-"Saudara-saudara, dengarlah!" Oey Yong berteriak
pula. "Tongkat Kay Pang ada di tanganku, akulah
pangcu dari Kay Pang kamu!"
Semua pengemis itu melengak, tindakan kaki
mereka berhenti sendirinya. Memang belum pernah
mereka mengalami peristiwa tongkat suci mereka kena
dirampas orang.
Oey Yong berkata pula: "Kay Pang kita telah
malang melintang di kolong langit ini tetapi hari ini kita
telah diperhina, dibuat permainan oleh orang luar,
bahkan dua saudara Lee Seng dan Ie Tiauw Hin
dipaksa membuang jiwanya dengan cuma-cuma! Dan
Lou Tiangloo pun telah terluka parah! Kenapakah itu?
Apakah sebabnya itu?"
Kata-kata itu berpengaruh juga, maka ada separuh
dari orang Kay Pang itu suka mengawasi si nona untuk
mendengar pembicaraan terlebih jauh.
"Sebabnya ialah karena itu manusia licin she Yo
telah bersekongkol sama pihak Tiat Ciang Pang!"
berkata pula Oey Yong nyaring. "Orang she Yo itu
telah menyiarkan cerita burung bahwa Ang Apngcu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah meninggal dunia! Tahukah saudara-saudara
siapakah orang she Yo ini?"
"Siapakah dia? Siapakah dia?" banyak suara
bertanya. "Lekas bilang, lekas!"
Tapi ada juga yang berseru. "Jangan dengar
ocehannya bangsat perempuan ini, dia lagi mengacau
pikiran kita!"
Maka itu, suara mereka itu menjadi berisik.
Oey Yong tidak menghiraukannya. Ia berkata pula:
"Dia bukan orang she Yo, dia sebenarnya she
Wanyen! Dialah putra dari Pangeran Chao Wang dari
negara Kim! Dia tengah beraksi untuk merumpas
Kerajaan Song kita!"
Kawanan pengemis itu melengak tetapi mereka
tidak berani lantas mempercayai.
Oey Yong berpikir cepat. Ia pun mengerti, sukar
untuk lantas merebut kepercayaan orang banyak itu.
Maka ia membutuhkan bukti. Ia lantas merogoh ke
dalam sakunya. Ia merasa syukur yang barangbarangnya
tidak terampas semua. Di situ masih ada
tangan besi yang Cu Cong curi dari tubuhnya Khiu
Cian Jin. Dia lantas mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia
lantas berkata nyaring: "Lihatlah kamu, barang ini
barang apa! Baru saja aku merampas ini dari
tangannya si orang she Yo itu! Lihatlah, semua
saudara!"
Semua orang merangsak maju. Mereka terpisah
cukup jauh dari panggung. Mereka ingin melihat tegas,
barang apa itu. Lantas juga di antaranya ada yang
berseru, "Itulah tangan besi! Kenapa barang itu ada
padanya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, inilah dianya!" berseru Oey Yong. "Dialah
mata-mata dari Tiat Ciang Pang! Tentu saja dia
membawa-bawa barang pertandaan dari partainya!"
Yo Kang kaget dan takut sekali. Segera ia
mengayunkan sebelah tangannya, maka dua biji
pusutnya menyambar ke arah si nona. Ia tidak bisa
melihat tetapi ia bisa menduga orang berada di mana
dengan mendengar suaranya saja. ia pun terpisah
paling dekat dengan nona itu.
Oey Yong mendapat lihat menyambarnya senjata
rahasia, yang mengeluarkan sinar berkeredepan, ia
membiarkan saja. Adalah diantara pengemis ada yang
berteriak-teriak: "Senjata rahasia! Awas!" Ada pula
yang menjerit: "Celaka!"
Dua batang senjata rahasia itu mengenai tubuh Oey
Yong, terdengar suaranya yang nyaring, lekas
keduanya jatuh ke panggung, si nona tidak kurang
suatu apa.
"Eh, orang she Yo!" Oey Yong menegur. "Jikalau
kau bukannya orang jahat, kenapa kau membokong
aku dengan senjata rahasiamu!"
Orang Kay Pang itu menjadi heran, mereka jadi
sangat bersangsi. Rata-rata mereka bertanya, siapa
nona itu, dan apa benar perkataannya. Ada juga yang
menanya, apa pangcu mereka - Ang Pangcu - belum
mati. Maka itu, banyak mata lantas ditujukan kepada
keempat tiangloo mereka. Agaknya mereka ingin minta
keempat tertua itu mengeluarkan pikirannya.
Karena kejadian ini, Barisan Tembok dari kaum Kay
Pang itu pecah sendirinya, dengan begitu ketika Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng pergi ke pinggiran panggung, tidak ada orang
yang mengambil peduli.
Ketika itu Lou Yoe Kiak sudah mendusin, maka
keempat tiangloo lantas berbicara.
"Sekarang ini belum bisa didapat kepastian,"
berkata Yoe Kiak. "Maka itu baiklah kedua pihak itu
ditanya jelas-jelas. Yang paling penting ialah mencari
tahu dulu benar atau tidak Ang Pangcu telah
meninggal dunia…."
"Tetapi kita sudah mengangkat pangcu baru, mana
dapat kita mengubahnya dengan sembarangan?" kata
Kan Tiangloo bertiga. "Aturan kita turun-temurun, titah
pangcu tidak dapat dibantah!"
Maka itu, keempat tiangloo itu pun menjadi terpecah
dua.
Kemudian ketiga tiangloo golongan Pakaian Bersih
saling mengasih isyarat, terus mereka mendekati Yo
Kang, terus Kan Tiangloo berseru: "Kami cuma
mempercayai perkataannya Yo Pangcu! Entah
darimana datangnya ini dukun perempuan, dia
mengacau pikiran orang! Jangan dengarkan dia!
Saudara-saudara bekuk dia! Bawa dia turun untuk
dihajar!"
Tapi Kwee Ceng di bawah panggung berseru
dengan bengis: "Siapa berani turun tangan?!"
Melihat orang bersikap garang, tidak ada pengemis
yang berani naik ke panggung.
Sementara itu Khiu Cian Jin bersama orangorangnya
semua berdiri diam di samping, jauh dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka itu. Ia senang menyaksikan peristiwa itu.
Bukankah orang seperti lagi saling membunuh?
Oey Yong berkata pula: "Sekarang ini Ang Pangcu
masih hidup, ia berada dengan tidak kurang suatu apa
di dalam istana di Lim-an! Pangcu kelewat gemar
dahar barang santapan raja, ia tidak dapat membagi
tempo untuk datang ke mari, maka itu ia mewakilkan
aku. Kalau nanti Ang Pangcu sudah cukup dahar, ia
pasti akan datang menemui saudara-saudara!"
Keempat tiangloo serta kedelapan pengemis
kantung delapan itu tahu kegemarannya pangcu
mereka akan bersantap, keterangannya Oey Yong ini
dapat juga menarik kepercayaan mereka itu, maka
pikiran mereka guncang pula.
Kembali Oey Yong berkata: "Orang she Yo ini
sudah bersekongkol sama Tiat Ciang Pang, dia
sengaja hendak mencelakai aku. Dia telah mencuri
tongkatnya Pangcu untuk mengakali orang. Kenapa
kamu tidak dapat membedakan apa yang benar dan
apa yang salah dan kamu main percaya saja?
Keempat tiangloo dari partai kita adalah orang-orang
yang banyak penglihatannya dan luas
pengetahuannya, mengapa kamu tidak dapat melihat
ini suatu akal yang kecil sekali?"
Mendengar itu, semua mata lantas diarahkan
kepada keempat tiangloo. Banyak mata yang bersinar
ragu-ragu.
Yo Kang telah buntu jalan, dia norek.
"Kau bilang Ang Pangcu masih hidup, habis kenapa
dia menugaskan kau menjadi pangcu?" ia menanya.
"Dia menghendaki kau menjadi pangcu, kau
mempunyai bukti apa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong membalingkan tongkatnya.
"Inilah tongkat Tah-kauw-pang dari Pangcu!
Mustahilkah ini bukannya bukti?" berkata ia.
Yo Kang tertawa lebar.
"Haha! Toh itu tongkat suciku, yang barusan kau
merampasnya dari tanganku?" katanya. "Siapakah
tidak menyaksikan itu barusan?"
"Jikalau Ang Pangcu menghendaki kau menjadi
pangcu, mengapa dia tidak mengajari ilmu silat Tah
Kauw Pang-hoat?" Oey Yong tanya. "Kalau benar dia
mengajarinya, kenapa kau membiarkannya aku
merampasnya?"
Mendengar orang menyebut ilmu silat Tah Kauw
Pang-hoat, yaitu ilmu silat tongkat peranti
mengemplang anjing. Yo Kang menyangka Oey Yong
memandang hina tongkat itu, maka ia hendak
membalikinya. Ia berteriak: "Inilah tongkat suci dari
Pangcu kami, kenapa kau menyebut-nyebut tongkat
peranti mengemplang anjing? Ha, kau mengaco belo,
ya! Sungguh berani kau menghinakan tongkat suci dari
partai kami!"
Yo Kang bangga sekali. Ia menganggap dengan
begitu ia telah menghormati tongkatnya itu. Ia mau
percaya, tentulah orang-orang Kay Pang senang
dengannya. Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa
selama di sepanjang jalan, si pengemis gemuk dan
kurus sebenarnya tidak berani menyebut Ta Kuaw
Pang kepada tongkat suci itu, hingga dengan begitu, ia
sendiri jadi tidak tahu nama tongkat itu. Mendengar
perkataannya itu, semua pengemis saling mengawasi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
wajah mereka muram, suatu tanda mereka tidak
senang hati.
Yo Kang telah dapat melihat sikap orang itu, ia
mengerti bahwa ia tentu telah omong kurang tepat,
hanya ia tak tahu di mana letak kesalahannya. Tidak
pernah ia menyangka, tongkat suci yang dipandang
keramat Kay Pang itu, namanya sebenarnya ialah Tah
Kauw Pang alias tongkat peranti pengemplang anjing!
Oey Yong tersenyum.
"Ha, buat apa banyak-banyak omong tentang
tongkat suci ini!" katanya. "Jikalau kau
menghendakinya, kau ambillah!"
Dan ia mengulurkan tangannya, menyodorkan
tongkat itu.
Yo Kang menjadi girang sekali, meski begitu, ia
tidak berani lantas naik ke panggung, ia jeri untuk
Kwee Ceng.
"Pangcu, kita nanti menjagai kau," Pheng Tiangloo
berbisik. "Lebih dulu ambillah tongkat itu, baru kita
bicara pula."
Habis berkata begitu, tiangloo ini mendahului
berlompat naik.
Melihat demikian, Yo Kang yang sekarang telah
dapat melihat pula, turut naik dengan diiringi Kan
Tiangloo dan Nio Tiangloo.
Yo Kang dengan bersangsi, dia curiga orang nanti
menggunakan akal, ia tidak langsung menyambuti,
lebih dulu ia bersiaga dengan tangan kiri, baru tangan
kanannya diulur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong melepaskan cekalannya. Ia tertawa.
"Apakah kau telah memegangnya erat-erat?" ia
menanya.
"Kenapa?" tanya Yo Kang gusar, sedang tangannya
memegang keras tengah tongkat.
Oey Yong tidak menjawab, hanya dengan tangan
kirinya bergerak, kaki kanannya terbang, menyusul
mana, tangan kanannya dilonjorkan, Dengan
gerakannya itu pas berbareng cepat, tongkat suci
kembali pindah ke tangannya tanpa Yo Kang mampu
berdaya untuk melindunginya.
Kedua tiangloo she Pheng dan Nio kaget bukan
main, mereka heran sekali. Cuma sekejap, tongkat
telah berpindah tangan pula. Kan Tiangloo juga tidak
kurang herannya. Bukankah mereka bertiga
melindungi pangcu mereka yang muda itu?
Yo Kang bersangsi.
Kang Tiangloo menggeraki cambuknya sebat sekali,
cuma sedetik, tongkat itu kena disambar, dililit dan
ditarik, lalu dipegang tangannya. Menyaksikan itu,
semua orang Kay Pang bersorak dengan pujian
mereka. Kemudian tongkat dapat diserahkan kepada
Yo Kang.
"Ketika Ang Pangcu menyerahkan tongkat ini
kepadamu, mustahil ia tidak mengajari kau untuk kau
memegangnya dengan erat?" tanya Oey Yong tertawa
pada si anak muda. "Bukankah ia telah mengajarinya
supaya kamu dapat melindunginya hingga tidak
gampang-gampang kena orang rampas?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tepat selagi ia tertawa, kedua kaki si nona
menjejaki lantai, lalu tubuhnya melesat di antara Kan
Tiangloo dan Nio Tiangloo, terus tiba di depannya Yo
Kang. Kan Tiangloo menyambar dengan tangan
kirinya, guna menangkap si nona, tetapi tangkapannya
gagal. Sebab nona itu tepat menggunakan jurus
"Burung waket terbang berpasangan" ajaran Ang Cit
Kong, tubuhnya lincah dan licin. Bukan main heran dan
kagetnya tiangloo itu, yang mengenal baik
kepandaiannya sendiri. Hatinya tercekat. Justru itu
mereka mendengar sambaran angin, hingga terpaksa
mereka itu melompat mudur.
"Ini jurus yang dinamakan Tongkat mengemplang
anjing sepasang," berkata si nona, yang tubuhnya
melesat sedang barusan, dengan gerakan tongkatnya,
ia sengaja membikin kedua tiangloo itu membuka jalan
untuknya. Maka ia telah sampai di pojok timur dari
panggung itu, tongkat Tah-kauw-pang tercekal di
tangannya, cahayanya menyorot hijau di antara sinar
rembulan.
Demikian sebat si nona, tak ada orang yang melihat
gerakannya itu.
Kwee Ceng lantas berseru: "Lihatlah! Kepada siapa
Ang Pangcu telah menyerahkan tongkat Tah-kauwpang?
Apakah masih belum cukup terang?"
Orang-orang Kay Pang menjadi kagum, heran dan
bercuriga. Mereka telah menyaksikan jelas bagaimana
caranya si nona merampas pulang tongkat itu dari
tangan Yo Kang, sedang anak muda mereka itu - si
pangcu baru - pun pandai ilmu silat dan dia juga
dilindungi ketiga tiangloo. Lantas mereka ramai
membicarakan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lou Yoe Kiak lantas berkata: "Saudara-saudara,
apa yang diperlihatkan nona ini benar-benar ada ilmu
silatnya Ang Pangcu!"
Kan Tiangloo saling mengawasi dengan Pheng
Tiangloo dan Nio Tiangloo, lalu ia berkata: "Dialah
muridnya Ang Pangcu, sudah tentu dia mendapat
warisan pelajaran ilmu silatnya! Apakah yang aneh!"
"Semenjak jaman dahulu, Tah Kauw Pang-hoat
tidak diwariskan kecuali kepada orang yang menjadi
pangcu," berkata Lou Yoe Kiak. "Mustahilkah Kan
Tiangloo tidak ketahui aturan itu?"
Kan Tiangloo tertawa dingin.
"Nona ini mengerti beberapa jurus ilmu silat tangan
kosong merampas senjata, belum tentu itulah Tah
Kauw Pang-hoat!" ia berkata.
Yoe Kiak menjadi bersangsi, tetapi ia berkata
kepada Oey Yong: "Nona, silahkan kau menjalankan
ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat. Kalau benar kau
mewariskan ilmu silat itu, pasti pengemis di seluruh
negeri bakal takluk kepadamu."
"Tetapi," berkata Kan Tiangloo yang licik, "Ilmu silat
itu kita cuma baru mendengar namanya saja, belum
pernah ada yang melihatnya, maka itu siapa berani
memastikan itu tulen atau palsu?"
"Habis itu kau menghendaki apa?" Lou Tiangloo
tanya.
Kan Tiangloo menepuk kedua tangannya satu
dengan lain, ia kata dengan nyaring: "Jikalau nona ini
dengan ilmu silat tongkat itu dapat mengalahkan
sepasang tanganku yang kosong ini, maka aku si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang she Kan barulah takluk benar-benar dan akan
menjunjungnya sebagai pangcu kita! Umpama kata
aku mengandung dua hati, biarlah laksana panah
menancap di tubuhku dan ribuan golok menghukum
picis mayatku!"
"Hm!" Yoe Kiak berkata, "Berapa tinggikah usianya
si nona ini? Meskipun dia pandai dengan ilmu silat
tongkatnya, maka sanggup dia melayani kau yang
sudah belajar silat beberapa puluh tahun lamanya?"
Selagi dua tiangloo ini berebut bicara, Nio Tiangloo
si tabiat keras sudah habis sabarnya, dengan
mendadak dia berlompat kepada Oey Yong sambil
membacok dengan goloknya. Sembari menyerang, dia
kata: "Tulen atau tidaknya ilmu silat Tah Kauw Panghoat
itu akan terbukti setelah diuji! Maka lihatlah
golok!"
Penyerangan itu hebat. Itulah penyerangan berantai
tiga kali, sedang dilakukannya dengan cara seperti
membokong.
Oey Yong dapat melihat serangan itu, dengan cepat
ia menyoren tongkat di pinggangnya, dengan sebat ia
berkelit, dan ia berkelit terus tiga kali, hingga ia bebas
dari serangannya. Ia pun berkelit tanpa memindahkan
kaki, cuma main mengegos tubuh.
"Apakah untuk melayani kau tepat aku
menggunakan ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat?" ia kata
sambil tertawa. Kata-kata ini disusuli gerakan
tangannya kiri dan kanan - tangan kiri menyerang,
tangan kanan mencoba merampas golok!
Nio Tiangloo berkenamaan, ia menjadi gusar sekali,
yang satu bocah cilik berani memandang dia sebelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata, maka itu habis menyingkirkan goloknya itu, ia
lantas menyerang pula. Tentu sekali, ia berlaku bengis.
Sekarang Kan Tiangloo tidak lagi memandang
enteng kepada si nona itu, ia mau percaya, mengenai
si nona, mesti ada apa-apa yang masih tersembunyi,
dari itu, karena khawatir kawannya berlaku
semberono, ia meneriaki: "Nio Tiangloo, jangan kau
berlaku telengas!"
Tapi Oey Yong sebaliknya memandang enteng,
"Jangan sungkan-sungkan!" katanya tertawa. Sembari
berkata dan tertawa itu, ia melayani si tiangloo. Karena
orang bersenjata golok dan menyerang bengis, ia
melawan dengan lebih banyak berkelit, setiap ada
ketikanya, ia membalas, meninju atau menendang,
atau ia menyikut atau memengal. Dalam tempo yang
pendek, ia mengasih lihat belasan macam jurus yang
luar biada.
Semua pengemis menjadi seperti kabur matanya.
Mereka heran dan kagum, apapula delapan pengemis
kantung delapan itu.
"Ah, itulah Lian Hoa Kun!" yang satu berseru.
"Eh, itu toh pukulan gembolan kuningan?" kata si
gemuk, yang turut menjadi kagum. Hanya belum ia
menutup rapat mulutnya, Oey Yong sudah menukar
lagi ilmu silatnya, hingga seorang pengemis lain
berseru: "Ah, itulah ilmu silat Kun-thiang-kang dari Ang
Pangcu!"
Ang Cit Kong itu adalah seoarang yang wajar, ia
tidak suka menerima murid, kalau ada anggota yang
berjasa, ia cuma mengajari satu atau dua jurus
sebagai persen. Lee Seng bukannya seorang lemah,
ia cuma diajarkan satu jurus dari satu jurus dari Hang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liong Sip-pat Ciang, ialah jurus "Naga sakti
menggoyang ekor". Sudah begitu ada lagi satu tabiat
aneh dari pangcu itu, ialah satu jurus yang diajarkan
kepada satu orang, ia tidak suka mewariskan lagi
kepada yang lain, maka juga, pelajaran yang didapat
anggota-anggota Kay Pang, semua berlainan. Cuma
Oey Yong yang menjadi murid yang istimewa, sebab ia
pandai masak, dia dapat memincuk pangcu itu dengan
pelbagai masakannya yang lezat, setiap kali ia masak,
setiap kali ia memperoleh satu pelajaran. Maka juga
selama di Kiang Bio-tin, dia memperoleh puluhan
macam jurus. Sekarang, di depan Kay Pang, ia
sengaja pertontonkan ilmu silatnya itu, membikin orang
kagum, heran dan tunduk. Maka setiap anggota Kay
Pang, yang pernah memperoleh warisan dari Ang Cit
Kong lantas memuji kalau ia melihat si nona
menjalankan jurusnya itu. Maka itu, ramailah suara
pujian, yang keluar saling susul.
Nio Tiangloo melihat itu semua, ia juga menjadi
heran dan kagum, matanya pun seperti kabur, oleh
karena itu, ia tidak mau berlaku sembrono lagi, tidak
mau ia menyerang, ia selalu membela diri dengan
menutup dirinya rapat-rapat.
Lagi beberapa jurus telah dilewatkan atau
mendadak si nona berhenti bersilat, dengan
menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, ia
tertawa menanya: "Apa kau suka menyerah kalah?"
Nio Tiangloo belum mengeluarkan seantero
kepandaiannya, mana sudi ia menyerah kalah, bahkan
kerena panas hatinya, ia lantas menyerang.
Bacokannya ini hebat sekali.
Kan Tiangloo dan Lou Yoe Kiak kaget. "Tahan!"
mereka berseru.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pula banyak pengemis lainnya yang berteriak
saking kagetnya.
Selagi orang kaget dan berkhawatir itu, Oey Yong
sendiri tidak menghiraukan datangnya bacokan yang
diarahkan ke pundaknya yang kiri.
Nio Tiangloo sendiri pun menyesal, tetapi ia tidak
dapat menarik pulang bacokannya itu, maka tepat
sekarang si nona kena dibacok, sebab ia nampak tidak
berkelit atau menangkis.
Baru Nio Tiangloo menyesal atau mendadak
tangannya dirasai lenyap tenaganya, goloknya itu
terlepas dari cekalan, jatuh dengan mengasih dengar
suara nyaring di lantai panggung. Ia tentu tidak tahu
yang nona lawannya itu mengenakan pakaian dalam
joan-wie-kah, jangan kata golok biasa, golonk mustika
pun tak nanti memakan. Berbareng dengan
menyesalnya itu, sikutnya telah ditotok si nona
menggunakai ilmu totok warisan ayahnya ialah "Lanhoa-
hoet-hiat-ciu", ilmu menotok jalan darah Bungan
Anggrek.
Dengan lantas Oey Yong mengulurkan kakinya,
untuk menginjak goloknya si pengemis tertua itu,
kepalanya dimiringkan, sembari tertawa, ia menanya,
"Bagaimana?"
Nio Tiangloo tercengang, lalu tanpa membilang
apa-apa, ia lompat mundur.
Adalah itu waktu Khiu Cian Jin dari tempatnya
menonton mengasih dengar suaranya yang nyata
sekali: "Orang memakai mustika dari Tho Hoa To, atau
tidak membacok kepalanya, mana bisa kau melukai
dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kan Tiangloo tunduk, ia berpikir.
"Bagaimana, kau percaya aku tidak?" tanya Oey
Yong tertawa.
Lou Yoe Kiak mengedipi mata kepada si nona,
untuk dia menyudahi saja. Ia tahu, dalam ilmu silat,
nona ini kalah jauh dari Nio Tiangloo, maka
kemenangannya itu mesti karena suatu tipu daya. Atau
sedikitnya, akan sama tangguhnya. Dilain pihak, Kan
Tiangloo jauh lebih lihay daripada Nio Tiangloo itu.
Maka ia bergelisah melihat si nona tidak menggubris
isyaratnya itu. Hanya celaka untuknya, untuk turun
tangan, ia tidak sanggup, tangannya, yang diremas Kiu
Cian Jin, masih terasa sakit sekali, bahkan semakin
sakit, hingga ia mengeluarkan keringat dingin di
sekujur badannya, hingga tak bisa ia membuka
mulutnya.
Akhir-akhirnya Kan Tiangloo mengangkat
kepalanya.
"Nona marilah aku belajar kenal denganmu!" ia
berkata.
Kwee Ceng melihat tegas tiangloo itu, ia percaya
Oey Yong tak sanggup melawannya, maka itu, ia
hendak menggantikan nona itu. Maka ia lantas
menjumput tambang kulit yang dipakai meringkus
dirinya, dengan satu gerakan tangan, ia membikin
ujung tambang menyambar tongkatnya Kan Tiangloo
yang tadi oleh Kiu Cian Jin dibikin nancap di batu
gunung, sambil membentak, ia menarik dengan kaget.
Maka tongkat itu tercabut, terlempar ke arah si
tiangloo. Disaat itu ia berlompat ke depan Kan
Tiangloo, ia menyambar dengan sambarannya
"Menunggang enam naga", suatu jurus dari Hang
Liong Sip-pat Ciang, setelah itu, dengan tangan kiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memegang kepala tongkat dan tangan kanan
mencekal bututnya, yaitu ujungnya, ia membikin
gerakan memutar. Maka itu dilain saat, tongkat yang
telah melilit melengkung ia lantas menjadi pulih
keadaannya, lempang seperti biasa. Segera setelah
itu, ia menyerukan, "Sambutlah!" dan tongkat itu ia
lemparkan kepada pemiliknya.
Kan Tiangloo terkejut. Ia tahu, kalau ia menyambut,
tangannya bisa terluka. Maka dengan lantas ia berkelit,
sambil berbuat begitu, ia berseru kepada orangorangnya
dibawah panggung, menitahkan mereka itu
lekas menyingkir. Kalau tidak, mereka atau beberapa
di antaranya bisa terhajar tongkat itu.
Akan tetapi tongkat itu tidak sampai mendatangkan
bencana. Oey Yong dengan sebat sekali, dengan cara
pandai, telah mengulurkan Lek-tiok-thung di tangannya
itu, menyambar bagian tengah dari tongkatnya Kan
Tiangloo, lalu dengan gerakan menarik sambil
memutar, ia membuatnya tongkat tertahan dan kena
tertekan hingga turun di lantai.
Gerakannya nona Oey ini adalah jurus "Menindih
punggung anjing", dari ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat,
tepat bekerjanya, setelah mana si nona sambil tertawa
berkata kepada tiangloo itu yang barusan menantang
padanya: "Silahkan kau menggunakan tongkat baja,
aku hendak menggunakan tongkat bambu ini! Marilah
berdua kita main-main beberapa jurus…."
Kan Tiangloo sangat bersangsi. Sekarang ia
mengambil sikap, kalau kalah, baiklah ia menyerah. Ia
lantas membungkuk, untuk memungut tongkat bajanya
itu - kepala tongkat diturunkan ke bawah, buntut
tongkat naik ke atas, lalu sambil memberi hormat
dengan membungkuk, ia berkata: "Aku mohon belas
kasihan nona."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan cara menghormatnya itu, ialah kepala
tongkat diturunkan, tiangloo ini mengambil sikap
menurut aturan Kaum Rimba Persilatan, kehormatan di
antara yang muda dengan yang tua, tanda dari tidak
berani menganggap diri seimbang derajat. Itulah untuk
mohon petunjuk.
Oey Yong meluncurkan tongkatnya, dengan
gerakan "Anjing dongak ke langit", ia menyontek ujung
tongkat ujung tongkat si pengemis tertua, hingga
tongkat itu naik ke atas, sambil berbuat begitu, ia
mengatakan sambil tertawa: "Tak usah memakai
banyak adat peradatan! Aku khawatir yang
kepandaianku tidak dapat melawan kepandai kau.."
Tongkat baja dari Kan Tiangloo adalah tongkatnya
yang berat yang ia telah pakai untuk beberapa puluh
tahun lamanya, sekarang tongkat itu, dengan satu
sontekan perlahan, kena dibikin terangkat naik oleh si
nona, bahkan ujungnya terangkat sampai hampir
mengenakan jidatnya, ia menjadi terkejut. Syukur ia
lekas menggunakan tenaganya, untuk menahan, ia
kembali membawa sikapnya si muda terhadap
seatasannya. Ia menyerang dengan jurus "Raja Cin
menghajar batu", suatu jurus dari Hong Mo Thunghoat,
ilmu silat Hantu Edan dari Lou Tie Cim, salah
seorang anggota gagah dari pahlawan-pahlawan Liang
San.
Menampak gerakan si tiangloo, Oey Yong tidak
berani berlaku alpa. Ia tahu, meskipun memakai baju
lapis, serangan tongkat itu bisa melukai ia di dalam
tubuh. Maka dengan lincah ia berkelit. Ia bukannya
mundur, hanya berkelit sambil merangsak. Ia terus
menggunakan jurus-jurus dari Tah Kauw Pang-hoat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikian keduanya bertempur. Beratnya tongkat
baja tigapuluh kati lebih tetapi menghadapi tongkat
bambu yang enteng itu, tongkat itu tidak dapat berbuat
banyak.
Mulanya Kan Tiangloo masih mengandung rasa
khawatir nanti kena merusak tongkat suci itu,
serangannya hebat tetapi diperbataskan, ialah kalau
rasanya ia bakal menghajar Lek-tiok-thung, segera ia
membatalkannya, ia selalu mencegah bentrokan, akan
tetapi sesudah beberapa jurus itu, ia mengubah
caranya berkelahi, ia bahkan jadi bersungguhsungguh.
Ia mendapat kenyataan, tongkat si nona
lihay sekali, tikamannya juga dapat merupakan totokan
kepada jalan darah. Dengan lantas untuk membela
diri, ia menjadi repot.
Kwee Ceng menjadi sangat kagum. "Benar lihay
ilmu silatnya suhu," ia berkata di dalam hatinya,
memuji Ang Cit Kong.
Tengah bertempur itu, mendadak Oey Yong
membuat satu perubahan. Ialah tongkatnya bukan ia
cekal gagangnya, hanya bagian tengahnya, dan
bukannya ia menyerang, ia terus putar itu dengan
asyik, hingga tongkatnya nampaknya bulat. Tentu
sekali itulah bukan cara bertarung, itulah bagaikan
orang tengah main-main.
Mulanya Kan Tiangloo heran hingga ia tercengang,
habis itu ia menyerang si nona, untuk mencegah
kurungan. Ia mengarah pundaknya si nona.
Oey Yong melihat datangnya serangan, ia
bukannya menangkis, ia hanya menjaga. Tapi ia tidak
membuat kedua tongkat bentrok, ia cuma
mendekatkan, lalu bagaikan memancing, ia menarik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kan Tiangloo terkejut. Ia menyerang tetapi ia
merasa tongkatnya seperti tertarik dengan keras. Jadi
terang si nona telah meminjam tenaga lawan. Dalam
kagetnya, ia lantas menarik. Kembali ia terkejut.
Tongkatnya itu seperti nempel sama tongkat lawan,
tertarik atau menarik. Ia kaget sebab ia tahu, di dalam
halnya tenaga dalam, ia mesti menang daripada si
nona, tetapi sekarang ialah yang kena dipengaruhkan.
Tujuh atau delapan kali sudah ia menarik, sia-sia
belaka, tongkatnya itu tidak bisa dia
membebaskannya.
Tah Kauw pang-hoat ada delapan pokoknya, dan
sekarang Oey Yong lagi menggunakan pokok "melibat"
maka juga tongkatnya itu seperti ada talinya yang
mengikat tongkatnya si tiangloo.
Kan Tiangloo penasaran, ia mengerahkan
tenaganya dan memainkan Tay-lek Kim-kong Thunghoat,
yaitu ilmu tongkat Arhat Tangguh, dengan begitu
hebat ia membuatnya ujung tongkatnya bergerak
keempat penjuru. Tetapi aneh tongkat si nona, kemana
ujung tongkat baja menuju, ke sana tongkat bambu
mengikuti. Nampaknya seperti si tiangloo yang
berkuasa, sebenarnya dia seperti lagi dikendalikan.
Atau diumpamakan kuda binal, kuda itu lagi diumbar
oleh penunggangnya yang lihay.
Akhir-akhirnya Pheng Tiangloo yang menonton
dengan kekaguman dan keheranan, tertawa dan
berkata: "Pangcu kau telah lelah, kau istirahatlah!"
Suara itu perlahan dan halus, sedap didengar
telinga. Oey Yong benar-benar lantas merasa
tubuhnya lebih. Ia pun memikir, setelah bertempur
sekian lama, sudah waktunya ia beristirahat. Begitu ia
merasa, begitu ia menjadi letih dan lesu, matanya pun
menjadi mata orang kantuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi sekarang pandangannya Kan Tiangloo sudah
berubah, mau ia percaya si nona adalah pangcunya
yang tulen, hendak ia melindungi si nona, maka
mengetahui Pheng Tiangloo lagi menggunakan Liamsin-
hoat, ilmu sihirnya itu, ia lantas membentak: "Eh,
Pheng Tiangloo, kau hendak berbuat apa kepada
pangcu?!"
Pheng Tiangloo tidak memperdulikannya, ia tertawa
perlahan dan berkata pula: "Pangcu hendak
beristirahat, ia telah sangat letih, kau jangan ganggu
padanya….."
Oey Yong mengerti ia terancam bahaya akan tetapi
ia merasakan tubuhnya lemas dan matanya mau
meram saja, ia merasa bahwa ia mesti beristirahat.
Hanya disaat ia separuh was-was dan separuh sadar
itu, mendadak ia ingat perkatannya Kwee Ceng tadi.
Bagaikan tersadar, ia lantas tanya kawannya itu:
"Engko Ceng, bukankah kau membilang tadinya
bahwa di dalam kitab ada disebut hal ilmu
memindahkan arwah?"
Kwee Ceng mengerti pertanyaan itu. Ia memang
telah bercuriga terhadap Pheng Tiangloo,
kecurigaannya bertambah menyaksikan Oey Yong
berubah sikap, pertempurannya berhenti sendirinya
secara demikian aneh dan romannya si nona pun
sangat lesu. Ia sudah memikir untuk menghajar
tiangloo itu kalau ia main gila, maka mendengar
pertanyaan itu, ia segera mendekati Oey Yong dan
membisiki padanya bunyinya ilmu memindah arwah
itu.
Dua-dua ilmunya si tiangloo dan yang termuat di
dalam Kiu Im Cin-keng ada serupa intinya, itulah ilmu
sihir belaka, maka ilmu itu harus dilawan dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kekuatan hati, diri sendiri harus dapat dikendalikan.
Maka Kwee Ceng telah membisiki si nona untuk
menguatkan hati, atas mana, Oey Yong yang masih
sadar, lantas menuruti nasehat si pemuda. Ia lantas
meramkan matanya, pemikirannya dipusatkan. Ia
mengempos semangatnya, ia membikin bathinnya
kuat. Selang tidak lama, lantas lenyap rasa lesu dan
kantuknya. Ketika ia membuka matanya, ia sadar
seperti biasa.
Pheng Tiangloo girang sekali. Ia percaya si nona
meram karena terkena pengaruh ilmunya. Ia udah
lantas memikirkan daya lainnya, untuk membikin nona
itu membuka matanya, ia terus diawasi sambil
tersenyum! Ia tahu mesti ada terjadi keanehan, ia
lekas-lekas balas bersenyum. Ia hendak menggunakan
ilmunya untuk mempengaruhi si nona itu. Tapi
sekarang ia gagal, dari tersenyum, tanpa merasa ia
tertawa sendirinya.
Oey Yong melihat perubahan kepada tiangloo itu, ia
mengerti yang ilmu dari Kiu Im Cin-keng telah bekerja
dan memenangi si tiangloo, maka itu ia bukan cuma
tersenyum, ia lantas tertawa lebar.
Pheng Tiangloo kaget. Ia masih ingat akan dirinya,
ia coba mengendalikan diri. Tapi ia sudah kena dibikin
kaget, tidak dapat ia menguasai dirinya. Bahkan dari
berdiri diam, ia lantas berjingkrak, terus ia tertawa
terbahak-bahak sambil ia memegangi perutnya! Ia
tertawa haha-hihi, ia berteriak, makin lama suaranya
makin keras.
Semua pengemis menjadi heran, semua dibikin
bingung karenanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, Pheng Tiangloo, kau bikin apa?" Kan Tiangloo
menegur. "Kenapa kau begini kurang ajar terhadap
pangcu?"
Pheng Tiangloo tidak memperdulikan teguran itu, ia
terus tertawa terpingkal-pingkal. Ia menunjuk kepada
hidungnya. Kan Tiangloo mengira ada apa-apa yang
aneh pada hidungnya itu, ia mengusap. Tapi ini
membuatnya rekannya itu tertawa lebih hebat.
Akhirnya Pheng Tiangloo lompat turun ke bawah
panggung di mana ia terus tertawa sambil bergulingan!
Baru sekarang semua pengemis menjadi bercuriga.
Dua muridnya Pheng Tiangloo lantas lari kepada
gurunya itu, untuk mengasih bangun, akan tetapi
mereka ditolak, guru itu tertawa tak hentinya. Karena
ini mukanya lantas menjadi merah tua.
Kalau orang biasa terkena ilmunya Oey Yong itu,
paling juga dia merasa lelah dan ingin tidur, tidak
demikian dengan Pheng Tiangloo, yang sendirinya
tukang sihir. Karena ia melawan, kesudahannya, ialah
akibatnya menjadi hebat. Ia menyerang, sekarang dia
kena dibalas diserang, serangan itu dahsyat untuknya.
Kan Tiangloo menjadi tak enak hati. Ia khawatir
Pheng Tiangloo mati karenanya. Maka ia lantas
menjura pada Oey Yong dan berkata: "Pangcu, Pheng
Tiangloo berlaku kurang ajar, dia harus dihukum berat,
tetapi aku mohon dengan kemurahan hati pangcu,
sukalah ia diberi ampun."
Lou Yoe Kiak juga io Tiangloo, lantas turut maju,
sambil menjura, mereka pun memohonkan keampunan
bagi tiangloo yang telah menjadi seperti gila itu. Hanya
sekali mereka ia minta-minta ampun, di sana terdengar
suara aneh dari Pheng Tiangloo sendiri…….
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tidak menjawab ketiga tiangloo itu, ia
hanya berpaling kepada Kwee Ceng.
"Engkong Ceng, cukupkah sudah?" ia menanya.
"Cukup!" menjawab si anak muda. "Kasihlah dia
ampun!"
Oey Yong lantas menghadapi ketiga tiangloo itu.
"Samwie, kamu menghendaki aku memberi ampun
padanya, boleh," dia berkata. "Aku hanya minta kamu
tidak dapat meludah kepada tubuhku!"
Kan Tiangloo melihat jiwanya Pheng Tiangloo
terancam, ia menjawab dengan cepat: "Aturan kami
ditetapkan oleh pangcu, maka itu pangcu juga yang
dapat menetapkan atau menghapuskannya. Teecu
semua menurut perintah saja."
Senang Oey Yong mendengar jawaban itu. Ia
tertawa.
"Sekarang pergilah kau menotok dia pada jalan
darahnya thongkok-hiat dan siang-kiok-hiat!" ia
memberi petunjuk.
Kan Tiangloo lompat turun dari panggung, ia
menghampirkan Pheng Tiangloo untuk menotok kedua
jalan darah yang ditunjuk. Dengan lantas tiangloo itu
berhenti tertawa, hanya kedua matanya mencelik
hingga terlihat putih semua, sedang jalan darahnya
menjadi sulit.
Oey Yong tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang benar-benar aku mau beristirahat!"
katanya. "Eh, mana si orang she Yo itu?" ia tanya. Ia
heran melihatnya Yo Kang tidak ada di antara mereka.
"Dia sudah pergi," menyahut si Kwee Ceng.
Si nona berjingkrak.
"Kenapa dikasih dia pergi?" katanya. "Dia pergi
kemana?"
"Dia pergi mengikuti si tua bangka she Khiu itu,"
sahut Kwee Ceng seraya tangannya menunjuk.
Oey Yong memandang ke telaga di mana perahu
layar tengah berlayar pergi. Tentu saja tidak dapat ia
menyusul Yo Kang atau Khiu Cian Jin, maka dia cuma
bisa mendongkol dan menyesal sendiri. Ia mengerti
itulah biasanya Kwee Ceng, yang sangat jujur.
Rupanya ini engko Ceng masih ingat persahabatan
dari dua turunan, dia jadi suka memberi ampun pada
pemuda she Yo yang jahat itu.
Yo Kang itu cerdik, begitu melihat pertempuran
antara Oey Yong dan Kan Tiangloo, ia mengerti,
jikalau ia tidak lantas mengangkat kaki, dia bakal
menghadapi bahaya, dari itu, diluar tahu orang - selagi
orang menonton pertempuran - ia nelusup kepada
rombongannya Khiu Cian Jin dan minta pertolongan
orang she Khiu itu.
Kapan Khiu Cian Jin mengetahui orang adalah
putranya Wanyen Lieh, ia menepuk dada memberikan
kepastiannya untuk menolongi, kemudian sesudah
melihat suasana - bahwa pastilah Oey Yong yang
bakal jadi ketua Kay Pang dan si nona bersama Kwee
Ceng adalah musuh-musuh tangguh, diam-diam dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengajak orangnya pangeran itu berlalu dari gunung
Kun San itu.
Kemudian Oey Yong menghadapi semua orang Kay
Pang, sambil mengangkat Lek-tiok-thung, ia berkata:
"Sekarang ini, selama Ang Pangcu masih belum
kembali, akulah yang buat sementara waktu mengurus
partai kita. Kan Tiangloo bersama Nio Tiangloo,
silahkan kau berangkat untuk menyambut pangcu.
Kamu membawa murid-murid kantung delapan dan
menyambutnya di timur sana. Lou Tiangloo sendiri
berdiam di sini untuk beristirahat."
Suaranya ini wakil pangcu disambut dengan riuh
oleh orang-orang Kay Pang itu.
Kemudian Oey Yong menanya: "Pheng Tiangloo ini
tidak lurus hatinya, coba kamu bilang, dia harus
dihukum bagaimana?"
Kan Tiangloo menjura, ia berkata: "Dosa saudara
Pheng ini besar sekali, dia harus dihukum berat, akan
tetapi mengingat dulu hari ia telah membantu pangcu
mendirikan jasa besar untuk partai kita, teecu mohon
dia diberi ampun dari hukuman mati."
Oey Yong tertawa. Ia berkata: "Aku memang telah
menduga, kau bakal memintakan ampun untuknya.
Baiklah! Mengingat dia telah tertawa cukup banyak
sekarang dia dipecat kedudukannya sebagai tiangloo,
biar dia menjadi murid kantung delapan!"
Ketiga Tiangloo she Kan, Nio dan Lou itu
menghanturkan terima kasih, Pheng Tiangloo sendiri
juga mengucapkan terima kasihnya.
Oey Yong berkata pula: "Sebenarnya sukar mencari
ketika kita untuk berkumpul di sini, kamu semua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentunya ingin berbicara banyak, maka itu pergilah
kamu bicara asal terlebih dahulu kamu mengubur baikbaik
dua saudara Lee Seng dan Ie Tiauw Hin. Aku
melihat Lou Tiangloo adalah orang yang paling baik,
selanjutnya semua urusan aku serahkan padanya dan
kamu mesti mendengar segala perintahnya. Aku
sendiri, sekarang juga aku mau berangkat. Nanti di
Lim-an kita bertemu pula!"
Begitu ia berkata, begitu Oey Yong mencekal
tangannya Kwee Ceng, untuk ditarik, buat dituntun
berlalu turun gunung.
Melihat demikian, semua orang Kay Pang
mengiringinya sampai di kaki gunung, sampai nona itu
berdua dibawa perahu dan lenyap di antara kabut
malam, baru mereka kembali ke puncak gunung, di
mana dengan dipimpin Lou Tiangloo, mereka
membicarakan segala urusan mereka.
Bab 59. Pesan Gak Bu Bok
Hari sudah terang ketika Oey Yong dan Kwee Ceng
kembali ke Gak Yang Lauw. Di sana mereka
mendapatkan kuda mereka, sepasang burung rajawali
dan burung hiat-niauw menantikan mereka. Semua
binatang itu nampak girang bertemu dengan majikan
mereka.
Oey Yong memandang jauh ke timur, ia
menyaksikan sang Batara Surya seperti meloncat
keluar dari gelombang telaga Tong Teng Ouw. Sinar
fajar itu sangat indah dan menawan hati.
"Pemandangan begini indah, jangan kita
melewatkan," kata si nona kemudian, tertawa, "Engko
Ceng, mari kita naik ke atas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menurut. Tapi kapan mereka tiba di
atas dan ingat kejadian kemarinnya, pengalaman itu
membuatnya mereka bergidik sendiri. Kejadian itu
sangat berbahaya. Hanya keindahan alam membuat
mereka dengan cepat melupakan kejadian kemarin.
Belum lama lagi mereka minum arak, mendadak
Kwee Ceng melihat air muka si nona berubah,
agaknya ia bergusar.
"Engko Ceng, kau jahat!" katanya tiba-tiba.
Kwee Ceng kaget, "Kenapa?" tanyannya heran.
"Kau tahu sendiri!"
Kwee Ceng berpikir tetapi ia tidak ingat apa-apa.
"Yong-jie yang baik, kau jelaskanlah," pintanya.
"Baik," menyahut si nona. "Sekarang aku tanya kau!
Tadi malam kita didesak ke jurang, jiwa kita terancam
bahaya. Kenapa kau melemparkan aku? Apakah kau
kira kalau kau mati aku bisa hidup? Apakah kamu
masih belum tahu hatiku?"
Habis itu si nona menangis, air matanya jatuh ke
dalam araknya.
Kwee Ceng terharu mendapatkan orang demikian
mencinta padanya. Ia mengulur tangannya, akan
mencekal erat-erat tangan kanan nona itu. Tidak dapat
ia mengucapakan sesuatu.
Oey Yong menghela napas perlahan, melegakan
hatinya. Ia sebenarnya hendak membuka mulutnya
ketika ia mendengar tindakan kaki di tangga, lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlihat nongolnya satu kepala orang. Keduanya
terkejut. Itulah Tiat Ciang Siu-siang-piauw Khiu Cian
Jin.
Kwee Ceng segera melompat bangun, akan
menghalangi di depan si nona. Ia khawatir orang tua
itu nanti menyerang.
Tapi Khiu Cian Jin bukannya menyerang, ia hanya
bersenyum, tangannya diangkat, untuk menggapai,
setelah mana dia memutar tubuhnya, untuk lantas
turun pula. Kelihatan nyata orang jenaka tetapi dalam
keadaan ketakutan…………
"Dia takut pada kita, inilah aneh!" berkata Oey
Yong. "Nanti aku lihat."
Tanpa menanti jawabannya, si nona lantas lari
turun.
Kwee Ceng lekas membayar uang arak, lekas-lekas
ia menyusul. Tapi setibanya di bawah, ia tidak
mendapatkan Khiu Cian Jin atau Oey Yong. Ia menjadi
kaget dan berkhawatir. Tentu sekali ia takut nona itu
celaka di tangannya si Tangan Besi. Maka ia lantas
memanggil-manggil: "Yong-jie! Yong-jie! Kau di
mana?"
Oey Yong mendengar panggilannya Kwee Ceng itu
tetapi ia tidak menyahutinya. Ia lagi menguntit Khiu
Cian Jin, kalau ia bersuara, orang akan mengetahui
dirinya lagi dibayangi. Ia menguntit terus.
Ketika mereka berjalan di pinggir sebuah rumah
besar, Oey Yong sembunyi di alingan tembok di pojok
utara. Ia hendak menguntit terus setelah si orang tua
jalan sedikit jauh. Akan tetapi Khiu Cian Jin seorang
cerdik, begitu ia mendengar suara Kwee Ceng, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menduga si nona lagi mengikutinya. Maka setelah
menikung di ujung tembok, ia juga menyembunyikan
dirinya.
Dengan begitu, dua-dua mereka sama-sama
bersembunyi. Dengan begitu, sama-sama mereka
berdiam. Yang satu menantikan yang lain, yang lain
menunggui yang satu. Selang sekian lama, karena
dua-duanya tetap bersembunyi, mereka ingin melihat.
Keduanya menongolkan kepala mereka. Apa mau,
waktunya tepat, bareng sekali. Maka mata mereka
bentrok sinarnya satu dengan lain. Nyatanya mereka
bersembunyi dekat satu dengan lain: satu di pojok
sana, satu di pojok lain - jarak di antara mereka tidak
ada setengah kaki! Tentu sekali, kedua-duanya
menjadi sama kagetnya.
Setelah menyaksikan peristiwa di Kun San, Oey
Yong jeri terhadap orang tua itu, yang sekian lama ia
mengiranya seorang penipu besar, yang cuma
namanya kesohor tapi gunanya tidak, tidak tahunya,
dia sangat lihay. Khiu Cian Jin sebaliknya jeri terhadap
si nona, karena sudah beberapa kali dia bercelaka di
tangan si nona itu. Maka, setelah sama-sama berseru
kaget, sama-sama juga mereka menyingkir masingmasing!
Oey Yong tidak puas. Segera ia kembali, untuk
menguntit pula. Ia pikir jalan memutari rumah besar itu.
Karena ia khawatir Khiu Cian Jin sudah pergi jauh, ia
bertindak cepat. Ia ingat tiba lebih dahulu di ujung
tembok timur, untuk dapat menguntit terus.
Juga Khiu Cian Jin berpikir seperti si nona, ia pun
jalan memutar seperti nona itu. Tidak heran kalau
lekas juga mereka jadi bersamplokan pula! Sekarang
mereka bertemu di tembok menghadap ke selatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong sudah lantas berpikir: "Jikalau aku
memutar tubuh dan pergi dari sini, bisa-bisa nanti ia
membokong punggungku! Dia sangat lihay, mana bisa
aku mengelit diri?" Maka itu, ia lantas tersenyum. Ia
berkata: "Khiu Locianpwee, dunia ini benar-benar
sempit! Kembali kita bertemu di sini…!" Sambil berkata
begitu, si nona pun berpikir: "Baiklah aku mengulur
tempo! Aku mesti menantikan engko Ceng, itu waktu
aku tak usah takut lagi………."
Khiu Cian Jin juga sama berpikir seperti si nona. Dia
tertawa dan berkata: "Itu hari kita berpisah di Liam-an,
siapa sangka sekarang kita bertemu pula di sini.
Apakah kau banyak baik, nona?"
Oey Yong heran tak kepalang.
"Bangsat tua, kau ngaco belo!" katanya di dalam
hatinya. "Terang-terang tadi malam kita bertemu di
Kun San, sekarang kau menyebut-nyebut tentang
pertempuan di Lim-an itu! Baik, biarlah kau ngoceh
tidak karuan! Aku ada membuat ilmu silat Tah Kauw
Pang-hoat, kenapa aku tidak mau menghajar dia
sebelum dia sadar?" Maka ia lantas berteriak nyaring:
"Engko Ceng, kau hajar punggungnya!"
Khiu Cian Jin kaget. Ia mengira Kwee Ceng muncul
di belakangnya. Ia lantas menoleh.
Oey Yong sangat sebat, berbareng sama
teriakannya itu, tangannya mengeluarkan tongkatnya,
dengan apa ia terus menyapu ke bawah!
Juga Khiu Cian Jin sangat licin. Ia menoleh dengan
cepat, ia tidak melihat Kwee Ceng, lantas ia insyaf
bahwa ia diperdayakan. Ia pun mendengar bersiurnya
angin, maka ia lantas berlompat. Maka bebaslah ia
dari sapuan itu. Akan tetapi Oey Yong tidak sudi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengasih hati. Gagal sapuannya, ia mengulanginya.
Dan ia mengulanginya terus, berulang-ulang, untuk
membikin orang tak dapat bernapas.
Bukan main takutnya Khiu Cian Jin. Dengan
terpaksa, ia berlompatan. Tidak ada ketikanya untuk
melesat jauh, guna terus melarikan diri. Setelah tujuh
atau delapan kali lompat-lompatan terus, betis kirinya
kena juga oleh ujung tongkat, tidak tempo lagi, dia
menjerit mengaduh dan tubuhnya terbanting.
"Tahan! Aku hendak bicara!" ia berkata, tangannya
diangkat.
Oey Yong menghentikan serangannya, ia
mengawasi sambil tertawa geli, tetapi begitu lekas
orang bangun sambil berlompat, tidak menanti kaki
orang itu mengenai tanah, ia menyapu pula. Di dalam
keadaan seperti itu, Khiu Cian Jin tidak dapat berkelit
lagi, maka lagi sekali ia terguling memegang tanah. Ia
bandel sekali, setiap kali jatuh, ia bangun sambil
berlompat, maka itu si nona pun, saban orang
berlompat dia membarengi menyapu. Dengan
demikian, enam kali orang she Khiu itu jatuh bangun.
Habis itu, Cian Jin terus mendekam di tanah. Ia
tahu percuma ia berlompat bangun. Ia pun tidak berani
berkutik.
"Kau berpura-pura mampus?" kata Oey Yong
tertawa.
Khiu Cian Jin menyahuti sambil ia berlompat
bangun, hanya kali ini ia berlompat seraya menarik tali
celananya, hingga tali itu putus, sambil berbuat begitu,
ia berteriak-teriak: "Kau mau pergi atau tidak? Hendak
aku melepaskan tanganku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona Oey melengak. Ia tidak menyangka bahwa
seorang ketua partai mau main gila seperti itu. Tentu
sekali ia takut orang membuktikan ancamannya, itu
artinya Khiu Cian Jin meloloskan pakaiannya, maka
terpaksa sambil berludah ia memutar tubuhnya untuk
bertindak pergi. Ia lantas mendengar suara orang
tertawa kegirangan, disusul sama suara tindakan kaki.
Ketika ia mencoba menengok, ia melihat Khiu Cian Jin
masih memegangi celananya itu, bahkan sekarang ia
lari hendak mengejar.
Nona ini mendongkol berbareng merasa lucu, tetapi
ia terpaksa lekas-lekas lari.
Khiu Cian Jin belum lari jauh ketika ia memikir
sudahlag cukup ia mengusir nona itu, maka hendak ia
berhenti mengejar, tetapi justru itu, Kwee Ceng muncul
dari ujung rumah, ia lantas maju menghalang, kedua
tangannya digeraki, tangan kirinya menjaga dada,
tangan kanannya diajukan.
"Celaka!" berseru Khiu Cian Jin. Ia lantas berhenti
mengejar.
"Hajar dia, engko Ceng!" Oey Yong kata. "Jangan
ladeni ocehannya!"
Kwee Ceng sudah lantas bersiap. Ia tahu Khiu Cian
Jin sebagai pendusta, tapi di Kun San ia telah melihat
ketangguhan orang, dia tidak mau memandang
enteng.
"Eh, anak-anak, kau dengar kata-katanya
kakekmu!" berkata Khiu Cian Jin sambil ia tetap
memegangi celananya. "Selama beberapa hari ini
kakekmu termaha gegares, dia menjadi mulas
perutnya. Sekarang pun kakekmu mau buang air
besar…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engko Ceng, hajar dia!" berkata Oey Yong yang
sendirinya tak berani maju bahkan ia mundur.
"Aku tahu hatimu, anak-anak," berkata pula Khiu
Cian Jin. "Jikalau kamu tidak diberi ketika akan
menyaksikan kepandaiaan kakekmu, kamu tentu tidak
puas, kamu tidak suka menyerah, maka sayang sekali
sekarang justru perut kakekmu lagi sakit, semua yang
ada di dalam perutnya mau melonjor keluar. Baiklah
anak-anak yang manis, aku beri tempo padamu. Lagi
tujuh hari maka kakekmu akan menantikan kamu di
kaki gunung Tiat Ciang San! Beranikah kamu pergi ke
sana?"
Oey Yong telah menyiapkan seraup jarumnya,
hendak menyerang apabila saatnya telah tiba, akan
tetapi ia mendengar orang menyebut nana gunung Tiat
Ciang Pang, mendadak ia ingat huruf-huruf dalam
gambar peninggalannya Kiok Leng Hong, yang
bunyinya "Tiat Ciang San-hee" atau "di bawah gunung
Tiat Ciang San" - gunung Tangan Besi. Maka ia lantas
menyahuti: "Baiklah, biarnya tempat itu mirip kedung
naga atau gua harimau, tentu kamu nanti pergikan! Di
mana adanya Tiat Ciang San itu?"
"Dari sini kau pergi ke barat," berkata Khiu Cian in
menyahuti, tangannya menunjuk, kamu nanti melintasi
Siang-tek, Sin-cu dan sungai Goan Kang. Kamu
ikutilah sungai itu mudik. Nanti kamu tiba di Louw-kee
dan Sin-kee. Di antara itu ada sebuah gunung tinggi
yang berupa seperti lima jari menunjuk ke langit, nah
itulah dia gunung Tiat Ciang San. Gunung itu sangat
berbahaya, kakekmu sendiri sangat lihay, maka itu
kedua bocah, umpama kata kamu takut, baiklah
sekarang saja kamu mohon ampun dari kakekmu,
lantas bolehlah tak usah kamu pergi ke sana!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong mendengar keterangan "seperti lima jari
menunjuk ke langit", ia jadi bertambah girang.
"Baiklah!" ia memberikan jawabannya, "Sekarang
aku memberi kepastian, di dalam tempo tujuh hari
kami nanti pergi mengunjungi gunungmu itu!"
Khiu Cian Jin mengangguk-angguk, atau mendadak
ia berteriak pula: "Celaka!" berulangkali dan tanpa
membilang apa-apa lagi, ia lari keras ke barat!
Kwee Ceng tidak mengubar, bersama Oey Yong ia
mengawasi sampai orang telah pergi jauh. Kemudian
ia kata pada si nona: "Yong-jie, ada satu hal yang
bagiku benar-benar tidak jelas. Cobalah kau yang
menerangkannya."
"Apakah itu?" Oey Yong.
"Ini cianpwee she Khiu sangat lihay, kenapa dia
gemar sekali memperdayakan orang?" Kwee Ceng
mengutarakan keheranannya. "Kau lihat sendiri, ada
kalanya dia berpura-pura berkepandaian sangat
rendah. Di Kwie-in-chung dia telah meninju dadaku,
coba dia mengeluarkan tangannya seperti tadi malam,
mana bisa jiwaku bisa hidup sampai sekarang ini?
Apakah dia berlagak gila saja? Atau apakah dia ada
mengundang maksud yang lain?"
Oey Yong berpikir, ia menggigit jari tangannya.
"Dalam hal ini, aku juga sangat tidak mengerti,"
sahutnya sesaat kemudian. "Tadi aku serang dia
berulang kali, dia selalu roboh tak berdaya sama
sekali, dia tidak mampu membalas menyerang, bahkan
dia lantas main gila. Apa mungkin dia juga
memperdayakan orang diwaktu dia menekuk
melengkung tongkat baja?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menggeleng kepala.
"Dia telah meremas tangannya Lou Toangloo," dia
menambahkan. "Ketika ia menyambuti seranganku
dengan tipu silat Kek San Tah Gu, itulah ilmu sejati.
Ilmu itu tak dapat dipalsukan……"
Oey Yong lantas membungkuk, dengan tusuk
kondenya, ia menggurat-gurat tanah, lalu selang
sesaat, ia menghela napas.
"Benar-benar kau tidak dapat menerka tua bangka
itu lagi memberi pertunjukan apa," katanya. "Biarlah,
mari kita pergi ke Tiat Ciang San, setibanya di sana
pasti kita akan mendapatkan pemecahannya."
"Buat apa kita pergi ke Tiat Ciang San?" tanya
Kwee Ceng, bersangsi. "Benar urusan kita telah
selesai tetapi kita harus mencari suhu. Tua bangka itu
pandai main gila, perlu apa kita menangkapnya benarbenar?"
"Engko Ceng, mari kau tanya kau," kata si nona.
"Bukankah gambar yang ayahku berikan padamu telah
basah dan huruf-huruf apakah yang telah kau lihat di
dalam situ?"
"Surat itu telah rusak sampai artinya tak dapat
ditangkap," kata Kwee Ceng sambil menggoyangi
kepalanya.
"Habis, apakah kau tidak memikirkannya?" tanya
pula Oey Yong tertawa.
Kwee Ceng benar-benar tidak dapat memikir atau
menduga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, Yong-jie yang baik," katanya. "Kau tentu telah
dapat memikir sesuatu, maka lekaslah kau jelaskan itu
padaku!"
Oey Yong lantas menggurat pula di tanah. Ia
menulis huruf-huruf di gambar, yang ia telah ingat
dengan baik. Ia berkata: "Di garis pertama itu, yang
kurang mestinya satu huruf Bu. Kalau keempat huruf
itu lengkap, itu mestinya 'Surat wasiat Bu Bok.'
Sekarang garis yang kedua. Sekian lama aku tidak
dapat pikir itu, sampai tadi si tua bangka menyebutnya.
Menurut dugaanku, huruf itu mestinya 'san' atau 'hong',
ialah gunung atau puncak…….."
Kwee Ceng lantas membaca: "Jadinya, surat wasiat
Bu Bok di gunung Tiat Ciang San." Ia lantas bertepuk
tangan, terus ia berseru: "Bagus! Sekarang mari kita
lekas pergi ke sana! Tiat Ciang Pang bersekongkol
sama bangsa Kim, mungkin sekali surat wasiat Gak
Hui itu mereka serahkan pada Wanyen Lieh! Hanya
tinggal yang dua garis lagi…"
Oey Yong tertawa.
"Kau sendiri tidak mau menggunakan otakmu, kau
paling bisa mendesak orang," ia kata. "Aku rasa, garis
yang ketiga itu harus dicari dari kata-katanya si tua
bangka bahwa gunung itu mirip lima jeriji tangan.
Bukankah itu berbunyi 'dibawah puncak jari tengah'?"
Kembali Kwee Ceng menepuk tangan.
"Yong-jie, kau sungguh cerdik, kau cerdik!" ia
memuji pula. "Sekarang tinggal garis keempat, yang
keempat….."
Oey Yong berdiam, ia berpikir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ini, inilah sukar….." sahutnya. "….yang kedua
apakah itu?" Ia memiringkan kepalanya, hingga
rambutnya turun memain. "Sudahlah, nanti saja kita
pikirkan pula. Sekarang kita pergi dulu."
Sampai di situ, mereka tidak berayal lagi. Maka
mereka lantas cari kuda dan burung mereka, terus
mereka mulai dengan perjalanan ke arah barat itu,
menurut petunjuk Tiat Ciang Sui-siang-piauw Khiu
Cian Jin yang aneh itu, yang sebentar temberang dan
jenaka, kemudian kosen benar-benar, lalu main
memutuskan tali pinggang…………
Mula-mula mereka melewatkan Siang-tek, lalu
melintasi Tho-goan, sampai di Goan Kang, atau Goanleng,
mereka jalan ke hulu, dari sini mereka benar tiba
di Louw-kee. Di sini mereka tanya-tanya orang di mana
adanya gunung Tiat Ciang San. Mereka mendapat
jawaban yang berupa gelengan kepala. Mereka
menjadi heran, hampir mereka putus asa. Maka
terpaksa mereka pergi mencari rumah penginapan.
Malam itu Oey Yong pasang omong dengan
pelayan yang bicara banyak, tetapi tidak pernah
menyebutkan Tiat Ciang San. Maka kemudian si nona
kata: "Semua tempat yang kau sebutkan itu ada
tempat-tempat yang umum, dasar Louw-kee tempat
kecil, di sini tidak ada gunung dan airnya yang bagus!"
Dengan "gunung dan air", si nona maksudkan
pemandangan alam yang indah.
Kata-kata itu yang mengandung hinaan, membikin
pelayan itu tak puas.
"Meskipun Louw-kee tempat keci," katanya, "Tetapi
pemandangan alam di gunung Kauw Jiauw San mana
ada yang dapat menandanginya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong ketarik sama nama gunung itu, yang
artinya gunung Kuku Kera.
"Di mana letaknya Kauw Jiauw San itu?" ia tanya.
"Maaf," berkata pelayan itu yang tidak menjawab,
hanya ia mengundurkan diri.
Oey Yong memburu, di ambang pintu, ia
menjambak punggung orang, untuk menarik dia itu
kembali ke dalam kamar. Ia terus merogoh keluar
sepotong perak dan meletaki itu di atas meja.
"Kau omong biar jelas, uang ini untukmu," ia kata.
Ketarik hatinya pelayan ini, ia meraba-raba uang
perak itu.
"Perak begini besar?" katanya.
"Ya," sahut Oey Yong bersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, aku nanti menjelaskannya," pelayan itu
lantas berkata, perlahan, "Cuma aku minta jangan jiewi
pergi ke sana. Di atas gunung itu ada berdiam
sekawanan hantu yang jahat, mereka juga memelihara
banyak ular berbisa. Siapa mendekati gunung itu lima
lie, jangan harap jiwanya selamat!"
Oey Yong dan Kwee Ceng saling memandang,
mereka saling mengangguk.
"Kauw Jiauw San itu terdiri dari lima puncak, yang
semuanya menjulang ke langit mirip tangan kera,
bukankah?" kemudian si nona tanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pelayan itu girang. "Ah, kiranya nona sudah tahu!"
katanya. "Jadi itulah bukan aku yang menjelaskannya.
Lima puncak itu memang luar biasa sekali."
"Kenapa begitu?" tanya Kwee Ceng.
"Lima puncak itu berdiri rapat seperti lima jari
tangan," menerangkan si pelayan. "Puncak yang di
tengah ialah puncak yang paling tinggi. Puncak-puncak
yang lainnya, di kedua sisinya lebih rendah. Yang aneh
ialah setiap puncak itu ada garisnya, mirip sama tiga
tekukan jari tangan."
Mendengar itu, Oey Yong berjingkrak-jingkrak
sambil berseru: "Yang kedua! Yang kedua!"
"Benar! Benar!" Kwee Ceng pun berseru
kegirangan.
"Engko Ceng mari kita pergi!" berkata Oey Yong.
"Tempat itu terpisah dari sini tak ada enampuluh lie,
dengan menunggang kuda merah, sebentar saja kita
bisa sampai di sana," berkata Kwee Ceng. "Aku pikir,
baiklah besok saja kita pergi berkunjung ke sana."
Si nona tertawa.
"Siapa yang mau membuat kunjungan?" katanya.
"Kita mencuri buku!"
"Ah!" seru Kwee Ceng, yang baru sadar. "Kenapa
aku tolol sekali, aku tidak dapat memikir sampai ke
situ…!"
Dua orang ini tidak mau membikin orang
penginapan yang mengetahui perbuatan mereka,
mereka keluar dengan diam-diam dengan melompati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jendela. Dengan hati-hati juga mereka menuntun kuda
mereka. Lalu, dengan menuruti petunjuk pelayan,
mereka berangkat menuju ke arah tenggara. Jalanan
ada jalanan pengunungan dan rumputnya tinggi-tinggi,
jalanan sukar, tetapi kuda kecil itu dapat melalui itu. Di
dalam tempo satu jam, sampailah mereka di kaki
gunung.
Terlihat jelas lima puncak gunung, yang mirip
dengan lima jari tangan berdiri tegak, terutama puncak
yang di tengah-tengah itu.
"Puncak ini sama benar dengan puncak di dalam
gambar," berkata Kwee Ceng setelah ia mengawasi
sekian lama. "Lihat di puncak itu, bukankah itu pohon
cemara?"
Oey Yong tertawa ketika ia menyahuti: "Ya, hanya
di sana kurang seorang jenderal yang lagi bersilat
dengan pedang!"
Lantas mereka meninggalkan kuda mereka dan
burung rajawali di kaki gunung itu, mereka jalan
memutar ke belakang gunung. Di sini, di mana tidak
tertampak ada orang lain, mereka mulai mendaki
dengan berjalan cepat bagaikan lari. Beberapa lie telah
dilewatkan, jalanan menikung, lalu menuju ke barat.
Mereka maju terus. Di sini jalan selanjutnya berliku-liku
sampai di depan mereka, mereka tampak pohon
cemara melulu.
Mereka berhenti sebentar, mereka bersangsi,
hingga mereka saling bertanya baik mereka mendaki
terus atau melihat-lihat dulu. Selagi mereka berbicara,
si burung merah molos dari tangan baju Oey Yong,
terus ia terbang ke dalam rimba.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si nona sangat menyayangi burungnya itu, sambil
menggapai kepada Kwee Ceng, ia lari ke arah rimba
itu, untuk menyusul burungnya. Hanya ia menjadi
bingung ketika lekas sekali ia kehilangan hiat-niauw
yang terbangnya sangat cepat. Terpaksa ia maju terus
dengan Kwee Ceng mengikuti.
Sekira satu lie jauhnya, mereka tiba di satu tempat
di depan mana ada cahaya api. Keduanya saling
memberi isyarat, setelah mana mereka maju dengan
perlahan-lahan, enteng tindakannya. Baru beberapa
tindak, mendadak dari samping jalanan, di mana ada
pohon-pohon besar, dua orang berlompat keluar, untuk
menghadang di muka mereka. Dua orang itu samasama
mengenakan pakaian hitam dan memegang
senjata tajam. Hanya mereka itu tidak membuka suara.
Oey Yong lantas berpikir. Ia tahu, kalau mereka
bertempur, sulit untuk melakukan pencurian "buku",
ialah surat wasiatnya Gak Hui itu. Ia cerdik sekali.
Maka segera ia mengeluarkan tiat-siang, ialah tangan
besi dari Khiu Cian in. Ia mengangkat tinggi-tinggi,
terus ia bertindak tanpa membuka suara seperti dua
orang itu.
Kapan kedua orang berpakaian hitam itu
menampak tangan besi tersebut, mereka terkejut,
dengan lekas mereka memberi hormat, lalu mereka
menyingkir ke pinggiran untuk memberi jalan.
Oey Yong berlaku sebat luar biasa. Tepat orang
mundur, tepat ia menyerang. Dengan tongkatnya,
dengan dua gerakan saling susul, ia menotok kedua
orang itu, hingga keduanya roboh tak berdaya lagi,
hingga gampang saja mereka didupak mencelat ke
dalam gompolan rumput. Habis itu, dengan cepat
tetapi berhati-hati, mereka maju pula, menghampirkan
api yang tadi terlihat samar-samar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nyatalah itu ada sebuah rumah batu dengan lima
ruang dan api munculnya dari dua ruang timur dan
barat. Mereka menghamprkan ruang barat itu. Segara
hidung mereka menangkap bau amis. Tapi mereka
tidak menghiraukannya, mereka lantas mengintai di
jendela.
Di dalam kamar itu ada sebuah perapian besar,
yang apinya menyala marong. Di atas situ ada sebuah
kuali. Dua kacung menanti di samping perapian itu,
yang satunya lagi menolak pompa anginnya, yang
lainnya tengah melemparkan seekor ular yang ia
jumput dari dalam karung, di lemparkan ke dalam kuali
itu, di depan kuali ada seorang lain, seorang tua yang
duduk numprah dengan mata dimeramkan, dengan
menggunakan tenaga besar, ia menghisap menyedot
uap yang mengepul dari kuali itu, uap mana teranglah
berhawa panas. Orang tua itu mengenakan baju
kuning pendek. Dan dia bukan orang lain daripa Khiu
Cian Jin.
Selagi ia menyedot hawa masakan ular itu, kepala
Khiu Cian Jin mengeluarkan hawa panas yang nampak
bagaikan uap juga, sedang kedua tangannya yang
diangkat tinggi, sepuluh jerijinya pun terlihat
mengeluarkan uap serupa. Habis itu, mendadak ia
bangun berdiri, kedua tangannya itu dimasuki ke
dalam kuali. Di waktu begitu, maka si bocah tukang
kipas lantas mengompa angin dengan luar biasa kuat
hingga ia memandikan keringat pada dirinya.
Khiu Cian Jin membiarkan tangannya berada di
dalam godokan ular itu, sampai rasa panasnya sudah
tak tertahankan, baru ia menarik kedua tangannya itu.
Setelah menarik, ia menyampok sebuah kantung kain
yang tergantung di dalam ruangan itu, sampokannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu menerbitkan suara nyaring, tetapi kantungnya
sendiri tidak bergoyang.
Kwee Ceng heran. Ia tahu betul isinya kantung itu
mestinya pasir dan isi itu tak ada satu batok. Yang
mengherankan ialah kantung itu tersampok tanpa
bergoyang itu. Itulah menandakan lihaynya ilmu silat
orang tua itu.
Oey Yong sebaliknya daripada engko Cengnya itu.
Ia tetap menganggap si orang tak lain lagi
bersandiwara, untuk mengelabui orang. Coba ia tidak
lagi memikir untuk mencuri surat wasiat, pastilah ia
hendak menjengeki orang tua itu.
Latihannya Khiu Cian Jin diulangi dan diulangi lagi.
Habis menyampok kantung, ia masuki pula tangannya
ke dalam kuali panas itu, habis itu, ia mengangkat lagi
tangannya itu dan menyampok kembali kantung pasir.
Demikian seterusnya.
Setelah mengintai sekian lama, Oey Yong dan
Kwee Ceng pergi ke kamar tidur. Di sini mereka
menyaksikan pula hal yang mengejutkan mereka.
Sebab disini mereka menemukan dua orang yang
mereka kenal baik, ialah Yo Kang bersama Bok Liam
Cu. Sepasang muda mudi itu lagi bicara dengan asyik,
atau lebih benar, Yo Kang alias Wanyen Kang lagi
membujuki si nona untuk mereka menikah siang-siang.
Manis sekali bicaranya putra dari almarhum Yo Tiat
Sim itu. Sebaliknya nona Bok bersikeras meminta si
pemuda lebih dulu membalaskan sakit hatinya
terhadap Wanyen Lieh, supaya pangeran bangsa Kim
itu dibunuh mati, untuk melampiaskan dendeman ayah
dan ibunya. Katanya dengan begitu baru ia puas dan
hatinya akan menjadi lega dan senang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, adik yang baik, mengapa kau tidak dapat
melihat kenyataan?" kata Yo Kang manis.
"Kenapa begitu?" Liam Cu tanya heran.
"Memang! Wanyen Lieh itu terjaga kuat sekali, aku
seorang diri, mana dapat aku membunuh dia begitu
gampang, seperti kau menginginkannya?" menjawab
Yo Kang. "Lagianya kalau aku bersendirian saja, mana
bisa aku gampang bekerja? Tidak demikian setelah
kau menjadi istriku. Nanti aku ajak kau menghadap dia
lalu dengan mendadak kita bekerja berbareng,
menyerang padanya selagi dia tidak bersiaga.
Tidakkah dengan begitu maksud kita dapat tercapai?"
Alasan itu kuat, Bok Liam Cu lantas tunduk. Di
antara sinar lampu, kelihatan nyata kedua belah
pipinya yang merah, menandakan kecantikannya.
Yo Kang melihat hati orang tertarik, ia lantas
mencekal tangan orang yang kiri, yang ia uasp-usap.
Menampak demikian macam, Oey Yong kehilangan
kesabarannya. Ia menganggap Liam Cu terancam
bahaya. Dengan sekonyong-konyong ia berseru: "Enci
Bok, jangan kau percaya obrolannya si jahanaman!"
Yo Kang kaget sekali, segera ia meniup api hingga
padam, setelah mana, dengan kedua tangannya, ia
memeluk Liam Cu, kemudian, seperti disengaja seperti
bukan, ia menutupi kedua kupingnya nona itu.
Di luar kamar, di saat Oey Yong hendak membuka
suara pula, ia segera mendengar bentakan yang
bengis: "Siapa yang berani lancang mendaki Tiat Cang
San?!" Itulah suaranya seorang tua.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong segera berpaling, demikian juga Kwee
Ceng. Di situ ada sinar rembulan, maka tertampak
nyata si penegur adalah Khiu Cian Jin. Sebaliknya
orang she Khiu ini pun terperanjat akan mengenali
sepasang muda-mudi itu.
"Khiu Looyacu!" berkata Oey Yong sambil tertawa.
Ia berlaku tabah dan manis. "Aku datang ke mari untuk
memberi selamat! Bukankah aku tidak menyalahi janji
kita akan bertemu dalam tempo tujuh hari?"
"Janji bertemu tujuh hari?" berseru Khiu Cian Jin.
"Ngaco belo!"
"Ah, ah!" Oey Yong tertawa pula. "Kenapakah baru
sekejapan mata saja, kau sudah lantas lupa? Eh, ya,
apakah perutmu yang mulas sudah sembuh ke akarakarnya?"
Nampaknya orang tua itu sudah tidak dapat
menguasai dirinya lagi, dalam murkanya, ia berseru
panjang, lalu kedua tangannya melayang ke pundak
kiri dan kanan si nona.
Oey Yong yang tertawa haha-hihi, ia tidak
memperdulikan ancaman itu, ia tidak mau menangkis
atau berkelit. Ia sengaja hendak membikin tangan
orang itu terkena duri baju lapis mustikanya. Akan
tetapi ia segera mendengar suara kaget dari Kwee
Ceng: "Yong-jie, minggir!" Menyusul itu, ia mendengar
sambaran angin. Ia tahu tentulah pemuda itu hendak
menyerang, untuk menyambuti tangan orang. Tapi ia
terlambat. Disaat ia memikir untuk berkelit, hidungnya
telah tercium bau amis, menyusul mana kedua
pundaknya terasa terbentur tenaga keras, maka tanpa
merasa, tubuhnya terhuyung ke belakang dan belum
lagi tubuhnya jatuh ke tanah, ia telah tak dasarkan diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi Khiu Cian Jin telah terluka pada kedua
tangannya itu, yang terus mengucurkan darah, hanya
ketika serangan Kwee Ceng sampai, ia masih sempat
mengelit tangannya itu, yang terus diputar balik, untuk
dipakai membalas menyerang. Maka bentroklah
tangan mereka, hingga keduanya sama-sama mundur
tiga tindak. Itulah menunjuki ketangguhan mereka
berimbang.
Kwee Ceng mengkhawatirkan Oey Yong, tidak mau
ia melayani lebih jauh. Ia berlompat kepada
kekasihnya itu, sambil membungkuk, ia menyambar
tubuh orang buat diangkat dan terus dibawa lari.
Hanya hampir berbareng dengan itu, ia merasakan
angin menyambar punggungnya. Ia tahu itulah
penyerangan dari lawan. Dengan terpaksa, ia
menangkis sambil menyerang. Ia memeluk Oey Yong
dengan tangan kiri, tanpa memutar tubuh, ia
menyerang ke belakang dengan tangan kanannya.
Itulah jurus" Sin liong pa bwee", atau "Naga sakti
menggoyang ekor". Itu pula tipu silat dari Hang Liong
Sip-pat Ciang - Delapanbelas Tangan menakluki Naga
- tipu silat yang diperantikan menolong diri dari
ancaman bahaya. Dalam keadaan kesusu itu, ia
menggunakan tenaga berlipat ganda.
Kapan Khiu Cian Jin merasakan tangannya bentrok
pula sama si anak muda, tubuhnya terhuyung di luar
kehendaknya, berbareng dengan mana rasa sakit di
tangannya itu nelusup hingga ke ulu hatinya. Sekarang
baru ia ingat bahwa di duri bajunya Oey Yong ada
racunnya, maka lekas-lekas ia mengangkat kedua
tangannya, melihat di bawah terangnya sinar bulan. Ia
tahu tangannya sendiri mengandung racun, ia
menduga racun musuh juga lihay, kalau ia terluka,
mungkin lukanya habet. Karena itu, ia menjadi
khawatir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menggunakan ketikanya selagi Khiu
Cian Jin memeriksa lukanya itu, ia memondong terus
Oey Yong untuk dibawa kabur, tetapi ia bukannya lari
turun gunung hanya sebaliknya mendaki puncak. Ia
baru lari beberapa puluh tindak atau ia mendengar
teriakan-teriakan riuh di belakangnya, ketika ia
menoleh, ia melihat ia lagi dikejar oleh banyak sekali
orang yang berpakaian hitam yang pada membawa
obor yang diangkat tinggi-tinggi. Karena tidak ada jalan
lain, ia terpaksa lari naik terus. Sembari lari ia masih
mengambil kesempatan memegang hidung si nona.
Untuk kagetnya, ia merasakan orang tidak bernapas.
"Yong-jie, Yong-jie!" ia memanggil, hatinya cemas.
Tapi ia tidak memperoleh jawaban, hingga ia menjadi
bertambah khawatir, hingga ia menjadi bingung,
mendengar teriakan-teriakan riuh di belakangnya, ayal
sedikit, pengejar-pengejarnya itu telah mendatangi
dekat. Di antara mereka itu ada Khiu Cian Jin. Hanya
jumlah mereka ini tinggal belasan. Tetapi itu
menandakan kawanan pengejar itu lihay semua.
Sebab siapa tidak pandai ilmu enteng tubuh dan
larinya tak keras, dia ketinggalan jauh di belakang.
"Jikalau aku seorang diri, tak sukar untuk aku
nerobos turun dari sini," kata Kwee Ceng di dalam
hatinya. "Sekarang aku lagi membawa-bawa Yong-jie
yang lagi terluka parah ini…."
Di dalam keadaan mogok seperti itu, tidak ada
pilihan lagi untuk pemuda ini. Dengan terpaksa ia lari
naik terus. Ia sekarang tidak lagi memilih jalanan, ia
hanya lari dan berlompat lempang langsung ke atas, ia
berpegangan, melapai dengan sebelah tangan. Untung
untuknya, selama di gurun pasir, ia telah melatih diri
dalam hal mendaki gunung. Karena ia pun naik
lempang, maka tidak lama, dapat ia meninggalkan pula
kawanan pengejarnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kembali Kwee Ceng memeriksa Oey Yong. Ia
meraba si nona. Sekarang ia merasakan hawa sedikit
hangat. Ini membuat hatinya sedikit lega. Hanya tempo
dipanggil beberapa kali, nona itu tetap tidak
memberikan penyahutan, tetap ia tak mendusin.
Kemudian Kwee Ceng dongak, memandang ke
atas. Maka ia melihat, puncak sudah dekat. Ia lantas
menggunakan pikirannya. Ia percaya sekarang ini ia
sudah di kurung di sekitar puncak itu, jadi perlu sekali
ia suatu tempat untuk menempatkan diri, untuk
beristirahat. Terutama perlu sekali Oey Yong dibikin
sadar. Ia lantas melihat ke kiri kanannya. Di sebelah
kiri, sejarak duapuluh tembok lebih, ia melihat samarsamar
seperti gua. Tanpa sangsi lagi, ia lari naik ke
atas. Ia benar-benar mendapati sebuah gua. Tanpa jeri
sedikit juga, ia berlari masuk ke dalam situ. Segera ia
meletaki tubuh si nona, dengan lantas ia menekan
jalan darah leng-tay-hiat di punggung si nona, guna
membantu jalan pernapasannya.
Di sekitar puncak itu terdengar riuh suara orangorang
Tiat Ciang pang, yang rupanya mencari terus.
Kwee Ceng tidak menghiraukan mereka itu, ia tetap
menolong Oey Yong. Itulah usaha paling utama
untuknya.
Selang lamanya sepeminuman teh, mendadak Oey
Yong mengasih dengar seruan perlahan. Ia sadar.
Bahkan segera ia berkata: "Aduh….dadaku sakit…."
Suaranya itu perlahan sekali.
Tapi Kwee Ceng girang luar biasa.
"Yong-jie, jangan takut," ia berkata, menghibur.
"Aku ada bersama kau. Kau beristirahatlah dulu." Ia
terus bertindak ke mulut gua, di situ ia berdiri tegak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua tangannya disilangkan di depan dadanya,
bersiap untuk mengadu jiwa.
Setelah berada di mulut gua itu, hingga ia dapat
melihat luas ke sekitarnya, hati pemuda ini gentar juga.
Di pinggang gunung ia seperti menyaksikan tembok
obor. Teranglah orang-orangnya Khiu Cian Jin sudah
kumpul semua. Sejarak satu lie dari dia, ia melihat
orang-orang yang nampak rada tedas, di paling depan
berdiri satu orang yang bukan lain daripada Khiu Cian
Jin. Orang banyak itu bergusar dan mencaci tidak
hentinya, tetapi tubuh mereka tidak bergerak, mereka
bagaikan dipantek paku, tidak ada seorang jua
diantaranya yang bertindak maju sekalipun satu tindak.
Untuk sementara, Kwee Ceng mengawasi mereka
itu. Ia tidak dapat menerka maksud mereka. Oleh
karena tidak ada ancaman bahaya langsung, ia
kembali ke dalam untuk melihat Oey Yong. Disaat ia
membungkuk, mendadak ia mendengar suara apa-apa
di belakangnya. Ia membungkuk dengan membaliki
belakang kepada bagian dalam dari gua itu. Ia
memutar tubuh dengan segera, kedua tangannya siap
sedia, kedua matanya dipentang lebar. Tapi melihat
tempat gelap, ia tidak nampak suatu apa. Entah
berapa dalamnya gua itu.
"Siapa?!" anak muda ini menegur. "Lekas keluar!"
Dari dalam gua itu terdengar suara terbalik, ialah
kumandangnya sendiri. Karena ia berdiam, ia
memasang mata dan kuping, tetap waspada.
Sebentar kemudian, dari dalam situ terdengar suara
batuk-batuk perlahan, lalu itu disusul sama tertawa
yang nyaring, yang membuatnya orang mau tidak mau
bangun bulu romanya. Itulah suaranya Khiu Cian Jin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan sebat Kwee Ceng menyalakan api hweecip.
Maka segeralah terlihat dari pedalaman gua itu
bertindak mendatangnya satu orang yang tangannya
memegang kipas daun, kumis jenggotnya telah putih
semua, karena dialah Tiat Ciang Sui-siang-paiuw Khiu
Cian Jin. Maka kagetnya pemuda itu tak terkira-kira.
Bukankah orang itu barusan ada di sebelah bawah,
lagi mencaci kalang kabutan bersama orangorangnya?
Kenapa adalam sekejap saja dia sudah
berada di atas, di dalam gua ini?
Khiu Cian Jin lantas tertawa.
"Haha-haha bocah-bocah!" katanya. "Kamu benarbenar
tidak takut mampus! Benar-benar kamu datang
mencari kakekmu! Bagus, sangat bagus!" Habis itu,
mendadak dari tersenyum berseri-seri, ia
memperlihatkan roman bengis. Ia pun membentak:
"Inilah daerah terlarang dari Tiat Ciang Pang! Siapa
masuk ke mari, dia mesti mati, dia tak dapat hidup
pula! Oh, bocah-bocah, benar-benar kamu sudah
bosan hidup!"
Kwee Cengb berpikir keras untuk dapat menangkap
maksud orang yang sebenarnya, atau Oey Yong telah
mendahului padanya. Si nona membaliki kepada orang
tua itu: "Jikalau tempat ini tempat terlarang, kenapa
kau masuk ke mari?"
Khiu Cian Jin menyeringai. Terang ia likat. Hanya
sebentar, lantas ia berkata: "Siapa mempunyai ketika
senggang akan adu bicara dengan kamu, bocahbocah!"
Lantas dia bertindak cepat, untuk nerobos
keluar.
Kwee Ceng melihat sikap orang, ia khawatir Khiu
Cian Jin nanti membokong Oey Yong. Maka ia pikir,
baiklah ia turun tangan terlebih dulu atau nanti orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendahului mereka. Maka ia berlompat maju, kedua
tangannya dikasih turun dengan berbareng ke pundak
jago tua itu. Ia menduga orang bakal membalik tubuh,
untuk menangkis, maka ia sudah bersedia akan
meneruskan dengan sikutnya ke arah dada. Itulah ilmu
silat ajarannya Biauw Ciu Sie-seng Cu Cong si
Mahasiswa Tangan Lihay, Manusia Aneh kedua dari
Kanglam. Serangan ke pundak hanya ancaman, yang
benar ialah sikut ke dada.
Benarlah dugaan Kwee Ceng, Khiu Cian Jin
menangkis. Hanya ia merasa heran. Tangkisannya
orang tua ini lunak, tak sehebat tadi waktu mereka
bentrok tangan. Tapi ia berpikir cepat. Dengan lantas
ia mengubah serangannya, ialah ia membatalkan
sikutnya, ia berbalik menyambar kedua tangan orang,
yang ia terus cekuk!
Khiu Cian Jin kaget, dia bentrok, tetapi sia-sia saja,
dia tidak dapat meloloskan tangannya itu. Maka
teranglah sudah, ilmu silatnya masih sangat rendah!
Sekarang Kwee Ceng tidak bersangsi pula. Ia
lantas membuat main kedua tangannya. Mulanya ia
menolak, lalu ia menarik. Tepat tubuh orang maju ke
depannya, ia menyambuti dada orang dengan totokan
di jalan darah im-touw-hiat. Maka sedetik itu juga,
lemaslah tubuhnya Khiu Cian Jin, lantas saja dia roboh
di tanah, tak dapat dia berkutik lagi, cuma dari
mulutnya segera terdengar suaranya yang lunak: "Ah,
tuan cilikku, disaat seperti ini, mengapa kau justru
bergurau denganku..?"
Justru itu suara di luar terdengar semakin nyata.
Teranglah bahwa orang-orang Tiat Ciang Pang sudah
mendatangi semakin dekat. Rupanya mereka itu dapat
mendaki sedikit demi sedikit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang ini kau baik-baiklah mengantarkan kami
turun gunung!" berkata Kwee Ceng kepada orang
tawanannya itu. Ia berbicara perlahan tetapi bernada
mengancam.
Khiu Cian Jin mengerutkan alis dan menggeleng
kepala.
"Jiwaku sendiri terancam bahaya, mana dapat aku
mengantarkan kau turun gunung?" katanya.
"Kau menyuruh semua murid dan cucu muridmu itu
membuka jalan," berkata Kwee Ceng, tetap sabar,
"Nanti sesampainya di kaki gunung, aku akan
membeaskan kau dari totokanku ini."
Orang tua itu mengerutkan alisnya pula.
"Oh, tuan kecilku," katanya, suaranya tetap suara
tak berdaya, "Kenapa kau masih terus mendesak aku?
Pergi ke mulut gua, kau melihat keluar, nanti kau
mengerti sendiri…."
Kwee Ceng memang heran. Ia lantas bertindak ke
mulut gua. Begitu ia melihat ke bawah, ia berdiri
menjublak. Di sana ia melihat Khiu Cian Jin, dengan
mengibas-ibas kipas daunnya, masih saja mencaci
dan mendamprat seraya membanting-banting kaki,
sebab rupanya ia sangat mendongkol yang dia tidak
dapat segera naik ke puncak, ke gua itu. Ia segera
menoleh ke belakang. Di belakang itu ia melihat Khiu
Cian Jin tetap lagi rebah tak berkutik!
"Kau…kau…" katanya, heran sangat. "Kenapa
kamu ada dua…?"
"Ah, engko tolol, apakah kau masih tidak mengerti?"
berkata Oey Yong perlahan. "Memang benar ada dua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Khiu Cian Jin! Khiu Cian Jin yang satu lihay ilmu
silatnya, Khiu Cian Jin yang lain si tukang mengepul!
Mereka itu terlahir sama rupa sama macamnya!"
Baru sekarang si pemuda mendusin. Tapi ia masih
menanya Khiu Cian Jin di hadapannya itu:
"Benarkah?"
"Si nona benar," katanya. "Katalah dua saudara
kembar dan aku si kakak."
"Habis siapa Khiu Cian Jin yang sebenarnya?"
"Nama tak sama, apakah artinya itu?" kata Khiu
Cian Jin, si tukang mengepul ini. "Aku dipanggil Khui
Cian Jin, dia juga dipanggil Khiu Cian Jin…Kami dua
saudara akur sama lain, kami berdua semenjak masih
kecil telah memakai satu nama…."
"Lekas bilang, siapa yang sebenarnya Khiu Cian
Jin?!" Kwee Ceng masih mendesak. Ia agak mulai
habis sabar.
"Buat apa ditegaskan pula?" berkata Oey Yong.
"Tentulah ini yang palsu!"
"Hm!" Kwee Ceng mengasih dengar suara bengis.
"Eh, tua bangka, siapa namamu yang sebenarnya?!"
Khiu Cian Jin terdesak, ia rupanya takut juga. Maka
ia menyahuti: "Aku samar-samar ingat ayahku
almarhum pernah memberikan nama lain padaku yaitu
Cian Lie. Karena nama itu aku dengarnya tak sedap,
aku tidak pakai…"
"Jadilah kau Khiu Cian Lie!" bentak Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beda dari sikapnya tadi, sekarang Khiu Cian Lie
tidak lagi menunjukkan roman likat atau takut, dengan
lantang ia berkata: "Orang suka sebut apa, ia
menyebut apa, apakah kau berhak mencampurinya?"
Kwee Ceng tidak menggubris sikap orang ini. Ia
menanya: "Kenapa mereka itu mencaci kalangkabutan?
Kenapa mereka tidak naik terus ke mari?"
"Tanpa titahku, siapa berani naik ke mari?"
menjawab Khiu Cian Lie, jumawa.
Kwee Ceng ragu-ragu.
"Engko Ceng," berkata Oey Yong. "Jikalau tidak
dikasih rasa yang enak, ini bangsat tua yang sangat
licin tidak nanti mau mengudal isi perutnya! Kau coba
totok jalan darahnya thian-kiu-hiat!"
Kwee Ceng menurut, ia dekati orang tua dan
menotok.
Jalan darah thian-kiu-hiat itu letaknya di bawah
tenggorakan, di atasan satu dim dari jalan darah soankie-
hiat, itulah cabang im-wie dari delapan jalan nadi.
Begitu lekas ia ditotok, begitu lekas juga Khiu Cian Lie
menjadi tidak karuan rasanya, ia merasakan sakit
seperti digigit ribuan semut dan gatalnya bukan main.
Maka juga ia menjerit mengaduh-aduh dan
mengatakannya: "Apakah ini bukan siksaan hidup!
Bukankah ini perbuatan sangat melanggar
perikemanusiaan…?"
"Lekas menjawab aku!" kata Kwee Ceng. "Akan aku
membebaskan padamu!"
Kalah juga orang tua bandel ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah," katanya kemudian sambil menahan
siksaan, "Kakekmu tidak sanggup melayani kamu
kedua bocah… Nah, kamu dengarlah…!"
Beginilah keterangannya si tukang mengepul.
Khiu Cian Lie dan Khiu Cian Jin benar bersaudara
kembar, dan semenjak masih kecil, sifat dan roman
mereka tak ada bedanya. Pada waktu Khiu Cian Jin
berumur tigabelas tahun, secara kebetulan dia dapat
menolongi pangcu atau ketua dari Tiat Ciang Pang.
Pangcu itu mau membalas budi, maka ia mewariskan
kepandaiannya kepada penolongnya itu. Cian Jin luar
biasa, dalam umur duapuluh empat tahun, ia telah
pandai segala apa bahkan melebihkan gurunya. Ketika
pangcu itu tutup mata, dia mewariskan Tiat Ciang
Pang kepada murid yang berbareng menjadi tuan
penolongnya ini. Khiu Cian Jin gagah dan pintar, di
bawah pimpinannya, partainya itu memperoleh
kemajuan, kemudian namanya, terutama gelarannya -
Tiat Ciang Sui-siang-piauw, si Tangan Besi
Mengambang di Air - menjadi sangat kesohor sesudah
ia menindas rombongan dari Heng San Pay. Khiu Cian
Jin memahamkan Go Tok Sin Ciang Sin-kang, yaitu
ilmu tangan besi yang beracun, tetapi dia tidak turut
dalam pertemuan besar yang pertama di Hoa San,
karena itu waktu ia belum menyakinkannya sempurna
ilmunya, ia jeri terhadap Ong Tiong Yang, maka ia
mengambil putusan untuk melatih terus, guna nanti
turut dalam pertemuan yang kedua kali. Ia sangat ingin
menjadi "Boe Kong Thian Hee Tee It", ialah jago
nomor satu di kolong langit ini.
Sementara itu, setelah usianya meningkat, sifat
Khiu Cian Lie menjadi semakin lihay dalam ilmu
mengepul, dia sangat doyan ngebrahol dan mendusta,
gemar sekali ia menipu orang, dan karena roman
mereka sama, dia pun dapat membawa aksi jago
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan baik, sedang kalau mogok dia menggunakan
kelicinannya seperti dua kali dia menggunakan akal
mencoba menjual Oey Yong beramai. Peranannya ini
membuat Oey Yong dan Kwee Ceng menampak
kesulitan, sampai di Kun San pemuda she Kwee ini
mendapat perlawanan hebat, sedang Oey Yong baru
saja merasai tangan lihay dari Khiu Cian Jin yang
tulen.
Puncak tengah dari gunung Tiat Ciang San ini
dinamakan Tiong Cie Hong, artinya puncak Jari
Tengah. Inilah tempat menyimpan tulang belulang dari
semua ketua Tiat Ciang Pang. Kalau satu pangcu
merasa umurnya bakal sampai, maka ia naik seorang
diri ke atas puncak, untuk menanti penghembusan
napasnya yang terakhir. Pula ada satu aturan yang
sangat keras dan mesti ditaati dalam Tiat Ciang Pang
itu. Ialah, siapa juga dilarang mendaki dan memasuki
puncak Tiong Cie Hong bagian tekukan yang kedua
atau tee-jie-ciat, dan siapa melanggar itu, dia tidak
dapat turun lagi dengan masih hidup. Umpama kata
terjadi pangcu mati dilain tempat, mayatnya mesti
dibawa oleh salah satu muridnya naik ke puncak itu,
habis itu murid ini mesti membunuh diri di atas puncak.
Kebinasaan ini oleh si murid yang bersangkutan
dipandang suatu kehormatan paling besar.
Kwee Ceng telah heran kalau pihak Tiat Ciang
Pang menjadi sangat gusar hingga mereka mencaci
kalang kabutan.
Kenapa Khiu Cian Lie berani mendaki puncak itu?
Ini pun ada sebabnya. Dan sebab itu begini: "Di dalam
rumah atau gua batu itu, ada tersimpan banyak barang
berharga, atau mustika. Sebab setiap satu pangcu
yang mau mati, dia tentu naik dengan membawa satu
atau lebih barang berharga, umpama golok atau
pedang mustika, atau barang kuno atau barang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
permata mulia. Setelah pelbagai pangcu, maka
dianggap di situ telah di situ telah banyak disimpan
benda berharga itu. Khiu Cian Lie bersusah hati
karena selama beberapa bulan belakangan ini ia gagal
dengan aksi membualnya, ia tahu itu semua
disebabkan ia tidak punya guna. Maka ia memikir,
kalau ia mempunyai senjata mustika, pedang atau
golok, tentulah ia bisa perbaiki kehormatannya yang
telah ternoda itu. Hatinya jadi semakin terdesak kapan
ia ingat segera juga ia bakal menghadapi Kwee Ceng
dan Oey Yong, maka disaat terdesak itu, dengan matimatian
dan dengan diam-diam ia naik ke puncak,
untuk mencuri salah satu senjata. Apa lacur, ia justru
kepergok Kwee Ceng dan Oey Yong sekali dan ia
dirobohkan tanpa berdaya.
Mendengar keterangan itu, Kwee Ceng berpikir,
"Tempat ini tempat keramat, pasti musuh tidak bakal
akan naik ke atas. Tetapi juga tidak ada bakal jalannya
untuk turun, cara bagaimana aku bisa lolos dari sini?"
Selagi ia berpikir keras itu, Kwee Ceng mendengar
suara kawannya: "Engko Ceng, coba kau masuk ke
dalam dan melihatnya."
"Tapi marilah aku periksa dulu lukamu," berkata si
pemuda. Ia lantas mencari cabang kering, untuk
membikin obor, sesudah mana ia buka baju si nona,
guna melihat lukanya. Di kedua pundak yang putih dan
halus ada tapak dari lima jari tangan, tapak yang
hitam. Luka itu bukannya enteng, maka syukur, si nona
terlindung baju lapisnya itu.
Kwee Ceng menjadi bingung. Bagaimana ia dapat
mengobati luka ini? Ia ingat luka gurunya disebabkan
hajaran Kam Mo Kang dari Auwyang Hong. Luka
gurunya itu dan luka Oey Yong ini sama hebatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Gurunya tertolong karena ketangguhan tubuhnya dan
Oey Yong karena baju lapisnya.
Tengah si anak muda ini menjublak, Khiu Cian Lie
menperdengarkan suaranya pula: "Eh, bocah,
omonganmu barusan apa omongan angin busuk
belaka? Kenapa kau tidak lekas-lekas membebaskan
kakekmu dari totokanmu?"
Kwee Ceng tidak dengar itu. Ia masih berdiam saja.
Adalah Oey Yong yang mendengarnya.
"Eh, engko tolol, kenapa kau nampaknya gelisah?"
berkata si nona tertawa. "Kau bebaskanlah tua bangka
itu!"
Baru sekarang Kwee Ceng mendusin. Ia menotok
orang tua itu di jalan darah thian-kut-hiat, dengan
begitu, lenyaplah rasa gatalnya Khiu Cian Lie, tetapi
karena jalan darah im-touw-hiat masih tertutup, ia tetap
rebah di tanah.
Kwee Ceng meninggalkan orang tua ini. Ia pergi
mencari cabang cenara yang panjang dua kaki, yang
ia nyalakan sebagai obor, sembari memegangi itu, ia
kata kepada Oey Yong: "Yong-jie, aku mau masuk ke
dalam untuk melihat-lihat. Kau takut atau tidak?"
Oey Yong tengah merasakan panas dingin
bergantian, hebat penderitaannya ini, tetapi karena
khawatir Kwee Ceng nanti berduka untuknya, ia
menahan diri.
"Di sini ada si tua bangka menemai aku, aku takut
apa?" katanya, tertawa. "Kau pergilah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan lantas Kwee Ceng bertindak pergi. Ia
berlaku hati-hati. Sesudah jalan melewati dua
tikungan, ia tiba di depan mulut gua yang besar. Jadi di
dalam gua itu ada sebuah guanya lagi. Bahkan gua ini
lebih luas lima lipat daripada yang di luar. Kalau yang
di luar tadi ada bekas-bekasnya di gali, gua ini wajar.
Di dalam situ ada terdapat duapuluh lebih rangka
tulang-belulang, dengan pelbagai sikapnya juga, ada
yang duduk, ada yang rebah atau tidur. Di sisi setiap
rangka itu ada terletak senjata seperti golok, senjata
rahasia, perabaot bersantap, juga rupa-rupa barang
permata. Kwee Ceng mengawasi itu semua. Jadi
benar keterangannya Khiu Cian Lie tadi. Ia kata dalam
hatinya, "Beberapa puluh pangcu ini, dulu harinya
semua gagah perkasa, tapi sekarang semua tinggal
tulang-belulangnya, semua tinggal di sini dalam
kesunyian…."
Pemuda ini bukan seorang loba, melihat semua
senjata dan permata itu, tidak pernah timbul
keserakahannya, ia tidak menghiraukan itu, ia hanya
memikirkan Oey Yong. Sesudah melihat-lihat sekian
lama, ia memikir untuk keluar lagi. Atau mendadak ia
melihat rangka yang terakhir, di tangan siapa masih
tercekal sebuah kotak besi yang nampaknya ada
suratnya. Ia lantas menghampirkan, ia menyuluhi
dengan obornya.
"Rahasia memukul pecah bangsa Kim," demikian ia
membaca surat itu, yang diukir di tutup kotak atau peti
besi kecil itu. Maka tercekatlah hatinya. Segera ia
ingat. "Bukankah ini surat wasiatnya Gak Bu Bok?"
Maka ia mengulurkan tangannya, mengambil kotak itu.
Begitu menyentuh, dengan bersuara, tangan itu
menyambar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng kaget sekali, syukur ia keburu lompat
mundur.
Gagal menyambar, tangan itu jatuh ke tanah,
berkumpul menjadi satu.
Dengan membawa kotak itu, Kwee Ceng lari keluar.
Ia segera nancap obornya di tanah, ia lantas
memondong Oey Yong, untuk dikasih bangun, setelah
mana, di depan si nona ia membuka tutupnya kotak.
"Aku menemui ini," ia memberitahukan.
Isi peti besi itu ada dua jilid buku tulisan tangan,
satu tebal, yang lain tipis.
Kwee Ceng mengambil lebih dulu yang tebal. Nyata
isinya itu ada salinan Han See Tiong atas pelbagai
laporan atau usulnya Gak Hui yang dihanturkan
kepada rajanya, ada syair dan lainnya buah kalam
jenderal gagah perkasa dan setia itu, bunyinya pun
penuh dengan penguraian kesetiaan dan semangat
kegagahan. Maka ia menjadi sangat kagum, hingga ia
menghela napas. Yang paling menawan hati ialah Gak
Hui tidak pernah melupakan rakyat.
Oey Yong pun kagum sekali.
"Nah, coba periksa buku yang satunya," kemudian
Oey Yong minta.
Kwee Ceng menurut, ketika ia melihatnya, lantas ia
menjadi sangat girang.
"Ini dia ilmu perang yang ditulis sendiri oleh Gak Bu
Bok!" katanya berseru. "Dan inilah buku yang Wanyen
Lieh si bangsat senantiasa ingat sekalipun di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mimpinya! Sungguh Thian murah, kitab ini tidak
sampai jatuh di dalam tangannya jahanam itu…"
Ketika anak muda ini membuka halaman yang
pertama, ia lantas membaca delapanbelas huruf besar,
yang artinya: "Mengutamakan pemilihan - Rajin
berlatih - Adil dalam persenan dan hukuman - Jelas
dengan perintah - Keras dengan tata tertib - Bersamasama
senang dan susah" Jadi inilah pokok untuk
memilih punggawa atau serdadu, untuk mendidik dan
mengatur tentara.
Selagi Kwee Ceng hendak membalik lainnya, tibatiba
ia mendengar berhentinya cacian orang-orang Tiat
Ciang Pang, yang tadinya terdengar sekarang
hanyalah suara angin.
Berdua Oey Yong dan si anak muda memasang
kuping. Mereka heran bukan main.
Tidak antara lama barulah terdengar suara lainnya.
Itulah suara seperti sa-sus atau sar-ser, perlahan
tetapi berisik ramai. Ketika Khiu Cian Lie mendengar
itu, ia lantas mengeluh berulang-ulang, dengan suara
sedih, ia berkata: "Bocah-bocah, hari ini jiwa kakekmu
dihabiskan di tangan kamu…"
Kwee Ceng tidak meladeni orang tua itu, ia lompat
keluar, tiba di mulut gua, setelah melihat ke bawah, ia
menjadi kaget sekali. Mulanya ia tercengang. Baru
sekarang ia mengerti bunyi suara yang luar biasa itu.
Di antara sinar rembulan terlihat ribuan atau puluhan
ribu ular berbisa lagi merayap naik ke atas puncak,
semua sambil mengangkat kepala dan mengulur,
mengulat-uletkan lidahnya!
"Mereka tidak berani memasuki tempat keramat ini,
sekarang mereka menyerang dengan ular," kata Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng dalam hatinya. Tidak ayal lagi, ia lari ke dalam
untuk memodong Oey Yong.
Khiu Cian Lie melihat perbuatan si anak muda,
lantas ia mementang bacotnya mencaci.
Kwee Ceng tidak mau melayani tukang membual
itu, hanya ketika ia lewat di sampingnya, ia mendupak
pinggang orang dua kali. Dengan itu ia membebaskan
totokan di jalan darah im-touw-hiat. Habis itu, dengan
membawa kotak besinya, ia merayap naik ke atas
puncak sekali.
Gua itu berada di tekukan yang kedua, untuk tiba di
puncak tertinggi, jaraknya masih lagi beberapa puluh
tombak. Kwee Ceng tidak menghiraukan itu, ia
membesarkan hatinya, ia mengerahkan tenaganya, ia
mengeluarkan kepandaiannya marayap naik. Ketika
akhirnya ia tiba di atas, tempo ia melongok ke bawah,
ia mendapatkan rombongan ular itu telah masuk ke
dalam gua. Ia tidak memikirkan lagi Khiu Cian Lie,
yang ia percaya, sebagai orang Tiat Ciang Pang, tentu
tahu ilmu untuk mengusir atau membinasakan ular.
Begitu lekas ia sudah merebahkan Oey Yong, Kwee
Ceng lantas berpikir keras. Ia memikirkan dengan cara
bagaimana ia dapat menolong nona itu dari makhluk
marayap yang jahat itu. Ia sendiri tidak takut. Ia sudah
makan darah ular dan ular takut kepadanya.
"Kau nyalakan api dulu," berkata Oey Yong, yang
dapat menerka kesulitannya si anak muda. "Bikinlah
api itu mengurung mengelilingi kita."
"Ah, benar tolol!" berseru Kwee Ceng. "Kenapa aku
tidak dapat memikirkan itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia lantas mengumpulkan cabang kering, ia
menumpuk itu mengelilingi Oey Yong dan dirinya. Ia
bekerja cepat. Lantas ia menyulut api di kedua tempat,
di sama tengah, agar api itu memakan masing-masing
kedua jurusan. Selama itu tidak terdengar apa-apa.
Maka tak terkira kagetnya waktu tahu-tahu sejumlah
ular, yang menjadi seperti pelopor sudah muncul di
depan mereka. Dalam kagetnya ia mengeluh, tetapi ia
tidak menjadi menjublak karenanya. Dengan sebat ia
sambar Oey Yong untuk dipanggul.
Oey Yong terkejut melihat ular muncul begitu
banyak, tetapi yang hebat untuknya ialah baunya yang
amis sekali, hingga ia lantas merasa mual, hampir ia
muntah-muntah. Dengan lantas ia menutup rapat
kedua matanya. Itu waktu, ia merasakan sakit di
dadanya. Inilah sebab Kwee Ceng berlompatan ke
sana ke mari sambil mulutnya tak hentinya berseru
menggebah ular itu. Lama-lama, ia menjadi pusing, ia
seperti luka akan diri sendiri. Ia baru sadar ketika
hidungnya dapat mencium bau harum. Maka ia lekas
membuka pula matanya. Segera ia melihat
berkelebatnya satu sinar merah. Untuknya girangnya,
ia mengenali hiat-niauw, burung apinya, yang terbang
datang dari arah timur.
Tadi burung itu terbang karena ia lantas mencium
bau ular, maka ia pergi untuk memuasi nafsu
daharnya, sekarang ia melihat cahaya api, dia terbang
dengan niatan mandi, maka tepat sekali datangnya itu
selagi majikannya terancam bahaya.
Mendapatkan datangnya burung itu, semua ular
lantas berdiam, tidak ada yang berani berkutik, maka
beberapa diantaranya lantas dipatuk dan dimakan.
Habis itu, burung itu terus mandi api, akan
kesudahannya terbang menclok di pundak si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua-dua Oey Yong dan Kwee Ceng menjadi girang
sekali.
"Sekarang kita tidak takuti ular!" berkata si anak
muda gembira. "Sekarang kita mesti mencari jalan
untuk lolos dari puncak ini, bagaimana?"
Oey Yong terus berpikir. Nyata ia lantas mendapat
jalan.
"Hiat-niauw bisa naik ke mari, kalau dia dapat
kenapa rajawali kita tidak?" demikian katanya. "Gak Bu
Bok bernama Hui, aliasnya yaitu Peng Kie, maka kalau
sekarang kita memakai Tiauw Kie, mustahil tidak
dapat. Bukankah itu bagus?"
Kwee Ceng tidak mengerti.
"Apa itu Tiauw Kie?" ia menanya.
Nama Hui dari Gak Bu Bok berarti "terbang", dan
aliasnya itu, Peng Kie, berarti "garuda angkat". Oey
Yong menyebutnya "Tiauw Kie" itu berarti "rajawali
angkat". Si anak muda memikirkan itu, di dalam waktu
pendek, ia tidak menangkap maksudnya si nona.
Oey Yong tengah merasakan sakit tetapi ia
menahan itu, ia menyahuti: "Kita suruh rajawali kita
membawa kita terbang pergi dari sini….!"
Kwee Ceng berjingkrak.
"Benar!" ia berseru. "Itu pun bagus! Nanti aku
panggil si rajawali!"
Tidak ayal lagi pemuda ini duduk bersila, untuk
bersemadhi, guna mengumpulkan tenaga dalamnya,
kemudian baru ia mengasih dengar siulannya yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras dan panjang, yang mengalun jauh. Inilah ilmu
semadhi yang dulu hari ma Giok mengajarkan
kepadanya. Setelah memahamkan Kiu Im Cin-keng, ia
memperoleh kemajuan yang luar biasa. Jarak di antara
puncak dan kaki gunung ada beberapa lie, tetapi
begitu siulan mendengung, burung mereka dapat
mendengarnya, kedua burung itu lantas terbang
mencari mereka. Maka di lain saat, berkumpullah
mereka, burung dan manusia - kedua burung itu berdiri
di depan si muda-mudi.
Kwee Ceng membantu Oey Yong membuka baju
lapisnya, terus ia membantu si nona mendekam di
punggungnya rajawali yang betina. Karena khawatir
nona itu memegang kurang keras, ia pun mengikatnya.
Sesudah beres, baru ia mendekam di punggung
rajawali yang jantan. Akhirnya, ia mengasih dengar
siulannya.
Kedua burung itu mengerti orang, keduanya lantas
membuka sayapnya masing-masing untuk terbang.
Mulanya hatinya pemuda dan pemudi itu kebatkebit,
tapi tak lama, mereka menjadi tabah. Mereka
dapat mendekam dengan tenang di punggung
burungnya itu. Bahkan si nona yang tetap bersifat
kekanak-kanakan, lupa pada sakitnya. Ia ingin
mempertontonkan diri di depan Khiu Cian Lie si tua
bangka, maka ia mengutik leher burungnya, menyuruh
si burung terbang ke arah gua.
Burung itu mengerti, benar-benar ia terbang ke
muka gua. Di sana terlihat si tukang membual lagi
rebot menggebah ular. Dia pun lantas melihat burung
membawa orang terbang dan mengenali si nona. Ia
kaget, ia heran, ia menjadi sangat kagum. Ia lantas
memanggil: " Nona yang baik, kau bawalah juga aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pergi! Kalau adikku melihat aku, maka aku si tua
bangka tidak bakal dapat hidup lebih lama pula…!"
Bab 60. Wanita dari Rawa Lumpur Hitam
Oey Yong mendengar permintaan itu, ia tertawa.
"Burungku ini tidak dapat menggendong dua orang!"
ia riang gembira. "Kamu bersaudara kandung, kau
baiklah minta ampun pada saudaramu itu!" Dan ia
menepuk burungnya, menyuruhnya si burung terbang
terus.
Melihat orang hendak pergi, timbullah hati jahat si
orang tua.
"Nona yang baik," ia berseru, "Kau lihatlah
permainanku ini, menarik hati atau tidak?"
Oey Yong tertarik, ia memutar balik burungnya
untuk datang mendekati.
Khiu Cian Lie menanti sampai orang telah datang
cukup dekat, mendadak ia berlompat menubruk,
memegang erat-erat pada si nona, hingga di lain saat,
mereka telah berada bersama di punggung rajawali itu.
Ia tidak memperdulikan nona itu kaget.
Orang tua itu menjadi nekat. Ketika ular masuk ke
dalam gua, ia mengusirnya. Untuk itu, ia pergi sampai
di luar gua. Di sini ia dapat dilihat oleh orang-orang
Tiat Ciang Pang. Itu berarti keputusan mati untuknya.
Ia telah memasuki tempat keramat dan terlarang.
Jangan kata ia, sekalipun pangcu sendiri, apabila
tanpa sebab dia masuk ke situ, dia bagian mati. Maka
itu, ingin ia dapat lolos.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Burung rajawali betina itu benar-benar tidak kuat
membawa dua orang. Dia terbang tetapi dia bukan
maju jauh, dia turun ke bawah, cuma dengan
menggeraki kedua sayapnya dengan sepenuhnya
tenaga, baru ia dapat memperlambat turunnya itu. Dia
tetap turun…………
Khiu Cian Lie memegang erat-erat kepada Oey
Yong. Syukur dia ini diikat tubuhnya, kalau tidak
tentulah telah terlepas pegangannya pada burungnya
itu.
Burung betina itu mengasih dengar suaranya
berulang-ulang. Yang jantan mendengar itu, dia
hendak menolongi, tetapi bagaimana?
Orang-orang Tiat Ciang Pang lantas dapat melihat
peristiwa luar biasa itu. Mereka heran dan kaget,
semua mengawasi dengan mata terbuka dan mulut
menganga, tidak ada yang bersuara.
Disaat Oey Yong terancam bahaya itu, tiba-tiba satu
sinar merah berkelebat di dekatnya. Itulah hiat-niauw,
si burung api, yang menyambar dari belakang gunung.
Sebab tadi ia terbang mengikuti majikannya. Dan
burung ini menyambar matanya Khiu Cian Lie.
Dalam keadaannya itu, orang she Khiu itu tidak
dapat membela diri. Ia juga tidak menyangka sama
sekali sang burung bakal menghajar matanya. Ia kaget
dan kesakitan, lupa kepada pegagannya kepada tubuh
Oey Yong, ia mengucak matanya. Tepat ia mengucak
matanya, tepat terlepas pegangannya, maka sia-sialah
segala dayanya pula, tubuhnya lantas terpelanting
jatuh. Maka dilain saat terdengarlah suara hebat dan
menyayatkan hati datangnya dari lembah. Di lain saat,
burung rajawali telah dapat terbang pula seperti biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersama nona majikannya itu, mendekati burung yang
jantan, untuk terbang berendeng.
Selagi mendekati kaki gunung, Kwee Ceng
mengasih dengar siulannya yang nyaring, untuk
memanggil kudanya. Ia sekarang berlega hati, sedang
tadi ia kagetnya bukan main, takutnya tak terkira,
sebab ia tak berdaya untuk menolongi kekasihnya.
Oey Yong sendiri tidak kurang takutnya, hingga ia
menyesal yang dirinya kena diperdayakan orang tua
yang sudah nekat itu.
Kuda merah itu mendengar panggilannya, dia lari
mengikuti, di darat, burung di udara.
Kwee Ceng merasa ia sudah terbang kira-kira
tujuhpuluh lie, lantas ia memberi tanda kepada
burungnya berdua untuk berhenti terbang, untuk turun
ke tanah. Ia berkhawatir untuk Oey Yong, yang diam
mendekam saja di punggung burungnya itu. Ketika ia
memeriksa, benarlah si nona pingsan. Maka lekaslekas
ia menguruti, untuk membikin darahnya jalan
seperti biasa.
Selang sekian lama, barulah si nona mendusin.
Ketika itu awan gelap, hingga si putri malam kena
ketutupan. Kwee Ceng bingung juga. Sambil memeluki
Oey Yong, ia memandang ke sekelilingnya. Ia berada
di tengah tegalan, yang gelap.
Di situ terlihat tempat untuk memernahkan diri.
Karena terpaksa, kemudian ia berjalan juga. Dia
menerjang rumput yang tinggi sebatas dengkul. Sudah
begitu, saban-saban duri pohon menusuk betisnya. Ia
merasa sakit tetapi tak ia menghiraukannya. Ia jalan
terus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Secara begini, ia jalan perlahan sekali. Jagat gelap,
jalanan tak kelihatan. Itulah hebat. Hatinya
berdebaran, ia khawatir nanti kejeblos di liang atau
jurang….
Sesudah menderita seperjalanan kira dua lie,
mendadak Kwee Ceng melihat satu bintang besar,
munculnya dari sebelah kiri. Rendah bintang itu,
seperti di ujung langit, cahaya berkelak-kelik. Ia
mengawasi, niatnya untuk mengenali arah tujuan.
Karena ini ia lalu dapat melihat tegas, itulah bukan
bintang hanya api.
"Ada api tentu ada rumah orang," pikirnya. Maka ia
menjadi mendapat hati. Maka ia berjalan terus,
tindakannya lebar menuju ke arah api itu.
Ia telah jalan kira satu lie, lalu ia tiba di sutau
tempat, di mana ada banyak pohon. Sekarang
ternyata, api terlihat dari antara pepohonan. Setelah
masuk ke rimba, jalanannya tak lurus lagi. Jalanan
kecil itu berliku-liku. Mendadak ia kehilangan api itu.
Kwee Ceng tidak putus asa. Ia lompat naik ke atas
sebuah pohon. Dari situ, ia melihat ke bawah. Ia
mendapat kenyataan ia telah melewati api itu, yang
sekarang berada di sebelah belakangnya. Ia turun, ia
menuju balik. Kembali ia kehilangan api itu. Ia menjadi
heran setelah ia mengalami kejadian itu dua tiga kali.
Ia merasakan kepalanya pusing dan matanya seperti
kabur. Terus ia tidak dapat mendekati api itu. Kudanya
serta tiga ekor burungnya, entah ada di mana.
Karena jengkel, Kwee Ceng ingin jalan di atas
pohon saja. Tapi ini sukar dilakukan. Rimba itu gelap
dan ia mesti memodong-mondong Oey Yong. Ia juga
khawatir nanti kejeblok atau si nona kena kelanggar
cabang-cabang pohon, yang dapat melukakannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Untung ia sabar, ia tidak menjadi putus asa. Ia
beristirahat sebentar, lantas ia berjalan pula.
Oey Yong terluka dan tubuhnya lemah, tetapi dasar
cerdik, otaknya berjalan. Ia melihat bagaimana ia
dibawa putar kayun oleh Kwee ceng, dengan perlahanlahan
ia mulai mengerti jalan di dalam rimba itu. Ia
menggunai otaknya, meramkan matanya.
"Engko Ceng," katanya kemudian, "Jalan ke kanan,
ke samping,"
Girang si anak muda mendengar orang dapat
berbicara.
"Ah, Yong-jie, kau baik?" tanyanya.
Nona itu menyahuti tetapi tidak tegas.
Kwee Ceng menurut. Ia maju ke kanan, lalu
nyamping.
Oey Yong mengingat-ingat. Setelah tujuhbelas
tindak, ia berkata pula: "Engko Ceng, jalan ke kiri,
delapan tindak."
Kwee Ceng menurut.
"Sekarang ke kanan lagi, nyamping, tigabelas
tindak."
Kwee Ceng menurut pula.
Kali ini mereka berjalan dengan si anak muda
mengikuti petunjuk dari si nona. Oey Yong sudah
lantas dapat menduga, jalanan bukan jalanan wajar,
hanya buatan manusia. Dia adalah anak gadisnya Oey
Yok Su, dan ia telah mendapatkan separuh lebih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
warisan ayahnya itu mengenai jalan rahasia. Maka
juga, meskipun ia meram, ia seperti bisa melihat tegas
jalanan di dalam rimba itu.
Demikian mereka jalan sana jalan sini, maju dan
mundur. Akhirnya, dengan lekas, mereka menghadapi
api tadi. Kwee Ceng girang hingga ia lantas membuka
tindakan lebar untuk berlari.
"Jangan kesusu!" Oey Yong mencegah.
Tapi Kwee Ceng sudah berlari.
Mendadak anak muda itu berkoak, karena kedua
kakinya sudah menginjak lumpur, bahkan kaki itu
lantas terpendam dalam sebatas dengkul. Syukur ia
lihay, dengan segera ia menggenjot diri dengan
ilmunya ringan tubuh, untuk berlompat mundur. Ketika
ia kembali ke tanah kering, hidungnya mencium bau
lumpur itu. Ia berdiri diam dan mengawasi. Cahaya api
itu membantu kepadanya. Ia menampak ada kabut
putih di depannya itu, di situ ada sebuah rumah
dengan dua ruang. Api keluar dari rumah itu, ialah
rumah atap.
"Kami ada orang pelancongan!" Kwee Ceng lantas
berkata, "Kami pun mendapat sakit berat, maka itu
kami minta tuan rumah sukalah berlaku murah dengan
mengijinkan kami menumpang beristirahat seraya
meminta air hangat."
Di dalam malam yang sunyi itu, suara Kwee Ceng
cukup keras, akan tetapi sampai sekian lama, ia tidak
memperoleh jawaban, dari itu ia lekas berbicara pula
menyebutkan permintaannya itu untuk menumpang
singgah.
Lagi-lagi tidak ada penyahutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika lewat sekian waktu, Kwee Ceng mengulangi
permintaannya untuk ketiga kalinya, baru ia mendapat
jawaban dari seorang perempuan, katanya: "Kamu
telah dapat tiba di sini, sudah tentu kamu mempunyai
juga kepandaian untuk masuk ke dalam rumahku ini.
Mustahil aku mesti keluar menyambut kamu?"
Suara itu tawar sekali, terang orang tidak sudi
kedatangan tamu.
Di hari-hari biasa, tidak suka Kwee Ceng
mengganggu orang, lebih suka ia tidur di dalam rimba
atau tempat terbuka, akan tetapi sekarang ia ada
bersama Oey Yong yang lagi sakit itu, ia
membutuhkan rumah. Maka dengan perlahan ia
berdamai sama si nona. Ia kata rumah dikurung
lumpur. Bagaimana mereka bisa menghampirkan
rumah itu?
Oey Yong membuka matanya, ia mengawasi sekian
lama.
"Rumah ini dibangun di tengah-tengah rawa
lumpur," katanya kemudian. "Sekarang coba
perhatikanlah, bukankah benar modelnya satu bundar
dan satu persegi empat?"
Kwee Ceng membuka matanya lebar-lebar, lantas
ia menjadi girang sekali.
"Oh, Yong-jie, bagaimana kau ketahui itu?" ia
bertanya.
"Pergi kau ke belakang rumah yang bundar itu,"
kata Oey Yong tanpa menyahuti. "Di situ kau jalan
lempang ke arah api banyaknya tiga tindak, lalu
nyamping lima tindak, lalu lempang lagi tiga tindak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan lurus dan nyamping itu, kau tidak bakal salah
jalan."
Kwee Ceng menurut perkataan si nona. Benarlah,
setiap kakinya ditaruh, kaki itu menginjak pelatok kayu,
yang dapat bergerak miring ke sana ke mari, maka
siapa tak pandai ilmu enteng tubuh, pastilah ia tak
dapat menaruh kakinya dan berjalan di situ. Ia jalan
terus, sampai seratus sembilanbelas tindak, maka
dapatlah ia jalan mutar hingga di depan rumah yang
persegi empat itu. Sekarang terlihat tegas, rumah itu
tanpa pintunya.
Oey Yong berbisik: "Dari sini kau berlompat, kau
menaruh kaki di sebelah kiri."
Kwee Ceng menurut, sambil terus menggendong si
nona, ia berlompat. Sementara itu ia heran sekali.
"Semua dapat diterka Yong-jie!" katanya dalam
hatinya.
Tempat di mana si anak muda menaruh kaki adalah
tanah, sedang yang di sebelah kanan adalah air atau
pengembang.
Berjalan di pekarangan ini, Kwee ceng masuk ke
sebelah dalam. Di situ ada pintu model rembulan, yang
tak ada daun pintunya.
"Masuk!" kata Oey Yong. "Tidak ada yang aneh di
dalamnya."
Kwee Ceng mengangguk, terus ia berkata nyaring:
"Kami orang yang tengah membuat perjalanan lancang
memasuki rumah ini, harap tuan rumah suka
memaafkannya," kata-katanya ini diikuti dengan
tindakannya masuk ke dalam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang Kwee Ceng melihat sebuah meja
panjang, di atas mana ada ditaruh tujuh buah pelita,
ditaruhnya rapi seperti bintang Pak Tauw. Di depan
meja, di tanah ada berduduk seorang wanita tua, yang
rambutnya telah ubanan, bajunya dari kain kasar,
matanya mengawasi ke tanah di mana ada banyak
lembaran bambu, dia seperti sedang memikirkan
lembaran bambu itu rupanya, sampai dia tidak mau
mengangkat kepalanya walaupun dia mendengar
suara tetamunya.
Kwee Ceng meletaki Oey Yong di atas kursi. Ia
memandang mukanya, lantas ia merasa sangat
berkasihan. Wajah si nona sangat pucat dan kucal. Ia
hendak membuka mulutnya, guna meminta air hangat,
tetapi ia batal. Ia melihatnya si nyonya rumah tengah
memusatkan perhatiannya, jadi ia khawatir
mengganggu pemusatan pikiran orang itu.
Setelah dapat berduduk beberapa saat, Oey Yong
pulih sedikit kesegarannya. Maka itu, ia juga dapat
memperhatikan si nyonya serta lembaran-lembaran
bambu yang lagi diawasi nyonya tua itu. Setiap
lembaran bambu itu panjangnya kira-kira empat dim
dan lebar dua hoen. Dan si nyonya agaknya berat
memikirkan itu. Ia lantas mengerti hitungan apa
adanya itu. Oleh ayahnya, ia telah diajari dan ia
mengingatnya dengan baik.
"Lima! Duaratus tigapuluh lima!" katanya tiba-tiba.
Si nyonya terkejut, dia mengangkat kepalanya,
matanya nampak tajam sekali, agaknya ia gusar.
Hanya sebentar, ia mulai menghitung pula.
Kwee Ceng dan Oey Yong melihat kulit orang
bersih, usianya ditaksir baru tigapuluh tujuh kira-kira,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungkin disebabkan banyak pikir, maka rambutnya
telah ubanan.
Habis menghitung, wanita tua itu tampaknya heran.
Tepat hitungannya si nona tadi. Maka ia mengangkat
pula kepalanya, memandang nona itu. Ia melihat tegas
satu wajah muda cantik dan cantik, hanya lesu.
Kemudian ia tunduk pula, akan menghitung lebih jauh.
Oey Yong mengawasi, sampai sekian lama si
nyonya belum dapat memecahkan, lalu ia berkata
dengan perlahan: "Duaratus duapuluh empat!"
Kembali nyonya itu terkejut. Ia lantas mengangkat
kepalanya. Agaknya ia penasaran, maka ia
menghitung terus. Segera juga ia mendapat jawaban,
yang akur sama perkataan si nona. Maka ia berdiri
dengan melempangkan pinggangnya. Sekarang ia
nampak lebih nyata. Jidatnya sudah keriputan, usianya
disangsikan sudah tigapuluhan, mungkin baru
duapuluhan lebih. Kedua matanya bersinar tajam.
"Mari ikut aku!" katanya kepada si nona, tangannya
menunjuk ke dalam kamar. Ia mengambil sebuah
pelita, ia membawanya itu ke dalam kamar yang
ditunjuk itu.
Kwee Ceng memepayang Oey Yong untuk
mengikuti. Hanya setibanya di mulut pintu, ia
merandak, tidak berani ia turut masuk. Ia melihat
kamar itu, yang temboknya bundar, lantainya penuh
pasir, di atas pasir itu ada coretan tanda-tanda lurus
dan bundar, ada pula guratan huruf-huruf thay, thiangoan
dan lainnya, yang ia tidak tahu artinya. Ia takut
nanti merusak itu semua.
Oey Yong melihat semua itu, ia mengerti itu adalah
ilmu "Thian-goan Cie Soet" (yang mirip dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aljabar), maka ia menarik tongkatnya dari
pinggangnya, sambil bergelendot pada Kwee Ceng, ia
mencoret-coret di atas pasir itu. Ia memecahkan
beberapa hitungan, yang si nyonya belum dapat
menjawabnya. Maka lagi-lagi ia membuatnya nyonya
itu heran.
Setelah mengawasi dengan tercengan, si nyonya
menanya: "Kau siapa?"
"Itulah hitungan Thian-goan yang tidak sulit,"
berkata Oey Yong, yang tidak menjawab langsung,
dan tanpa diminta, ia menjelaskan pokoknya hitungan
itu.
Muka si nyonya menjadi pucat, tubuhnya
bergoyang. Mendadak ia menjatuhkan diri di atas
pasirnya, tangannya memegangi kepalanya.
Kelihatannya ia berpikir keras sekali. Kemudian ia
mengangkat kepalanya, lalu wajahnya menjadi terang.
"Dalam hal menghitung, kau terlebih pandai
daripada aku!" katanya. "Sekarang jawab aku,
bagaimana kau menghitung ini?" Dan ia menunjuki
hitungannya di atas pasir.
Oey Yong mengingat baik bagaimana ayahnya
mengatur Tho Hoa To hingga menjadi pulau rahasia,
pulau keder yang tidak dapat dimasuki sembarang
orang.
"Gampang!" sahutnya, dan ia menggurat-gurat pula
di atas pasir itu.
Muka si nyonya itu menjadi pucat pula, lalu ia
menghela napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku kira inilah ciptaan sendiri, kiranya lain orang
pun telah mengetahuinya," katanya masgul.
"Semua itu gampang," kata pula Oey Yong, dan ia
membacanya di luar kepala. "Kau boleh coba."
Si nyonya menghitung menuruti ajaran si nona dan
ia berhasil!
"Semua ini mengenai pat-kwa," kata Oey Yong
pula. Ia menjelaskan terlebih jauh. "Rupanya kau
belum jelas dengan petanya." Terus ia mengguratgurat
lagi.
Nyonya itu menjublak, matanya terpentang,
mulutnya terbuka lebar. Lantas ia berbangkit, tubuhnya
nampaknya bergemetar.
"Nona, kau siapa?" akhirnya ia tanya. Tapi, sebelum
ia menanti jawaban, mendadak ia menekan ulu
hatinya, mukanya meringis, tanda ia menahan sakit.
Dari sakunya lekas-lekas ia mengeluarkan satu peles
obat, yang terisi pil warna hijau, ia mengeluarkan
sebutir dan terus dimakannya. Lewat sesaat,
wakahnya menjadi sedikit tenang.
"Habis sudah…!" katanya tiba-tiba, lalu ia
mengucurkan air mata.
Oey Yong dan Kwee Ceng saling memandang.
Mereka heran untuk sikap nyonya ini.
Tidak lama, kelihatannya si nyonya mau bicara,
atau ia batal karena kupingnya lantas mendengar
suara berisik yang datang dari jauh, lalu datang
semakin dekat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng dan Oey Yong tahu itulah barisan
pengejar dari Tiat Ciang Pang.
"Musuh atau sahabat?" tiba-tiba si nyonya tanya.
"Musuh yang lagi mengejar kami," sahut Kwee
Ceng terus terang. Suara berisik itu mendekati terus.
"Tiat Ciang Pang toh?" tanya pula si nyonya.
"Benar," menjawab Kwee Ceng.
Nyonya itu memasang kupingnya lalu ia berkata:
"Khiu Pangcu memimpin sendiri orang-orangnya itu,"
katanya sesaat kemudian. "Sebenarnya kamu ini
siapa?!"
Pertanyaan ini luar biasa, saking bengisnya.
Kwee Ceng maju di depan Oey Yong, untuk
menghalangi, lalu ia menjawab dengan nyaring:
"Kamilah murid-muridnya Khiu Cie Sin Kay Ang
Pangcu. Ini adik seperguruanku telah kena dilukai Khiu
Cian Jin dari Tiat Ciang Pang, karena itu kami
menyingkir ke mari, maka umpama kata cianpwee ada
punya sangkutan sama Tiat Ciang Pang itu dan tak
sudi menerima kami, sekarang juga kami meminta
diri."
Habis berkata, pemuda ini menjura, lalu ia
memegangi Oey Yong, untuk dibawa pergi.
Nyonya itu tertawa tawar.
"Usia begini muda tetapi sudah keras kepala!"
katanya. "Kamu dapat bertahan tetapi adikmu ini tidak,
kau mengerti? Aku kira kamu siapa, tidak tahunya
kamu murid-murid Ang Cit Kong. Pantas kamu lihay!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis berkata, si nyonya memasang kuping. Ia
mendengar suara berseru-seru orang-orang Tiat Ciang
Pang itu, sebentar jauh sebentar dekat, sebentar tinggi
sebentar rendah. Kemudian ia kata: "Mereka itu tidak
menemui jalanan, mereka tidak dapat masuk ke mari.
Umpama kata mereka toh dapat masuk, kamulah
tetamu-tetamuku, kamu boleh melegakan hati. Apakah
kau kira Sin….Sin… Eng Kouw dapat dibuat
permainan?"
Sebenarnya dialah Sin-soan-coe Eng Kouw, si ahli
hitung, tetapi mengingat si nona jauh terlebih pandai
daripadanya, setelah menyebut Sin, ia tidak berani
meneruskannya.
Kwee Ceng menjura, ia menghanturkan terima
kasih.
Eng Kouw menghampirkan Oey Yong, ia membuka
baju orang, untuk memeriksa lukanya. Ia mengerutkan
keningnya, tanpa membuka suara, ia mengambil
sebutir obatnya yang hijau itu, setelah melumerkan itu
di air, ia mengangsurkan pada Oey Yong.
"Kau minum ini," katanya.
Oey Yong menyambuti obat itu, tetapi ia bersangsi
untuk meminumnya. Ia belum kenal nyonya ini.
Eng Kouw mengawasi, lalu ia tertawa dingin dan
berkata: "Kau terlukakan tangan jahat Khiu Cian Jin,
apakah kau masih memikir untuk sembuh pula?
Umpama kata aku berniat mencelakakan kau, tidak
perlu aku membuat begini. Inilah obat untuk
menghentikan rasa sakit, kau tidak meminumnya pun
tidak apa!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendadak ia merampas pulang obatnya itu dan
membuangnya ke tanah!
Kwee Ceng gusar melihat orang begitu kurang ajar
terhadap kekasihnya.
"Adikku lagi terluka parah, mengapa kau membikin
dia gusar begini macam?!" ia menegur.
"Yong-jie, mari kita pergi!"
Nyonya ini tertawa dingin pula. Ia kata: "Kamar Eng
Kouw ini kecil tetapi apa kamu kira kamu dua orang
muda bisa bilang pergi lantas dapat pergi dan bilang
keluar lantas keluar? Hm!" Ia lantas memegang dua
batang bambunya dan menghadang di ambang
pintunya.
Kwee Ceng berpikir: "Tidak dapat dengan jalan
halus, terpaksa aku mesti menerjang…" Maka ia
berkata: "Cianpwee, maafkanlah aku!" Sembari
berkata begitu, dengan gerakannya Hang Liong Yu Hui
ia nerobos keluar. Ia menggunai setengah tenaganya
karena ia khawatir nyonya itu tidak dapat
mempertahankan diri. Ia pun tidak berniat melukakan
nyonya itu.
Atas datangnya terjangan, si nyonya berkelit,
tangan kirinya berbareng menolak dengan enteng,
dengan begitu gampang saja ia mengasih lewat
serangan itu.
Kwee Ceng menjadi heran sekali. Inilah ia tidak
menyangka. Ia pun kaget karena tanpa perlawanan
tubuhnya terjerunuk. Syukur ia bisa lantas
mempertahankan diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat demikian, si nyonya juga nampaknya heran.
Ia tidak menyangka si anak muda bisa menahan diri
hingga sampai jatuh ngusruk. Maka berserulah dia:
"Ha, bocah, rupanya kau telah mewariskan semua
kepandaian gurumu!" Ia lantas menggunai bambunya
menotok jalan darah kiok-tek-hiat di sambungan
tangan si anak muda.
Kwee Ceng melihat totokan itu, yang berbahaya, ia
membebaskan diri dengan satu jurus lain dari Hang
Liong Sip-pat Ciang juga. Sekarang ia mengerti ilmu
silat si nyonya adalah dari pihak lunak. Karena ini, ia
tidak berani alpa. Beberapa kali ia diserang secara
berbahaya. Syukur ia telah mendapatkan ajaran Pek
Thong, kedua tangannya dapat memecah diri, maka
selalu ia lolos dari ancaman itu.
Selang beberapa jurus, Kwee Ceng kena terdesak
dua tindak. Karena terancam, ia menjadi terpaksa.
Maka ia lantas membalas menyerang dengan "Siang
liong chio cu", atau "Sepasang naga merebut mustika".
Inilah ajaran dari Ang Cit Kong yang ia peroleh semasa
si Poo-eng, di dalam rumah abu keluarga Lauw.
Nyonya itu terkejut atas serangan itu, diwaktu
berkelit, ia sampai mengeluarkan seruan. Walapun ia
gesit, kali ini ia tidak dapat meloloskan diri
sepenuhnya. Ia bebas dari tinju kanan yang lurus
tetapi ia tidak dapat menyingkir dari serangan tangan
kiri. Maka pundak kanannya kena tertekan tangan kiri
si anak muda. Kwee Ceng tidak menggunai tenaga,
sebab ia tahu, umpama si nyonya terbentur, tubuhnya
bakal terlempar menabrak rumah dan rumah atapmya
itu bisa roboh. Tapi juga dugaan si anak muda
meleset. Ketika tangannya mengenai pundak orang,
tangan itu seperti mengenai benda yang licin, yang
terus meluncur lewat. Untuk kagetnya, tubuh si nyonya
seperti tertegar dan dua batang bambunya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dilemparkan ke tanah. Ia mengira nyonya itu terkena
hebat, lekas-lekas ia menahan tangannya itu.
Nyatanya Eng Kouw menggunai tipu. Selagi si anak
muda menarik pulang tangannya, sebab sekali ia
membalas menyerang. Lima jarinya menusuk ke dada,
di mana ada dua jalan darah sin-hong dan giok-sie.
Kwee Ceng terdesak, ia lantas berkelit, terus kedua
tangannya dipakai menolak seperti tadi.
Itulah serangan membalas yang hebat. Si nyonya
mengetahui itu, maka kembali ia membebaskan diri
seperti tadi. Nyata ia telah menggunai "Nie-ciu Kang",
ialah ilmu silat si Lindung.
Sampai di situ, keduanya sama-sama berlompat
mundur dan sama-sama bersiaga. Mereka telah
menginsyafi lihaynya masing-masing. Kwee Ceng
berpikir: "Aneh ilmu silat si nyonya ini. Dengan dia
tidak bisa dihajar, bukankah tinggal aku sendiri yang
setiap saat bisa diserang olehnya?" Dan si nyonya
kata di dalam hatinya: "Ini anak masih muda sekali,
cara bagaimana dia sudah jadi begini lihay?. Di sini
aku telah bersembunyi sepuluh tahun lebih, aku telah
mendapatkan ilmu yang luar biasa, aku memikir aku
bisa menjagoi, hingga tak lama lagi, aku bisa pergi
untuk menuntut balas, siapa tahu, bocah bau susu ini
pun aku masih belum bisa merobohkannya….
Tidakkah ini berarti sia-sia belaka aku menyiksa diri
sepuluh tahun lebih. Bagaimana aku bisa nanti
membalas sakit hatiku itu?" Ingat begini, ia menjadi
berduka, tanpa merasa, matanya menjadi merah, air
matanya lantas mengalir turun….
Kwee Ceng berhati mulia, ia mengira si nyonya
telah terhajar keras olehnya, ia lantas berkata: "Maaf,
cianpwee, aku yang muda berbuat kurang ajar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terhadapmu, tetapi inilah bukan disengaja. Sekarang
aku minta sukalah cianpwee mengijinkan kami
berlalu…"
Eng Kouw mendapatkan sambil bicara si anak
muda itu saban-saban melirik si nona, agaknya ia
sangat menyayang dan memperhatikan, melihat
begitu, ia jadi ingat akan nasibnya sendiri yang tidak
beruntung, yang terpisah jauh dari kekasihnya, yang
tidak mempunyai harapan akan dapat berkumpul pula.
Kapan ia ingat akan nasibnya, mendadak timbul rasa
julesnya. Maka ia kata dengan dingin: "Anak
perempuan ini telah terkena tangan beracun Ngo Tok
Sin-ciang dari Khiu Cian Jin, paling lama ia hidup
hanya tiga hari, perlu apa kau masih menyayangi dan
melindunginya?"
Mendengar itu, Kwee Ceng kaget sekali, lekaslekas
ia menoleh kepada Oey Yong. Ia melihat muka si
nona seperti ditawungi sinar guram. Dengan lantas ia
lompat kepada kekasihnya itu.
"Yong-jie, bagaimana kau rasa?" ia menanya,
suaranya menggetar.
Oey Yong merasai dada dan perutnya panas,
sebaliknya kaki tangannya dingin. Ia menyahuti:
"Engko Ceng, selama tiga hari ini, jangan kau
meninggalkan aku pergi sekalipun cuma setindak.
Dapatkah?"
"Setengah tindak juga aku tidak akan tinggalkan
kau…" menjawab si anak muda cepat sedang hatinya
mencelos. Rupanya si nona telah mendengar
perkataannya si nyonya tua itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekalipun tidak berpisah setengah tindak,
temponya cuma lagi tigapuluh enam jam…! berkata si
nyonya dingin.
Kwee Ceng mengangkat kepalanya, memandang
nyonya itu. Ia tidak bisa berbuat lain daripada
menunjuk roman minta dikasihani, ialah agar nyonya
itu jangan mengeluarkan kata-kata yang dapat melukai
hatinya Oey Yong….
Sebenarnya Eng Kouw masih hendak memuasi
kejelusannya ketika ia menampak roman si anak muda
ang lesu itu, ia lantas berpikir: "Adakah Thian mengirim
dua orang ini ke mari untuk aku membalas sakit hatiku
ini?" Ia mengangkat kepalanya, memandang langit.
"Oh, Thian, Thian…." keluhnya.
Justru itu di luar terdengar pula suara berisik dari
orang-orang Khiu Cian Jin, rupanya mereka masih
mencari di sekitar situ dan sekarang kembali
mendekati rumah yang dikurung dengan rawa lumpur,
yang pepohonannya merupakan rahasia keder. Terang
mereka menyangka si muda-mudi berada di dalam
rumah tetapi mereka tidak berdaya untuk
memasukinya.
Lewat lagi sesaat dari arah rimba terdengarlah
suaranya Khiu Cian Jin, si ketua Tiat Ciang Pang: "Sinsoan-
coe Eng Kouw, Kiu Tiat Ciang mohon bertemu
denganmu!"
Suara itu datang dengan melawan angin tetapi
karena dikeluarkannya dengan bantuan tenaga dalam
yang mahir, terdengarnya terang sekali.
Eng Kouw bertindak ke jendela. Ia pun mengempor
tenaga dalamnya. Ia menyahuti dengan suara yang
panjang: "Aku ini biasanya tidak menerima kunjungan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang luar. Apakah kau tidak ketahui bahwa siapa
datang ke tempatku ini, rawa lumpur hitam, dialah
bagiannya mati, tidak bagian hidupnya?!"
Di sana terdengar pula suaranya Khiu Cian Jin:
"Ada dua orang muda, satu pria dan satu wanita,
masuk ke dalam rawa lumpr hitam kau ini, maka aku
minta sukalah kau menyerahkan mereka padaku!"
"Siapakah yang dapat masuk ke dalam rawa lumpur
hitamku ini?" berkata Eng Kouw. "Sekarang ini ada
tengah malam buta rata, maka janganlah kau
mengganggu tidur orang yang nyenyak!"
"Baiklah kalau begitu!" terdengar lagi suara Khiu
Cian Jin. "Jangan kau berkecil hati!"
Suara itu bernada tak berani memandang enteng
kepada si nyonya. Habis itu terdengarlah suara berisik
yang pergi jauh.
Eng Kouw berpaling pada Kwee Ceng. "Kau ingin
menolongi adikmu ini atau tidak?" ia tanya.
Kwee Ceng melengak, lalu ia menjatuhkan dirinya
berlutut.
"Jikalau locianpwee suka menolong…" katanya.
"Locianpwee!" kata si nyonya, bengis. "Apakah aku
sudah tua?"
"Tidak, tidak terlalu tua," sahut Kwee Ceng cepat.
Sinar matanya Eng Kouw berpindah dari si anak
muda ke jendela, dari mulutnya terdengar kata-kata ini:
"Tidak terlalu tua…Hm, itu artinya sudah tua…!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menjadi bingung. Rupanya
perkataannya itu telah menyinggung si nyonya. Ia tidak
tahu mesti membilang apa.
Eng Kouw menoleh pula. Sekarang ia melihat
kepala orang berkeringatan.
"Kalau orangku itu dapat menyayangi aku satu
persepuluh saja dari si bocah tolol ini," pikirnya. "Ah,
tidakkah sia-sia belaka hidupku ini…" Lalu ia
bersenandung dengan perlahan:
"Empat buah perkakas tenun…maka tenunan
burung wanyoh bakal terbang berpasangan….Sayang,
belum lagi tua tetapi kepala sudah putih…. Gelombang
musim semi, rumput hijau, di musim dingin di dalam
tempat yang tersembunyi, saling berhadapan mandi
baju merah…….."
Mendengar itu Kwee Ceng heran.
"Ah, rasanya aku kenal syair ini…" pikirnya. Tapi ia
tidak ingat, siapa pernah membacakan itu. Itulah
bukannya Cu Cong, gurunya yang nomor dua dan juga
bukan Oey Yong. Maka dengan perlahan, ia menanya
si nona: "Yong-jie, siapakah yang mengarang syair ini?
Apakah artinya itu?"
Si nona menggeleng kepala.
"Aku mendengar ini baru untuk pertama kali,"
sahutnya. "aku tidak tahu siapa pengarangnya. Sayang
belum tua tetapi kepala sudah putih…Sungguh suatu
kata-kata yang bagus!"
Kwee Ceng masgul, sudah ia tidak ingat, Oey Yong
pun tidak tahu, sedang si nona terpelajar, luas
pengetahuannya. Pikirnya: "Syair bukan buatan Oey
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yong, tentu bukan karya ayahnya. Habis siapakah?
Toh aku ingat aku pernah mendengarnya…"
Eng Kouw pun lantas berdiam. Ia lagi memikirkan
segala apa yang telah berlalu. Ia nampak sebentar
bergirang sebentar berduka. Kemudian ia mengangkat
kepalanya dan berkata: "Adikmu ini terhajar tangannya
Kiu Tiat Ciang Pang, entah ada benda apa yang
menghalanginya sehingga ia tidak mati lantas, meski
begitu, tidak peduli bagaimana dia tidak bakal dapat
bertahan lewat tiga hari. Ah, lukanya ini cuma ada satu
orang yang dapat menolongnya…"
Kwee Ceng lagi menjublak ketika ia mendengar
kata-kata terakhir itu, hatinya lantas memukul keras
saking girangnya, maka ia lantas menjatuhkan diri
berlutut pula di depan nyonya itu, ia mengangguk tiga
kali hingga kepalanya membentur tanah. Ia lantas
memohon: "Tolong loo…oh, tidak, tidak! Tolong kau
menolongi adikku ini, budimu tidak nanti aku lupai…"
"Hm!" bersuara Eng Kouw, dingin. "Mana aku
mempunyai kepandaian untuk menolongi orang? Kalau
aku pandai, musahil aku berdiam di ini tempat
membeku menderita kesengsaraan ini…"
Kwee Ceng berdiam saja.
"Nyata kau beruntung," kemudian nyonya itu
berkata pula: "Kamu telah bertemu denganku yang
mengetahui tempat kediaman orang itu, dan beruntung
pula, tempatnya tidak jauh, maka di dalam tempo tiga
hari, kamu dapat tiba di sana…Hanyalah sukar untuk
dibilang orang itu suka menolongi atau tidak."
Kwee Ceng girang bukan kepalang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku nanti meminta, memohonnya!" ia berkata. "Aku
percaya tidak nanti ia tidak menolong kalau ia melihat
bahaya lagi mengancam…."
"Apa itu melihat bahaya mengancam tidak
menolong?" kata Eng Kouw. "Kebaikan apa kau telah
berikan padanya? Kenapa dia mesti menolong kamu?"
Suara itu menggenggam kegusaran.
Kwee Ceng mengerti, ia tidak berani menyahuti.
Si nyonya bertindak ke kamar luar, di sana ia duduk
di kursi, kepalanya ditunduki. Ia memegangi pit, entah
dia menulis apa. Habis menulis, surat-suratnya itu
dilepit, lantas dibungkus rapi dengan masing-masing
sepotong cita, yang terus ia jahit, kemudian ia menjahit
dan menjahit lagi hingga merupakan tiga kantung.
Habis itu, baru ia kembali ke kamar bundar itu.
"Sekeluarnya dari rimba ini, menyingkirlah kamu
dari kepungannya Tiat Ciang Pang," ia berkata. "Kamu
menuju langsung ke timur laut, terus sampai di
kecamatan Tho-goan. Di sana barulah kamu membuka
kantung yang putih itu. Seterusnya tindakan apa yang
kamu harus lakukan, di dalam situ ada ditulis jelas.
Sebelum kamu sampai di sana, ingat baik-baik, jangan
kamu buka surat ini!"
Kwee Ceng girang sekali, ia menghanturkan terima
kasih berulangkali. Kemudian ia menyodorkan
tangannya untuk menerima kantung-kantung itu.
Eng Kouw menarik pulang tangannya.
"Tunggu dulu!" katanya. "Jikalau orang itu tidak sudi
menolong, yah sudah saja, tetapi apabila dia suka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menolongi hingga adikmu ini ketolongan, aku hendak
minta suatu apa."
"Budi ini mesti dibalas," berkata Kwee Ceng.
"Cianpwee menitahkan saja!"
Eng Kouw tertawa dingin ketika ia berkata: "Jikalau
adikmu ini tidak binasa, maka di dalam tempo satu
bulan ia mesti kembali ke mari dan di sini ia mesti
tinggal bersama aku selama satu tahun!"
Kwee Ceng heran.
"Kenapa begitu?" tanyanya.
"Kenapa begitu?" balik tanya si nyonya. "Apakah
sangkutannya itu sama aku? Aku cuma tanya kau, kau
suka atau tidak?"
"Kau menghendaki aku mengajari kau ilmu hitung
Kie-bun-sut, bukan?" Oey Yong campur bicara.
"Apakah susahnya itu? Baik, aku memberikan janjiku!"
Eng Kouw mendelik kepada si anak muda.
"Percuma jadi laki-laki, kau tak bisa melawan
kecerdikan adikmu satu persepuluh!" ia mengejeknya
tetapi ia menyerahkan tiga kantung kainnya itu.
Kwee Ceng menyambuti. Ia melihat satu kantung
putih, satu merah dan satu lagi kuning. Ia lantas
menyimpan itu baik-baik. Ia memberi hormat sambil
menjura tetapi Eng Kouw menyingkir, tak mau ia
menerima hormat itu. Ia kata: "Tak usah kau
mengucap terima kasih padaku, aku juga tidak sudi
menerimanya. Kamu dan aku bukan sanak bukan
kandung, perlu apa aku menolongi adikmu ini? Taruh
kata kita bersanak, juga tak usah kau menjadi begini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersyukur. Adalah janji kita yang mesti ditepati. Aku
bilang padamu, aku menolongi adikmu untuk diriku
juga. Hm, siapa tidak berbuat untuk dirinya, dia
dimusnahkan Langit dan Bumi!"
Kwee Ceng heran sekali. Suara itu pun tak sedap
untuk kupingnya. Oleh karena ia memang tidak pandai
bicara, ia tidak tahu mesti membilang apa. Ia sekarang
cuma mengingat keselamatannya Oey Yong.
Eng Kouw mengawasi pula si pemuda dengan mata
mendelik.
"Kau telah bercapai lelas satu malaman," katanya.
"Kau juga tentu telah lapar, maka baiklah kamu dahar
bubur!"
Oey Yong sudah lantas merebahkan diri di atas
pembaringan, ia beristirahat separuh pulas separuh
sadar. Kwee Ceng menjagai dia di sampingnya,
pikirannya tidak tentram.
Eng Kouw, yang pergi ke dalam, tak lama datang
pula dengan membawa sebuah tetampan, di atas
mana ada dua mangkok bubur yang masih panas,
asapnya masih mengepul-ngepul. Harum bubur itu.
Sebagai temannya ada daging ayam dan ikan.
Kwee Ceng lantas saja terbangun selera makannya.
Ia memang sudah lapar sekali. Ia tidak menyangsikan
pula si nyonya. Tadi ia mengkhawatirkan Oey Yong, ia
lupa makan. Maka ia menepuk-nepuk belakang tangan
kekasihnya itu.
"Yong-jie, mari dahar!" katanya.
Oey Yong membuka matanya, ia menggeleng
kepala perlahan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dadaku sangat sakit, aku tidak mau dahar,"
sahutnya.
"Hm!" Eng Kouw tertawa dingin. "Ada obat untuk
melenyapkan rasa nyeri tetapi kamu bercuriga!"
Oey Yong tidak ambil peduli sindiran itu.
"Engko Ceng, mari kasih aku sebutir pil Kiu-hoa
Giok-louw-wan," kata dia.
Pil itu ada pil pemberiannya Liok Seng Hong
semasa di Kwie-in-chung, si nona simpan itu di dalam
sakunya, ketika Ang Cit Kong dan Kwee Ceng terluka
di tangan Auwyang Hong, mereka makan obat itu
beberapa butir, benar obat itu tidak dapat
menyembuhkan tetapi bisa menghilangi rasa sakit.
Kwee Ceng menyahuti, ia membuka kantung si
nona dan mengeluarkan obat yang diminta itu.
Ketika Oey Yong menyebutkan namanya obat, hati
Eng Kouw terkesiap, begitu lekas ia melihat pil merah
itu, ia kata dengan bengis: "Adakah ini Kiu-hoa Gioklouw-
wan? Kasih aku lihat!"
Kwee Ceng heran mendengar suara orang
demikian aseran, ia menoleh. Maka ia melihat mata si
nyonya bersinar tajam. Ia menjadi lebih terheran lagi.
Tapi ia menyerahkan semua sekantung obat itu.
Kapan Eng Kouw menyambutnya, ia merasakan
bau harum dari obat itu menyampok hidungnya. Ia
lantas merasakan tubuhnya adem. Ia mengawasi si
anak muda, terus ia menanya; "Obat ini ada obat dari
Tho Hoa To, darimana kamu mendapatkannya? Lekas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bilang! Lekas!" Suaranya itu bengis tetapi bengis
bercampur nada sedih.
Dalam herannya, Oey Yong berpikir: "Dia hendak
mempelajari ilmu Kie-bun-sut, apakah ia mempunyai
hubungannya sama salah satu murid ayahku?"
Kwee Ceng sendiri sudah lantas menjawab: "Adikku
ini ialah putrinya pemilik Tho Hoa To!"
Mendadak Eng Kouw berlompat berjingkrak.
"Anaknya Oey Lao Shia?!" dia berteriak. Kedua
matanya lantas bersinar bengis, kedua tangannya
terus dipentangkan, agaknya hendak dia menubruk si
nona di depannya itu.
"Engko Ceng, kembalikan tiga kantung itu!" kata
Oey Yong. "Karena dialah musuh ayahku, kita jangan
menerima budinya!"
Kwee Ceng mengeluarkan kantungnya hanya ia
berayal mengembalikannya. Ia bersangsi.
""Letaki, engko Ceng!" kata pula Oey Yong. "Belum
tentu aku mati! Mati pun boleh apa!"
Belum pernah Kwee Ceng tidak meluluskan sesuatu
kehendaknya si nona, maka ia meletakinya tiga
kantung surat wasiat itu.
Eng Kouw memandang keluar jendela, perlahan
terdengar keluhannya: "Oh, Thian, Thian…!" Kemudian
dengan lantas ia pergi ke kamar sebelah, di sana ia
membaliki tubuhnya, entah apa yang ia lakukan.
"Mari kita berangkat!" mengajak Oey Yong. "Aku
sebal melihat perempuan ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belum lagi Kwee Ceng menyahuti, si nyonya sudah
kembali.
"Aku hendak memperlajari ilmu Kie-bun-sut,
perlunya untuk memasuki Tho Hoa To," ia berkata,
"Sekarang gadisnya Oey Lao Shia ada di sini, aku
menyakinkannya seratus tahun juga tidak ada
gunanya. Dasar nasib, apa mau dibilang? Nah,
pergilah kamu! Bawalah kantung itu!"
Ketiga kantung itu, bersama kantung obat, ia
sesapkan di tangannya si anak muda. Kepada Oey
Yon ia berkata: "Obat Kiu-hoa Giok-louw-wan ini
untukmu ada bahayanya tidak ada faedahnya, maka
janganlah kau makan pula, hanya kalau nanti kau
sudah sembuh, jangan kau lupa janji kita satu tahun
itu! Ayahmu telah membikin rusak seluruh
penghidupanku, maka semua barang makanan di sini,
lebih suka aku memberikannya anjing yang makan, tak
sudi aku memberikannya kepada kamu!"
Lantas bubur dan dua rupa masakannya itu ia
lemparkan keluar jendela!
Oey Yong gusar bukan kepalang, mau ia membuka
mulutnya, atau mendadak ia sadar, maka ia lantas
pegangi Kwee Ceng, untuk bangun berdiri. Dengan
tongkatnya, ia menulis tiga baris huruf di atas pasir,
setelah mana ia mengajak si anak muda itu bertindak
ke luar.
Kapan ia sudah tiba di pintu luar, Kwee Ceng
berpaling ke belakang, dengan begitu ia bisa melihat
Eng Kouw, yang semenjak tadi berdiam saja, lagi
mengawasi ke tanah, agaknya dia berdiri bengong,
rupanya dia tengah menghitung……..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sesampainya di muka rimba, Kwee Ceng
menggendong Oey Yong, lalu ia bertindak pergi
mengikuti jalan masuknya tadi. Selama itu, ia menutup
mulut, karena pikirannya dipusatkan kepada tindakan
kakinya itu supaya ia tidak salah jalan. Adalah
setibanya di luar, di tempat aman, baru ia menanya si
nona apa yang ditulisnya tadi.
Oey Yong tertawa.
"Aku menulis tiga macam hitungan untuknya,"
sahutnya. "Dia boleh memikirkan itu setengah tahun,
tidak nanti dia mendapatkan jawabannya. Biarlah
rambut putihnya menjadi tambah uban! Siapa suruh
dia bersikap demikian kurang ajar!"
"Sebenarnya dia bermusuh apa dengan ayahmu?"
"Aku tidak tahu. Tidak pernah aku mendengar ayah
mengomonginya." Ia hening sedetik. Lantas ia
menanya: "Dimasa mudanya, dia mestinya cantik
sekali. Benar tidak engko Ceng?" Selagi menanya
begitu, di hatinya ia menduga apa mungkin nyonya itu
pernah saling menyinta dengan ayahnya…
"Biar dia cantik atau tidak," Kwee Ceng menyahut.
"Dia lagi memikirkan tulisanmu itu, umpama kata dia
mendadak menyesal, tidak nanti dia dapat menyusul
kita."
"Entah apa dia tulis di dalam kantungnya itu?" tanya
Oey Yong. "Jangan-jangan dia tidak bermaksud baik.
Apakah tidak baik kita membuka dan melihatnya?"
"Jangan, jangan!" Kwee Ceng mencegah. "Biar kita
turut pesannya, sampai di kecamatan Tho-goan baru
kita buka…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong sangat terpengaruhkan keinginan
tahunya, ingin ia melihatnya, tetapi Kwee Ceng tetap
mencegah akhirnya ia suka mengalah.
Sementara itu tanpa terasa sang malam telah
berlalu, sang fajar datang menggantikannya, Kwee
Ceng naik ke atas sebuah pohon tinggi, untuk melihat
kelilingan. Ia tidak melihat orang-orang Tiat Ciang
Pang, maka hatinya lega. Ia lantas bersiul memanggil
kuda serta burungnya, yang muncul dengan cepat.
Yang datang belakangan ialah kedua burung rajawali.
"Mari kita berangkat," kata si anak muda setelah ia
dan si nona sudah berada di punggung kuda mereka.
Justru itu waktu, di pinggiran rimba terdengar suara
orang berseru-seru, lalu terlihat munculnya beberapa
puluh orang. Merekalah orang-orang Tiat Ciang Pang,
yang tak putus asa meskipun Eng Kouw telah
menampik mereka, dengan terpaksa mereka menanti
sambil menyembunyikan diri, baru mereka keluar
setelah Kwee Ceng mengasih dengar suaranya yang
nyaring memanggil kuda dan burungnya.
"Maaf, tak dapat kami menemani kamu!" berkata
Kwee Ceng kepada mereka itu seraya ia mengeprak
mengasih kudanya lari, maka dalam tempo yang
pendek, di kuda merah meninggalkan jauh sekali
kawanan pengepungnya itu.
Di waktu tengah hari, Kwee Ceng telah melalui
perjalanan beberapa ratus lie, maka ia lantas berhenti
di tepi jalan, di mana ada sebuah warung nasi. Di situ
ia bersantap. Oey Yong lagi sakit, ia makan sedikit
bubur.
Habis makan anak muda ini menanya tuan rumah
tempat itu apa namanya. Ia diberi tahu bahwa ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di dalam wilayah kecamatan Tho-goan, maka
tidak ayal lagi ia mengeluarkan kantung putihnya,
untuk dibuka dan diperiksa. Di dalam situ ada sehelai
peta bumi dengan dua baris yang berbunyi: "Jalan
mengikuti petunjuk dalam gambar ini. Di ujung jalanan
ini ada sebuah air tumpah yang besar, di samping
mana ada sebuah rumah yang atap. Sampai di situ
bukalah kantung yang merah."
Tanpa ragu-ragu, Kwee Ceng menuruti surat wasiat
itu. Ia mengasih kudanya lari sampai sekira
delapanpuluh lie, sampai jalanan nyata makin jauh
makin sempit. Lagi delapan atau sembilan lie, jalanan
merupakan jalanan selat yang sempit, di kiri-kanan
ialah tembok gunung. Jalanan demikian kecil hingga
muat hanya satu orang. Kuda merah juga tidak dapat
jalan di situ. Saking terpaksa, Kwee Ceng
menggendong pula Oey Yong dan kudanya
ditinggalkan, dibiarkan mencari makanannya sendiri.
Bab 61. Tukang pancing, tukang kayu, petani
dan pelajar
Satu jam Kwee Ceng jalan terus. Kadang-kadang
ada tempat demikian sempit hingga untuk lewat di situ,
Oey Yong mesti dipondong, tubuhnya dikasih miring.
Ketika itu ada bulan ke tujuh, matahari sangat terik,
akan tetapi di situ puncak gunung menghalangi
pengaruhnya sang Batara Surya, maka juga jalanan di
selat itu sebaliknya menjadi adem.
Kwee Ceng jalan terus sampai ia merasa lapar,
maka ia mengeluarkan bekalannya ransum kering, ia
menangsel perut sambil jalan, karena ia tidak mau
menyia-nyiakan tempo. Ia telah makan habis tiga biji
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kue. Tepat ketika lehernya kering karena ingin minum,
kupingnya mendengar suara air. Dengan lantas ia
percepat tindakannya. Semakin lama suara air
semakin nyaring. Ia mesti jalan mendaki.
Akhirnya si anak muda tiba di atas bukit. Maka dari
situ ia dapat melihat iar tumpah itu, yang besar sekali,
airnya meluncur ke bawah, jatuh terbanting keras.
Itulah sebab suara yang nyaring tadi. Ketika ia
mengawasi, di samping air tumpah itu ia tampak
sebuah rumah atap. Ia lantas mencari sebuah batu
besar di mana ia berduduk. Ia lantas mengeluarkan
kantung yang merah, yang terus dibuka. Di dalam situ
ada sebuah surat wasiat yang berbunyi:
"Lukanya anak perempuan ini cuma Toan Hongya
yang dapat menolongi…"
Membaca surat itu, Kwee Ceng terkejut.
"Toan Hongya!" katanya kepada Oey Yong.
"Bukankah dialah Lam Tee si Kaisar dari Selatan yang
namanya kesohornya dengan nama ayahmu?"
Sebenarnya Oey Yong sudah lelah sekali tetapi
mendengar disebutnya nama Kaisar dari Selatan itu,
Lam Tee, ia menjadi ketarik hatinya.
"Lam Tee?" katanya. "Ya, aku pernah
mendengarnya dari ayah. Toan Hongya itu adanya di
Taili di Inlam dimana ia menjadi raja. Apakah itu
bukan…" Ia berhenti berkata karena mendadak hatinya
menjadi sangat dingin. Bukankah Inlam itu ada satu
propinsi yang jauh sekali, yang tak dapat dicapaikan
dengan perjalanan hanya tiga hari? Ia lantas
menguatkan hatinya, untuk berduduk sambil
menyender pada tubuh si anak muda. Ia mau
melihatnya sendiri suratnya Eng Kouw itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begini bunyinya surat dari kantung wasiat yang
merah itu:
"Lukanya anak perempuan ini cuma Toan Hongya
yang dapat menolongi… hanya Toan Hongya itu
banyak perbuatannya yang tak selayaknya, karena
mana dia jadi tinggal menyembunyikan diri di Thogoan,
hingga orang sangat sukar menemuinya. Kalau
orang bicara dengannya dengan minta diobati, itulah
justru pantangannya yang paling besar. Kalau maksud
itu diutarakan, belum lagi orang masuk ke rumahnya,
orang bakal dibikin celaka lebih dulu oleh si tukang
pancing, si tukang kayu, si petani dan si pelajar. Maka
itu untuk bertemu dengannya, kamu mesti mendusta.
Kamu bilang saja bahwa kamu datang atas nama
gurumu, Ang Cit Kong, untuk bertemu sama Toan
Hongya, untuk menyampaikan berita penting. Apabila
kamu telah bertemu sama Toan Hongya, maka kamu
serahkanlah isinya kantung kuning. Kehidupanmu
tergantung dengan ini."
Habis membaca, Kwee Ceng menoleh kepada Oey
Yong. Ia melihat si nona mengerutkan keningnya. Ia
menanya: "Yong-jie, kenapa Toan Hongya melakukan
banyak perbuatan tak layak? Kenapa justru
permintaan tolong diobati adalah pantangan yang
terlebih besar lagi? Dan apa itu artinya kecelakaan di
tangan si tukang pancing, tukang kayu, petani dan
pelajar?"
Si nona menghela napas.
"Engko Ceng, janganlah kau menganggap aku
terlalu pintar hingga semua-semuanya aku mesti ada
jawabannya." sahutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng terkejut, ia mengawasi tanpa
menanyakan lagi. Ia pondong nona itu.
"Baiklah, mari kita turun!" ujarnya. Tapi, sebelum
mulai bertindak, ia mengawasi pula ke bawah ke air
tumpah. Di tepi air, di mana ada sebuah pohon
yangliu, ia melihat seorang tengah berduduk, kepala
orang itu ditutup sama tudung bambu. Karena jaraknya
jauh, ia tidak dapat melihat tegas. Terpaksa, ia terus
berjalan turun.
Terpengaruh oleh keinginannya lekas-lekas sampai,
terbantu oleh jalana di situ tak sesukar tadi, lekas juga
Kwee Ceng tiba di bawah, di tepian air tumpah itu.
Sekarang ia melihat orang tadi sedang duduk sambil
memancing ikan.
Air tumpah jatuhnya sangat keras, air pun mengalir
deras luar biasa, di mana bisa ada ikan di situ? Taruh
kata ada ikannya, mana sempat ikan itu mencaplok
umpan pancing? Maka anehnya yang orang
memancing ikan di air sedemikian itu.
Pemuda itu tidak berani lancang mengganggu
orang. Lebih dulu ia mengawasi saja. Ia mendapatkan
si tukang pancing berumur tigapuluh tujuh atau
tigapuluh delapan tahun, kulit mukanya hitam seperti
pantat kuali, mukanya berewokan, bulunya kaku
seperti kawat. Kedua mata orang terus dipakai
mengawasi tajam ke arah air. Setelah mengawasi
sekian lama, ia turunkan Oey Yong, supaya si nona
dapat duduk menyender di pohon, untuk beristirahat, ia
sendiri pergi ke tepian, untuk melihat di kobakan air
tumpah itu ada ikan apa. Orang itu tetap diam saja,
mereka tidak ditegur sama sekali.
Sekian lama Kwee Ceng mengawasi, tiba-tiba ia
melihat berkelebatnya sinar kuning di dalam air itu. Si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tukang pancing nampak girang, sebab mendadak
jorannya melenkung tertarik ke arah air. Karena ada
satu makhluk yang memakan umpan pancing itu -
makhluk yang seluruhnya berwarna kuning emas.
Saking heran, si anak muda berseru sendirinya: "Eh,
binatang apakah itu?"
Berbareng sama seruannya si anak muda itu,
seekor binatang yang serupa itu melesat pula
menyambar pancing, maka si tukang pancing menjadi
girang sekali, dengan erat-erat ia mempertahankan
jorannya, yang sebaliknya jadi makin melengkung.
Rupanya kuat sekali merontanya si ikan aneh itu,
sebentar kemudian, patahlah joran itu, kedua ikannya
berloncat ke air, terus berenang pergi, lenyap di kolong
batu. Meski air sangat deras, ikan itu tak hanyut
terbawa air.
Si tukang pancing lantas memutar tubuhnya, dia
mengawasi Kwee Ceng dengan mata mendelik dan
muka merah, tandanya ia murka sekali.
"Hai, bangsat cilik busuk!" dia mendamprat.
"Setengah hari dan setengah mati aku menantikan di
sini, sekejap saja kau membikin kaget dan kabur
binatang yang aku lagi pancing itu!" Terus ia
mengangkat tangannya yang besar, seperti dia hendak
menyerang, hanya entah kenapa, dia menahannya,
hingga tangannya itu mengasih dengar suara meretek.
Kwee Ceng tahu ia telah mengganggu orang itu, ia
tidak menjadi gusar.
"Maaf, paman," katanya merendah. "Sebenarnya
bukan maksudku mengganggu padamu. Sebenarnya
ikan apakah itu?"
Orang itu masih tetap gusar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Buka matamu!" katanya sengit. "Apakah itu ikan?
Itulah Kim Wawa!"
Kwee Ceng tertawa. Ia tetap tidak gusar.
"Mohon tanya paman, apa itu Kim Wawa?" ia tanya.
Ia tidak mengerti makhluk itu dinamai "Kim Wawa"
atau "Anak Emas".
"Kim Wawa ialah Kim Wawa!" orang itu berteriak
semakin gusar. "Eh, bangsat bau, perlu apa kau
banyak bacot?!"
Tetap Kwee Ceng mengendalikan diri. Ia
membutuhkan petunjuk untuk mencari Toan Hongya.
"Maaf, paman," katanya, sembari ia memberi
hormat pula.
Tapi Oey Yong tak dapat bersabar seperti engko
Ceng-nya itu.
"Kim Wawa ialah ikan wawa yang berwarna kuning
emas," ia campur bicara. "Apakah yang aneh pada
ikan itu? Di rumahku, aku memeliharanya beberapa
pasang!"
Tukang pancing itu heran mendengar si nona
mengetahui tentang ikan itu, tetapi hanya sebentar ia
tercengang, segera ia mengasih dengar suaranya
yang tak sedap: "Hm, kau ngepul ya? Kau
memeliharanya beberapa pasang! Aku tanya padamu,
apakah perlunya Kim Wawa itu?"
"Apa perlunya?" sahut si nona sabar. "Aku
melihatnya ikan itu bagus, dia dapat bersuara yayaya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti anak kecil, maka aku lantas memeliharanya,
untuk dibuat main!"
Mendengar keterangan orang, tak salah, pengail itu
mulai menjadi sabaran sedikit.
"Eh, anak," katanya kemudian, "Kalau benar kau
memelihara ikan itu, kau harus mengganti aku satu
pasang!"
"Perlu apa aku mesti mengganti padamu?" si nona
menanya.
Orang itu menunjuk Kwee Ceng, dia
menyahutinya:" Aku mengail, aku dapat satu ekor,
lantas dia berteriak tak karua-karuan, hingga muncul
satu seekor yang lain, hingga kejadian patahlah
joranku. Kim Wawa ini sangat cerdik, selanjutnya dia
tak bakal kena dikail lagi, maka itu kalau kau tidak
disuruh mengganti, habis bagaimana?"
"Tatuh kata kau dapat memancingnya, kau cuma
dapat satu," kata lagi Oey Yong. "Apa mungkin kau
dapat mancing sekali dua?"
Ditanya begitu, orang itu berdiam. Ia menggarukgaruk
kepalanya.
"Kalau begitu, kau menggantilah seekor!" katanya
kemudian.
Oey Yong tertawa. Ia berkata: "Jikalau sepasang
Kim Wawa dipisahkan hidup-hidup, maka tak lebih
daripada tiga hari, baik yang jantan maupun yang
betina, dua-duanya bakal mati sendirinya."
Mendengar begitu, lenyaplah kesangsiannya si
pengail, dengan lantas ia menjura kepada sepasang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muda-mudi itu. Ia berkata pula: "Baiklah, anggaplah
aku yang tidak benar! Sekarang maukah kau membagi
aku satu pasang?"
Oey Yong tersenyum.
"Lebih dulu kau mesti menerangkan padaku, perlu
apa kau dengan ikan emas itu?" ia tanya.
Orang itu berdiam, agaknya ia bersangsi. Tapi
cuma sejenak, lantas ia membuka mulutnya.
"Baiklah, aku nanti menjelaskan kepada kamu,"
katanya. "Paman guruku, seorang India, beberapa hari
yang lalu telah datang ke mari mengunjungi guruku. Ia
telah mendapat tangkap itu sepasang ikan emas, ia
girang bukan main. Ia membilangi kita bahwa di
negerinya itu ada semacam binatang yang berbisa
sekali, yang sangat sukar untuk disingkirkan, kecuali
dengan ini ikan, yang menjadi binatang pelumahnya.
Dia menyerahkan ikan itu kepadaku, untuk aku
merawatnya beberapa hari, nanti setelah ia selesai
berbicara sama guruku, diwaktu ia berangkat pulang,
hendak ia membawanya sekalian, untuk dipelihara di
sana, siapa tahu…"
"Siapa tahu kau telah berlaku tidak hati-hati dan kau
membuatnya terlepas!" Oey Yong mendahului.
Pengail itu kaget: "Eh, mengapa kau tahu?"
tanyanya heran.
"Tidakkah gampang menduga itu?" berkata si nona
tersenyum. "Ikan itu memangnya sukar dipeliharanya.
Aku sendiri mulanya memelihara lima pasang dan
kemudian kabur dua pasang."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Matanya si tukang pancing bersinar. Agaknya ia
sangat tergiur.
"Nona yang baik, kau bagilah aku sepasang," ia
minta. "Kamu masih mempunyai dua pasang lagi,
tidakkah itu cukup? Kalau paman gusar, itulah hebat
untukku…"
"Untuk membagi kau satu pasang, itulah urusan
kecil sekali;" berkata si nona, tetap manis. "Hanya aku
hendak menanya kau, kenapa kau mula-mulanya
galak sekali?"
Orang itu jengah, dia bingung. Ia mau tertawa tetapi
pun gagal…..
"Ah, nona yang baik," akhirnya ia kata, "Kau ini
tinggal di mana? Apakah tidak jauh dari sini?"
"Kalau dikata dekat, tidak dekat," sahutnya, "Kalau
dikata jauh, ya tidak jauh, tetapi kalau beberapa ribu
lie, ya ada…"
Tukang pancing itu kaget, lantas kumisnya bangun
berdiri.
"Hai, budak cilik!" dia membentak, "Kiranya kau lagi
permainkan tuanmu!" Dia sudah lantas mengangkat
kepalannya yang besar, hendak ditimpahkan kepala
orang, akan tetapi kapan dia melihat seorang nona cilik
dan nampaknya lemah, dia batal sendirinya.
Kwee Ceng sendiri sudah lantas bersiap, untuk
menjambret tangan orang itu.
Oey Yong tertawa. Sama sekali ia tidak takuti
ancaman itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kenapa terburu nafsu?" katanya. "Aku telah
memikirkan jalannya. Eh, engko Ceng, coba kau tolong
panggil si rajawali putih!"
Anak muda itu tidak dapat menerka hati kawannya
akan tetapi ia menuruti.
Kapan si pengail mendengar suara orang, ia
terkejut. Suara itu nyaring mendengung,
berkumandang di lembah-lembah. Maka sekarang ia
kata di dalam hatinya: "Baiklah tadi aku tidak lantas
bertempur dengannya, kalau tidak, aku bisa celaka…."
Tak lama datanglah sepasang rajawali mereka.
Oey Yong minta Kwee Ceng mengambil babakan
pohon, di situ dengan jarumnya ia mencacah beberapa
baris tulisan, singkat bunyinya:
"Ayah!
Aku menghendaki sepasang Kim Wawa, maka
suruhlah si rajawali membawanya.
Dari anakmu,
Yong."
Melihat itu barulah Kwee Ceng mengerti, maka ia
menjadi girang sekali. Ia lantas menyiapkan tali, ialah
ikat pinggangnya yang ia kutungi, lalu dengan itu ia
ikat surat babakan pohon itu pada kakinya si rajawali
yang jantan. Oey Yong pun lantas berkata kepada si
rajawali itu: "Kau bawa ini ke Tho Hoa To, lekas pergi
dan lekas kembali!"
Kwee Ceng masih khawatir burungnya itu kurang
mengerti, ia menunjuk ke Timur dan tiga kali
menyebutnya: "Tho Hoa To!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang burung rajawali jinak itu berbunyi
berbareng, lantas keduanya terbang pergi, setelah
berputaran di tengah udara, mereka menuju ke timur,
sebentar saja mereka lenyap di antara gumpalan
mega.
Si Tukang pancing melongo matanya dan
terpentang mulutnya.
"Tho Hoa To…Tho Hoa To…" katanya kemudian,
seperti mengoceh tidak karuan. "Pernah apakah kamu
dengan Oey Yok Su Loosianseng?"
Baru sekarang Oey Yong memprlihatkan aksinya.
"Ialah ayahku! Habis kenapa?!" sahutnya,
temberang.
"Oh!" seru orang itu heran.
Oey Yong tidak menggubris sikap orang itu, ia
tanya: "Dalam tempo beberapa hari saja, burung itu
bakal membawa datang ikan itu kemari. Tidak
terlambat, bukankah?"
"Harap saja…" kata orang itu, matanya mengawasi
sepasang anak muda itu, agaknya ia bersangsi.
Kwee Ceng memberi hormat.
"Aku belum menanyakan nama she dan nama yang
besar dari paman," katanya.
Orang itu tidak menyahuti, sebaliknya ia menanya:
"Perlu apa kau datang ke mari? Siapakah yang
menyuruhnya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng terus membawa sikapnya yang
menghormat.
"Aku yang muda ada mempunyai urusan untuk
mana aku memohon bertemu sama Toan Hongya," ia
memberitahukan. Ia sebenarnya mau memberi
keterangan seperti petunjuknya Eng Kouw, akan
menyebutkan nama gurunya, Ang Cit Kong, tetapi ia
tidak biasa mendusta, mendadak ia merasa tak dapat
ia mengatakan itu.
"Guruku tidak dapat menemui orang!" orang itu kata
dengan keras. "Mau apa kau mencari guruku itu?"
Untuk sejenak Kwee Ceng terbenam dalam
kesangsian. Ia sebenarnya mau terus bicara secara
sebenarnya, tapi mendadak ia ingat keselamatannya
Oey Yong. Tidakkah ia nanti menggagalkan si nona?
Bukankah tak apa ia mendusta kali ini? Selagi ia
bersangsi, si pengail telah mendapat lihat
kesangsiannya itu dan melihat tegas si nona, yang lagi
sakit.
"Kau mencari guruku untuk minta diobati,
bukankah?" dia menanya.
Disenggapi begitu, pemuda itu tak dapat mendusta
lagi. Ia mengangguk.
"Benar," sahutnya, sedang hatinya menyesal tak
dapat mendusta….
"Untuk menemui guruku, jangan harap!" kata tukang
pancing itu bengis. "Biar aku ditegur guru dan
pamanku, aku tak menghendaki lagi ikanmu itu! Lekas
pergi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kata-kata itu ketus dan pasti, bagaikan pantek
paku, Kwee Ceng menjadi berdiri menjublak, untuk
sesaat itu, ia merasakan tubuhnya dingin seluruhnya.
Sesaat kemudian barulah ia dapat berkata pula.
"Nona yang terluka ini dan membutuhkan
pengobatan adalah putri yang dicintai dari Oey Tocu
dari Tho Hoa To," ia berkata, ia pun menjura.
"Sekarang ini, nona ini pun menjadi Pangcu dari Kay
Pang. Maka itu paman, aku minta, dengan
memandang Oey Tocu dan Ang Pangcu itu, sukalah
kau menunjuki kami jalan, supaya kami diajak bertemu
menemui Toan Hongya."
Mendengar disebutkannya Ang Pangcu, roman si
tukang pancing sedikit berubah, akan tetapi ia
menggeleng kepala.
"Nona ini pangcu dari Kay Pang?" tanyanya. "Aku
tidak percaya!"
Kwee Ceng menuju kepada tongkat Lek-tiok-thung
di tangannya Oey Yong.
"Itulah tongkat Tah-kauw-pang dari Ang Pangcu," ia
berkata. "Tentunya paman mengenali tongkat itu…"
Tukang pancing itu mengangguk.
"Pernah apakah kamu dengan Kiu Cie Sin Kay?" ia
tanya pula.
"Ialah guru kami."
"Oh…" si tukang pancing bersuara perlahan.
"Jadinya kamu datang ke mari mencari guruku ini
karena disuruh gurumu, bukan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lagi-lagi Kwee Ceng dibikin ragu-ragu. Ia ingat
baik-baik ajarannya Eng Kouw untuk mendusta tetapi
itu bertentangan dengan kejujurannya.
"Benar!" Oey Yong segera mendahului menjawab.
Orang itu bertunduk, terang ia ragu-ragu. Terdengar
ia berkata dengan perlahan: "Bagaimana sekarang?
Kiu Cie Sin Kay dengan guruku itu bersahabat luar
biasa erat…"
Oey Yong ynag cerdik mengerti kesulitan orang itu,
ia lantas berkata: "Guru kami menitahkan kami
mencari Toan Hongya, disamping untuk minta dia
menolong mengobati aku juga karena ada urusan
penting yang mesti disampaikan!"
Mendadak orang itu mengangkat kepalanya.
Kembali terlihat ia menjadi bengis.
"Benar Kiu Cie Sin Kay yang menitahkan kamu
menemui Toan Hongya?" ia tanya keras.
"Ya," menyahut Oey Yong.
Orang itu menegaskan pula: "Benar Toan Hongya,
bukannya orang lain?"
Nama Toan Hongya itu ditekan keras, mendengar
itu, Oey Yong menduga pasti ada sebabnya sesuatu,
tetapi karena sudah terlanjur, ia tidak dapat lain jalan.
"Ya," ia menyahut pasti, mengangguk.
Pengail itu maju dua tindak. Tiba-tiba ia berseru:
"Toan Hongya sudah mati!"
Oey Yong dan Kwee Ceng kaget bukan kepalang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mati?" tanya mereka berbareng.
"Ketika Toan Hongya mati, Kiu Cie Sin Kay ada
disampingnya!" berkata si tukang pancing itu, suaranya
tetap keras. "Maka itu cara bagaimana dia boleh
menitahkan kalin pergi mencari lagi kepada Toan
Hongya? Hayo bilang, siapakah yang menitahkan
kamu? Dengan datang kemari, kamu membawa akal
busuk apa? Lekas bilang!"
Segara ia maju setindak lagi, tangan kirinya
dikipaskan sebagai ancaman, tangannya menyambar
ke pundaknya si nona.
Kwee Ceng memang selalu bersiap, maka itu,
melihat sikap garang dari orang itu, ia menghadang
pula di depan Oey Yong, kedua tangannya bersikap
dengan jurusnya "Melihat naga di sawah". Manampak
ini, orang itu heran. Itu tandanya si anak muda tak mau
menyerang kepadanya. Meski begitu, ia melanjuti
sambarannya. Karena ini mendadak ia merasakan
benturan pada tangannya itu, yang bergemetar, terus
ia merasakan dadanya panas, sedang tangannya itu
mental balik. Dengan lantas ia lompat mundur, ia
khawatir nanti diteruskan diserang anak muda itu.
Selagi berlompat ia ingat pembicaraan Ang Cit Kong
bersama gurunya tentang ilmu silat. Ia ingat, anak
muda ini bersilat dengan Hang Liong Sip-pat Ciang.
"Teranglah mereka ini muridnya Ang Pangcu, tidak
boleh aku berbuat salah terhadap mereka," begitu ia
lantas mendadat pikiran. Ia lantas mengawasi Kwee
Ceng, siapa terus menunjuk sikap menghormat meski
terang barusan ia menang unggul, tidak ada romannya
yang puas atau temberang. Tapi ia masih berkata:
"Jiewi benar ada murid-muridnya Kiu Cie Sin Kay
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi jiewi datang kemari bukan atas titah gurumu itu,
benar bukan?"
Kwee Ceng tak tahu maksud orang tetapi rahasia
hatinya telah dapat diterka, dengan terpaksa ia
mengangguk.
Tukang pancing itu tidak lagi bersikap bengis
seperti semula.
"Walaupun Kiu Cie Sin Kay sendiri yang terluka dan
datang ke mari, masih siauwko tidak dapat
mengantarkan dia naik ke gunung untuk bertemu sama
guruku, maka itu haraplah jiewi memaafkannya,"
katanya. Sekarang ia menyebut diri dengan "siauwko"
artinya " yang muda"
"Apakah benar meskipun guruku sendiri yang
datang, masih tidak dapat?" Oey Yong menegsakan.
"Tidak dapat!" menyahut orang itu, kepalanya
digoyang. "Biarnya dipukul sampai mati, tidak dapat!"
Oey Yong mencurigai orang ini. Bukankah dia
menyebut Toan Hongya gurunya dan dia juga
membilang Toan Hongya sudah mati? Kenapa ia
menyebutnya waktu Toan Hongya mati Kiu Cie Sin
Kay berada di sampingnya? Tidakkah itu aneh?
"Tidak bisa lain, gurunya mesti ada di atas gunung!"
ia lantas mengambil keputusan. "Tidak peduli dia Toan
Hongya atau bukan, kita mesti menemuinya!"
Maka ia mengangkat kepalanya, mendongak ke
atas gunung, yang puncaknya seperti masuk ke dalam
awan. Itulah puncak lebih tinggi beberapa kali lipat
daripada puncak Tiong Cie Hong dari Tiat Ciang San.
Benar-benar puncak itu sulit untuk dinaiki. Kemudian ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengawasi air tumpah. Ia memikirkan jalan untuk
dapat mendaki gunung itu. Tengah ia mengawasi itu,
ia melihat berkelebatnya sinar kuning di dalam air.
Segera ia bertindak ke tepian sambil ia mengawasi
jauh. Maka terlihatlah olehnya dua ekor ikan tadi
berada di bawah batu, ekornya berada di luar guanya
itu…. Ia lantas menggapai Kwee Ceng.
Anak muda itu mendekati. Ia pun lantas melihat ikan
itu.
"Nanti aku turun dan menangkapnya," kata Kwee
Ceng.
"Jangan!" mencegah si nona. "Air deras, mana kau
dapat berdiri diam di air? Janganlah berlaku tolol…!"
Akan tetapi Kwee Ceng berpikir, kalau ia
menempuh bahaya dan menangkap ikan itu, untuk
diserahkan pada si pengail, mungkin hati orang ini
berubah. Ia pun tidak dapat menyia-nyiakan waktu
lewat berlarut-larut, itulah membahayakan Oey Yong.
Karena ia tahu, nona itu bakal mencegah padanya,
maka diam-diam ia lompat ke air tanpa ia membuka
lagi sepatu dan pakaiannya.
"Engko Ceng!" Oey Yong berteriak kaget. Ia lantas
bangun, tetapi kedua kakinya bergoyang, serta
tubuhnya terhuyung pula.
Si tukang pancing kaget, ia lompat menyambar
nona itu, kemudian ia lari ke arah gubuk, agaknya dia
lantas mencapai sesuatu guna menolongi si anak
muda.
Oey Yong berduduk di batu, ia mengawasi ke arah
Kwee Ceng, yang dapat berdiri tegak di air,
gempurannya air tumpah yang dahsyat tak dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membikin tubuhnya itu bergeming, maka legalah
hatinya.
Kwee Ceng sendiri sudah lantas bertindak untuk
menangkap ikan. Ia membungkuk, kedua tangannya
dianjurkan perlahan-lahan, sikapnya waspada. Nyata
ia bisa bekerja sebat dan jitu juga tangkapannya. Duadua
tangannya bisa mencekal ekornya ikan emas itu,
hanya ketika ia mengangkatnya, ia tidak berani
mencekal keras-keras, ia khawatir ikan itu mati.
Kesempatan ini digunai kedua ekor ikan itu yang
badannya licin, waktu keduanya berontak, mereka
dapat lolos dan melentik pula ke air, di mana mereka
selulup pula masuk ke kolong batu!
Oey Yong menjerit saking menyesalnya karena
sayang ikan itu lolos. Justru itu di belakangnya pun
ada orang yang berseru. Ketika ia berpaling, ia melihat
si tukang pancing lagi berdiri bengong di belakangnya,
pundaknya memanggul sebuah perahu kecil dan
tangannya mencekal sepasang pengayuh. Rupanya
dia hendak menolong orang kecebur.
Kwee Ceng tidak lantas berlalu dari air tumpah. Ia
tetap berdiri tegar. Ia membungkuk pula. Kedua
tangannya di ulur ke kolong batu, ke gua tempat ikan
tadi lari sembunyi. Tapi ia tidak mau menangkap ikan,
yang tidak terlihat, hanya ia memegang batu, untuk
diangkat. Ia girang ketika ia merasa batu itu bergerak
sedikit. Maka sekarang ia menyiapkan tenaganya,
untuk jurusnya "aga terbang ke langit". Dengan
mendadak ia mengangkat batu itu, terus dilemparkan
ke sampingnya, di lain pihak, kedua tangannya
menyambar ke air. Maka sejenak itu juga, kedua
tangannya telah mencekal masing-masing seekor Kim
Wawa!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Batu besar itu terbanting ke air di samping, berisik
suaranya, air muncrat dan mengalir tambah keras.
Kwee ceng sendiri tidak terhuyung tubuhnya ketika ia
mengangkat dan melemparkan batu itu.
Si tukang pancing heran dan kagum, tetapi
sekarang ia memikir daya untuk menolong Kwee Ceng
naik ke darat. Pemuda itu berada di tempat sekira dua
tombak. Dengan kedua tangan memegang ikan, sulit
untuk dia menggunai lagi tangannya itu, atau ikan itu
bakal terlepas pula. Akhirnya ia menyodorkan
pengayuhnya, ia ingin anak muda itu mencekalnya,
tanpa ia ingat tangan orang lagi memegang ikan….
Tapi Kwee Ceng tidak berkhawatir, setelah melihat
ke tepian, ia menjejak dengan kaki kanannya, dengan
begitu dia dapat berlompat ke pinggir, di sini ia
menaruh kaki kirinya, untuk menjejak pula, maka di
lain saat, ia sudah berada di atas di antara si nona dan
si tukang pancing.
Oey Yong kaget, girang dan kagum. Sungguh ia
tidak menyangka demikian pesat sudah kemajuannya
pemudanya ini. Tentu sekali sesaat itu ia tidak ingat
bahwa Kwee Ceng telah mempertaruhkan jiwanya
cuma untuk menolong dia. Sebenarnya anak muda itu
sendiri bergidik kalau ia ingat perbuatannya yang nekat
itu.
Lain orang yang tercengang ialah si tukang pancing.
Ia heran dan kagum. Maka sekarang tahulah ia, anak
muda itu lihay tenaga dalamnya dan ilmu ringan tubuh,
jangan dibicarakan lagi tentang nyali yang besar.
Segera setelah itu, Kwee Ceng tertawa. Kedua Kim
Wawa di tangannya, sambil meronta-ronta telah
mengasih dengar suaranya yang berisik, yang benar
seperti gegowakannya seorang bocah!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, pantas dia dipanggil Kim Wawa!" katanya
lagum. Kemudian ia mengulurkan tangannya kepada si
tukang pancing, untuk menyerahkan ikan itu.
Orang itu terlihat alisnya bergerak, tanda dari
kegirangannya. Ia pun lekas-lekas menurunkan
pengayuhnya. Ketika ia sudah mengulurkan
tangannya, mendadak ia menariknya pulang.
"Kau lemparkanlah kembali ke air, aku tidak
menghendaki itu!" katanya.
"Kenapa begitu?" tanya Kwee Ceng heran.
"Meski aku menerima ikanmu, tidak dapat aku
mengantarkan kau kepada guruku," dia menyahut.
"Menerima budi tetapi budi itu tidak dibalas, itulah
perbuatan yang akan mendatangkan tertawanya
orang-orang gagah di kolong langit ini!"
Kwee Ceng heran hingga ia tercengang.
"Paman," katanya kemudian, sungguh-sungguh,
"Kau tidak dapat meluluskan permintaan kami, pada itu
mesti ada sebabnya, baiklah kami tidak hendak
memaksakannya. Tapi kedua ekor ikan ini tidak berarti,
inilah bukan budi, maka itu paman ambillah!" Ia
mengulur pula tangannya, ia menyerahkan ikan itu.
Kali ini si tulang pancing menyambuti, hanya
romannya sangat likat.
Kwee Ceng berpaling kepada Oey Yong, ia kata:
"Yong-jie, hidup dan mati itu takdir, umur manusia tak
dapat dipastikan, maka kalau benar-benar kau tidak
dapat disembuhkan, di dunia baka itu ada jalannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka di sana pastilah akan ada engko Cengmu yang
akan tetap menemanimu! Mari kita pergi!"
Mendengar suaranya anak muda itu, merah
matanya Oey Yong. Tapi ia sudah memikir sesuatu. Ia
tidak lantas menyahuti si anak muda.
"Paman," ia berkata kepada tukang pancing itu,
"Kau tetap tidak dapat memberi petunjuk pada kami,
tidak apalah, hanya ada satu hal yang aku tidak
mengerti. Jikalau kau tidak menjelaskannya itu, mati
pun aku tidak meram…"
"Apa itu?" menanya si tukang pancing heran.
"Kau lihat puncak itu licin bagaikan kaca," berkata si
nona. "Bukankah tidak ada jalan untuk mendakinya?
Maka umpama kata bersedia akan mengantarkan
kami, apa salahnya?"
Orang itu berpikir: "Telah pasti aku tidak dapat
mengantarkan dia, maka apa halangannya kalau aku
memberikan keteranganku kepadanya?" Maka ia
menajwab: "Kalau dikata sukar, memangnya sukar,
tetapi kalau dibilang gampang, benar-benar gampang
sekali. Di sebelah sana, di ujung gunung itu, air
tumpah tak sekeras di sini maka jikalau aku duduk di
atas perahu besiku dan aku mendayung, aku dapat
maju dengan melawan air. Kalau satu orang
diantarkan satu kali, maka dua kali saja lantas dua
orang dapat tiba di atas!"
"Oh, kiranya begitu!" berkata si nona. "Nah, ijinkan
kami pergi!"
Nona ini lantas berbangkit, untuk memegangi tubuh
Kwee Ceng, siap untuk berlalu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng memberi hormat pada orang itu tanpa
membilang apa-apa.
Tukang pancing itu mengawasi orang, kemudian ia
lari ke gubuknya, sebab ia khawatir ikannya nanti
terlepas pula.
Begitu orang masuk ke dalam, Oey Yong lantas
berkata: "Lekas ambil perahu dan pengayuhnya itu!
Mari kita pergi ke atas!"
Belum ada tanggapan untuk "Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti"
Posting Komentar