak ini, kenapa surat itu
tak ada sekalipun bayangannya?" begitu ia memikir
demikian, begitu ia mendapat pikiran, wajahnya pun
menjadi bercahaya saking gembiranya. Ia sambar
kotak itu, terus ia bertindak ke cimchee, di sini dengan
tiba-tiba ia banting kotak ke lanti batu!
Dibarengi suara nyaring, kotak itu pecah menjadi
beberapa keping.
Oey Yong cerdas, kupingnya lihay, dari suara
pecahnya kotak itu, ia mendapat tahu kotak
sebenarnya terdiri dari dua lapis, artinya ada lapisan
dalamnya.
"Ah, siapa sangka kotak ini ada lapisannya?" katanya
di dalam hati. Ia dapat menduga demikian, tetapi
bukannya ia girang karena dugaannya itu tepat, ia
justru menjadi masgul. Percuma menduga dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhasil, ia sendiri tidak bisa muncul untuk
mendapatkan kepastian. Tapi ia tak usah bergelisah
lama-lama, atau Wanyen Lieh tertampak sudah
kembali ke mejanya seraya berkata: "Aku sangka
kotak itu ada lapisan dalamnya, tak tahunya isinya
tidak…" Ia lesu sekali.
Lian Houw semua heran, mereka ramai membicarakan
kotak itu.
"Ah, siapa sangka!" pikir Oey Yong, hatinya lega,
hingga di dalam hatinya ia tertawai mereka itu. Ia
berbisik pada Kwee Ceng, akan memberitahukan
Wanyen Lieh belum berhasil memdapatkan surat
wasiatnya Gak Hui.
Kwee Ceng pun lega hatinya mendengar keterangan
itu.
"Aku lihat kawanan penjahat ini belum mati hatinya,
meski mereka bakal pergi pula ke istana," Oey Yong
mengutarakan dugaannya. Karena ini ia menjadi
berkhawatir untuk gurunya, yang masih berada di
dapur istana. Ada kemungkinan guru itu bakal
diperogoki. Benar di sana ada Ciu Pek Thong yang
melindungi tetapi Pek Thong bangsa berandalan, yang
edan-edanan.
Jitu juga dugaanya nona Oey ini. Segera terdengar
suaranya Auwyang Hong: "Keggagalan kita ini tak
berarti banyak, sebentar malam kita pergi pula ke
istana, untuk mencari terlebih jauh!"
"Malam ini tak dapat," Wanyen Lieh mencegah. "Tadi
malam keadaan kacau sekali, tentu karenanya
penjagaan diperkeras."
"Memang penjagaan tetap dilakukan, itu pun tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berarti," berkata Auwyang Hong. "Ongya bersama siecu
malam ini tak usah turut, baiklah ongya berdua
beristirahat di sini bersama keponakanku."
"Dengan begitu kembali siauw-ong membikin sianseng
bercapai lelah," kata pangeran Kim itu sambil memberi
hormat. "Baiklah siauw-ong menanti kabar baik saja."
Pembicaraan mereka berhenti sampai di situ. Habis
bersantap Wanyen Lieh merebahkan diri di hamparan
rumput, ditemani putra angkatnya dan Auwyang
Kongcu, dan Auwyang Hong bersama yang lainnya
lantas pergi memasuki kota, untuk menyerbu ke istana.
Wanyen Lieh tak dapat tidur, ia golek-golek saja. Ia
memikirkan surat wasiat dan kepergian sekalian
pahlawannya itu. Ia merasa tidak enak waktu
kupingnya mendengar seekor anjing kampung
membaung dan mengulun, suaranya sangat
menyedihkan, tak sedap masuk ke kupingnya. Ia
menjadi tak tentram dan masgul.
Belum lama pada pintu terdengar suara. Rupanya
daun pintu ada yang tolak, sebab segera terlihat
masuknya satu orang. Ia menggeraki tubuhnya, buat
bangun berduduk, tangannya memegang gagang
pedang.
Yo Kang telah berlompat ke belakang pintu,
menyembunyikan diri, bersiap sedia.
Yang datang itu satu nona dengan rambut riap-riapan,
mulutnya memperdengarkan nyanyian perlahan. Ia
menolak pintu untuk masuk terus.
Dialah Sa Kouw, yang tadi pergi bermain di rima dekat
rumahnya dan sekarang baru kembali. Ia melihat ada
orang asing di rumahnya itu, ia tidak mengambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mumat, langsung ia pergi ke tumpukan rumput tempat
ia bisa tidur. Begitu ia merebahkan dirim segera
terdengar suara napasnya menggeros.
Melihat bahwa orang ada seorang nona dusun yang
tolol, Yo Kang tertawa sendirinya dan terus ia tidur
pula.
Wanyen Lieh tetap berpikir, masih ia tak dapat pulas.
Maka kemudian ia bangun, untuk nyalakan sebatang
lilin, yang ia letaki di atas meja. Ia mengeluarkan sejilid
buku, untuk dibaca, dibolak-balik lembarannya.
Selama itu, Oey Yong terus menginta dari lubang
temboknya. Kebetulan ia menampak seekor selaru
terbang memutari api, lalu menyerbu, maka
terbakarlah sayapnya dan robohlah tubuhnya di atas
meja.
Wanyen Lieh jumput selaru itu.
"Jikalau Pauw-sie hujinku ada di sini, pastilah kau
bakal ditolong diobati," berkata ia dengan perlahan. Ia
pun lantas mengeluarkan sebuah piasu kecil serta satu
ples kecil berisi obat, ia pegang itu di kedua
tangannya, untuk dibuat main. Ia nampaknya sangat
berduka.
Oey Yong menepuk perlahan pundaknya Kwee Ceng,
ia memberi isyarat supaya pemuda itu melihat
kelakuan si pangeran .
Kwee Ceng lantas mengintai, akan dilain saat ia
menjadi gusar sekali. Samar-samar ia ingat, piasu dan
obat itu kepunyaan Pauw Sek Yok, ibunya Yo Kang.
Semasa di dalam istana Chao Wang, Sek Yok pernah
menggunai itu mengobati lukanya seekor kelinci.
Selagi ia mengawasi terus, ia dengar pangeran itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata seorangd iri dengan perlahan: "Pada
sembilanbelas tahun dulu di kampung ini yang buat
pertama kali aku bertemu denganmu…. Ah, aku tidak
tahu, sekarang entah bagaimana dengan rumahmu
yang dulu itu?"
Habis berkata pangeran itu berbangkit, ia ambil
lilinnya, terus ia jalan keluar pintu.
Kwee Ceng berdiam.
"Mustahilkah kampung ini kampung Gu-kee-cun,
kampung halamannya ayah dan ibuku?" ia menanya
dirinya sendiri. Ia lantas pasang mulutnya di kuping
Oey Yong, untuk menanyakan.
Oey Yong mengangguk.
Tiba-tiba Kwee Ceng merasakan dadanya goncang,
darahnya berjalan keras, hingga tubuhnya bergerakgerak
karenanya.
Tangan kanan Oey Yong menempel sama tangan kiri
anak muda itu, ia merasakan goncangan keras dari
hatinya si anak muda, ia menjadi berkhawatir.
Goncangan itu bisa mencelakai anak muda ini. Lekaslekas
ia ulur tangan kanannya, akan ditempel dengan
tangan kiri orang, terus ia mengerahkan tenaganya
menekan.
Kwee Ceng pun turut menekan, ini justru ada baiknya.
Dengan begitu, perhatiannya terpusatkan pula, tak
terbagi dengan perasaan yang menggoncangakan hati
itu. Perlahan-lahan hatinya menjadi tenang kembali.
Tidak lama tertampak sinar api, lalu Wanyen Lieh
bertindak masuk sambil menghela napas panjang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng mengawasi dengan tenang. Sekarang ia
dapat menguasai dirinya. Oey Yong dapat merasai
ketenangan hati kawannya ini, ia membiarkan si kawan
terus mengintai, cuma sebelah tangan dia itu tetap ia
tempel sama tangannya sendiri.
Sekarang ini tangan Wanyen Lieh memegang sebuah
senjata berwarna hitam. Itulah bukannya golok,
bukannya kampak. Dengan bengong si pangeran
mengawasi senjata itu di samping api lilin. Sekian
lama, ia mengasih dengar pula suaranya yang
perlahan: "Rumah keluarga Yo rusak hingga tak
ketinggalan sepotong genteng juga. Keluarga Kwee
masih meninggalkan tombak pendek yang dulu hari
dipakai Kwee Siauw Thian…."
Hati Kwee Ceng tercekat mendengar nama ayahnya
disebut oleh musuh yang telah membunuh ayahnya
itu. Lantas saja ia berpikir, "Jahanam ini terpisah dari
aku tak ada sepuluh tindak, dengan sebuah pisau
belati dapat aku menimpuk mampus padanya…."
Terus dengan tangan kanannya ia menanya: "Yong-jie,
dengan sebelah tanganmu dapat kau memutar
membuka daun pintu?"
"Jangan!" mencegah si nona, yang dapat menerka
maksud orang. "Gampang untuk membunuh dia tetapi
dengan begitu orang menjadi mendapat tahu tempat
sembunyi kita ini….."
"Dia…dia memegangan senjatanya ayah aku…" kata
Kwee Ceng, suaranya menggetar.
Seumurnya Kwee Ceng belum pernah melihat wajah
ayahnya, ia cuma mengetahuinya sebagian dari
penuturan dan lukisan ibunya, yang lain berkat
kekhawatiran hatinya memikir ayahnya itu, yang ia
bayangi. Ia memuja sangat ayahnya itu. Maka itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat ujung tombak ayahnya, hatinya goncang keras
kerana kebencian dan kemarahannya yang hebat.
Oey Yong mengalami kesulitan. Memang susah untuk
membujuki pemuda ini. Tapi ia mencoba. Ia berbisik
pula ke telinga si anak muda: "Ibumu dan Yong-jie
menghendaki hidupmu…"
Kata-kata ini besar pengaruhnya. Kwee Ceng terkejut,
terus ia menyimpan pula pisau belatinya di
pinggangnya. Ia kembali mengintai. Wanyen Lieh telah
merebahkan kepalanya di meja.
Pemuda itu menghela napas. Bukankah ia tak dapat
membalas sakit hati ayahnya? Karena lesu, ia lalu
bersemadhi lebih jauh. Tapi, belum lagi ia
menyingkirkan matanya dari lubang angin, ia melihat
seorang duduk di tumpukan rumput. Di dalam kaca,
tak terlihat mukanya dia itu yang terkurung sinar api.
Hanya setelah ia berbangkit berdiri dan mendekati
Wanyen Lieh, akan emngambil peles obat dan pisau
kecil tadi, selagi memutar tubuh, dia dapat dikenali
sebagai Yo Kang.
Untuk sesaat Yo Kang memandangi bengong kepada
peles obat dan pisau kecil itu, kemudian dari sakunya
ia mengeluarkan sebuah tombak. Ia pun mengawasi
tombak itu. Tidak lama ia berdiam, berbareng sama
berubahnya air mukanya, ia menjumput tombak
pendek yang terletak di tanah, dengan itu ia menikam
ke arah punggungnya Wanyen Lieh.
Kwee Ceng melihat itu, girang hatinya. Ia mengerti, Yo
Kang tentu mengingat ayah dan ibunya dan sekarang
hendak menuntut balas. Asal tombak itu dikasih turun
habis sudahlah jiwa pangeran Kim itu. Tapi, tangan Yo
Kang terangkat naik terus berdiam, tidak terus dikasih
turun, untuk menikam. Lewat beberapa saat, tangan itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pun diturunkan tanpa tikaman.
"Bunuh, bunuhlah!" Kwee Ceng berseru-seru di dalam
hatinya. "Sekarang kalau kau tidak turun tangan, kau
hendak menunggu sampai kapan lagi?" Lalu ia
menambahkan: "Jikalau kau menikam, kau tetap
saudaraku yang baik, urusanmu di dalam istana sudah
menikam aku, akan aku bikin habis saja."
Tangan Yo Kang gemetaran, tangan itu dikasih turun
perlahan sekali, maka kemudian, tombak itu
menggeletak pula di tanah…
"Anak haram!" Kwee Ceng mendamprat di dalam
hatinya. Ia menyesal dan mendongkol sekali.
Yo Kang meloloskan bajunya yang panjang, ia pakai
itu untuk menutupi tubuhnya Wanyen Lieh, rupanya ia
takut ayah angkat itu masuk angin.
Kwee Ceng lantas melengos. Tak sudi ia mengawasi
terlebih lama lagi. Ia sungguh tak mengerti sikapnya
Yo Kang ini.
"Jangan bergelisah tidak karuan," Oey Yong
menghibur. "Jangan keburu nafsu. Setelah kau
sembuh, meski jahanam ini lari ke ujung langit, kita
akan kejar padanya!"
Kwee Ceng mengangguk, setelah mana ia berlatih
terus.
Ketika sang fajar datnag, beberapa ekor ayam jago
kampung mengasih dengar keruyuk mereka saling
sahut, dilain pihak muda-mudi itu sudah berlatih tujuh
rintasan hingga mereka merasakan tubuh mereka
segar sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menunjuki telunjuknya.
"Telah lewat satu hari!" katanya sambil tertawa. Ia
puas dengan selesainya latihan hari pertama itu.
Bab 49. Pertempuran di dalam rumah makan
"Sungguh berbahaya!" kata Kwee Ceng perlahan.
"Jikalau tidak ada kau, tidak dapat aku mengendalikan
diri, dan itu artinya bahaya……."
"Masih ada enam hari dan enam malam, kau mesti
janji akan dengar kata aku," kata si nona.
"Kapannya pernah aku tidak dengar kau?" Kwee Ceng
menanya sambil tertawa.
Oey Yong tersenyum, lalu ia miringkan kepalanya.
"Nanti aku berpikir," katanya.
Dari atas mulai bersorot sinar matahari, maka
terlihatlah muka Oey Yong yang merah dadu, yang
cantik manis, sedang dilain pihak, Kwee Ceng tengah
memegangi tangan orang yang halus lemas, tanpa
merasa, dadanya memukul. Maka lekas-lekas ia
menenangi diri, walaupun begitu, mukanya merah. Ia
jengah sendirinya.
Sejak mereka bertemu dan bergaul, belum pernah
Kwee Ceng memikir seperti sekali ini terhadap si nona,
dari itu ia menyesal sendirinya dan menyesali dirinya
juga.
"Eh, engko Ceng, kau kenapa?" tanya Oey Yong. Ia
heran menampak perubahan mukanya si anak muda.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku bersalah, mendadak saja aku memikir…..aku
memikir…."
Pemuda itu tunduk, perkataannya berhenti sampai di
situ.
"Kau memikirkan apa sebenarnya?" si nona menanya
pula.
"Tetapi sekarang aku sudah tidak memikir pula."
"Tadinya kau memikir apa?"
Kwee Ceng terdesak.
"Aku memikir untuk merangkulmu, menciummu.."
karena terpaksa ia mengaku. Sebagai seorang jujur,
tak dapat ia berdusta.
Mukanya si nona bersemu merah. Ia berdiam. Justru
itu ia nampak semakin menggiurkan.
Melihat orang diam saja dan bertunduk, Kwee Ceng
menjadi tak enak hati.
"Yong-jie, kau gusarkah?" ia menanya. "Dengan
memikir demikian, aku jadi buruk seperti Auwyang
Kongcu……"
Tiba-tiba si nona tertawa.
"Tidak, aku tidak gusar!" sahutnya. "Aku hanya
memikir, di belakang hari, kau akhirnya bakal
merangkul aku, mencium aku, bahwa aku bakal jadi
istrimu!"
Mendapat jawaban itu, lega hatinya Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engko Ceng," kemudian si nona tanya. "Kau memikir
untuk mencium aku, adakah hebat pikiranmu itu?"
Kwee Ceng hendak memberikan jawabannya ketika ia
menundanya. Tiba-tiba terdengar tindakan kaki cepat
dari dua orang, yang terus masuk ke dalam rumah
makann disusuli suara nyaring dari Hauw Thong Hay:
"Aku telah bilang, di dunia ini ada setan, kau tidak
percaya!"
"Apakah itu setan atau bukan setan?" terdengar
suaranya See Thong Thian. "Aku bilang padamu, kita
sebenarnya bertemu dengan seorang pandai!"
Oey Yong lantas saja mengintai, maka ia melihat muka
Huaw Thong Hay berbelepotan darah dan bajunya See
Thong Thian robek tidak karuan.
Melihat dua saudara seperguruan itu rudin demikian,
Wanyen Lieh dan Yo Kang menjadi heran. Mereka
lantas menanyakan sebabnya.
"Nasib kita buruk," menyahut Hauw Thong Hay. "Tadi
malam di dalam istana kita bertemu hantu, sepasang
kuping aku si Lao Hauw telah kena ditabasnya
kutung…"
Wanyen Lieh melihat kupingnya Thong Hay itu, benar
lenyap dua-duanya. Ia menjadi heran sekali.
"Masih ngoceh saja!" See Thong Thian menegur.
"Apakah kita telah tidak cukup memalukan?!"
Thong Hay takut kepada kakak seperguruannya itu,
tetapi ia melawan.
"Aku melihat tegas sekali," katanya, membela. "Satu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setan hakim yang mukanya biru kumisnya merah
seperti cusee sudah berpekik seraya menubruk aku,
begitu aku menoleh, sepasang kupingku tahu-tahu
sudah lenyap. Hakim itu mirip benar dengan patung
hakim di dalam kuil, kenapa dia bukannya hakim
neraka tulen?"
See Thong Thian pun menerangkan, ia cuma
bertempur tiga jurus dengan hamkin neraka itu lantas
pakaiannya kena disobek rubat-rubit seperti itu.
Mereka itu menjadi heran tanpa pemecahan, dari itu
mereka cuma dapat menduga-duga. See Thong Thian
percaya ia berhadapan sama satu jago Rimba
Persilatan yang lihay, maka itu ia menyangsikan hantu,
tetapi ia pun tidak bisa membuktikan kesangsiannya
itu.
Ketika Auwyang Kongcu ditanya, mungkin ia ketahui
sesuatu, ia pun menggeleng kepala.
Tengah mereka ini berdiam dengan terbenam dalam
keheranan itu, terlihat baliknya Leng Tie Siangjin
bersama Pheng Lian Houw dan Nio Cu Ong bertiga.
Mereka datang saling susul, keadaan mereka juga
tidak karuan.
Leng Tie Siangjin dengan kedua tangannya tertelikung
ke belakang dengan rantai besi. Pheng Lian Houw
dengan muka bengkak dan matang biru mungkin
bekas digaploki pulang pergi. io Cu Ong lebih lucu lagi,
ialah kepalanya sudah dicukur licin mirip dengan
kepalanya seorang paderi!
Mereka ini, katanya, begitu lekas mereka memasuki
istana, akan mencari surat wasiatnya Gak Hui, telah
bertemu hantu. Masing-masing bertemu sama hantu
sendiri, ialah satu hantu Bu Siang Kwie, satu malaikat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Leng Koan, dan satu lagi toapekkong tanah.
Nio Cu Ong pulang dengan mulutnya memaki kalangkabutan
seraya tangannya mengusap-usap kepalanya
yang gundul licin itu. Pheng Lian Houw dapat
menguasi diri, ia berdiam saja. Leng Tie Siangjin
tertelikung hebat sekali, rantai melibat keras kulit dan
dagingnya. Pheng Lian Houw mesti mesti bekerja
sekuat tenaganya, baru rantai itu dapat diloloskan,
karena itu lengan orang suci dari Tibet itu jadi
berdarah. Mereka ini saling mengawasi saja. Mereka
percaya sudah bertemu sama musuh lihay, maka itu
terpaksa mereka menutup mulut.
"Kenapa Auwyang Sianseng masih belum kembali?"
tanya Wanyen Lieh sesudah mereka itu membungkam
sekian lama.
"Setahu dia pun bertemu hantu atau tidak…"
"Auwyang Sianseng sangat lihay, umpama kata ia juga
bertemu hantu, tidak nanti ia dapat dikalahkan,"
berkata Yo Kang.
Mendengar jawaban Yo Kang ini, Pheng Lian Houw
jengah sendirinya.
Oey Yong melihat dan mendengar semua
pembicaraan mereka, ia puas sekali.
"Aku telah membelikan topeng pada Ciu Toako, siapa
tahu sekarang ia telah perlihatkan pengaruhnya,"
katanya dalam hati. "Inilah diluar sangkaanku. Hanya
entahlah si tua bangka yang berbisa itu bertemu
dengannya atau tidak…"
Nona ini menoleh kepada Kwee Ceng, ia dapatkan si
anak muda lagi berlatih terus, maka ia pun menemani.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pheng Lian Houw semua sudah lapar sekali, dari itu
repotlah mereka membelah kayu untuk menyalakan
api, untuk membeli beras dan memasak nasi. Hauw
Thong Hay pergi mencari mangkok, di dapur ia melihat
itu mangkok besi, ketika ia angkat itu, tidak bergerak,
Ia heran hingga ia berseru. Lagi sekali ia menarik
dengan mengerahkan tenaganya, tetap ia tak berhasil.
Oey Yong yang berada di dalam kamar dapat
mendengar suara Thong Hay itu. Ia terkejut. Ia tahu
ancaman bahaya apabila kamar itu ketahuan orangorang
di luar itu, justru merekalah rombongan musuh.
Tidak saja mereka berjumlah besar dan semuanya
lihay, Kwee Ceng sendiri tak dapat menggeraki
tubuhnya. Maka itu ia cemas hati, ia menjadi bingung.
See Thong Thian mendengar suara Thong Hay, ia
mengatakan adik seperguruannya itu berisik saja. Adik
ini penasaran.
"Kalau begitu, kaulah yang mengambilnya!" katanya
sengit.
Thong Thian menghampirkan, ia mencoba
mengangkat.
"Ah…!" serunya heran. Ia pun tak berdaya.
Berisiknya mereka ini membikin Pheng Lian Houw
datang mendekati. Ia mengawasi mangkok itu.
"Pasti ini ada rahasianya," bilangnya kemudian. "See
Toako, coba kau memutarnya ke kiri atau ke kanan."
Oey Yong kaget bukan main. Ia serahkan pisau
belatinya kepada kwee Ceng, ia sendiri memegangi
tongkatnya Ang Cit Kong. Justru itu ia melihat tulangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
belulang di pojokan, tiba-tiba ia mendapat pikiran. Ia
lantas mabil kedua buah tengkorak, ia belesaki itu ke
dalam buah semangka.
See Thong Thian di luar kamar sudah bekerja,
diputarnya mangkok besi itu membuat pintu rahasia
terbuka. Melihat itu, Oey Yong lantas bekerja. Ia riapriapakan
rambutnya hingga terurai tidak karuan
dimukanya, tangannya memegang semangka
bertengkorak itu, ia ajukan ke depan, mulutnya
memperdengarkan suara meniru hantu.
Hauw Thong Hay yang pertama melihat setan
"berkepala dua" itu, ia kaget bukan main. Bukankah
mereka itu baru saja diganggu hantu? Maka itu ia
menjerit keras dan lari ngiprit. Perbuatannya ini dituruti
yang lainnya, yang hatinya menjadi ciut. Hingga disitu
tinggal Auwyang Kongcu seorang, yang rebah di atas
rumput tanpa bergerak.
Oey Yong tertawa lebar, lalu ia menghela napas lega.
Lekas-lekas ia menutup pula pintu rahasianya.
Sekarang ia mesti berpikir keras, untuk mencari lain
jalan guna menyelamatkan diri. Sebagai orang-orang
kangouw lihay, mesti Thong Hay beramai bakal datang
pulang.
Selagi si nona berpikir, ia mendengar suara pintu
depan dibuka, lalu satu orang bertindak masuk. Ia
menjadi berkhawatir sekali. Ia lantas mencekal
tempulingnya dan tongkatnya diletaki di sampingnya.
Begitu lekas pintu dibuka dan orang terlihat, hendak ia
mendahului menimpuk dengan tempuling itu.
Tidak lama terdengarlah suara halus tapi nyaring
memanggil-manggil tuan rumah.
Oey Yong menjadi heran. Itulah suara wanita. LekasTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
lekas ia mengintai. Tidak keliru pendengarannya itu.
Orang yang baru datang itu benar seorang wanita,
yang terus berduduk di sebuah kursi. Dia berdandan
indah seperti seorang nona hartawan. Karena ia
menghadapi kaca, mukanya tidak kelihatan.
Selang sesaat, kembali nona itu memanggil-manggil
tuan rumah, yang jawabannya tak juga kunjung tiba.
Oey Yong menjadi heran. Ia ingat sekarang suara
nona itu.
"Dia toh Nona Thia dari Poo-ceng?" katanya dalam
hati.
Kebetulan itu waktu si nona berpaling. Maka heran dan
giranglah Nona Oey ini.
Tidak salah, nona itu ialah Thia Yauw Kee. Maka ia
menduga-duga sekarang, kenapa nona itu bisa berada
di tempat ini.
Sementara itu Sa Kouw, yang tidur layap-layap,
bangun juga atas panggilan si nona. Ia
menghampirkan.
"Tolong bikinkan aku barang makanan," nona Thia
minta.
Si tolol menggeleng kepala, tandanya tak ada barang
makanan, tetapi justru itu, hidungnya mencium bau
nasi baru matang, sambil menoleh, ia lari ke dapur.
Untuk herannya ia menampak nasih putih di dalam
tempulo. Itulah nasi Wanyen Lieh beramai. Ia menjadi
girang sekali. Tanpa cari tahu darimana datangnya
nasi itu, ia menyendoki satu mangkok untuk nona
tetamunya, ia sendiri turut dahar pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak biasa, nona Thia dahar tanpa lauk pauknya, nasi
itu pun nasi keras, maka itu baru beberapa suap, ia
sudah meletaki mangkok serta sumpitnya.
Sa Kouw sendiri memakan habis tiga mangkok,
setelah mana ia menepuk-nepuk perutnya, romannya
menandakan ia sangat puas.
"Nona aku numpang tanya," nona Thia menanya.
"Tahukah kau dusun Gu-kee-cun dari sini berapa jauh
lagi?"
"Gu-kee-cun?" menyahut si tolol. "Ini justru Gu-keecun.
Hanya aku tak tahu berapa jauh terpisahnya.."
Nona Thia itu agaknya likat, mukanya menjadi
bersemu dadu, kepalanya terus ditunduki dan
tangannya membuat main ujung bajunya.
"Oh, kiranya inilah Gu-kee-cun!" katanya kemudian.
"Sekarang aku hendak tanyakan kau tentang satu
orang, apakah kau tahu….kau tahu….."
Sa Kauw tidak menanti hingga orang mengucapakan
habis pertanyaannya, ia menggoyang-goyang
kepalanya, terus ia berlari keluar.
Oey Yong sendiri, yang mendengar pertanyaan nona
Thia jadi berpikir.
"Ah, siapakah yang ia cari di sini? Ya, ia muridnya Sun
Put Jie, mungkin ia dititahkan guru atau paman
gurunya mencari Yo Kang yang ada muridnya Khu Cie
Kee…"
Sambil berpikir, nona Oey mengawasi nona Thia itu.
Dia duduk dengan toapan, pakaiannya indah dan rapi,
tangannya mengusap-usap bunga di samping
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kupingnya. Mukanya pun bersemu merah. Entah apa
yang ia lagi pikirkan.
Oey Yong mengawasi terus.
Itu waktu terdengar pula tindakan kaki di luar rumah
maka, lalu satu orang muncul sambil memanggilmanggil
tuan rumah.
"Sungguh kebetulan!" berkata Oey Yong di dalam
hatinya. "Kenapa orang-orang yang kukenal di kolong
langit ini justru pada berkumpul di Gu-kee-cun ini?"
Orang baru itu ialah Liok Koan Eng, tuan muda dari
Kwie-in-chung. Ia berdiri di muka pintu. Heran ia
melihat nona Thia. Ia tidak menegur, hanya kembali ia
memanggil tuan rumah.
Nona Thia melihat seorang muda, ia malu dan likat, ia
lantas menoleh ke arah lain.
Koan Eng pun heran, hingga ia tanya dirinya sendiri.
"Kenapa ada nona cantik di sini dan dia sendirian
saja?" Ia bertindak masuk, terus ke dapur. Ia tidak
menemukan siapa juga, maka agaknya ia bernafsu
kapan ia mendapat lihat nasi di tempulo.
"Aku lapar, hendak aku minta beberapa mangkok
untukku, bolehkah bukan nona?" ia tanya nona Thia.
Yauw Kee menganggap lucu orang minta nasi yang
bukan kepunyaannya sendiri, ia tertawa.
"Nasi itu bukan kepunyaanku, kau makanlah!" katanya
tertawa.
Tanpa banyak bicara, Koan Eng lantas berdahar. Ia
makan dua mangkok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Terima kasih," katanya kemudian seraya memberi
hormat kepada nona Thia. "Sekarang aku mohon
menanya, adakah nona ketahui dusun Gu-kee-cun
berapa jauh terpisahnya dari sini?"
Nona Oey menjadi bertambah heran, nona Thia pun
tak terkecuali.
"Kiranya dia juga mencari dusun Gu-ke-cun," pikir
nona Oey.
"Tempat ini justru desa Gu-ke-cun," menyahut Yauw
Kee sambil ia membalas hormatnya si anak muda.
Koan Eng menjadi girang.
"Bagus!" katanya. "Sekarang aku minta tanya nona
tentang satu orang…"
Yauw Kee memikir untuk memberitahukan bahwa ia
bukannya penduduk Gu-kee-cun itu, atau ia ingat
baiklah ia dengar dulu, siapa yang dicari pemuda ini.
Maka itu ia menanti.
"Ada seorang muda she Kee nama Ceng, entah dia
tinggal di rumah yang mana di sini?" Koan Eng tanya.
"Apakah ia berada di rumahnya?"
Yauw Kee heran, lebih-lebih Oey Yong.
"Mau apa dia mencari engko Ceng?" putrinya Tong
Shia tanya dirinya sendiri.
Yauw Kee tidak menyahut, ia hanya likat hingga
mukanya jadi merah, lekas-lekas ia menunduk.
Oey Yong mendapat lihat wajah dan kelakuan orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, saking cerdiknya ia dapat menerka hari orang.
"Ah, kiranya!" pikirnya. "Engko Ceng telah menolongi
dia di Poo-eng, rupanya ia lantas mencintainya secara
diam-diam…"
Oey Yong polos dan jujur, ia tidak kenal iri atau
cemburu, maka itu mengetahui ada orang yang
mencintai Kwee Ceng, justru ia menjadi girang sekali.
Memang tidak keliru dugaan putrinya Oey Yok Su ini.
Yauw Kee ingat budinya Kwee Ceng. Ia memang
dibantu oleh Lee Seng dan lainnya dari Kay Pang,
Partai Pengemis, tetapi mereka bukannya
tandingannya Auwyang Kongcu, tanpa ada pemuda
itu, pastilah ia bakal terhina. Melihat Kwee Ceng muda,
romannya tampan, dan orang pun jujur, mulia hatinya
dan gagah, lantas ia menjadi ketarik dan jatuh hati,
maka seperginya pemuda itu, ia ingat dan
memikirkannya tak hentinya. Lama-lama tak dapat ia
menguasai dirinya lagi, setelah memikir pergi pulang,
pada suatu malam ia pergi secara diam-diam dari
rumahnya. Ia mengerti ilmu silat tetapi belum pernah ia
melakukan perjalanan seorang diri dan jauh, dia asing
dengan segala apa kaum kangouw. Tetapi ia
memberanikan diri. Ia mencari dusun Gu-kee-cun
sebab Kwee ceng membilang ia berasal dari dusun itu
dengan kotanya Lim-an. Untung nona Thia, karena
dandannya indah, di tengah jalan tidak ada orang yang
mengganggunya, sampai ia tiba di Gu-kee-cun, hanya
ia belum tahu itulah desa yang ia cari itu. Maka itu, ia
minta keterangan dari Sa Kouw. Begitu ia mendapat
jawaban, ia menjadi likat sendirinya, pikirannya pun
kacau.
Dari tempat jauh ia datang, setelah tiba, ia mengharapharap
Kwee Ceng tak ada di rumah…kata ia di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hatinya: "Sebentar aku mencuri datang ke rumahnya,
setelah melihat dia, aku akan lantas berangkat pulang
lagi. Aku tidak boleh membikin dia ketahui datangku
ini. Kalau dia melihat aku, aku malu sekali…"
Diluar dugaan Yauw Kee, Koan Eng datang ke situ,
dan pemuda ini menanyakan Kwee Ceng. Ia kaget dan
heran. Bukankah ia tengah "bersalah"? Ia mau
menduga si anak muda telah pecahkan rahasia
hatinya, ia menjadi malu sendirinya. Setelah berdiam
sekian lama, ia bangun berdiri, dengan niat
mengangkat kaki. Tapi ia belum sempat ia
mewujudkan itu, sebab mendadak dari sebelah luar
mongol satu kepala orang yang romannya jelek. Cepat
sekali, kepala itu diperengkatkan. Ia terkejut hingga ia
bertindak mundur.
Lekas sekali, kepala dengan muka jelek itu nongol
pula, bahkan sekarang ia mengasih dengar suaranya:
"Hantu kepala dua, kalau kau berani, marilah muncul di
terangnya matahari! Sam-tauw-kauw Hauw Looya
bersedia untuk melayani kau bertempur!"
Dua-dua Liok Koan Eng dan Thia Yauw Kee menjadi
heran. Adakah mereka yang ditantang? Kalau benar,
kenapakah?
"Hm!" Oey Yong menagsih dengar suara perlahan.
"Dia toh datang pula!"
Tapi nona ini menjadi berkhawatir untuk keselamatan
Yauw Kee dan Koan Eng itu. Terang mereka ini bukan
tandingannya rombongan Thong Hay ini. Maka ia pikir
baiklah mereka berdua itu lekas mengangkat kaki dari
situ. Daya apa dia ada punya?
Memang Thong Hay muncul cepat sekali. Tadi ialah
yang kabur lebih dulu, hingga kawan-kawannya turut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lari. Kawan-kawan itu menyangka munculnya pula si
hantu istana, mereka lari jauh. Ia lari belum jauh,
lantas ia berhenti, dengan begitu ia jadi ditinggalkan
semua kawannya. Ia bertabiat keras, hatinya menjadi
panas.
"Hantu itu tak dapat berbuat apa-apa di siang hari
bolong!" demikian ia dapat berpikir. "Tidak, aku si Lao
Hauw tidaak takut, biar aku balik pula untuk singkirkan
hantu itu! Biar mereka itu melihat aku!"
Dengan tindakan lebar, ia kembali ke rumah makan.
Meski begitu, hatinya toh kebat-kebit. Ia heran apabila
ia mengintai dan ia dapat melihat Koan Eng dan Yauw
Kee. Pikirnya: "Celaka betul, sekarang hantu kepala
dua itu mencipta diri jadi setan pria dan setan wanita!
Oh, Lao Huaw, kau mesti waspada!"
Begitulah ia menantang.
Koan Eng dan Yauw Kee berdiam sesaat, lantas
mereka tidak memperdulikannya. Mereka menduga
lagi berhadapan sama orang yang otaknya tak beres.
Thong Hay menantang dengan sia-sia. Si setan pria
dan wanita tidak muncul menyambut tantangannya itu.
Ia jadi lebih percaya bahwa setan tidak munculkan diri
diwaktu siang. Karena itu, hatinya menjadi semakin
besar. Untuk menyerbu, ia ragu-ragu. Kemudian ia
ingat pembilangan bahwa hantu takut sama kotoran
manusia atau air kencing.
"Kenapa aku tidak hendak mencoba?" pikirnya Ia pun
lantas mengambil keputusan, maka ia pergi akan
mencari kakus. Tidak sulit untuk mencari tempat
kotoran itu. Di samping rumah makan ada sebuah.
Saking penasaran, ia melupakan segala apa. Untuk
membungkus najis itu, ia pakai bajunya ia loloskan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan membawa kotoran itu, ia kembali ke rumah
makan. Ketika ia sampai, ia lihat kedua setan muda
mudi itu lagi berduduk diam. Ia menjadi gusar sekali.
"Hantu yang bernyali besar!" ia lantas membenatk.
"Kau lihat Hauw Looya kamu akan membikin segera
memeprlihatkan diri asalmu!" lantas ia bertindak
masuk, tangan kirinya mencekal senjatanya bercagak
tiga, tangan kanannya membelak bungkusan najis.
Koan Eng dan Yauw Kee terperanjat melihat "si edan"
kembali, mereka melengak. Mereka mengawasi
dengan menjublak. Di sebelah itu, hidung mereka
lantas mencium bau busuk yang santar.
Hauw Thong Hay sendiri sudah berpikir, "Aku dengar
orang bilang, setan pria kalah jahat dengan setan
wanita, sekarang baik aki hajar dulu yang wanita!"
Maka itu, ia menimpuk ke arah Yauw Kee.
Nona Thia ini kaget hingga ia berteriak, ketika ia
hendak berkelit, Koan Eng mendahului, menolong ia
menangkis serangan dengan sebuah bangku. Hanya
hebat tangkisan itu. Bungkusan terhajar jatuh ke lantai,
baunya berhamburan, siapa mendapat cium, ia pasti
muak.
Thong Hay sendiri sudah lantas berkoak: "Hantu
kepala dua sudah pulang ke asalnya!" Dan koakannya
ini disusul sama serangannya menikam kepada nona
Thia! Dia semberono tetapi ilmu silatnya cukup baik.
Maka itu hebatlah tikamannya ini.
Koan Eng dan Yauw Kee bertambah heran. Mereka
sekarang percaya, orang bukan orang edan hanya
seorang gagah dari Rima Persilatan.
Tidak ayal lagi, Koan Eng menggunai bangku untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menangkis pula tikaman itu.
"Kau siapa tuan?" ia menanya. Ia tidak mau berlaku
tak tahu aturan.
Hauw Thong Hay tidak memperdulikan pertanyaan itu,
ia hanya menuruti saja kehendak hatinya. Begitulah ia
menyerang beruntun hingga lagi tiga kali.
Dengan terpaksa Koan Eng membela diri, sambil
menangkis berulang-ulang, ia masih menanyakan
nama orang.
Thong Hay bertempur dengan hati lega. Ia melihat
orang mengerti ilmu silat tetapi tidak selihay musuh
tadi malam. Karena ini, sekarang ia suka bicara. Ia
menyahuti: "Hantu, kau ingin mengetahui namaku
supaya kau bisa menggunai jampemu yang
berbahaya? Tidak, tuan besarmu justru tidak hendak
memberitahukan namanya!"
Ia menggeraki cagaknya, ia membikin gelangnya
bersuara nyaring, lalu ia mengulangi serangannya
secara hebat.
Koan Enng segera juga keteter dan terdesak ke
tembok. Ia memang kalah gagah dan senjata bangku
juga tidak cocok untuknya. Tidak ada ketika untuknya
mencabut golok di pinggangnya. Ia terdesak ke
tembok di betulan lobang tempat Oey Yong mengintai.
Teranglah Hauw Thong Hay telah melihat ketikanya
yang baik dengan hebat ia mengirimkan tusukannya.
Masih sempat Koan Eng berkelit, maka itu, ujung
senjata musuh menikam ke tembok di samping lobang.
Koan Eng berlaku sebat, belum lagi musuh mencabut
senjatanya, ia mendahulukan menghajar dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bangkunya. Tapi Thong Hay lihay, matanya awas,
gesit gerakannya, sebelah kakinya terangkat naik,
mendahului menendang lengan lawannya itu, yang
mengenai tepat, sedang dengan tangan kirinya ia
membarengi menyerang.
Koan Eng terkejut. Bangkunya terlepas dari
tangannya. Justru itu ia pun mesti berkelit dari
serangan tangan kiri. Tengah ia mendak, Thong Hay
sudah mencabut senjatanya yang nancap di tembok
itu.
Thia Yauw Kee, yang melihat bahaya, lompat kepada
Koan Eng, untuk menolongsi si anak muda
menghunus goloknya, untuk diserahkan kepada anak
muda itu. "Terima kasih!" kata Koan Eng seraya
menyambuti golok dari tangan si nona. Ia kagum untuk
kelincahan si nona itu, yang dalam saat genting seperti
itu dapat membantu padanya.
Sebab gerakannya Thong Hay, ia sudah menyerang
pula. Disaat senjata lawan hampir sampai didadanya,
Koan Eng menangkis dengan keras, maka keras juga
bentrokan kedua senjata, hingga muncratlah lelatu
apinya. Thong Hay merasakan telapakan tangannya
sakit.
Pertempuran berlanjut terus, kaki keduanya telah
menginjak kotoran. Selama itu Thong Hay bergelisah.
Nyatanya lawannya itu tangguh.
"Perlihatkan diri asalmu!" ia membentak sambil
menikam ke arah perut. Itulah pukulan "Menolak
peragu menuruti aliran air".
Menampak ilmu silat itu, Koan Eng lompat mundur tiga
tindak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tahan dulu!" ia berseru. "Kau pernah apakah dengan
Kwie-bun Liong Ong?"
Thong Hay melirik dengan tajam.
"Ha, hantu, kau kenal juga nama sukoku!" katanya
dingin.
Belum ada tanggapan untuk "Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng"
Posting Komentar