-
Oey Yok Su bekerja terus, nyata sekali terlihat ia
menyerang dengan kedua tangannya kepada Sun Put
Jie dan Tam Cie Toan. Kedua imam itu mengangkat
tangan mereka untuk menangkis. Mereka segera
dibantu Lauw Cie Ian dan Ma Giok.
Justru itu, mendadak See Tok bersiul panjang dan
terus berseru: "Saudara Yok, aku bantu kau!"
menyusul suaranya itu ia berjongkok, segera dengan
kedua tangannya ia menolak ke arah Tam Cie Toan!
Tiang Ci Cu tengah memusatkan perhatiannya
terhdapa Oey Yok Su, ia telah mengerah tenaganya
untuk menangkis serangan Tong Shia, ketika
mendadak ia merasakan benturan keras di
belakangnya, jangan kata untuk menangkis, berkelit
saja sudah tidak keburu, maka itu dengan menerbitkan
suara, ia roboh tengkurap.
Oey Yok Su menjadi gusar sekali.
"Siapa menghendaki bantuanmu!" ia menegur See
Tok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika itu Khu Cie Kee dan Ong Cie It menyerang
dengan berbareng. Tong Shia mengibas untuk
menangkis atau tangannya yang kanan bentrok sama
perlawanannya Ma Giok dan Cek Tay Thong, yang
pun menyerang kepadanya.
Auwyang ong tertawa.
"Kalau begitu, biarlah aku bantui mereka!" seruanya.
Sambil berkata begitu, dengan kedua tangannya
benar-benar ia menyerang si Sesat dari Timur itu.
Kalau tadi ia menyerang Tam Cie Toan dengan
menggunai tenaga tiga bagian, sekarang ia
menggerahkan tenaganya dengan sepenuhnya. Itu
pun saat Oey Yok Su tengah menghadapi empat
lawannya. Ia mengharap hajaran ini, satu kali saja,
akan menamatkan riwayatnya pemilik dari pulau Tho
Hoa To itu. Akal yang ia bertelurkan dari batok
kepalanya ialah lebih dulu menjatuhkan salah satu
Coan Cn Cit Cu, baru ia membokong Oey Yok Su. Ia
sudah memikir matang, setelah Thian Kong Pak Tauw
Tin pecah, dengan Oey Yok Su sudah mati, walaupun
imam-imam dari Coan Cin Kauw itu murka, ia tidak
usah takuti mereka.
Oey Yok Su kaget sekali. Ia tidak menyangka
Auwyang Hong dapat berlaku demikian. Ia
menghadapi kesulitan. Tidak bisa ia meninggalkan
empat musuhnya di depannya itu, umpama kata ia
memutar tubuhnya, untuk melayani Auwyang Hong, ia
bisa celaka. Maka itu tidak ada jalan lain, ia mencoba
menutup diri seraya mengerahkan tenaga di
punggungnya, guna terpaksa menerima serangan
Kap-mo-kang, ilmu silat Kodok, dari si Bisa dari Barat
yang licin itu.
Auwyang Hong girang sekali melihat Tong Shia mau
mempertahankan diri dari serangannya yang dahsyat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Itu pun artinya akal busuknya berhasil. Tapi justru
ia lagi bergirang itu, mendadak ia melihat
berkelebatnya satu bayangan hitam, yang mencelat
dari samping, bayangan mana berlompat ke
belakangnya Oey Yok Su, untuk mewakilkan Tong
Shia menyambuti serangannya itu!
Segera setelah serangan Auwyang Hong itu ada yang
tangkis, dua-dua Oey Yok Su dan keempat imam
lawannya menghentikan pertempuran mereka sambil
lompat minggir, untuk memisahkan diri. Kapan mereka
telah melihat tegas, nyata orang yang berkorban untuk
Tong Shia ialah Bwee Tiauw Hong!
Oey Yok Su menoleh kepada See Tok, ia tertawa
dingin.
"Benar-benar si Bisa Bangkotan ternama tak
mengecewakan," katanya mengejek.
Auwyang Hong sendiri berulang-ulang menyatakan,
"Sayang, sayang!" di dalam hatinya. Ia menyesal
bukan main yang serangannya itu gagal, sebab lain
orang yang menjadi korban. Dasar licik, ia mengerti
bahaya. Ia tidak mau melayani Oey Yok Su. Ia
mengerti baik sekali, kalai Oey Yok Su bergabung
dengan semua imam itu, itu berarti ia menghadapi
bencana jiwa. Maka juga ia tertawa nyaring dan
panjang, sembari tertawa itu ia memutar tubuh untuk
berlompat keluar, buat terus menangkat langkah
seribu!
Ma Giok lantas menghampirkan Tam Cie Toan, ia
membungkuk untuk mengangkatnya. Segera juga ia
menjadi kaget. Tubuh adik seperguruannya itu lemas
sekali dan kepalanya pun teklok. Auwyang Hong telah
menghajar orang hingga tulang-tulang iga serta
punggungnya patah. Kakak ini lantas mengucurkan air
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata, sebab ia merasa pasti, adik seperguruannya itu
tidak bakal dapat ditolong lagi.
Khu Cie Kee yang bertabiat keras berlompat keluar
dengan membawa pedangnya, ia mau menyusul See
Tok, untuk menyerang si bisa yang jahat itu, tetapi dari
tempat yang jauh ia cuma mendengar suara orang:
"Oey Lao Shia, telah aku membantu kau memecahkan
barisan istimewa warisannya Ong Tiong Yang, aku pun
sudah mewakilkan kau menghukum mati murid Tho
Hoa To yang murtad, maka itu, sisanya enam imam
campur aduk, kau sendiri pun dapat melayaninya.
Sampai ketemu pula!"
Oey Yok Su mengeluarkan suara di hidung. Ia tahu,
kata-kata terakhir dari See Tok ini ada untuk
membakar hatinya dan kawanan Coan Cin Kauw itu,
supaya mereka murka dan menumpleki kemurkaannya
terhadapnya. Tapi ia pun besar kepala, tidak sudi ia
memberi keterangan kepada Ma Giok semua. Ia hanya
menghampirkan mayatnya Bwee Tiauw Hong, ia
mengangkatnya dengan perlahan-lahan. Murid itu
telah memuntahlan darah hidup, kelihatannya ia tidak
bisa hidup lebih lama lagi.
Khu Cie Kee mengubar sampai beberapa puluh
tembok, Auwyang Hong entah telah kabur kemana.
Ketika itu, Ma Giok berulang-ulang memanggil ia
pulang, maka ia kembali dengan tindakan lebar. Ia
masih gusar sekali, kedua matanya terbuka besar dan
bersinar merah. Segera ia menuding Oey Yok Su.
"Coan Cin Kauw kami denganmu ada bermusuhan
apa?!" ia menegur dengan bengis. "Oh, iblis tersesat
yang jahat sekali! Mulanya kau membinasakan Ciu
Susiok kami, sekarang kau mencelakai Tam Sutee
kami ini. Apakah artinya perbuatanmu, hai manusia
sesat?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ditegur begitu, Oey Yok Su melengak.
"Kau maksudkan Ciu Pek Thong?" akhirnya ia
menanya. "Kau bilang aku membinasakan dia?"
"Apakah kau masih mau menyangkal?" Cie Kee
mendesak.
Oey Yok Su tahu di sini ada salah mengerti, tetapi ia
membungkam, ia cuma tertawa dingin. Sebenarnya
bersama-sama Ciu Pek Thong dan Auwyang Hong, ia
lagi mengadu lari, sesudah beberapa ratus lie dilalui,
mereka masih seri. Niat mereka semula adalah
mengagu terus sampai ada keputusan siapa yang
menang, tetapi mendadak, Ciu Pek Thong
menghentikannya setengah jalan. Inilah disebabkan
Loo Boan Tong tiba-tiba ingat Ang Cit Kong, ynag
ditinggalkan seorang diri di dalam istana kaisar.
Berbahaya kalau kangzusi.com Pengemis dari Utara
itu sampai kena dipergoki penghuni istana. Bukankah
ia telah habis ilmu silatnya? Maka itu ia kata kepada
kedua lawannya: "Loo Boan Tong ada mempunyai
urusan, kita berhenti saja, kita jangan mengadu lari
lebih jauh!" Kata-kata ini ialah kepastian, Oey Yok Su
dan Auwyang Hong tidak dapat memaksakan, untuk
itu, ia dibiarkan lari. Oey Yok Su berniat menanyakan
Ciu Pek Thong tentang putrinya, karena kepergian si
orang tua berandalan dan jenaka itu, ia menjadi batal
menanyakan.
Ketika itu sia-sia belaka Tam Cie Toan menyusul
mereka itu bertiga, ia tidak dapat melihat sekalipun
bayangan orang, sebaliknya Oey Yok Su semua
mengetahui dan melihat ia jelas sekali, maka itu
seberlalunya Loo Boan Tong, Oey Yok Su dan
Auwyang Hong lantas kembali ke Gu-kee-cun.
Kebetulan sekali, sesampainya mereka di rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penginapan, mereka dapat menyaksikan Coan Cin Cit
Cu lagi menempur Bwee Tiauw Hong. Biar bagaimana,
Tong Shia tidak bisa membiarkan muridnya bercelaka,
maka itu, diakhirnya ia yang turun tangan sendiri. Di
luar segela dugaan, kesudahannya ada demikian
hebat.
Selagi Khu Cie Kee kalap itu, Sun Put Jie
menangiskan Tam Cie Toan. Yang lain-lain pun gusar
sekali, hingga mereka semua mau mengadu jiwa.
Tiba-tiba Tam Cie Toan membuka matanya dan
berkata: "Aku mau pergi…"
Khu Cie Kee semua lantas menghampirkan, mereka
mengerubungi saudara seperguruan itu.
Tam Cie Toan bersenandung lemah, lalu ia menarik
napasnya yang penghabisan, matanya meram.
Keenam Cu bertunduk, untuk memujikan arwahnya
saudara itu. Habis itu Ma Giok memondong tubuh
suteenya, buat dibawa pergi. Khu Cie Kee semua
mengikuti tanpa bersuara, tanpa berpaling lagi ke
belakang, mereka keluar dari rumah penginapan itu
dan pergi.
Oey Yok Su heran sekali, ia tidak tahu permusuhan
apa di antara ia dan Coan Cin Kauw, tetapi ketika ia
melihat Bwee Tiauw Hong bernapas empas-empis, ia
menjadi berduka. Biar bagaimana Tiauw Hong adalah
muridnya, mereka telah hidup bersama buat beberapa
puluh tahun. Murid itu pun telah berkorban untuknya.
Pada dasarnya, ialah seorang yang jujur, maka itu,
dalam kedukaannya itu, ia menangis menggerunggerung.
Bwee Tiauw Hong dapat mendengar tangis gurunya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, ia mengerti, lantas ia tersenyum. Ia tidak
mengatakan apa, hanya dengan mengerahkan tenaga
terakhir, dengan tangan kanannya ia mematahkan
lengannya yang kiri, setelah mana dengan tangan
kanan itu ia menghajar batu itu hancur dan lengannya
pun patah pula.
Menyaksikan perbuatan muridnya itu, Oey Yok Su
tercengang.
"Suhu," berkata sang murid, "Ketika di Kwei-in-chung
suhu menitahkan muridmu melakukan tiga macam
perbuatan, dua yang lain muridmu tak keburu
melakukannya….."
Oey Yok Su lantas ingat akan tiga macam titahnya itu,
ialah pertama mencari pulang kitab Kiu Im Cin-keng
yang telah hilang, kedua mencari Liok Leng Hong serta
dua muridnya yang lainnya, dan yang ketiga, yaitu
yang terkahir, muridnya ini dimestikan membayar
pulang ilmu silat yang didapat dari Kiu Im Cin-keng itu.
Sekarang dengan mematahkan kedua tangannya itu,
Bwee Tiauw Hong menepati perintah gurunya, sebab
dengan tangannya patah maka musnahlah juga
kepandaiannya Kiu Im Pek-kut Jiauw seri Cwie-simciang.
Lantas sang guru tertawa terbahak.
"Bagus, bagus!" katanya. "Dua yang lain itu sudah
tidak ada artinya lagi! Sekarang mari aku terima pula
kau menjadi murid dari Tho Hoa To!"
Tiauw Hong menginsyafi ia telah tersesat, maka itu
mendengar gurunya memberi ampun dan suka
menerima ia kembali, ia girang bukan main, dengan
memaksakan diri ia merayap bangun, untuk memberi
hormat kepada guru itu sambil paykui beberapa kali,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketika ia mengangguk untuk ketiga kalinya, tubuhnya
rebah tak bangun pula.
OeyY ong dari kamar rahasia telah menyaksikan itu
semua, ia disandingkan pelbagai perasaan. Hebat apa
yang ia telah saksikan itu, semuanya mengagetkan
dan mengharukan. Dilain pihak, ia mengharap-harap
ayahnya itu nanti berdiam sedikit lama pula, supaya ia
bersama Kwee Ceng dapat keluar untuk menemuinya.
Kwee Ceng itu tinggal menanti berkumpulnya hawa di
pusarnya.
Oey Yok Su sudah lantas mengangkat tubuhnya Bwee
Tiauw Hong, untuk dipondong.
Hampir di itu waktu, di luar rumah terdengar suara
meringkiknya kuda. Oey Yong mengenali, itulah kuda
merah yang kecil kepunyaan Kwee Ceng. Menyusuli
suaranya Sa Kouw, yang berkata: "Inilah dusun Gukee-
cun! Mana aku tahu di sini ada orang she Kwee
atau tidak………?"
Lalu terdengar suaranya seorang yang lain: "Di sini toh
cuma ada beberapa buah rumah! Mustahil kau tidak
kenal semuanya penduduk sini?"
Agaknya orang itu tidak sabaran, karena ia lantas saja
menolak pintu dan bertindak masuk.
Oey Yok Su menempatkan diri di belakang pintu,
ketika ia melihat orang yang masuk itu, air mukanya
berubah. Orang adalah Kanglam Liok Koay yang telah
ia cari dengan susah payah.
Kanglam Liok Koay sudah pergi ke Tho Hoa To, lantas
mereka berputar-putar, tidak juga mereka berhasil
mencari rumahnya pemilik pulau Bunga Tho itu, baru
kemudian mereka bertemu sama satu bujang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gagu dari siapa mereka ketahui majikannya pulau itu
tengah bepergian. Kemudian lagi Kanglam Liok Koay
melihat kuda merah dari Kwee Ceng terlepas merdeka
di dalam rimba, mereka lalu membawanya sampai di
dusun Gu-kee-cun ini, dimana mereka bertemu sama
Sa Kouw, si nona tolol.
Kwa Tin Ok sangat jeli kupingnya, begitu masuk di
pintu, ia mendapat dengar suara orang bernapas di
belakang pintu itu, maka segera ia memutar tubuhnya,
dituruti oleh lima saudaranya. Dengan lantas mereka
melihat Oey Yok Su menhadang di ambang pintu
seraya tangannya memodong Bwee Tiauw Hong. Oey
Yok Su rupanya mau mencegah keenam orang luar
biasa dari Kanglam itu melarikan diri…..
"Oey Tocu baik?" Cu Cong lantas menanya. "Sudah
lama kita tidak bertemu! Kami berenam telah
memenuhi janji untuk bertemu di Tho Hoa To, sayang
tocu tidak ada di rumah, tetapi hari ini kebetulan
bertemu di sini, kami merasa sangat beruntung!"
Habis berkata begitu, si Mahasiswa Tangan Lihay
lantas menjura dalam.
Oey Yok Su berniat membunuh Liok Koay, sekarang ia
menampak pula muka pucat pasi dari Tiauw Hong, ia
berpikir: "Liok Koay ini musuh besar dari Tiauw Hong,
siapa nyana sekarang Tiauw Hong mendahului mereka
mati, meski begitu, sekarang aku mesti membuatnya ia
membinasakan musuhnya dengan tangannya sendiri,
supaya ia mati dengan meram….."
Maka itu tangan kanan tetap memondong tubuh
muridnya, dengan tangan kiri ia mengangkat tangan
yang patah dari muridnya itu, tangan yang hanya
tersambung dengan kulit daging, sembari berbuat
begitu ia melompat ke sampingnya Han Po Kie, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan cepat sekali, dengan tangannya Tiauw Hong
itu, menghajar bahu kanan si Malaikat Raja Kuda.
Han Po Kie kaget bukan main, sampai dia tidak
sempat berkelit atau menangkis. Hebat ia kena dihajar,
benar lengannya tidak sampai patah tetapi sesaat itu
dia tidak dapat menggeraki tangannya itu.
Liok Koay kaget dan gusar karena sikapnya Oey Yok
Su ini, yang menyerang tanpa bicara lagi, maka itu
mereka pun lantas balik menyerang. Han Po Kie turut
maju setelah ia merasa tangannya lebih ringan.
Mereka berseru-seru sambil mereka menghunus
senjatanya masing-masing. Mereka mengurung
dengan rapi.
Oey Yok Su mengangkat tinggi tubuhnya Bwee Tiauw
Hong, ia seperti tidak menghiraukan pelbagai alat
senjata yang aneh dari enam jago dari Kanglam itu.
Han Siauw Eng adalah orang pertama yang diserang
pemilik Tho Hoa To itu. Ia kaget ketika ia melihat
mukanya Bwee Tiauw Hong, yang matanya mendelik,
rambutnya riap-riapan, mulutnya penuh darah. Itulah
roman mayat yang sangat menyeramkan. Tangan
Tiauw Hong pun diangkat tinggi-tinggi, mengancam
batok kepalanya. Tanpa merasa ia menjadi lemas kaki
dan tangannya.
Lam Hie Jin dan Coan Kim Hoat menyaksikan saudara
angkat mereka terancam, dengan berbareng mereka
menyerang tangannya Tiauw Hong itu. Mereka
menggunai pikulan serta bandulan besi dacin mereka.
Oey Yok Su sebat luar biasa, dengan cepat ia menarik
pulang tangan kanan Tiauw Hong itu, untuk dengan
tangan kirinya menghajar terus Siauw Eng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ahli pedang Gadis Wat itu tengah tidak berdaya, maka
pinggangnya menjadi sasaran, ia kesakitan hingga
tubuhnya melengkung jongkok.
Han Po Kie maju dari samping, untuk menyerang
dengan cambuknya, Kim-liong-pian, atau cambuk
Naga Emas. Oey Yok Su mengangkat kaki kirinya, ia
bergerak sebat, tetapi toh kaki itu toh kena kelibat.
Hanya Han Po Kie, meski ia mengeluarkan seluruh
tenaganya, tidak sanggup ia menarik kuda-kudanya
Tong Shia. Dilain pihak, tangan berkuku dari Bwee
Tiauw Hong telah menyambar ke mukanya. Ia kaget
sekali, ia melepaskan libatan cambuknya, ia berkelit
sambil berlenggak terus menjatuhkan diri bergulingan.
Meski begitu, ia merasakan mukanya panas dan sakit,
ketika ia meraba ke mukanya itu, tangannya penuh
darah. Sebab lima kukunya Tiauw Hong berhasil
menyambar mukanya. Syukur untuknya, Tiauw Hong
sudah menjadi mayat dan jambakannya itu bukannya
jambakan Kiu Im Pek-kut Jiauw.
Setelah beberapa jurus, Liok Koay lantas jatuh di
bawah angin. Coba tidak Oey Yok Su menghendaki
membinasakan musuh dengan tangannya Tiauw Hong
sendiri, mungkin mereka sudah bercelaka. Sekarang
mereka hanya terancam bahaya.
Kwee Ceng di dalam kamar rahasia menjadi
bergelisah. Ia mendengar nyata suara napas
menggorong dari keenam gurunya itu, tanda dari
keaadan berbahaya dari mereka. Ia menjadi cemas
hati sebab ia sendiri tidak bisa lekas-lekas keluar,
untuk mencegah bencana. Ia masih memerlukan
waktu untuk memperkuat hawa di pusarnya itu. Tapi
dapatkah ia main ayal-ayalan? Budi guru-gurunya itu
sama dengan budi orang tuanya! Maka diakhirnya, ia
menahan napas, ia meluncurkan sebelah tangannya
untuk menghajar daun pintu, hingga pintu itu gempur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yonng kaget bukan main.
"Engko Ceng, jangan!" ia mencegah. Ia tahu kawan itu
mesti beristirahat.
Kwee Ceng pun merasakan akibat serangannya itu,
ialah hawa naik ke atas, ke jantungnya, maka lekaslekas
ia memeramkan mata menarik pulang hawanya
itu kembali ke pusar.
Tetapi sekarang pintu rahasia telah tergempur pecah
dan terbuka.
Oey Yok Su dan Kanglam Liok Koay kaget sekali, apa
pula mereka lantas melihat muda-mudi itu. Dengan
sendirinya mereka pada lompat mundur menghentikan
pertempuran mereka.
Oey Yok Su heran dan girang, hingga ia mengucakucak
matanya.
"Anak Yong, benarkah kau?" ia menanya. ia hampir
tak mempercayai matanya sendiri. Ia merasa bagaikan
lagi bermimpi.
Oey Yong dengan sebelah tangannya memegang
tangan Kwee Ceng, mengangguk sambil tersenyum. Ia
tidak membuka mulutnya untuk menjawab ayahnya itu.
Mengawasi sikap anak gadisnya itu, Oey Yok Su
lantas mengerti. Untuknya, diketemuinya anak itu ada
seperti juga si anak sudah mati tetapi hidup pula. Itulah
putri satu-satunya dan juga yang ia sayangi seperti
jiwanya sendiri. Ia lantas meletaki tubuh Tiauw Hong di
atas bangku, ia terus menghampirkan Kwee Ceng, di
sisi siapa ia duduk bersila, tangannya diulur untuk
mencekal tangan anak muda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng merasakan hawa di dalam tubuhnya
panas bergolak, sangat sukar ia melawan itu.
Beberapa kali ia hendak berkoakan atau berlompatan.
Tapi, begitu lekas tangannya di tempelkan Oey Yok Su
itu, lantas hawa panasnya berkurang, dapat ia berlaku
tenang. Dengan lain tangannya, Oey Yok Su pun
menguruti sekejur tubuhnya pemuda itu.
Boleh di bilang hanya sekejap kemudian, lantas Kwee
Ceng dapat menenangi diri betul-betul. Itu artinya
bukan saja ia telah terhindar dari bahaya, bahkan ia
sudah sembuh betul, otot dan tulang-tulangnya
menjadi bertambah kuat. Maka itu, ia lantas bangun,
untuk paykui kepada pemilik dari Tho Hoa To itu, akan
kemudian ia pun menghampirkan keenam gurunya,
untuk memberi hormatnya kepada muridnya.
Selagi pemuda itu berbicara sama semua gurunya,
menuturkan segala hal semenjak mereka berpisah,
Oey Yok Su pun asyik pasang omong dengan putrinya,
tangan siapa ia tuntun. Mereka gembira sekali, sabansaban
mereka tertawa gila.
Mengetahui tentang nona Oey, Liok Koay heran dan
ketarik hati. Mereka pun ketarik denagn suara halus
dari nona itu. Maka itu, diam-diam mereka bertindak
mendekati, akan mendengari lebih jauh suara si nona,
yang terus berbicara dengan ayahnya. Sebab banyak
yang anak ini tuturkan.
Tiba pada saatnya pertempuran Oey Yok Su dengan
Liok Koay, nona itu berkata sambil tertawa: "Sudahlah,
tak usah aku bercerita terus!"
Segera setelah itu Oey Yok Su berkata: "Aku hendak
membinasakan empat orang, ialah Auwyang Hong,
Leng Tie Siangjin, Kiu Cian Jin dan Yo Kang, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anak yang baik, mari kau turut aku menyaksikan
keramaian itu!"
Tapi ia melirik kepada Liok Koay, agaknya ia jengah,
tetapi dasar angkuh, ia terus tidak sudi mengaku salah,
cuma seperti untuk menghibur diri, ia kata: "Anggaplah
sang peruntungan masih tidak terlalu buruk hingga aku
tidak sampai mencelakai orang baik-baik!"
"Ayah," kata Oey Yong tertawa, "Baiklah kau minta
maaf kepada beberapa suhu ini…"
"Hm," jawab ayah itu, yang lalu menyimpanginya. "Aku
hendak mencari See Tok, eh, anak Ceng, kau turut
atau tidak?"
Belum lagi Kwee Ceng menyahuti, Oey Yong sudah
memegat. Kata anak ini, "Ayah, baiklah kau pergi dulu
ke istana untuk memapak suhu!"
Kwee Ceng tidak sempat menjawab Oey Yok Su, ia
terus bercerita terus sampai Oey Yok Su memberi
perkenan untuk ia menikah dengan Oey Yong serta
Ang Cit Kong mengambil ia sebagai murid. Mengenai
ini, ia minta keputusan guru-gurunya itu.
Kwa Tin Ok menjadi sangat girang.
"Kau sungguh beruntung!" katanya. "Dengan kau
mendapati Kiu Cie Sin Kay sebagai guru dan Tocu dari
Tho Hoa To sebagai mertua, kami girang bukan
kepalang! Masa dapat kami tidak memberikan
perkenan kami? Cumalah halnya Kha Khan dari
Mongolia?"
Tin Ok hendak menyebutkan urusan putrinya Jenghiz
Khan, bahwa halnya murid ini adalah calon Kim-too
Huma, tetapi ia tidak dapat lantas membuka mulutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendadak sekali, pintu, yang tadi tertutup pula,
sekarang ada yang pentang dan Sa Kouw muncul di
antara mereka, tangannya memegang monyetmonyetan
dari kertas. Ia menghampirkan Oey Yong
dan menanya sambil tertawa: "Adik, apakah
semangkamu telah habis dimakan? Seorang tua telah
menyuruhnya aku menyerahkan kunyuk-kunyukan ini
kepadamu, katanya dibuat main…"
Oey Yong menyangka orang lagi kumat ketololannya,
ia menyambuti kena kerta itu acuh tak acuh.
Sa Kouw berkata pula: "Orang tua itu, yang rambutnya
ubanan, memesan juga supaya kamu jangan gusar,
katanya pasti ia bakal menolongi kau mencari
gurumu."
Mendengar itu, Oey Yong menduga kepada Ciu Pek
Thong, maka ia lantas meneliti kertas itu. Benarlah di
situ ada tulisan alamatnya, maka ia lantas
membukanya, hingga ia dapat membaca: "Si pengemis
tua tak dapat ditemukan, karenanya Loo Boan Tong
menjadi tidak gembira."
Si nona menjadi heran dan kaget.
"Ah, kenapa suhu lenyap?" serunya.
Oey Yok Su berdiam, lalu ia kata: "Loo Boan Tong
edan-edanan tetapi ia lihay sekali, maka asal Ang Cit
Kong tidak mati, pasti ia dapat menolonginya. Hanya
sekarang ini Kay Pang lagi menghadapi satu urusan
besar…"
"Bagaimana, ayah?" Oey Yong menanya terkejut.
"Tongkatnya si pengemis tua yang telah diberikan
padamu sudah dibawa pergi oleh Yo Kang si binatang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cilik itu! Binatang itu tidak lihay ilmu silatnya tetapi lihay
otaknya, kalau tidak bagaimana dapat orang sebangsa
Auwyang Kongcu terbinasa di tangannya? Dia telah
mendapati tongkat keramat kaum pengemis itu,
pastilah dia bakal menerbitkan gelombang kekacauan,
yang dapat membahayakan Kay Pang. Mari kita lekas
mencari dia, untuk merampas pulang tongkat itu, kalau
tidak, pasti celakalah murid-murid dan cucu-cucu
muridnya si pengemis bangkotan itu!"
Mendengar itu Liok Koay menganggukkan kepala.
"Sayang suhu sudah pergi beberapa hari, mungkin di
sukar dicandak," kata Kwee Ceng.
"Di sini ada kuda merahmu, kau boleh coba
menyusul," kata Po Kie.
Kwee Ceng lantas ingat kuda merahnya itu, ia menjadi
girang sekali, lantas ia lari keluar seraya bersiul.
Kuda itu mendengar suara majikannya, dia berjingkrak
lari menghampirkan, dia mengelus-elus majikannya itu
seraya meringkik perlahan tak hentinya.
Menampak demikian Oey Yok Su berkata: "Anak
Yong, pergilah kau bersama Kwee Ceng untuk
merampas pulang tongkat itu. Kuda kecil itu keras
larinya, mungkin kamu dapat menyandak."
Selagi berkata begitu, Oey Yok Su melihat Sa Kouw di
samping mereka, nona itu tertawa dengan
ketololannya. Ia melihat wajah dan gerak-gerik orang,
ia ingat itulah mirip dengan sifat muridnya, Kiok Leng
Hong.
"Apakah kau she Kiok?" ia tanya nona itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sa Kouw menggeleng kepala secara lucu.
"Aku tidak tahu," sahutnya.
"Ayah, mari kau lihat!" berkata Oey Yong, mengajak
ayahnya, yang ia tuntun ke dalam kamar rahasia.
Begitu melihat pengaturan ruangan itu, Oey Yok Su
ketarik hatinya. Itulah pengaturan seperti caranya
sendiri. Maka ia mau menduga, mesti itu diatur oleh
Kiok Leng Hong, muridnya itu.
"Ayah, coba lihat benda di dalam peti besi itu," Oey
Yong berkata pula.
Oey Yok Su tidak lantas membuka peti hanya
tubuhnya mencelat tinggi sambil tangannya diulur ke
pojok tembok barat daya, menyambar ke arah
wuwungan, ke temboknya, ketika ia menarik, tembok
itu lantas terbuka merupakan sebuah lubang. Dengan
tangan kanannya memegang kertas, ia lantas
menggelantungkan diri, lalu dengan tangan kirinya, ia
meragoh ke dalam lubang itu. Dari situ ia menarik
keluar segulungan kertas. Belum lagi ia lompat turun,
tangan kanannya sudah menekan tembok, maka
dengan itu, ia berlompat terus keluar kamar.
Oey Yong dengan sebat lompat mengikuti ayahnya itu.
Ia melihat gulungan kertas yang penuh debu setelah
dibeber, kertas itu memuat tulisan yang huruf-hurufnya
tidak karuan macam, bunyinya:
"Surat ini dihanturkan kepada guruku yang berbudi di
pulau Tho Hoa To. Dari istana kaisar muridmu telah
berhasil mendapatkan sejumlah tulisan dan gambar
lainnya, yang semua hendak dihanturkan kepada
suhu, maka tidak beruntung sekali, selama di dalam
istana aku telah dikepung sekawanan siwi. Aku telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meninggalkan seorang anak perempuan……."
Sampai habis di situ, habis sudah surat itu, yang
terlihat tinggal titik-titik yang terang adalah titik-titik
darah.
Melihat surat itu, Oey Yong menjadi terharu hatinya. Ia
mengingat nasib celaka murid-murid ayahnya itu, yang
semuanya lihay tetapi mereka telah diusir ayahnya itu
gara-gara Bwee Tiauw Hong berdua. Sekarang
beginilah nasib Kiok Leng Hong, salah satu murid yang
tetap setia itu.
Oey Yok Su mengerti, Leng Hong ini tentulah ingin
kembali ke Tho Hoa To, maka setelah diusir dia
berdaya mencari rupa-rupa barang yang menjadi
kesukaan gurunya, ia membesarkan hati pergi mencuri
ke istana, maka apa celaka, ia menemui saat naas,
disaat berhasilnya, ia kepergrok dan dikepung
pahlawan-pahlawan istana. Melihat nasibnya Liok
Seng Hong, ia sudah menyesal, maka sekarang ia
menjadi lebih menyesal lagi.
Sa Kouw tidak tahu apa-apa, ia berdiri di samping
sambil terus tertawa haha-hhihi.
"Apakah ilmu silatmu diajari ayahmu?" Oey Yok Su
menegur si nona, suaranya bengis.
Sa Kouw menggeleng kepala lantas dia lari keluar
pintu besar, daun pintu itu ia tutup rapat, setelah ia
mengintai ke dalam, terus ia bersilat. Dia mengintai
pula, lalu kembali ia bersilat lagi.
"Ayah," berkata Oey Yong, "Dia belajar silat dengan
mencuri pelajaran Kiok Suko."
Ayah itu mengangguk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya," katanya, "Aku pun tidak percaya, setelah di usir,
Leng Hong bernyali besar berani mewariskan ilmu
kepandaiannya kepada lain orang… Eh, anak Yong,
coba kau serang dia dibagian bawah, kau gaet dia
roboh!"
Kata-kata yang belakangan ini dikeluarkan secara
mendadak.
Oey Yong heran, tidak tahu ia maksud ayahnya, tetapi
ia menghampirkan Sa Kouw, sembari tertawa hahahihi,
ia kata kepada nona tolol itu, "Sa Kouw, mari aku
berlatih bersama-sama denganmu. Kau berhatihatilah!"
Ia lantas menggerak dengan tangan kiri,
disusul sama tendangan kaki kiri dan kanan degan
sebat sekali.
Sa Kouw melengak, sebelum ia sempat berdaya,
kempelonnya yang kanan telah kena ditendang. Ia
lantas lompat mundur. Tetapi di sini ia telah ditunggu,
begitu ia digaet, lantas ia jatuh terguling. Ia lompat
bangun dengan segera.
"Kau menggunai akal!" serunya. "Adik kecil, mari kita
mulai lagi!"
"Hus!" membentak Oey Yok Su. "Apa adik kecil! Kau
mestinya memanggil kouw-kouw!"
"Kouw-kouw!" Sa Kouw lantas memanggil, tanpa ia
mengetahui apa bedanya "adik kecil" dengan "kouwkouw"
atau bibi.
Baru sekarang Oey Yong mengerti bahwa ayahnya
hendak mencoba bagian bawah dari si tolol itu sebab
Kiok Leng Hong hilang kedua kakinya, kalau Leng
Hong bersilat seorang diri, kuda-kudanya tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nampak, kalau ia mengajari dengan mulut, mestinya
nona itu sempurna bagian atas, tengah dan bawahnya.
Dengan terus menyebut "kouw-kouw" itu sama dengan
artinya Oey Yok Su menerima si nona sebagai
muridnya.
"Kenapa kau tolol?" ia tanya pula.
"Aku ialah Sa Kouw," sahut si nona tertawa. "Tolol"
ialah "Sa"
"Mana ibumu?" tanya Oey Yok Su, alisnya mengkerut.
Nona itu meringis, "Ia sudah pulang…" sahutnya.
Masih Oey Yok Su menanya beberapa kali, jawaban si
nona tidak karuan, maka ia menghela napas panjang.
Ia tidak tahu orang tolol semenjak dilahirkan atau
karena suatu penderitaan yang mengagetkan. Kecuali
Leng Hong hidup pula, tidak nanti ada lai orang yang
mengetahui sebab-musabab itu.
Dengan mendelong, tocu dari Tho Hoa To ini
mengawasi mayatnya Tiauw Hong.
"Anak Yong," katanya selang sesaat, "Mari kita lihat
barang-barang Kiok Sukomu itu."
Oey Yong menurut, maka ayah dan anak itu masuk
pula ke dalam kamar rahasia.
Mengawasi tulang-belulang Kiok Leng Hong, Oey Yok
Su berdiri mendelong, kemudian air matanya
mengucur turun.
"Anak Yong," katanya. "Diantara semua muridku, Leng
Hong yang paling pandai, maka kalau bukan kakinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
buntung, seratus siwi pun tidak nanti sanggup
menawan dia!"
"Itulah wajar!" sahut putri itu. "Ayah, apakah kau mau
menerima Sa Kouw sebagai muridmu?"
"Ya," ayahnya itu menyahut. "Aku akan ajarkan dia
ilmu silat, bersyair dan -menabuh khim, juga ilmu Kiebun
Ngo-heng. Apa yang dulu sukomu niat pelajarkan,
tetapi belum kesampian, semua akan aku ajarkan
kepada anaknya ini!"
Oey Yong mengulur lidahnya.
"Hebat penderitaan ayah," pikirnya.
Oey Yok Su membuka peti besi, ia memeriksa isinya.
Melihat semua itu, ia menjadi semakin berduka. Ketika
ia membeber sebuah gambar, ia menhela napas.
"Gambar bunga dan burung Kaisar Hwie Cong ini
indah dilukisannya," katanya, "Maka sayang sekali,
negara yang indah pun ia hanturkan kepada bangsa
Kim…."
Selagi ia menggulung pula gambar itu, mendadak Oey
Yok Su berseru, "Ih!"
"Ada apa ayah?" tanya Oey Yong.
"Kau lihat!" sahut ayah itu, tangannya menunjuk
kepada sebuah gambar san-sui, lukisan pemandangan
alam, gunung dan air.
Oey Yong mengawasi, ia melihat gambarnya sebuah
gunung tinggi dengan puncak lancip menjulang ke
langit, masuk ke dalam mega, di bawah mana ada
jurang yang berair, di sini lembah pula ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekumpulan pohon cemara, yang penuh salju, yang
semuanya doyong ke Selatan, seperti bekas diserang
angin Utara yang hebat, di puncaknya, di sebelah
Barat, sebaliknya ada sebuah pohon cemara yang
berdiri tegak, di bawah pohon itu, dengan tinta merah,
ada dilukisan seorang jenderal perang lagi bersilat
dengan pedang. Mukanya jenderal itu tak nampak
jelas, tetapi dandannnya membuat siapa yang melihat,
mesti menaruh hormat. Seluruh gambar memakai tinta
hitam, kecuali manusianya ini, yang merah merong,
hingga kelihatan mencolok mata. Gambar itu pun tidak
ada tanda-tanda pelukisnya, cuma ada syairnya
seperti berikut:
"Setelah bertahun-tahun maka baju perang penuh
debu dan tanah,
Maka itu sengaja aku mencari bau harum di paseban
Cui Bie,
Gunung yang indah, sungai yang permai, belum
dipandang cukup.
Tindakan kuda mendesak hingga malam terang bulan
pergi pulang."
Oey Yong memperhatikannya, lalu ia ingat. Beberapa
hari yang lalu, di paseban Cui Bie Teng di puncak Hui
Lang Hong, ia pernah melihat syair itu yang ada
tulisannya Jenderal Han See Tiong yang kesohor.
"Ayah," katanya, "Inilah tulisan Tiong Bu Han Kie Ong,
sedang syairnya ialah buah kalamnya Gak Bu Bok."
"Benar," berkata ayahnya itu, "Gak Bu Bok menulis
syairnya ini melukiskan gunung Cui Bie San di Kota
Tie-ciu, hanya gunung yang dilukisan begini berbahaya
keadaannya bukan gunung Cui Bie San itu sendiri.
Latar belakang lukisan ini bagus tetapi pelukisnya
bukannya seorang pelukis jempolan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong ingat itu hari di Hui Lay Hong, Kwee Ceng
sangat ketarik sama syairnya yang ditulis Han See
Tiong itu, yang ia ukir di batu dengan jeriji tangannya,
dan si pemuda seperti tidak hendak meninggalkannya.
Maka itu ia kata kepada ayahnya: "Adaa baikkah
gambar ini diberikan kepada menantumu!"
Oey Yok Su tertawa dan berkata: "Memang anak
perempuan berpihak ke luar, maka itu, apa aku hendak
bilang lagi?" Ia pun memilih serenceng mutiara seraya
berkata pula: "Mutiara yang dulu hari si Bisa bangkotan
seragkan kepadamu, aku telah ambil dari Tho Hoa To
dan membayar pulang kepadanya, maka itu sekarang
kau ambillah ini."
Oey Yong tahu ayah itu sangat membenci Auwyang
Hong, ia mengangguk, ia menyambuti mutiara itu
seraya terus mengalungi di lehernya. Ia sedang
berbuat begitu tempo kupingnya mendengar suara
burung rajawali putih berbunyi keras beberapa kali di
udara, suaranya nyaring dan kesusu. Ia sebenarnya
sangat menyukai burung rajawali itu tetapi mengingat
burung telah diambil oleh putri Gochin Baki, ia menjadi
tidak senang, meski begitu, ia toh lari keluar, masih
ingin ia membuat main burung itu. Tiba di luar, ia
melihat Kwee Ceng berada di bawah sebuah pohon liu
yang besar, seekor rajawali memacuk bajunya di
pundak dan menarik-narik, yang satunya lagi
berputaran memutari seraya ia berbunyi tak hentinya.
Sa Kouw kegirangan, ia berlari-lari memutarai Kwee
Ceng, ia bertepuk-tepuk tangan sambil tertawa dan
bersorak.
"Yong-jie, mereka mendapat susah!" kata Kwee Ceng
melihat si nona muncul. "Mari kita pergi menolongi!"
"Siapa mereka?" Oey Yong menanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kedua saudara angkatku, yang pria dan wanita!"
Nona itu memonyongkan mulutnya.
"Aku tidak mau pergi!" katanya.
Kwee Ceng melengak, ia tidak mengerti tapi lekas ia
berkata pula: "Ah, Yong-jie, jangan seperti bocah! Mari
kita lekas pergi!" Habis berkata, ia menarik kudanya, ia
lompat naik ke punggungnya.
"Habis, kau menghendaki aku atau tidak?" Oey Yong
tanya.
Pemuda itu menjadi bingung.
"Kenapa aku tidak menghendaki kau?" ia balik
menanya. Dengan tangan kiri ia menahan kudanya,
tangan kanannya diansurkan untuk menyambuti si
nona.
Oey Yong tertawa, lalu ia berpaling ke arah ayahnya,
sambil berkata nyaring: "Ayah, kita hendak pergi
menolongi orang! Kau bersama keenam suhu baik
turut juga!" Ia terus menjejak tanah dengan kedua
kakinya, dengan begitu tubuhnya mencelat tinggi,
tangan kirinya diluncurkan, akan menyambuti tangan
kanan Kwee Ceng, untuk ditarik, maka itu, tubuhnya
lantas melayang naik ke atas kuda hingga ia duduk di
sebelah depan!
Kwee Ceng memberi hormat dari atas kuda kepada
gurunya, setelah mana, ia melarikan kudanya itu, yang
lantas lari kabaur. Kedua burung rajawali pun terus
terbang, sambil berbunyi mereka terbang cepat di
sebelah depan, untuk menunjuki jalan.
Kuda mereka itu girang sekali bisa bertemu pula sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
majikannya, dia lari keras dengan gembira, kalau
burung bukannya burung rajawali, mungkin keduanya
ketinggalan di belakang. Kedua burung itu terbang ke
sebuah rimba lebat di sebalah depan, terus turun.
Kuda itu sangat mengerti, tanpa titah majikannya, ia
lari terus ke arah rimba itu.
Setibanya Kwee Ceng di luar rimba, dari dalam situ ia
mendengar suara nyaring bagaikan cecer pecah,
katanya: "Saudara Cian Jin, telah lama aku mendengar
Tangan Besimu yang lihay, aku sangat
mengangguminya, maka itu sekarang baiklah aku
menggunai dulu kepandaianku yang tidak berarti ini
mengambil nyawa yang satu ini, setelah itu aku minta
kau menggunai tanganmu yang lihay itu terhadap yang
lainnya. Setujukah kau, saudara?"
Menyusuli itu maka terdengarlah suara gemuruh diikuti
jeritan yang h menyayatkan hati. Sebuah pohon
kelihatan bergerak bagian atasnya, lalu jatuh roboh.
Kwee Ceng kaget, ia lompat turun dari kudanya, ia lari
ke dalam rimba.
Oey Yong lompat turun, ia menepuk-nepuk kepala si
kuda merah seraya berkata: "Pergi lekas menyambuti
ayahku!" Kemudian ia menunjuk ke jalan dari mana
mereka datang.
Kuda merah itu mengerti, dia berbalik dan lari pergi.
"Semoga ayah lekas datang…" kata nona Oey ini
dalam hatinya, "Kalau tidak, kita bisa susah di
tangannya si Bisa bangkotan!" Lalu ia lari ke dalam
rimba tetapi dengan cara sembunyi.
Begitu ia melihat ke depan, Oey Yong menjadi kaget
sekali, hingga ia tercengang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di sana Tuli, Gochin Baki, Jebe dan Borchu berempat
sedang tertawan, masing-masing ditambat di atas
sebuah pohon kayu. Di bawah pohon, Auwyang Hong
berdiri bersama-sama Kiu Cian Jin. Di sebuah pohon
lain, ialah pohon yang sudah roboh, ada tertambat
seorang lain, yang seragamnya mewah, sebab ialah si
punggawa perang Song yang mengantarkan keempat
orang Mongolia itu pulang ke negerinya. Hanya
perwira itu sudah mati, sebab pohonnya telah dihajar
roboh oleh See Tok. Di situ tidak ada pasukan serdadu
mereka, rupanya tentara itu telah diusir ini dua jago
tua.
Kiu Cian Jin tidak berani mengadu tenaga tangan
dengan Auwyang Hong, tapi pun ia tidak mau omong
terus terang, sebab ia hendak memegang derajatnya,
selagi ia hendak menggunai alasan, guna menutup
diri, tiba-tiba ia melihat munculny Kwee Ceng. Ia lantas
jadi terperanjat bahna girang. Ia segera mendapat
pikiran.
"Kenapa aku tidak mau pinjam tangannya See Tok
akan menyingkirkan bocah ini?" demikian pikirnya.
Auwyang Hong pun heran. Nyata Kwee Ceng tidak
mati terkena pukulan ilmu Kodoknya.
Itu waktu putri Gochin Baki berseru: "Engko Ceng,
lekas tolongi aku!"
Melihat suasana itu, Oey Yong sudah lantas
mengasah otaknya.
"Sang tempo mesti diperlambat, sampai ayah datang!"
demikian ia peroleh akal.
Kwee Ceng sendiri telah menjadi gusar, hingga ia jadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak kenal takut.
"Bangsat tua, apa kamu bikin di sini?!" ia mendamprat.
"Kembali kamu mencelakai orang, ya?!"
Auwyang Hong hendak menguji kepandaian Kiu Cian
Jin, meski diperlakukan kurang ajar, ia bahkan
bersenyum. Tidak demikian dengan si orang she Kiu
itu.
"Ha, binatang cilik yang baik!" dia membentak. "Di sini
ada Auwyang Sianseng, mengapa kau tidak berlutut
memberi hormat? Apakah kau sudah bosan hidup?!"
Kwee Ceng sangat membenci orang ini, yang di rumah
penginapan sudah ngaco belo, memfitnah dan
mengadu gurunya dengan Oey Yok Su, dengan di sini
kembali dia mencelakai orang, maka itu tanpa
membilang suatu apa, ia menghampirkan, terus ia
menyerang dadanya.
Pemuda ini menyerang dengan Hang Liong Sip-pat
Ciang, yang sekarang talh maju jauh sekali. Ia
menggunakan tenaga menyerang enam bagian dan
tenaga menarik empat bagian, dari itu, habis
menyerang, tinjunya cepat ditarik pulang. Kiu Cian Jin
berkelit, tetapi ia kena ditarik anginnya tinju itu,
tubuhnya mundur hanya diluar keinginannya, dia
ditarik ke depan, terus jatuh terjerunuk!
"Hm!" Kwee Ceng mengejek seraya tangannya yang
kiri dilayangkan, guna menyambut muka muka orang,
hendak ia menhajar hingga gigi rontok dan lidah
terkancing putus, supaya jago tua ini tidak dapat
mengacau lagi menerbitkan gelombang yang tidaktidak.
"Tahan!" berseru Oey Yong tiba-tiba seraya ia lompat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keluar dari tempat persembunyiannya.
Kwee Ceng heran, hingga ia batal menggaplok, tetapi
karena ia sebat, ia ubah gerakan tangannya itu, segera
ia menyambar ke arah leher, untuk mencekuk, setelah
mana, ia mengangkat tubuh orang.
"Yong-jie, bagaimana?" ia menanya seraya ia
berpaling.
Oey Yong khawatir Kwee Ceng mencelakai orang tua
itu, kalau itu sampai terjadi, pasti Auwyang Hong turun
tangan. Inilah ia mau cegah, untuk ia menjalankan
akalnya.
"Lekas lepaskan!" ia berkata. "Orang tua ini
mempunyai semacam kepandaian yang lihay pada
kulit mukanya, kalau pipinya dihajar, tenaganya
berbalik bekerja, kau pasti terluka di dalam!"
"Ah, mustahil?" kata Kwee Ceng yang tidak percaya.
"Aku tidak tahu, asal ia mementang mulut dan meniup,
seekor kerbau pun dapat terkelupas kulitnya!" kata
pula si nona. "Masih kau tidak lekas mengundurkan
dirimu!"
Pemuda ini masih tetap tidak percaya, akan tetapi ia
menduga kekasihnya itu ada maksudnya, maka ia
menurut, ia melepaskan cekukannya.
"Syukur nona ini mengetahui bahaya," Kiu Cian Jin
berkata. "Kita berdua tidak bermusuhan, maka selagi
Thian murah hati, masa aku ambil sikap yang tua
menindih yang muda dan sembarang melukakan kau?"
Oey Yong tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu benar!" ia bilang. "Kepandaian kau yang lihay,
loosiansseng, aku sangat mengagumi, karena itu, hari
ini aku mau minta pengajaran dari kau, untuk beberapa
jurus saja, tetapi aku harap janganlah kau melukakan
aku…"
Habis berkata si nona lantas memasang kudakudanya,
tangan kirinya dikibaskan ke atas, tangan
kanannya ditarik ke dalam, terus di bawa ke mulutnya,
untuk mengasih dengar siulannya beberapa kali. Ia
tertawa pula dan berkata: "Sambutlah ini! Inilah jurusku
yang dinamakan silat Meniup Terompet Keong!"
"Ah, nona kecil, sungguh besar nyalimu!" berkata Kiu
Cian Jin. "Auwyang Sianseng kesohor namanya di
seluruh negara, mana dapat ia membiarkan kau
tertawa mengejek dia..?"
Oey Yong tidak meladeni kata-kata itu, tangan
kanannya melayang ke kuping orang, hingga
terdengarlah suara mengelepok yang nyaring. Ia lantas
tertawa dan berkata: "Dan ini namanya Pukulan
Berbalik ke arah Kulit Tebal!"
Berbareng dengan itu, dari luar rimba terdengar suara
orang tertawa yang disusul dengan pujian, "Bagus!
Sekalian saja kau menggaplok lagi satu kali!"
Mendengar suara itu, Oey Yong girang bukan
kepalang. Ia mengenali suara ayahnya. Dengan
begitu, hatinya menjadi mantap. Sembari menyahuti,
tangannya melayangp pulang. Kembali tangann yang
kanan.
Kiu Cian Jin buru-buru menunduki kepala untuk
berkelit. Tapi gaplokan itu gaplokan gertakan belaka,
sedang yang benar adalah susulan tangan kiri. Ia
melihat itu, lekas-lekas ia berkelit pula. Atas ini,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya si nona melayang pergi pulang, hingga ia
menjadi repot berkelit tak hentinya. Di akhirnya, kuping
kanannya tergaplok pula!
Kiu Cian Jin kaget. Ia mengerti, kalau terus-terusan
begitu hebat untuknya. Maka ia lantas membalas
menyerang. Dengan dua kepalannya, ia memaksa si
nona mundur, setelah mana, ia lompat ke samping.
"Tahan!" ia berseru.
"Apa?" Oey Yong tertawa. "Apakah sudah cukup?"
Kiu Cian Jin mengasih lihat roman sungguh-sungguh.
"Nona, kau telah dapat luka di dalam!" ia berkata.
"Lekas kau pulang untuk bersemadhi di kamar rahasia
lamanya tujuh kali tujuh menjadi empatpuluh sembilan
hari! Jangan kena angin atau jiwamu yang muda tidak
bakal ketolongan!"
Melihat roman orang sungguh-sungguh untuk sejenak
Oey Yong tercengang, tetapi lekas juga ia tertawa
pula. Ia tertawa terkekeh, kepalanya memain.
Ketika itu Oey Yok Su yang tadi cuma terdengar
suarnya saja, telah tiba bersama-sama Kanglam Liok
Koay. Mereka heran melihat Tuli beramai menjadi
orang tawanan.
Auwyang Hong sendiri lagi keheran-heranan. Ia heran
untuk Kiu Cian Jin. Ia tahu betul, orang she Kiu ini lihay
sekali, dulu hari pernah dengan tangannya yang
seperti besi itu ia menghajar mati dan luka pada jagojago
dari Heng San Pay, sampai partai itu roboh dan
tak dapat bangun lagi, maka itu kenapa sekarang ia
kena digaplok Kwee Ceng, kena dicekuk pula, dan
melayani Oey Yong nampak tak berdaya? Ia menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mau menduga-duga, apakah benar orang mempunyai
kepandaian di kulit muka? Itulah kepandaian yang ia
belum pernah dengar, itu mirip khayal……
Selagi si Bisa dari Barat itu beragu-ragu, matanya
menjurus kepada Oey Yok Su, hingga ia melihat di
pundak pemilik pulau Tho Hoa To itu tergantung
sebuah kantung sulam buatan Su-coan, yang
sulamannya sutera putih adalah seekor unta. Ia
mengenali baik sekali, itulah kantung keponakannya.
Ia menjadi kaget. Habis membinasakan Tam Cie Toan
dan Bwee Tiauw Hong, ia pergi, tapi sekarang ia
kembali, niatnya untuk menampak keponakannya itu.
"Mungkinkah Oey Yok Su telah membunuh
keponakanku itu untuk membalas sakit hati muridnya?"
Ia berpikir. Maka ia lantas menanya dengan suaranya
menggetar: "Bagaimana dengan keponakanku?"
Oey Yok Su menjawab dingin: "Bagaimana dengan
Bwee Tiauw Hong muridku itu, demikian juga dengan
keponakanmu!"
Auwyang Hong merasakan tubuhnya beku separuh.
Auwyang Kongcu itu namanya saja keponakannya
akan tetapi nyatanya ialah anaknya sendiri sebab dia
didapatkan dari perhubungan gelap diantara dia dan
istri kakaknya. Jadi paman dan ipar telah main gila dan
terlahirlah "Keponakan" yang dimanjakan itu. Ia sangat
kejam, jahat sebagai bisa, tetapi terhadap anaknya itu,
ia sangat menyayangi, menyayangi melebihkan
jiwanya sendiri. Ia tidak menyangka keponakannya itu
bakal terbinasa, sebab dengan kedua kakinya rusak, ia
percaya Oey Yok Su dan Coan Cin Cit Cu, yang ada
orang-orang kenamaan, tidak nanti menurunkan
tangan mengambil nyawa sang keponakan, siapa tahu,
kesudahannya, keponakan itu toh menerima nasibnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yok Su berdiri dengan waspada terhadap See
Tok. Ia mengerti kalau si Bisa dari Barat kalap, ia mesti
bekerja banyak untuk membela diri.
"Siapa yang membunuh keponakanku itu?" akhirnya
Auwyang Hong menanya, suaranya serak. "Muridmu
atau muridnya Coan Cin Cit Cu?"
See Tok masih tidak percaya pemilik Tho Hoa To nanti
membinasakan orang yang kakinya telah buntung duaduanya.
Itulah perbuatan memalukan.
Dengan tetap dingin, Oey Yok Su menjawab pula: "Dia
pernah mempelajari ilmu silat Coan Cin Pay serta juga
pernah mempelajari sedikit silat dari Tho Hoa To.
Pergilah kau cari dia!"
Pemilik Tho Hoa To itu menyebutnya Yo Kang akan
tetapi Auwyang Hong menduga Kwee Ceng. Bukan
main panasnya hatinya, tetapi di dalam keadaan
seperti itu, ia masih dapat menguasai dri.
"Nah, apa perlunya kau membawa-bawa kantungnya
keponakanku itu?" ia tanya.
"Peta Tho Hoa To berada pada dia, aku mesti
mengambilnya pulang," menyahut Oey Yok Su. "Tidak
dapat aku menanti sampai dia masuk ke dalam
tanah…."
"Kata-kata yang bagu!" ujar Auwyang Hong. Ia terus
menahan sabar. Ia tahu baik sekali, kalau ia
menempur Tong Shia, mereka mesti berkelahi sampai
satu - atau duaribu jurus tanpa ada ketentuan siapa
menang siapa kalah, bahkan ada kemungkinan ia tak
berada di atas angin. Ia ingat Kui Im Cin-keng telah
didapatkan, dari itu, soal membalas sakit hatinya
bolehkah ditaruh di belakang. Tapi di sini ada Kiu Cian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jin.
"Dia ada di sini, dia dapat membantu aku," pikirnya.
"Kalau dia dapat mengalahkan Kanglam Liok Koay
beserta Kwee Ceng dan Oey Yong, lantas dia dapat
membantui aku! Tidakkah dengan begini aku bisa
mengambil jiwanya Oey Yok Su?"
Karena berpikir begini, harapannya lantas timbul.
Lantas ia menoleh kepada si orang she Kiu.
"Saudara Cian Jin, pergi kau membinasakan delapan
orang ini, aku sendiri melayani Oey Lao Shia!"
katanya.
Kiu Cian Jin mengibaskan kipasnya yang besar, ia
tertawa.
"Begitu pun bagus!" sahutnya. "Setelah membinasakan
mereka berdelapan, nanti aku membantui kau!"
"Benar begitu!" menjawab Auwyang Hong, yang lantas
menghadapi Oey Yok Su, terus ia berjongkok
perlahan-lahan.
Oey Yok Su sudah lantas bersedia. Ia memasang
kuda-kudanya yang disebut "put teng put pat", ia
mengambil apa yang dinamakan kedudukan "tong
hong it bok". Ia memasang mata jeli.
Oey Yong sementara itu berkata kepada Kiu Cian Jin.
"Baiklah kau bunuh aku dulu!" bilangnya tertawa.
Orang tua itu menggeleng-geleng kepala.
"Ah, sebenarnya aku tidak tega…" katanya. "Aduh,
aduh, celaka!" ia terus menjerit. "Sungguh tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebetulan…!" ia lantas memegangi perutnya, tubuhnya
membungkuk.
"Kau kenapa?" Oey Yong tanya.
Kiu Cian Jin meringis.
"Kau tunggu sebentar, aku hendak membuang air…"
"Cis!" si nona meludah.
"Aduh!" Kiu Cian Jin berkoak pula, lalu ia memegangi
pinggiran celananya, terus ia lari ke pinggiran. Melihat
romannya, dia benar-benar perutnya sakit dan kebelet
ingin membuang air besar.
Oey Yong mengawasi tanpa berani mengejar. Ia
sangsi orang benar-benar sakit perut atau lagi
menggunai akal bulus.
Tiba di pinggiran, Kiu Cian Jin berjongkok.
"Nah, ini kertas untukmu!" berkata Cu Cong, yang lari
kepada orang she Kiu itu, pundak siapa ia tepuk,
sedang tangannya menyerahkan kertas yang ia
keluarkan dari kantungnya.
Terima kasih!" mengucap Cian Jin. Ia lantas pergi ke
gompolan rumput di mana ia berjongkok.
"Pergi jauhan sedikit!" kata Oey Yong yang memungut
sepotong batu kecil, dengan apa ia menimpuk orang
tua itu.
Bab 54. Segitiga........
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Batu itu melayang bagaikan terbang tetapi Kiu Cian
Jin menyambutinya.
"Nona takut bau busuk?" katanya tertawa. "Baiklah,
aku akan menyingkir sedikit lebih jauh. Kau orang
delapan mesti menunggu, aku larang kamu pada
melarikan diri…..!"
Dengan masih memegangi celananya, Cian Jin pergi
sampai belasan tombak, di situ ia baru jongkok, hingga
ia tak terlihat lagi.
"Jie suhu, jangan-jangan bangsat tua itu mau
melarikan diri!" berkata Oey Yong.
Cu Cong tertawa.
"Mungkin dia mau lari tetapi dia tidak bisa," sahutnya
guru yang nomor dua itu. "Kau ambillah dua rupa
barang ini untuk kau buat main…."
Oey Yong melihat sebatang pedang dan sebuah
sarung tangan dari besi di tangan gurunya itu, maka
tahulah dia tadinya selagi menepuk pundak Kiu Cian
Jin, gurunya itu sudah memindahkan barang orang. Ia
periksa pedang itu, lantas ia tertawa geli. Selama di
dalam kamar rahasia tadi ia melihat Kiu Cian Jin
mempermainkan Coan Cin Cut Cu dengan menikam
perutnya dengan pedang itu, tidak tahunya itulah
pedang rahasia, yang dapat dibikin melesat atau
ngelepot tiga kali. Maka ia lantas menghampirkan
Auwyang Hong.
"Auwyang Sianseng, aku tidak mau hidup lagi!"
katanya sambil tertawa, tangan kanannya terus
diayunkan ke perutnya, yang ia tumblas dengan
pedangnya Kiu Cian Jin itu, hingga pedang itu melesak
masuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong dan Oey Yok Su yang bersiap untuk
bertempur menjadi kaget, tetapi Oey Yong sudah
lantas mencabut pedangnya itu, yang menjadi pendek,
sembari memperlihatkan itu kepada ayahnya, ia
menuturkan rahasianya pedang tukang sulap itu.
Auwyang Hong menjadi melengak dan berpikir: "Apa
mungkin tua bangka itu main gila seumurnya sedang
sebenarnya dia tidak mempunyai guna?"
Oey Yok Su terus mengawasi si Bisa dari Barat itu,
ketika ia melihat tubuh orang mulai tak jongkok lagi, ia
dapat menerka hati orang. Ia lantas menyambuti
sarung tangan besi dari anaknya, untuk meneliti itu. Ia
melihat ukiran huruf "Ki" di telapakan tangan, di
sebelah belakangnya ada ukiran seekor ular kecil serta
seekor kelabang kecil, yang berguling menjadi satu. Ia
ingat itulah lengpay atau tertanda dari Tiat-ciang Suisiang-
piauw Kiu Cian Jin. Pada duapuluh tahun yang
lalu, lengpay itu sangat berpengaruh di dalam dunia
kangouw, siapa yang membawa-bawa itu, dia dapat
lewat dengan merdeka di selatang dan si utara sungai
Tiang Kang atau di hulu dan hilir sungai Hong Hoo,
bahkan golongan Hitam dan Putih sangat jeri
terhadapnya. Maka itu heran, mungkinkah pemiliknya
lengpay itu ada ini orang yang besar mulutnya saja?
Sembari berpikir, Oey Yok Su kembalikan sarung
tangan itu kepada putrinya.
Auwyang Hong juga berpikir keras, ia turut merasa
heran.
Oey Yong tertawa. "Ayah, sarung tangan ini bagus
untuk dibuat main, aku menyukainya, hanya ini alat
peranti menipu orang aku tidak membutuhkannya! Nah
ini, kau sambutlah!" Ia mengayaun tangannya, hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menimpukkan pedang-pedangan itu. Atau mendadak,
ia membatalkannya. Jaraknya dengan Kiu Cian Jin
jauh juga, ia khawatir tidak dapat ia menimpuk sampai
di sana. Maka pedang itu ia serahkan kepada ayahnya
seraya membilangnya sambil tertawa: "Ayah, kau saja
yang menimpukkannya!"
Oey Yok Su memang tengah bersangsi, ia menjadi
ingin mencobai Kiu Cian Jin, maka ia menyambutinya
pedang itu, yang ia taruh di telapakan tangannya yang
kiri, ujungnya yang lancip di arahkan ke luar, lalu
dengan jari tangan dari tangan kanan, ia menyentil.
Sekejap saja pedang itu meleset bagaikan terbang!
"Bagus!" berseru Oey Yong dan Kwee Ceng sambil
bertepuk tangan.
"Tiat Cie Sin-kang yang hebat!" Auwyang Hong memuji
di dalam hatinya. Ia kaget sendirinya untuk lihaynya
Tong Shia si Sesat dari Timur ini.
Semua mata diarahkan kepada pedang itu serta Kiu
Cian Jin. Di situ ia tampak jongkok tak bergeming
walaupun bebokongnya mau dijadikan sasaran
pedangnya itu. Maka cepat sekali, pedang telah
mengenai dan nancap.
Serang Oey Yok Su sangat hebat, jangan kata itu
pedang besi, walaupun pedang kayu, kalau
sasarannya keba terhajar, korbannya mesti bercelaka.
Kwee Ceng lantas berlompat lari ke arah Kiu Cian Jin.
Ketika ia sampai di tempat orang berjongkok itu,
mendadak ia berseru: "Celaka betul!" Tangannya pun
lantas mengangkat sepotong baju, untuk diulapulapkan.
Ia berseru pula: "Orangnya sudah kabur!"
Kiu Cian Jin telah meloloskan bajunya, yang ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangkutkan dengan rapi hingga ia tampak seperti terus
berjongkok membuang air besar, dengan nyeludup di
pepohonan lebat, ia sendiri diam-diam mengangkat
kaki, menyingkir dari tempat berbahaya itu. Dengan
kecerdikannya ini ia terlah berhasil menjual Tong Shia
dan See tok yang berpenglamanan dan lihay itu,
hingga dua orang itu melengak dan saling mengawasi,
lalu keduanya tertawa lebar.
Auwyang Hong kenal baik Tong Shia, yang tak sejujur
Ang Cit Kong, yang sukar untuk dibokong, sekarang
melihat orang tengah tertawa, ia menganggap inilah
ketikanya untuk turun tangan. Dengan mendadak ia
berhenti tertawa, terus ia menjura dalam sekali.
Oey Yok Su terus tertawa hanya sambil tertawa itu,
tangan kirinya dilonjorkan, tangan kanannya ditekuk,
sebagai juga ia membalas hormat.
Sesaat itu tubuh mereka bergoyang sebentar, setelah
mana, Auwyang Hong mundur tiga tindak. Ia telah
membokong dengan tidak berhasil. Lantas ia kata:
"Baiklah, kita berdua nanti bertemu pula di belakang
hari!" Sembari berkata begitu, ia mengibaskan tangan
bajunya, ia memutar tubuhnya, untuk berlalu.
Air mukanya Oey Yok Su berubah. Dengan lekas ia
mengulur tangan kirinya ke depan anak gadisnya.
Kwee Ceng pun telah melihat, selagi memutar tubuh,
Auwyang Hong menyerang secara rahasia, menyerang
Oey Yong dengan "Pek-hong-ciang", yaitu ilmu silat
tangan kosong yang memerlukan anginnya saja. Ia
hanya kalah jeli dengan Oey Yok Su. Tapi ia berseru,
dengan kedua tangannya ia lantas menyerang See
Tok, untuk memaksa orang membatalkan serangannya
itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Hong melihat ia ditangkis Oey Yok Su, yang
melindungi putrinya, ia lantas menarik pulang
serangannya itu, hanya bukan untuk dibatalkan, tetapi
untuk diteruskan, dipakai menyerang Kwee Ceng,
selagi si anak muda menyerang padanya, hingga
serangan mereka bakal bentrok, keras sama keras.
Kwee Ceng tahu diri, ia tidak mau melayani, maka itu
dengan sebat ia membuang diri, bergulingan, untuk
terus berlompat berdiri. Ia kaget hingga mukanya pucat
sekali.
"Ha, anak yang baik!" berseru Auwyang Hong. "Baru
beberapa hari kau tidak terlihat, kepandaianmu telah
maju pesat sekali!"
Memang adalah di luar dugaan, si anak muda lolos
dari bokongannya itu.
Melihat orang telah turun tangan, Kanglam Liok Koay
segera memernahkan diri di belakangnya Auwyang
Hong, untuk memegat.
Auwyang Hong maju terus, ia mendekati Coan Kim
Hoat dan Han Siauw Eng. Mereka ini tidak berani turun
tangan, maka itu, merdeka See Tok berjalan melewati
mereka, keluar dari dalam rimba.
Oey Yok Su pun berdiam saja. Sebenarnya kalau ia
mau turun tangan, dengan dibantu Liok Koay, See Tok
bisa dapat celaka, tetapi ia berkepala besar, tidak mau
ia mengepung si Bisa dari Barat itu, ia khawatir nanti
orang tertawakan. Ia memikir, lain kali saja, kalau ada
ketikanya, mereka bertempur satu sama satu. Ia
tertawa dingin mengawasi punggung orang.
Ketika itu Kwee Ceng telah lepaskan Gochin Baki
berempat dari tambatan mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Putrinya Jenghiz Khan ini girang sekali melihat si anak
muda tidak mati, maka itu dengan sengit ia menamprat
Yo Kang yang dikatakan sudah menjual cerita untuk
mendustakan orang.
Tuli menambahkan dengan berkata: "Orang she Yo itu
membilang ia mempunyai urusan mesti lekas pergi ke
Gak-ciu, kami menyangka dia orang baik-baik, maka
kecewa sekali kami memberikan dia tiga ekor kuda
pilihan…"
"Anda," Kwee Ceng tanya, "Bagaimana caranya maka
kamu jadi bertemu sama itu dua siluman tua?"
Putri Mongolia itu, dalam kegembiraannya, mendahului
memberikan keterangan.
Mereka ini sangat berduka mendengar dari Yo Kang
bahwa Kwee Ceng telah meninggal dunia, dilain pihak,
senang hati mereka mendengar Yo Kang berniat
mencari balas. Mereka menaruh kepercayaan besar,
senang mereka bergaul dengan orang she Yo itu. Itu
malam mereka menginap bersama di sebuah dusun.
Yo Kang beberapa kali mencoba membokong Tuli,
saban-saban ia gagal disebabkan penjagaan yang
keras dari kedua pengemis kurus dan gemuk
terhadapnya, kalau tidak si gemuk, tentulah si kurus
yang meronda smabil memegang tongkat keramatnya.
Kecewa ia karena kegagalannya, dari itu, terpaksa
besoknya pagi ia minta saja tiga ekor kuda, dengan itu
bersama kedua pengemis itu ia berangkat ke barat.
Tuli berempat menuju ke utara, sedang kedua burung
rajawali terbang ke selatan, sampai lama, keduanya
tidak kembali. Ia tahu pada itu mesti ada sebabnya.
Karena mereka tidak membikin perjalanan cepat,
mereka menantikan di rumah penginapan, sampai dua
hari. Baru di hari ketiga, kedua ekor burung rajawali itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kembali, keduanya menclok di pundak Gochin Baki
seraya berbunyi tak mau berhenti.
"Mari kita ikuti mereka," berkata Tuli, yang merasa
heran.
Mereka kembali ke selatan dengan kedua rajawali itu
menjadi petunjuk jalan, hanya apa lacur, di rimba itu
mereka bertemu Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin. Tuli,
Jebe dan Borchu gagah tetapi menghadapi Auwyang
Hong, mereka tidak berdaya, dari itu bersama si opsir
pengiringnya, dengan gampang mereka kena ditawan
dan dibelenggu. Malang si opsir, dia menjadi korban
paling dulu.
Kiu Cian In mendapat tugas dari negara Kim untuk
mengacau orang-orang kosen di Kanglam. Supaya
mereka bentrk satu dengan lain, untuk menggampangi
usaha bangsa Kim itu menyerang ke Selatan. Bersama
Auwyang Hong ia berada di rimba itu, kapan ia melihat
Tuli berlima, ia lantas menganjurkan Auwyang Hong
turun tangan. Syukur kedua burung rajawali telah bisa
mencari bantuan dan rombangannya Kwee Ceng ini
datang tepat.
Gochin Baki sangat gembira, sembari menutur ia
pegangi tangan Kwee Ceng, ia tertawa tak hentinya.
Oey Yong mengawasi tingkah lakunya putri itu, ia
merasa tak puas. Ia jadi lebih tak senang karena si
putri bicara dalam bahasa Mongolia, yang ia tidak
mengerti. Ia menjadi tidak sabaran.
Oey Yok Su melihat roman anak gadisnya itu, ia heran.
"Yong-jie, siapakah ini perempuan asing?" ia tanya.
"Dialah istrinya engko Ceng yang masih belum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dinikah!" sahut sang gadis.
Ayah itu heran hingga ia hampir tidak mempercayai
kupingnya sendiri.
"Apa?!" ia menanya, mengulangi.
"Ayah, kau pergi tanya dia sendiri," sahut si anak
perlahan. ia malu untuk menjelaskannya.
Cu Cong mendapat dengar pembicaraan di antara
ayah dan anak itu, ia mengerti keadaan berbahaya
untuk Kwee Ceng, karena ia tahu baik hal ikhwal
putrinya Jenghiz Khan itu dengan muridnya, ia lantas
campur bicara, ia menuturkan duduknya hal itu. Tentu
saja ia menyebutkan, jodoh itu didesaki oleh Khan
tersebut.
Oey Yok Su memangnya tidak penuju Kwee Ceng,
kalau toh ia menjodohkan juga putrinya, itulah saking
terpaksa. Sekarang ia mendengar ini soal yang baru
untuknya, ia menjadi tidak puas. Ialah kepala suatu
partai, ia sangat menyayangi putrinya itu bagaikan
mutiara mustika, dari itu mana dapat putrinya ini
menjadi istri kedua, artinya menjadi gundik?
"Yong-jie!" ia lantas kata kepada putrinya, suaranya
keras.
"Ayahmu hendak melakukan sesuatu, kau tidak boleh
mencegah!"
Anak itu kaget.
"Apakah itu, ayah?" ia tanya.
"Anak busuk itu, perempuan hina itu, dua-duanya
mesti dibunuh!" sahut sang ayah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong kaget, ia lompat menubruk tangan ayahnya
itu.
"Tetapi, ayah, engko Ceng bilang dia sungguh
mencintai aku!" katanya.
Oey Yok Su tidak meronta, tetapi ia membentak
kepada Kwee Ceng. "Eh, bocah, kau bunuhlah
perempuan asing itu, untuk membuktikan hatimu
sendiri!"
Kwee Ceng berdiri menjublak. Belum pernah ia
menghadapi soal sesulit ini. Ia memang kurang cerdas,
dari itu, ia ayal mengambil keputusannya.
""Lebih dulu kau sudah bertunangan, kenapa kau
melamar juga putriku?!" tanya Oey Yok Su bengis.
"Apakah artinya perbuatanmu ini?!"
Kanglam Liok Koay memasang mata waspada.
Sikapnya Tong Shia luar biasa sekali. Sembarang
waktu si Sesat dari Timur ini dapat menurunkan tangan
dahsyat, muka orang merah padam. Hati mereka
goncang sebab pemilik Tho Hoa To ini sangat lihay.
Kwee Ceng tidak pernah mendusta, maka ia
menyahuti: "Pengharapanku ialah dalam seumur hidup
aku bisa berkumpul bersama Yong-jie saja, lainnya hal
tidak ada di hatiku."
"Baik kalau begitu," kata Oey Yok Su, yang hawa
amarahnya sedikit mereda. "Sekarang begini saja.
Tidak apa kau tidak suka membinasakan perempuan
itu, tetapi kau, semenjak hari ini, aku larang kau
bertemu pula dengannya!"
Kwee Ceng berdiam, pikirannya bekerja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukankah kau pasti akan bertemu pula dengannya?"
Oey Yong bertanya.
"Di dalam hatiku, dialah mirip adik kandungku," sahut
Kwee Ceng. "Kalau aku tidak bertemu dengannya, aku
suka mengingat padanya."
Mendengar itu Oey Yong tertawa.
"Kau suka melihat siapa, kau boleh melihatnya!"
katanya. "Tentang itu aku tidak memperdulikannya!"
"Baik, begini saja!" berkata Oey Yok Su. "Saudaranyasaudaranya
perempuan asing itu ada di sini, aku ada
di sini, dan keenam gurumu berada di sini juga, maka
hayolah kau membilangnya jelas-jelas bahwa yang kau
bakal nikahi adalah putriku ini, bukan perempuan asing
itu!"
Dengan bicara begitu, Oey Yok Su sudah menentang
hatinya sendiri, untuk keberuntungan gadisnya, ia suka
mengalah.
Kwee Ceng berpikir sambil tunduk, maka ia lantas
melihat golok Kim-too hadiah dari Jenghiz Khan serta
pisau belati pengasihnya Khi Cie Kee. Ia menjadi
bingung sekali. Ia berpikir: "Menurut pesan ayahku,
dengan Yo Kang aku mesti menjadi saudara sehidup
semati, akan tetapi Yo Kang itu bersifat lain,
kelihatannya persaudaraanku dengannya tidak dapat
dilundungi lagi. Pula menurut pesan paman Yo, aku
harus menikah sama adik Liam Cu. Bagaimana
sekarang? Seharusnya pesan orang tua mesti
dijalankan. Dengan begitu, perangkapan jodohku
dengan putri Gochin Baki pun ada atas kehendak
Jenghiz Khan, seorang tua! Bolehkah karena kata-kata
orang tua itu lantas aku mesti berpisah dengan YongTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
jie?"
Setelah memikir paling belakang itu, pemuda ini lantas
mengambil keputusan. Ia mengangkat kepalanya.
Sementara itu Tuli telah menanyakan Cu Cong tentang
pembicaraan di antara Kwee Ceng dengan Oey Yok
Su itu, setelah mengetahui duduknya hal dan
menampak kesangsian si anak muda, ia menjadi tidak
puas. Ia gusar mengetahui orang tidak mencintai
adiknya. Maka dari kantung panahnya, ia menarik
keluar sebatang anak panah bulu burung tiauw, sambil
memegang itu di tangannya, ia kata dengan nyaring:
"Anda Kwee Ceng, seorang laki-laki yang mau malang
melintang di dalam dunia, dia mesti berbuat hanya
dengan satu kata-katanya yang apsti! Oleh karena kau
tidak mencintai adikku, mana bisa putri yang gagah
dari Jenghiz Khan memohon-mohon meminta
kepadamu? Oleh karena itu, mulai hari ini, putus sudha
persaudaraan di antara kita! Di masa mudamu, kau
pernah menolongi aku, kau juga telah menolongi
ayahku, budi itu, kami ingat baik-baik, dari itu, ibumu
yang sekarang berada di Utara, akan aku mengirim
orang untuk mengantarkannya, tidak nanti aku
membikin dia kurang suatu apa! Kata-katanya seorang
kesatria ada mirip gunung kekarnya, karenanya kau
boleh bertetap hati!"
Habis berkata begitu, ia patahkan anak panah itu dan
melemparkannya di depan kudanya.
Hati Kwee Ceng tergerak. Ia lantas ingat masa
mudanya di gurun pasir, bagaimana kekalnya
pergaulannya sama Tuli. Ia jadi berpikir: "Memang,
perkataannya seorang kesatria mirip sebuah gunung.
Jodohnya adik Gochin Baki telah aku menerima
dengan mulutku sendiri, bagaimana sekarang aku
boleh tidak memegang kepercayaanku? Tanpa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepercayaan, dapatkah aku menjadi manusia? Biarlah
Oey Tocu membunuh aku, biarlah Yong-jie membenci
aku seumur hidup, aku tidak dapat berbuat lain!" maka
itu ia mengangkat kepalanya dan berkata dengan
tegas: "Oey Tocu, keenam guruku, anda Tuli, kedua
guruku Jebe dan Borchu, aku Kwee Ceng, aku
bukannya seorang yang tidak mempunyai
kepercayaan, maka itu, mesti aku menikah sama adik
Gochin!"
Kwee Ceng bicara dalam bahasa Tionghoa, lalu ia
salin itu ke dalam bahasa Mongolia, hingga kedua
belah pihak mengerti. Kata-kata ini membikin mereka
itu menjadi heran sekali. Itulah diluar dugaan. Tuli dan
Gochin Baki heran berbareng girang. Kanglam Liok
Koay memuji muridnya sebagai laki-laki sejati! Adalah
Oey Yok Su, yang tertawa dingin.
Oey Yong sangat kaget dan berduka, hingga ia
terbengong sekian lama. Ia maju beberapa tindak,
untuk memandangi si putri Mongolia, tubuh siapa
kekar, alisnya lancip, matanya besar dan bagus, air
mukanya gagah dan agung. Tanpa merasa, ia
menghela napas. Ia berkata kepada Kwee Ceng,
"Engko Ceng, aku mengerti kau. Dia dan kau benarlah
orang dari satu kalangan, kamu berdua ialah sepasang
rajawali putih dari gurun pasir, kau sebaliknya, aku
hanya seekor burung walet di bawah cabang yangliu di
Kanglam…."
Kwee Ceng maju satu tindak, ia mencekal tangan si
nona. Ia kata: "Yong-jie, aku tidak tahu perkataan kau
tepat atau benar, tetapi di dalam hatiku cuma ada kau
satu orang! Kau mengerti aku, maka kalau aku
dicincang selaksa golok, tubuhku dibakar menjadi abu,
dalam hatiku tetap ada cuma kau sendiri!"
Air mata si nona mengembang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Habis kenapa kau hendak menikahi dia?" ia tanya.
"Aku seorang tolol, segala apa aku tidak mengerti,"
sahut si pemuda. "Aku cuma tahu, apa yang telah
dijanjikan tidak dapat dibuat menyesal. Aku tidak suka
omong dusta, tidak peduli bagaimana, dalam hatiku
cuma ada kau seorang!"
Oey Yong bingung. Ia girang tetapi juga bersusah hati.
"Engko Ceng, aku sudah tahu," katanya, tertawa
tawar. "Kalau dari atas pulau Beng Hoo To kita tidak
kembali, bukankah itu terlebih bagus?"
"Inilah gampang!" memotong Oey Yok Su sambil
alisnya berdiri, sebelah tangannya diayunkan ke arah
putri Gochin Baki.
Oey Yong telah melihat roman ayahnya, maka juga ia
mendahulukan lompat untuk menyambar tangannya
putri dari Mongolia itu, ditarik turun dari kudanya.
Oey Yok Su khawatir mencelekai gadisnya,
gerakannya terlambat, sesudah putri itu ditarik turun,
baru tangannya menghajar pelana kuda. Mulanya tak
apa-apa, hanya sleang sesaat kemudian, kuda itu
tunduk kepalanya, lemas empat kakinya, lalu
mendeprok sendirinya, jiwanya melayang.
Kuda itu kuda Mongolia pilihan, besar dan kuat, tetapi
dengan sekali hajar, dia mampus, kejadian itu
membuatnya Tuli semua kaget bukan main. Kalau
Gochin Baki kena terhajar, tidakkah tubuhnya ringsek?
Oey Yok Su melengak. Ia tidak menyangka gadisnya
mau menolongi nona Mongolia itu. Tapinya ia cerdik,
sejenak kemudian, ia mengerti sebabnya itu. Kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
putri itu terbinasa, tentu Kwee Ceng bakal murka,
kalau Kwee Ceng murka, mana bisa dia akur lagi
dengan gadisnya? Ia lantas berpikir keras. Sama
sekali ia tidak takut bocah itu. Kapan ia memandang
kepada gadisnya, yang romannya lesu dan berduka
sangat, hatinya menjadi dingin. Paras si nona itu waktu
sungguh mirip sama paras istrinya, ialah ibunya Oey
Yong, selagi si istri mau menghembuskan napasnya
yang terakhir. Oey Yong dan ibunya sangat mirip satu
dengan lain dan Oey Yok Su sangat mencintai istrinya
itu, meninggalnya siapa membuatnya seperti gila.
Sudah lewat limabelas tahun tetapi wajah istrinya itu
masih masih saban-saban terbayang di depan
matanya. Sekarang ia melihat roman gadisnya itu,
maka tahulah ia bagaimana sangat anak itu mencintai
Kwee Ceng. Akhirnya ia mengela napas, lalu
bersenandung.
Oey Yong pun berdiri diam, air matanya turun
mengucur…..
Han Po Kie menarik tangannya Cu Cong.
"Dia kata apakah?" ia berbisik.
"Ia mengulangi tulisannya seorang she Kee di jaman
Ahala Gan," Cu Cong jawab. "Itu artinya, manusia di
dalam dunia beserta segala bendanya adalah seperti
penderitaan yang dibakar di dalam sebuah perapian
besar."
"Dia demikian lihay, apalagi penderitaannya?" Po Kie
tanya pula.
Cu Cong tersenyum, ia tidak menjawab.
"Yong-jie, mari kita pulang…" akhirnya terdengar
suaranya Oey Yok Su halus. "Untuk selanjutnya, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selamanya jangan kita melihat pula bocah ini…"
"Tidak, ayah," sahut si anak menggeleng kepala. "Aku
mesti pergi ke Gak-ciu. Suhu menitahkan aku untuk
menjadi pangcu, ketua dari Kay Pang."
Ayah itu tersenyum.
"Apakah enaknya menjadi ketua Partai Pengemis?" ia
menanya.
"Aku telah memberikan janjiku pada suhu, ayah!"
Ayah itu berpikir.
"Baiklah," katanya kemudian, "Kau coba-cobalah untuk
beberapa hari. Umpama kata kau menganggap terlalu
jorok, kau wariskan saja kepada orang lain.
Bagaimana di belakang hari, kau masih mau menemui
bocah ini atau tidak?"
Oey Yong melirik kepada Kwee Ceng, siapa terus
mengawasi kepadanya, sinar matanya sangat lesu,
romannya sangat berduka. Ia berpaling kepada
ayahnya, ia menyahuti: "Ayah, dia mau menikah sama
lain orang maka aku pun akan menikah dengan lain
orang juga. Di dalam hati dia cuma ada aku satu
orang, maka di dalam hatiku cuma ada dia seorang
juga…"
"Ha!" berkata orang tua itu. "Anak perempuan dari Tho
Hoa To tidak dapat dihina orang, itulah bagus. Habis
bagaimana kalau orang orang dengan siapa kau
menikah nanti melarang kau menemui dia?"
"Hm, siapa yang berani melarang aku!" kata nona itu
keren. "Aku toh anakmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, budak tolol!" berkata ayah itu. "Lewat beberapa
tahun lagi aku bakal meninggalkan dunia ini…"
"Tetapi ayah," kata si nona yang pun berduka, "Begini
rupa dia memperlakukan aku, apakah kau mengira aku
bakal dapat hidup lama pula?"
Kanglam Liok Koay dijuluki manusia-manusia aneh
tetapi mendengari pembicaraan ayah dengan anak itu,
mereka menjublak. Di jaman Song itu, masih keras
orang menghormati adat-istiadat, ada sopan santun.
Oey Yok Su bukannya Seng Tong dan Bu Ong,
bukannya Ciu Kong atau Khong Cu, tetapi ialah
seorang yang aneh, maka julukannya pun Tong Shia,
si Sesat dari Timur. Apa yang ia lakukan biasanya
sebaliknya daripada yang umum, sedang Oey Yong
itu, semenjak kecilnya, ia sudah dididik ayahnya yang
aneh ini, yang terpelajar tinggi dan luas
pengetahuannya, maka ia mengerti, suami istri tinggal
suami istri tetapi cinta itulah lain.
Kwee Ceng pun mendengari pembicaraan itu dengan
hatinya terluka. Ia sangat berduka. Ia mau menghiburi
Oey Yong tetapi apa ia hendak bilang? Maka ia pun
berdiam saja.
Oey Yok Su memandang putrinya, lalu ia mengawasi
Kwee Ceng, kemudian lagi ia dongak memandang
langit dan mengasih dengar suaranya yang lama dan
keras, yang seumpama kata menggetarkan rimba,
suaranya itu berkumandang di lembah-lembah.
Burung-burung kucica kaget hingga pada beterbangan
mengitari pepohonan.
"Burung kucica, burung kucica!" berkata Oey Yong.
"Malam ini Gu Long bakal bertemu sama Cit Lie,
kenapa kau tidak lekas-lekas membuat jembatanmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi Oey Yok Su sengit, ia menjumpat seraup pasir, ia
menimpuk, maka itu belasan burung jatuh dan mati,
setelah mana dia membalik tubuh, untuk berjalan pergi
tanpa menoleh lagi….
Tuli tidak mengerti pembicaraan orang, karena tahu
Kwee Ceng tidak akan menyalahi janji, ia girang sekali.
Ia pegang golok Kim-too dari ayahnya, dia cium itu di
mulutnya, lalu ia membawanya kepda Kwee Ceng,
untuk diserahkan.
"Anda," katanya, "Aku harap usahamu yang besar
lekas selesai, supaya kau bisa pulang ke Utara di
mana kita nanti dapat bertemu pula!"
"Burung kita ini kau boleh bawa," berkata Gochin Baki.
"Aku harap kau lekas pulang!"
Kwee Ceng mengangguk. Dari sakunya ia
mengeluarkan sepotong tombak pendek, sambil
menunjuki itu, ia kata pada putri Mongolia itu: "Kau
bilangi ibuku, pasti aku akan pakai senjata ayahku ini
untuk membinasakan musuh kami!"
Jebe dan Borchu pun turut mengambil selamat
berpisah.
Oey Yong mengawasi empat orang Mongolia itu
berlalu, Kwee Ceng masih berdiri saja. Ia melihat
kedukaan orang.
"Engko Ceng, kau pergilah, aku tidak sesalkan kau,"
katanya.
"Yong-jie," menyahut si anak muda itu, yang bicara
dari lain hal, "Tongkat Kay Pang dibawa Yo Kang, dan
ayahmu membilang, mengenai Kay Pang mungkin
terjadi sesuatu, maka itu malam ini mari kita mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suhu, besok aku nanti terus pergi bersama kau."
Si nona menggeleng kepala.
"Pergi kau sendiri mencari suhu," katanya. Ia
mengasih keluar pisau belata Kwee Ceng, yang ia
selipkan di pinggangnya, ia letaki itu di tanah. Ia juga
menurunkan dan membuka pauwhok yang digendol di
punggungnya, darimana ia mengeluarkan segulung
gambar. Ia kata: "Inilah pemberian ayah untukmu."
Masih ia mengeluarkan lakonnya yang beraneka
warna, yang mana ia pisahkan separuh. Ia kata pula:
"Inilah barang yang kita kumpulkan di pulau, aku bagi
separuh untukmu…" Ia mengawasi bungkusannya itu,
di situ cuma ada baju pemberian Kwee Ceng serta
sejumlah uang serta beberapa potong pakaiannya
untuk salin tiap hari, maka ia tertawa dan berkata pula:
"Aku tidak mempunyai barang lainnya lagi untuk
diberikan padamu." Lalu dengan perlahan ia
membungkus rapi, ia menggendol itu, habis mana ia
memutar tubuhnya, untuk berjalan pergi.
Kwee Ceng tercengang, dengan menuntun kuda
merah, ia menyusul.
"Baik kau menunggang kuda," katanya.
Oey Yong menoleh, ia tertawa, tetapi ia jalan terus.
Kwee Ceng masih menyusul beberapa tindak, lantas ia
berhenti. Ia masih bengong mengawasi orang pergi
hingga nampak seperti bayangan.
"Anak Ceng, bagaimana sekarang?" Han Siauw Eng
menegur.
Anak muda itu masih menjublak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku hendak pergi ke istana mencari suhu," sahutnya.
"Itu benar," berkata Kwa Tin Ok. "Oey Lao Shia pernah
mengacau di rumah kita, mungkin orang di rumah
bingung, maka sekarang kita mau pulang. Kalau kau
berhasil mencari gurumu itu, kau undang dia datang ke
rumah kami untuk sekalian beristirahat."
Kwee Ceng menurut, maka itu, ia mengambil selamat
berpisah dari keenam gurunya ini. Kemudian ia sendiri,
setelah menyimpan pisau belati dan lakonnya, terus
menuju ke Lim-an.
Malam itu Kwee Ceng memasuki istana, mencari
gurunya, hasilnya sia-sia belaka. Ang Cit Kong tidak
ada, Ciu Pek Thong entah ke mana. Di malam kedua
ia mencari pula, hasilnya sama.
"Tidak ada jalan lain, lebih baik aku pergi menyusul
Yong-jie," pikir anak muda ini kemudian. "Baik aku
membantu dulu padanya mengurus Kay Pang,
kemudian bersama-sama kita kembali mencari terus
pada suhu."
Itu hari tanggal sembilan bulan tujuh, tinggal enam hari
untuk pembukaan rapat Kay Pang di Gak-ciu. Kwee
Ceng tidak takut ketinggalan. Ia menunggang kudanya
yang jempol. Dalam satu hari saja ia sudah tiba di
batas jalan barat dari Kanglam.
Sementara itu suasana sudah berubah. Separuh dari
Tiongkok sudah diduduki bangsa Kim. Batas di timur
adalah Hoay-sui, dan di barat kota San-kwan. Untuk
kerajaan Lam Sang - Song Selatan - tinggal apa yang
disebutkan limabelas "jalan" ialah dua propinsi
Ciatkang dan Kangsouw, Liang Hoay (yaitu daerah di
antara kedua sungai Hong Hoo dan Yang Cu Kang di
Anhui dan Kangsouw), dua jalan timur dan barat dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kanglam, dua jalan di selatan dan utara dari Khengouw,
empat jalan di Su-coan Barat, Hokkien, Kwietang
dan Kwiesay. Maka itu, negara menjadi lemah sekali.
Kwee Ceng berjalan dengan saban-saban melepaskan
dua ekor burung rajawalinya, guna membantu mencari
Oey Yong. Ia sendiri mencari dengan sia-sia. Ketika
pada suatu hari ia tiba di kecamatan Bu-leng, di kota
Liong-hin, dekat dengan kota Gak-ciu, ia berjalan
dengan perlahan. Diwaktu sore, ia menghadapi
sebuah rimba lebat, yang kelihatan menyeramkan. Di
belakang rimba itu ada satu bukit yang panjang. Tentu
sukar untuk melintasi rimba itu dan gunung sesudah
cuaca gelap, maka ia mau mencari pondokan. Di
samping rimba itu ia melihat pagar bambu.
"Ada pagar tentu ada rumah," pikirnya girang. Ia
bertindak. Ia melihat sebaris pohon. Di situ ia lantas
melihat sebuah rumah dengan tiga undak. Ia
mendekati rumah itu. Belum ia datang dekat,
kupingnya sudah mendengar tangisan seorang wanita.
Ia menjadi heran.
"Orang lagi berduka, tidak dapat aku mengganggu,"
pikirnya. Ia hendak mengundurkan diri.
Orang di dalam rumah tapinya sudah mendengar
suara kuda. Dengan kaget bukan daun pintu di
pentang. Di situ muncul seorang tua dengan rambut
ubanan, yang tubuhnya sudah melengkung, tangannya
memegang cagak besi yang panjang. Dia berdiri di
depan pintu sambil berseru: "Pembesar anjing! Ular
tidak ada, cucu perempuanku juga tidak ada. Yang ada
hanya selembar jiwa tuaku ini!"
Kwee Ceng heran. Ia tahu orang salah mengerti.
"Tuan, aku hanya seorang pelancongan!" katanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lantas sambil ia memberi hormat. "Aku kena bikin lewat
tempat mondok, maka niatku datang ke mari untuk
menumpang bermalam. Satu malam saja. Kalau kau
lagi ada urusan, tidak apa, aku nanti pergi ke lain
rumah."
Orang tua itu lantas mengawasi, habis itu lekas-lekas
ia meletaki cagaknya, untuk membalas hormat.
"Maafkan aku, tuan, aku lagi ngaco," katanya. "Jikalau
kau tidak jijik, silahkan masuk dan minum the."
Kwee Ceng mengucap terima kasih. Lantas ia
memberikan sejumlah uang, untuk dicarikan rumput
guna makan kudanya, setelah itu baru ia masuk ke
dalam. Nyata rumah itu bersih sekali. Ia menjadi heran.
Ia baru duduk atau kupingnya mendengar suara berisik
dari kuda. Ia menduga ada tiga penunggang kuda
datang ke situ. Ia pun lantas mendengar suara bengis:
"Orang tua she Cin, kau menyerahkan ular atau cucu
perempuanmu?!"
Lalu terdengar suara seorang lain: "Kami dapat
mengasih ampun kepada kamu, tetapi looya kami tidak
dapat memberi ampun kepada kami! Maka itu lekas
kau keluar!"
Suara itu disusul sama sambaran cambuk kepada atap
rumah, hingga atap itu, yang terbuat dari rumput rusak.
Si orang tua tidak menyahuti suara dari luar itu, ia
hanya masuk ke dalam kamar, untuk berkata: "Anak
Kim, pergi kau lari ke belakang, ke dalam rimba.
Malam ini kau sembunyi terus. Besok pagi-pagi, kau
boleh pulang sendiri ke Kwietang….."
Segera terdengar tangisan wanita tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkong, mari kita mati bersama…." kata orang
perempuan itu.
"Lekas lari, lekas!" berkata si orang tua, membantung
kaki. "Nanti terlambat!"
Dari dalam kamar lantas keluar seorang nona dengan
baju hijau, ia menubruk si orang tua, siapa sebaliknya
menolak tubuh orang, untuk disuruh lari ke belakang.
Berbareng dengan itu, pintu terdengar tertembrak
hingga terbuka, tiga orang terus nerobos masuk.
Orang yang maju paling depan lantas menjambak
pundaknya si orang tua she Cin itu, sedang tangannya
yang lain menyambar si wanita muda, untuk dipeluki.
Nona itu ketakutan hingga ia membungkam. Kwee
Ceng mengawasi tiga orang itu. Dari dandannya, yang
di depan itu seorang polisi, yang dua lagi serdadu. Si
orang polisi, yang memeluki si nona, berkata sambil
tertawa. "Empeh Cin, kami datang atas titahnya tuan
camat kami, maka jangan kau sesalkan kami! Malam
ini kau mengantarkan duapuluh ekor ular, ini nona
akan kita kembalikan, kalau kau menunggu sampai
besok, nanti sudah tidak keburu!" Ia terus tertawa
lebar, sambil bertindak pergi, ia bawa si nona
bersama.
Orang tua she Cin itu menjerit keras, dengan
membawa cagaknya, ia memburu, terus ia menikam.
Si orang polisi berkelit, sambil berkelit ia mencabut
golok di pinggangnya dengan apa ia mengetok cagak
itu. Si empeh tidak dapat mempertahankan diri,
cagaknya terlepas dan jatuh di tanah. Menyusul itu,
orang polisi itu menendang, hingga ia roboh seketika.
"Eh, tua bangka, jangan kau banyak tingkah!" dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membentak. "Awas, jangan kau nanti sesalkan golokku
tidak ada matanya!"
Empeh itu seperti kalap, lupa pada dirinya, ia
menubruk kaki kanan orang itu, terus ia menggigit.
Opas itu kesakitan dan berontak-berontak, dalam
sengitnya ia hajar kepala si empeh dengan belakang
goloknya, maka pecahlah jidat orang dan darahnya
menyiram ke mukanya. Tapi empeh itu sudah nekat, ia
tidak menghiraukan luka dan sakitnya, ia menggigit
terus, tidak mau ia melepaskannya.
Dua serdadu itu maju menolongi si opas, yang satu
menendang, yang lainnya menarik, sedang si opas
menghajar lagi beberapa kali dengan gagang
goloknya.
Sampai di situ, Kwee Ceng tidak dapat menonton lebih
lama. Tadi ia baru gusar saja. Seperti biasanya, ia pun
bergerak ayal. Tapi sekarang, ia lompat maju. Lebih
dulu ia jambak punggungnya kedua serdadu itu, ia
melemparkan mereka. Si opas lagi membacok ketika
Kwee Ceng menahan belakang goloknya, untuk ditolak
keras hingga golok itu berbalik dan tepat membacok
jidatnya. Dengan tangan kanannya, Kwee Ceng
menyambar tubuh si nona sambil kakinya menendang,
dari itu, tidak ampun lagi, tubuh opas itu kena
terlempar. Tapi empeh Cin menggigit dan memeluki
erat sekali, tubuhnya turut terlempar bersama.
Menampak begitu, Kwee Ceng kaget sekali. Ia
khawatir, karena jatuh terbanting, empeh itu nanti mati
karenanya. Lupa melepaskan tubuh si nona, ia lompat
menyusul seraya tangannya menyambar leher si opas,
sedang kepada si empeh ia berseru: "Empeh,
ampunkanlah dia!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Benar-benar si empeh kalap, ia seperti tidak
mendengar suara orang, sampai si nona muda
berteriak memanggil dia, "Engkong! Engkong!" baru ia
melepaskan gigitannya, dengan mulut berkelepotan
darah, ia mengangkat kepalanya. Itu waktu Kwee
Ceng telah melemparkan pula tubuh si opas, yang
jatuh terbanting hingga terus ia tidak mau bangun lagi,
karena ia khawatir nanti dihajar lebih jauh.
Kedua opas itu nyalinya kecil, mereka tidak berani
melawan, setelah melihat si anak muda tidak
menyerang lebih jauh, mereka menghampirkan si opas
kawannya itu, untuk dikasih bangun, buat lantas diajak
pergi dengan kaki si opas dingkluk-dingkluk. Saking
takut, mereka tidak berani menaiki kuda mereka.
Sampai di situ, baru Kwee Ceng melepaskan tubuh si
nona, lekas-lekas ia mengasih bangun si orang tua.
Nona itu mengawasi tuan penolongnya, nampaknya ia
sangat bersyukur, tetapi karena malu, ia tidak dapat
membuka mulutnya. Maka ia cuma mengeluarkan
sapu tangannya, dengan apa ia menyusuti darah di
muka kakeknya itu.
Tidak enteng luka si empeh, akan tetapi melihat si
nona tidak dibawa pergi si opas dan serdadu, ia
menjadi bersemangat, dengan cepat ia berlutut di
depan Kwee Ceng, guna memberi hormat sambil
menghanturkan terima kasihnya berulang-ulang.
Si nona turut berlutut juga.
"Sudah, lootiang," kata Kwee Ceng seraya mengasih
bangun. "Tidak dapat aku menerima hormatmu ini."
Orang tua itu lantas mengundang tetamunya masuk
pula, dan si nona segera menyuguhkan the.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Injin, silahkan minum," katanya perlahan. Ia lantas
memanggil "injin" - tuan penolong.
"Terima kasih," sahut Kwee Ceng sambil berbangkit.
Empeh Cin lantas menanyakan she dan nama
tetamunya dan Kwee Ceng memperkenalkan dirinya.
"Sebenarnya, empeh, urusan apakah ini?" Kwee Ceng
tanya.
Empeh itu suka mengasihkan ceritanya. Ia asal
propinsi Kwietang, karena gangguan seorang
hartawan di kampung halamannya, ia mengajak
keluarganya pindah ke propinsi Kang-see ini. Di sini ia
melihat tanah kosong, ia lantas membuat rumah dan
berusaha di situ. Bersama ia turut kedua anak
lelakinya. Di rimba ini ada banyak ularnya, apa celaka,
dua anak itu serta seorang nyonya mantunya,
bergantian mati dipagut ular, hingga seterusnya ia
tinggal berduaan saja bersama cucu perempuannya
itu, yang diberi nama Lam Kim. Si empeh bersakit hati,
ia pulang ke Kwietang, untuk mempelajari ilmu
menangkap ular, sesudah mana ia kembali. Ia
membalas sakit hati dengan membinasakan setiap
binatang berbisa itu. Dasar malang nasibnya dan ia
pun lemah, tanah yang ia telah buka dirampas seorang
hartawan galak di dalam kota. Saking terpaksa, ia
lantas hidup sebagai penangkap ular. Di dalam
usahanya ini, syukur ia tidak mendapat saingan. Untuk
sembilan tahun, mereka berdua hidup tentram, sampai
datang Kiauw Lay, camat yang baru. Kebetulan ia
doyan ular, untuk itu ia berani keluar uang untuk
membeli. Empeh Cin tidak kuat membayar pajak, ia
diwajibkan setiap bulan menyerahkan duapuluh ekor
ular berbisa. Dengan terpaksa empeh Cin menunaikan
tugasnya itu, untuk mana ia dibantu oleh cucunya. Tapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tahun ini, di musim semi, entah kenapa, ular menjadi
berkurang. Susah sekali mencarinya. Sampailah itu
waktu, di bulan ke enam, mereka tidak bisa
mendapatkan ular. Sudah begitu, lantas datang
gangguan lain. Kiauw Thayya mendapat tahu Lam Kim
cantik, ia minta nona itu. Beberapa kali ia mengirim
comblang, si empeh senantiasa menampik. Lalu
datanglah hari ini, Kiauw Thayya menggunakan
kekerasan, ia mengirim opasnya dan dua serdadu
untuk minta ular atau orang. Sebab empeh tidak bisa
menyerahkan ular, maka cucunya dipaksa dibawa
pergi. Kebetulan sekali, di situ ada Kwee Ceng.
Mendengar cerita itu, Kwee Ceng menghela napas.
Habis bersantap malam, empeh mempersilahkan
tetamunya tidur. Lam Kim yang mengantarkan ke
kamar sambil ia membawa pelita, katanya dengan
perlahan: "Di sini hutan, segala apa kotor, harap injin
maklum…"
"Nona panggil saja aku engko Kwee," Kwee Ceng
memberitahu.
"Mana aku berani, injin," kata si nona. Tiba-tiba ia
terkejut. Dil luar terdengar suara nyaring dan luar biasa
dari seekor burung hutan. Hampir ia membikin
pelitanya terlepas.
"Nona, burung apakah itu?" tanya Kwee Ceng. Ia
heran, sudah suara burung itu aneh, ia pun meraskan
tubuhnya gatal tidak karuan dan dadanya penuh
seperti mau tumpah-tumpah.
"Itulah burung keramat tukang makan ular," sahut si
nona perlahan.
"Burung pemakan ular?" si anak muda menegaskan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar. Semua ular di rimba sini habis dimakan dia,
maka itu engkong jadi sengsara…"
"Kenapa tidak didayakan menyingkirkan burung itu…?"
"Perlahan injin…" kata si nona, romannya ketakutan. Ia
lantas menutup jendela. "Burung itu sakti, kalau ia
dengar suara injin, bisa celaka…!"
"Apa? Burung itu bisa mendengar suara kita?"
Lam Kim hendak memberikan jawabannya, ketika
terdengar suara si empeh di luar kamar: "Diwaktu
malam tak leluasa untuk bicara banyak, besok siang
saja nanti aku yang menjelaskan."
Kwee Ceng heran tetapi ia menurut, sedang si empeh
lantas saja ajak cucunya pergi ke kamar mereka.
Melihat roman ketakutan dari tuan dan nona rumah itu,
Kwee Ceng bertambah heran hingga ia tidak dapat
tidur nyenyak. Ia pun memikirkan Oey Yong, yang
entah ada dimana adanya. Ia gulak-galik sampai
tengah malam ketika ia mendapat dengar pula suara si
burung pemakan ular, yang berbunyi tiga kali.
"Aku tidak dapat tidur, baik aku lihat burung itu,"
pikirnya. Ia turun dari pembaringan, ia membuka
jendela untuk lompat ke luar. Di saat ia mau menuju ke
arah darimana suara burung itu terdengar, ia
mendengar teguran perlahan di belekangnya: "Injin,
aku turun kau…" Ia lantas menoleh. Maka ia nampak
Lam Kim berdiri di bawah sinar rembulan, rambutanya
riap-riapan mirip dengan rambutnya Bwee Tiauw
Hong. Nona ini berkulit putih, romannya cantik. Kedua
tangannya memegang entah barang apa yang hitam.
Dengan perlahan ia menghampirkan si anak muda,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk berkata pula: "Injin mau melihat burung keramat
itu?"
"Ah, jangan kau memanggil injin padaku," Kwee Ceng
mencegah.
Nona itu likat.
"Engko!" ia memanggil.
Kwee Ceng mengasih lihat panahnya.
"Aku hendak memanah mampus burung itu, supaya ia
jangan lagi mengganggu engkongmu," katanya.
"Perlahan!" si nona kata. Ia pun mengangkat
tangannya. "Pakai ini di kepala, untuk berjaga-jaga."
Suara si nona itu bergetar.
Kwee Ceng melihat sebuah kuali besi, ia menjadi
heran.
Lam Kim memegang kuali besi di tangan kirinya, ia
berkata pula: "Burung itu dapat datang dan pergi
bagaikan angin, ia biasa mematuk mata orang, hebat
sekali. Kupingnya juga tajam, begitu mendengar suara
orang, dia bisa lantas datang. Engko, kau mesti hatihati."
Kwee Ceng tidak takut. Bukankah ia pernah
menghadapi burung rajawali raksasa itu. Lantas ia
jalan di depan.
Belum mereka sampai di tepi rimba, burung ular itu
berbunyi lagi, tiga kali. Justru itu di situ terdengar suara
berisik.
Lam Kim terkejut. "Ah, aneh! Kenapa di sini ada begini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak ular?" katanya.
Kwee Ceng memasang kuping. Ia lantas mendengar
suara beberapa orang yang bersuit dan menggebahgebah.
Ia kenali itulah suaranya budak-budak
pengiring ular dari Pek To San. Ia menjadi lebih heran
sebab agaknya mereka itu dalam kekhawatiran,
sebagai juga kawanan ularnya tidak menurut perintah.
Ia lantas berpikir.
"Mari!" ia mengajak Lam Kim, untuk lari masuk ke
dalam rimba. Di sini ia celingukan, mencari tempat
yang lebat. Tanpa membilang apa ia sambar pinggang
si nona, buat dibawa lompat naik ke sebuah pohon,
dimana mereka memernahkan diri di satu cabang
besar.
Baru mereka duduk rapi, burung tadi telah berbunyi
pula tiga kali: Sekarang jarak mereka lebih dekat,
suara burung itu tajam terdengar, seperti menusuk
telinga.
Tidak lama, sampailah rombongan ular itu, yang
berjumlah ribuan. Kwee Ceng kenal binatang itu, ia
tidak kaget, tidak demikian dengan Lam Kim, yang
ketakutan hingga hatinya guncang, dengan erat ia
pegangi ujung baju si pemuda.
Begitu masuk ke dalam rimba, kawanan ular itu berlarilari
ke delapan penjuru. Mereka seperti terkena hawa
panas, hingga mereka tidak dapat diam, tubuh mereka
berlompatan. Di bawah sinar rembulan, nyata terlihat
lagak mereka itu.
Tujuh atau delapan budak pengiring ular itu, dengan
pakaiannya yang putih, lari ke dalam rimba. Mereka
menggunai galah mereka, bentaka mereka berisik, tapi
kawanan ular itu tidak mau mendengar perintah untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbaris rapi seperti biasa.
Kwee Ceng membenci Auwyang Hong, melihat ular itu
kacau, ia senang.
"Sayang Yong-jie tidak ada di sini, hingga ia tidak
dapat menyaksikan ini," pikirnya.
Lam Kim heran ketika ia melirik mendapatkan Kwee
Ceng gembira. Diam-diam ia memuji hati besar anak
muda ini. Tiba-tiba ia kaget sekali. Itulah sebab ia
mendengar si burung keramat bersuara nyaring luar
biasa, atas mana semua ular pada berhenti bergerak,
semua mendekam dengan tidak berkutit.
Budak-budak mengayun berulang-ulang galah mereka,
mulut mereka membentak tak hentinya, tetapi semua
ularnya diam mendekam. Sesudah kewalahan, mereka
ini lantas mengambil sikap. Seorang lantas berdiri
tegak, kepala mereka diangkat. Yang lainnya berdiri
diam dengan galah mereka dipasang berdiri. Yang
satu lantas berkata dengan nyaring: "Kami ada orangorangnya
Auwyang Sianseng dari Pek To San, kami
tengah berlewat di sini, tetapi kami tidak mengenal
gunung Tay San, kami tidak datang membuat
perkunjungan. Maka itu, dengan memandang
Auwyang Siangseng, harap kami diberi maaf."
Kwee Ceng mengawasi, ia merasa lucu.
Suara orang itu tidak ada yang layani. Berselang
sekian lama, ia mengucapkan pula kata-katanya itu.
Sekarang suaranya lebih keras, tandanya ia tidak
senang, dia agaknya menggertak. Ia pun memandang
ke sekitarnya, ke tanah di dekatnya. Dia berpura-pura
tidak melihat, dia memutar tubuh akan membelakangi
pohon, yang ada pohon hoay, dia pun membungkuk
seperti orang lagi menjura. Adalah ketika itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendadak ia membalik pula tubuhnya, sambil bangun
ia mengayunkan kedua tangannya ke arah pohon.
Maka empat buah gin-so, torak perak, menyambar
kepada Kwee Ceng berdua. Dia telah membokong!
Kalau lain orang yang diserang secara menggelap itu,
celakalah dia. Tidak demikian dengan Kwee Ceng. Ia
melihat gerakan orang, yang ia terus awasi. Ia melihat
berkelebatnya barang berkilau. Lekas-lekas ia
turunkan kuali besinya, untuk dipakai menyambuti,
maka dengan suara "trang!" empat kali, keempat torak
itu masuk ke dalam kuali.
Kaget dan heran orang itu karena bebokongannya
gagal.
" Di atas pohon itu orang gagah darimana? Silahkan
memberikan she dan namamu!" ia minta. Suaranya tak
seangker tadi.
Kwee Ceng tidak menyahuti, hanya ia menipuk balik
torak itu.
Orang itu menjadi kaget. Galah di tangannya itu kena
terhajar toraknya itu, tangannya sakit dan gemetaran,
galahnya pun terpatah lima. Dia mengerti, orang
berlaku murah, kalau tubuhnya yang dihajar, pasti dia
tidak akan selamat. Dia menjadi bingung sekali. Kalau
ia menyerah dan minta ampun, dia menurunkan
derajat Auwyang Hong, dia pun bakal tidak diberi
ampun. Kalau ular itu tidak dibawa pergi, dia juga
bakal disiksa majikannya yang bengis itu.
Selagi orang ini masih bingung terus, tiba-tiba di situ
tercium bau harum, dada rasanya menjadi lapang,
lantas semua ular menggeraki kepalanya, dongak ke
langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu menyangka Kwee Ceng, yang ia tidak kenal
itu, pandai menggendalikan ularnya, lantas ia meniup
suitannya, untuk menitahkan ularnya pergi. Tapi ular
itu tetap diam. Hanya bau hatum menjadi semakin
keras. Terang bau itu datangnya dari atas. Maka dia
dongak. Tiba-tiba terlihat menyambar turunnya cahaya
teras sebagai segumpal api, luar biasa cepatnya, turun
di sisinya. Dengan tiba-tiba, ia menjadi kaget. Dia
mendapat kenyataan, gumpalan api itu hanyalah
seekor burung yang tubuhnya merah marong.
tubuhnya itu lebih besar dari gagak, bacotnya panjang
kira setengah kaki. Berdiri di tanah, burung aneh itu
lantas melihat ke sekelilingnya, nampaknya keren. Bau
harum itu datang dari tubuhnya.
Kwee Ceng menjadi merasa suka melihat burung itu,
yang tak ada bulunya yang kecampuran, kedua
matanya tajam, sinarnya merah juga.
"Kalau Yong-jie melihat burung ini, tentu dia suka
sekali," pikirnya. Maka ia lantas ingin menangkap
hidup burung itu.
Mulanya semua ular kaget dan takut, sekarang semua
berbalik menjadi jinak, tidak ada yang bergeming.
Ketika burung itu berbunyi satu kali, empat ekor ular
yang besar nyelosor menghampirkan, di depan burung
itu, mereka menggulingkan diri, perutnya menghadap
keatas. Kapan burung itu mematuk, maka pecahlah
perut mereka. Dengan empat patukan saja, isi perut
mereka masuk ke dalam perut burung itu.
Semua pengiring ular itu menjadi heran sekali, kaget
dan gusar. Yang menjadi kepala tadi mengayun
tangannya, sebuah torak melayang ke burung itu.
Kwee Ceng kaget, ia khawatir burung itu celaka
karenanya. Dengan sabet sekali ia mematahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
secabang pohon kecil, yang terus ia timpuki ke depan
burung itu guna melindunginya.
Bab 55. Pertarungan sang kodok
Cepat melayangnya cabang itu tibanya di depan
burung itu lebih dulu dari tibanya torak, maka torak dan
cabang beradu, bersama-sama jatuuh ke tanah.
Burung itu cerdas sekali. Dia heran, lantas dia
berpaling ke arah darimana datangnya cabang pohon
dan torak itu. Dia lantas mengetahuinya ada orang
yang membokong dia dan ada yang menolonginya,
terus ia mengangguk ke arah Kwee Ceng dan Lam
Kim, habis mana, dengan sinar merahnya bergerak,
dia terbang ke arah penyerangnya.
Penggiring ular itu kaget tetapi dia menyerang pula.
Dia menggunai empat buah ginso, yang menyambar
saling susul.
Kwee Ceng kaget, untuk menolongi sudah tidak
keburu, maka ia mengeluh, "Sayang…!"
Sementara itu sang burung merah tukang makan ular
itu menyambar terus. Dia melihat menyambarnya dua
buah torak perak, dia menyampok ke bawah dengan
sayapnya, maka jatuhlah torak itu. Sambil
menyampok, dia berkelit, lalu dengan lain sayapnya
dia menyampok pula, maka lagi dua torak lolos,
terpental naik ke udara!
"Bagus!" Kwee Ceng berseru saking gembira. Burung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu bergerak sebagai seorang ahli silat.
Belum berhenti suaranya Kwee Ceng ini, atau si budak
pengiring ular itu sudah menjerit keras, kedua
tangannya dipakai menutupi mukanya, dia lari ke
depan dimana dia membentur sebuah pohon besar,
maka sambil menjerit, dia berjongkok di situ. Nyatalah
kedua biji matanya telah dipatuk burung itu.
Tujuh budak lainnya menjadi kaget, semua lantas
menyerang dengan senjata rahasia mereka. Di
terangnya rembulan itu, torak-torak perak terbang
berkeredepan.
Burung itu benar-benar lihay. Dia beterbangan, untuk
mengelit diri atau menyampok, ia mundur dan maju,
lalu dua orang lagi berkoak, sebab mereka pun kena
dipatuk biji matanya.
Ketika itu mendadak ada menyambar satu sinar biru
terang, menyambar ke burung pemakan ular itu. Kwee
Ceng mengenali api belerang. Serangan ini lebih hebat
dari ginso. Tapi burung itu berbunyi nyaring, dia
terbang memapaki api itu, yang berupa anak panah,
terus dia mencengkeram dengan kukunya. Dia tidak
menghiraukan belerang menyala. Setelah meletaki
anak panah itu di tanah, burung itu mencari rumput,
ditaruh di atas api itu hingga rumput terbakar!
"Sayang! Sayang!" Kwee Ceng berseru berulangulang.
"Sayang apa, engko?" Lam Kim menanya heran.
"Inilah permainan bagus, sayang Yong-jie tidak
melihatnya!" sahut si anak muda.
"Yong-jie?" tanya Lam Kim. "Siapakah dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, Yong-jie…"
Lam Kim mau menanya pula ketika kupingnya
mendengar suara helaan napas, seperti suara wanita,
di belakangnya. Ia lantas menoleh, tetapi dia tidak
melihat siapa juga. Tanpa merasa, bulu romannya
bangun berdiri. Ia menduga kepada setan, maka ia
memegang keras lengan Kwee Ceng, tubuhnya
disenderkan rapat-rapat. Ia pun menanya, "Engko,
siapakah yang menghela napas itu?"
Perhatian Kwee Ceng dipusatkan kepada burung
merah, ia tidak mendengar suara helaan napas itu, ia
tidak dapat mendengar juga perkataan si nona yang
sangat perlahan, bahkan ia seperti tidak merasakan
tubuh yang halus dari si nona Cin menyambar di
dadanya.
Burung itu bergulingan di api yang dia nyalakan itu,
ketika api mulai berkurang, ia mengambil pula daun
dan cabang kering, hingga api menjadi kobar lagi. Ia
membuat main bulunya di dalam api itu, ia tidak
terbakar, tidak kepanasan. Ia malah mematuki bulunya
menyisili, seperti biasanya burung mandi.
Selagi Kwee Ceng mengawasi dengan heran, bau
harum terasa makin keras. Kapan kawanan ular
mendapat cium bau itu, mereka seperti tidak dapat
menguasai diri, semua lantas bergerak, berlompatan,
lalu saling menggigit, hingga suaranya menjadi berisik.
Ada ular yang kesakitan digigit telah menggigit ekornya
sendiri!
Maka kacaulah ribuan ular itu.
Lam Kim merasa kepalanya pusing dan matanya
kabur, hampir dia jatuh dari atas pohon, maka lekasTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
lekas ia memegangi erat-erat tubuh Kwee Ceng, yang
ia peluki.
Sisa budak-budak itutu kaget dan ketakutan, lantas
mereka lari keluar dari rimba. Si burung menganggap
mereka itu sebagai musuh, dia terbang mengubar.
Mereka itu ketakutan, mereka menutup muka dengan
tangan, tapi tangannya itu dipatok, ketika mereka
melepaskan tutupan kepada muka mereka saking
sakitnya, lantas mata mereka dipatok. Tidak lama,
maka mereka semua menjadi si orang-orang buta.
Habis itu, burung itu terbang kembali ke rimba, ke api,
tetapi api sudah padam. Dia lantas mengibas-ngipas
dengan kedua belah sayapnya, untuk menyalakan api
itu pula.
Tentu saja abunya menjadi beterbangan.
Kwee Ceng menepuk pundak Lam Kim.
"Kau diam di sini, kau pegangi pohon," katanya
perlahan seraya menyingkirkan tangan yang
merangkulnya. Habis itu ia lompat turun, bertindak
dengan perlahan ke arah si burung aneh itu.
Sang burung melihat ada orang datang. Dia seperti
mengenali penolongnya tadi, dia diam mengawasi.
Burung itu mengangkat kepalanya, dia tidak
menghampirkan.
Selagi turun dari pohon, Kwee Ceng memperhatikan
semua ular, dari itu ia bertindak dengan perlahan,
tetapi sekarang ia mendapat kenyataan, semua ular
itu, yang sudah berkelahi sendiri, seperti membuka
jalan untuknya. Rupanya binatang berbisa itu takut
kepadanya, yang pernah minum darah ular. Dengan
berani, ia maju terus, tindakannya lebar. Setelah
datang dekat kepada burung aneh itu, ia mengulur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya.
Burung itu lihay, dia gesit sekali. Sambaran Kwee
Ceng cepat tetapi dia dapat berkelit, setelah itu, tidak
menanti sampai disambar pula, ia membalas
menyerang, hendak mematuk matanya si anak muda.
"Engko Kwee, hati-hati!" Lam Kim berseru, memberi
ingat.
Kwee Ceng menungkrap dengan kuali besinya.
Burung itu benar lihay, dia berkelit, dia lolos.
"Bagus!" berseru Kwee Ceng, seraya ia melompat,
kualinya menungkrap pula.
Sang burung terbang ke atas, terpisahnya kira satu
kaki. Dia melihat tangan kiri Kwee Ceng menyusul, di
atasan kepalanya, dia kaget, terus dia terbang ke
bawah lewat selangkangan si anak muda. Habis itu dia
terbang naik kembali, dia hendak mematuk mata.
Kwee Ceng gembira, hingga timbul sifat kekanakkanakannya.
"Di tanganku ada senjata, kalau aku tidak dapat
menangkap kau, aku bukan satu laki-laki," katanya.
"Baiklah, mari kita bertempur dengan tangan kosong!"
Maka ia melemparkan kualinya, lantas dia menyambar.
Dia takut melukai, maka ia memakai tenaga cuma satu
bagian.
Burung itu kena dipapaki, dia tidak keburu kelit, karena
kebentur, dia roboh.
Kwee Ceng mengulur lebih jauh tangannya, untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencekuk, atau burung itu telah terbang pula. Dia
rupanya tahu lawannya lihay, bukan seperti pengiringpengiring
ular itu tadi, maka dia mau terbang pergi.
Kwee Ceng menyambar, tangannya diputar. Dia
menggunai jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang, jurus
"Enam naga berputaran". Burung itu kena terpegat di
sana-sini, lalu kebentur jatuh hingga ia jumpalitan.
Justru itu Kwee Ceng mencekuk padanya.
"Nona, dia telah kena aku tangkap!" Kwee Ceng
serukan Lam Kim.
Nona itu girang sekali, ia lekas mengeluarkan obatnya
pemunah racun, yang ia masuk ke dalam mulutnya,
setelah itu, ia turun dari pohon, lari menghampirkan si
anak muda. Sebutir obatnya ia mau serahkan kepada
si anak muda.
Burung itu pingsan, dengan begitu, lenyaplah
pengaruhnya, maka itu waktu, semua ular yang
ketakutan, lantas lari serabutan menyingkir dari rimba
itu.
Kwee Ceng merasai burung itu tidak bergerak, ia
khawatir mati, ia memegang dengan perlahan. Ia
memegang dengan kedua tangannya. Ia membawanya
ke tempat di mana ada tembusan sinar rembulan.
Ketika Lam Kim telah datang dekat, ia mengangsurkan
obatnya.
"Engko Kwee, obat ini bisa melawan racun ular,"
katanya.
Kwee Ceng tahu ia tidak membutuhkan itu, akan tetapi
untuk tidak menyampik kebaikan hati si nona, ia
menyambutinya. Karena menyambuti, tangannya yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memegang burung tinggal sebelah. Justru itu, burung
itu berotntak dan terbang lolos!
"Ah, sayang, sayang!" anak muda ini membantingbantingkan
kaki.
"Burung itu cerdik, mungkin dia tidak berani datang
pula," berkata si nona.
"Maka itu aku mengatakan sayang," kata si anak
muda.
"Kenapa engko?"
"Aku berniat menangkap dia untuk diberikan kepada
Yong-jie…."
Lagi-lagi nama Yong-jie disebut. Lam Kim heran.
Suara memanggil itu pun halus sekali.
"Apakah Yong-jie itu anakmu?" ia menanya. Ia
mengartikan Yong-jie seperti anak yang bernama
Yong.
Ditanya begitu, pemuda itu melengak.
"Bukan!" sahutnya dengan cepat. "Dialah satu anak
perempuan, yang dibanding denga kau, usianya lebih
muda satu dua tahun."
"Ah, dia tentu cantik sekali, bukankah?"
"Tentu saja! Dia bukannya cuma cantik, juga pintar dan
baik hatinya….."
Selama beberapa bulan Kwee Ceng selalu mengingatingat
Oey Yong cantik dan pintar, hanya karena
pendidikan ayahnya, ia termanjakan, tabiatnya rada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras, dia biasa membawa sukanya sendiri, cuma
dimata Kwee Ceng, dia tidak ada celaannya. Terhadap
Kwee Ceng, Yong-jie suka mengalah.
Lam Kim duduk bersama Kwee Ceng di atas
sebongkol pohon yang roboh melintang di tanah, ia
mendengar si pemuda memuji si nona, tanpa merasa,
ia merasakan sesautu yang berbeda daripada
biasanya.
Lekas juga si pemuda sadar.
"Kau lihat!" katanya tertawa. "Tengah malam buta kita
memasang omong di sini! Mari kita pulang. Kalau
sebentar kakekmu bangun dan ia tidak melihat kau, ia
tentunya berkhawatir."
"Tidak," menyahut si nona. "Aku suka sekali
mendengar ceritamu." Ia berhenti sebentar, lalu ia
menanya. "Nona Oey itu pergi ke mana? Kenapa kau
tidak ikuti dia?"
Pertanyaan itu mengenakan telak kepada Kwee Ceng.
Ia tidak dapat lantas menjawab. Bukankah ia bakal
menikah dengan Gochin Baki? Bukankah sulit
untuknya nanti bertemu pula sama Oey Yong?
Mengingat semua itu itu, ia menjadi berduka.
Mendadak saja ia menangis.
Lam Kim terkejut. Ia menyangka ia telah salah omong.
Ia menjadi menyesal dan berduka. Ia malah menjadi
bingung bagaimana harus menghiburi anak muda ini.
Dengan sendirinya tangannya merogoh ke dalam
sakunya, mengasih keluar sehelai saputangan. Ia
sodorkan itu kepada si anak muda.
Kwee Ceng menyambutinya, ia menyusuti matanya. Ia
tidak ingin menangis, tetapi ia tidak sanggup menahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesedihannya. Maka ia menangis pula.
Tiba-tiba di belakang mereka terdengar satu suara
tertawa geli.
"Yong-jie!" berseru Kwee Ceng, sambil ia melompat
bangun, akan tetapi ketika ia menoleh ia tidak melihat
siapa juga, tidak ada bayangan orang meski juga cuma
separuhnya………..
"Ah, engko Kwee!" berkata Lam Kim. "Kau senantiasa
memikirkan nona Oey. Mari kita pulang!"
"Mari!" sahut si anak muda.
Bersama-sama mereka keluar dari hutan itu. Baru
mereka jalan beberapa puluh tombak, di depan
mereka, mereka melihat tujuh atau depalan orang
dengan pakaian putih berbaris, tangan kirinya
bertongkat sebatang galah panjang. Mereka jalan
setindak demi setindak.
Merekalah budak-budaknya Auwyang Hong, yang
matanya buta di patok burung merah itu.
Mengawasi mereka itu, Kwee Ceng merasa kasihan.
Maka ia menghela napas. Tapi ia tidak mau mendekati
atau menegur mereka itu, bersama nona Cin ia terus
menuju ke rumah si nona, untuk terus tidur.
Besok pagi, ketika Kwee Ceng mendusin, ia
mendengar empeh Cin lagi sesalkan Lam Kim, yang
katanya tidak seharusnya mengajak tetamunya pergi
menangkap burung aneh itu sebab berbahaya.
"Memangnya aku yang mengajak?" si nona kata
tertawa. "Dia sendiri yang gemar bermain!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau gila! Dia toh penolong kita, dia bukannya bocah
lagi! Cara bagaimana kau bilang dia gemar bermain
sendiri?"
"Kalau yaya tidak percaya, masa bodoh!" kata cucu itu
tertawa.
"Masih kau tidak mau kalah! Kalau tuan penolong kita
kena dilukai burung keramat itu, habis bagaimana?"
"Dia kosen sekali, mana dapat dia dilukakan?" si cuca
masih melawan.
Kakek itu menghela napas.
"Sudah, sudah…." ia mengalah. "Mari kita
berbenah……. Tidak dapat tidak, kita mesti berlalu dari
sini…."
"Bagaimana engkong?" tanya si nona heran.
"Kita pulang ke Kwietang. Bangsat polisi itu kena
dihajar, mana dia puas? Mana dapat kita tinggal lebih
lama di sini? Kalau sebentar tuan penolong kita pergi,
jikalau kita berlambat, bahaya tentu bakal menimpa
kita…."
Cucu itu bengong.
"Habis engkong, bagaimana dengan ini rumah, meja
dan kursi kita?" ia menanya.
"Anak tolol!" mengelak orang tua itu. "Jiwa kita sendiri
masih belum ketentuan, apa perduli segala rumah dan
meja kursi? Anak, dasar nasib kita yang buruk, maka
janganlah kau bersusah hati….."
Kwee Ceng telah mendengari semua pembicaraan itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka ia lantas mengambil putusan, menolong orang
tidak boleh kepalang tanggung. Ia turun dari
pembaringannya untuk terus menemui itu kakek dan
cucu.
"Lootiang, kau jangan berkhawatir," katanya
menghibur. "Nanti aku pergi ke kantor camat untuk
membereskan urusanmu ini."
"Oh, injin, jangan kau pergi ke kantor camat!"
cegahnya lekas. "Kantor itu adalah laksana gua
harimau atau serigala!"
"Aku tidak takut!" berkata Kwee Ceng.
Belum ada tanggapan untuk "Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajawali Sakti"
Posting Komentar