Anak SMA hanya menyalin saja 'Dua Sisi pada Profesi Guru' nya Ratmana Soetjiningrat, mari..
Sampai sekarang profesi guru kurang diminati oleh generasi muda. Selain faktor penghasilan yang kecil guru memberi kesan yang statis dan kurang perspektif. Seorang pemuda yang memasuki dunia pendidikan bisa mengalami nasib sejak diangkat sampai pensiunan tidak pernah berubah, tetap saja guru. Memang sepanjang kariernya dia mengalami kenaikan pangkat dan golongan pegawaian yang cukup signifikan, tapi tugasnya toh tetap berdiri pada kelas mengajar. Bandingkan misalnya dengan tamatan Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (STPDN). Pertama berdinas mungkin jabatan yang dipegangnya Lurah alias Kades, tapi sekian belas atau sekian likur tahun kemudian dia sudah jadi Bupati, Sekda atau minimal Camat. Lebih mencolok lagi di dunia militer. Tamatan AKABRI hanya berpangkat Letda, menjelang purna tugas bisa saja sudah jadi Jendral.
Kondisi serba statis jabatan guru lebih dipersempit lagi oleh aturan aturan kepegawaian, antara lain sulitnya mutasi ke daerah lain dan tertutupnya jabatan struktural bagi guru. Pada suatu periode pernah berlaku peraturan, guru yang lulus seleksi jadi kepala sekolah harus ditempatkan di luar daerah. Sekarang pada era otonomi daerah justru Kepala Sekolah harus di daerahnya sendiri. Jadi semakin sempitlah cakrawala guru, meski sukses meniti karier. Yang ironis ialah jabatan strategis di Departemen Pendidikan bisa diduduki oleh mereka yang tidak berpengetahuan maupun pengalaman di dunia pendidikan.
Bersambung ke Dua Sisi Profesi Guru 2
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "DUA SISI PROFESI PADA GURU"
Posting Komentar